MAKALAH REVISI (2)

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi adalah salah satu komoditi yang banyak dikembangkan di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi khususnya jenis arabika merupakan komoditas perkebunan sumber devisa bagi negara. Kualitas kopi arabika lebih tinggi dari pada kopi rubusta sehingga harga di pasaran dunia juga lebih tinggi (Anonim, 1987). Selain itu, tanaman kopi jenis arabika saat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg. Luas areal tanaman kopi di Indonesia mencapai 1.266.235 ha dengan produksi nasional sebesar 682.590 ton pada tahun 2009 (Ditjenbun, 2009). Kasus penolakan biji kopi Indonesia di Jepang sebanyak 10 kontainer yang berisi 200 ton akibat melebihi batas maksimal residu pestisida, membuat pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kopi lokal. Kopi asal Indonesia dianggap mengandung unsur aktif pestisida isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 1

Transcript of MAKALAH REVISI (2)

Page 1: MAKALAH REVISI (2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi adalah salah satu komoditi yang banyak dikembangkan di Indonesia

yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kopi khususnya jenis arabika

merupakan komoditas perkebunan sumber devisa bagi negara. Kualitas kopi

arabika lebih tinggi dari pada kopi rubusta sehingga harga di pasaran dunia juga

lebih tinggi (Anonim, 1987). Selain itu, tanaman kopi jenis arabika saat ini

mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta

yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi

Robusta 0,83 U$D/Kg. Luas areal tanaman kopi di Indonesia mencapai 1.266.235

ha dengan produksi nasional sebesar 682.590 ton pada tahun 2009 (Ditjenbun,

2009).

Kasus penolakan biji kopi Indonesia di Jepang sebanyak 10 kontainer yang

berisi 200 ton akibat melebihi batas maksimal residu pestisida, membuat

pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kopi lokal. Kopi asal Indonesia

dianggap mengandung unsur aktif pestisida isocarab dan carbaryl melebihi

ambang batas yang diizinkan.

Menurut Sri-Sukamto (1986), karat daun adalah salah satu penyakit utama

yang disebabkan Hemilia vastatrix B. et. Br pada kopi arabika. Pada tahun 1885

perkembangan perkebunan kopi di Indonesia berhenti akibat penyakit ini. Antara

tahun 1986 dan 1990 produksi kopi merosot menjadi 25% dari semula. Sehingga

perlu dilakukan usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan

rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun. Usaha

tersebut dengan pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan

peremajaan, peluasan, dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi

kopi Arabika, serta budidaya tanaman kopi. Selain itu, juga dilakukan usaha

pengendalian terpadu yang ramah lingkungan salah satunya dengan

meminimalisir penggunaan pestisida.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 1

Page 2: MAKALAH REVISI (2)

1.2 Tujuan

a) Untuk mengetahui alternative pengendalian hama dan penyakit pada

tanaman kopi yang dilakasanakan secara terpadu

b) Untuk mengurangi penggunaan pestisida dalam kegiatan pengendalian

hama dan penyakit pada tanaman kopi.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 2

Page 3: MAKALAH REVISI (2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Tanaman Kopi

2.1.1 Botani Tanaman Kopi

Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) dari literatur Hasbi (2009) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dycotiledoneae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea sp.

2.1.2 Sejarah Tanaman Kopi

Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi

dikenal dan masuk dalam peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman

ini mulai dikenal pertama kalinya di benua Afrika tepatnya di Ethiopia. Pada

mulanya tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk,

melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi (Najiyati dan Danarti,

1997).

Tumbuhan kopi diperkirakan berasal dari hutan-hutan tropis di kawasan

Afrika. Kopi Arabika berasal dari kawasan pegunungan tinggi di Barat Ethiopia

maupun di kawasan utara Kenya, kopi Robusta di Ivory Coast dan Republik

Afrika Tengah. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan kopi mudah beradaptasi

dengan lingkungan tumbuhnya (Siswoputranto, 1992).

Di Indonesia tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada

periode antara tahun 1696-1699. Tanaman kopi mula-mula hanya bersifat coba-

coba, tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 3

Page 4: MAKALAH REVISI (2)

menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka VOC menyebarkan ke

berbagai daerah agar penduduk menanamnya (Najiyati dan Danarti, 1997).

Sejarah perkembangan kopi di Indonesia pernah mengalami goncangan

yaitu pada tahun 1876 terjadi ledakan penyakit Hemelia vastatrix (HV) yang

menyerang daun dan sangat membahayakan. Berbagai usaha mengatasi hal

tersebut telah dilakukan, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Kemudian VOC

mendatangkan Liberika dan Robusta yang diharapkan lebih tahan terhadap

penyakit HV (Najiyati dan Danarti, 1997).

2.1.3 Karakteristik Biologi

1. Syarat Tumbuh

Iklim yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah tinggi

tempat : 800 – 2000 m dpl, suhu : 15º C – 25 ºC, curah hujan : 1.750 – 3000

mm/thn, lamanya bulan kering 3 bulan (Asmacs, 2008).

Syarat tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah :

letaknya terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter, lahan bebas

hama dan penyakit, mudah melakukan pengawasan, pH tanah : 5,5 – 6,5, top soil :

minimal 2 %, struktur tanah : subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm

(Asmacs, 2008).

2. Sistem Percabangan

Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk

dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak,

bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. Daunnya

bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang,

cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak

berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang

yang sifat dan fungsinya agak berbeda.

3. Sistem Perakaran

Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai

perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami

kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.

Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 4

Page 5: MAKALAH REVISI (2)

Tetapi, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang

bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang

bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit

stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek

tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.

4. Bunga dan Buah

Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun.

Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau

cabang reproduksi. Pada setiap ketiak daun menghasilkan 8 – 18 kuntum, setiap

buku menghasilkan 16 – 36 kuntum bunga. Tetapi bunga yang keluar dari kedua

tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan

hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang

jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer.

Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah

fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi

bunga secara serempak dan bergerombol. Waktu yang dibutuhkan untuk bunga

hingga jadi buah matang 6 – 11 bulan.

2.2 Cara Budidaya

2.2.1 Pengolahan Tanah

a. Untuk tanah pegunungan/ miring buat teras.

b. Kurangi/ tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga

1: 8 dari jumlah tanaman kopi

c. Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan, lalu

diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm

dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan

sebelum tanam

2.2.2 Penanaman

a. Jarak Tanam

Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :

Segi empat : 2,5 x 2,5 m

Pagar : 1,5 x 1,5 m

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 5

Page 6: MAKALAH REVISI (2)

Pagar ganda : 1,5 x 1,5 x 3 cm

b. Lobang Tanam

Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.

Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau

1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.

Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.

Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.

2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan

pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan

kembali ke dalam lubang.

Tanah urugan jangan dipadatkan.

c. Penanaman

Penanaman dilakukan pada musim hujan

Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.

2.2.3 Pemeliharaan

a. Penyiangan

Kegiatan pemeliharaan menyingkirkan ataupun mengendalikan

pertumbuhan dan perkembangan gulma yang terdapat disekitar tanaman

kopi

Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi.

Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan

tanah

Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 kali setahun

Penyiangan bertujuan dalam memudahkan tindakan pemeliharaan

seperti pemupukan, pemangkasan dan pemanenan

b. Pohon Pelindung

Penanaman pohon pelindung

1) Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar

tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan

tanaman cepat habis.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 6

Page 7: MAKALAH REVISI (2)

2) Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau

memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.

3) Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap,

sengon, dll.

Pengaturan pohon pelindung

1.Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 kali tinggi

pohon kopi

2.Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.

3.Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar,

pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.

c. Pemangkasan Kopi

Pemangkasan tanaman kopi pada dasarnya ada dua sistem, yaitu

pemangkasan batang tunggal (single stem) dan pemangkasan batang ganda

(multiple stem). Perbedaan pokok pada sistem tersebut adalah pada

banyaknya batang yang diperlihara dan cara penyediaan cabang-cabang

buah baru.

Pangkasan Bentuk

1. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m

2. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas

3. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan

Pangkasan Produksi

1. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.

2. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak

menghasilkan buah.

3. Pembuangan cabang-cabang yang terserang hama penyakit.

4. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal

musim hujan.

Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 7

Page 8: MAKALAH REVISI (2)

1. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah

turun menurun

2. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50

cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.

3. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk

4. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1-2 tunas yang

pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.

5. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan

produksinya tinggi.

d. Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk tanaman yang mati setelah 2-3 minggu

tanama di lapangan. Kemudian di dangir disekitar tanaman dengan jarak

30cm sekeliling batang untuk pembersihan gulma (sekali setahun pada

awal musim hujan).

e. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupa campuran

urea ,TSP, dan KCl) masing-masing ½ dari dosis urea 100 gr , TSP 50 gr

dan KCl 50 gr, dan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 tahun.

2.2.4 Panen

Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah

yang telah masak.

Tanda-tanda kematangan buah kopi yaitu:

a. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah.

b. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika

setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi

kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).

c. Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen

senyawa gula di dalam daging buah.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 8

Page 9: MAKALAH REVISI (2)

d. Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta

mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis.

Sebaliknya daging buah muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya

tidak manis karena senyawa gula masih belum terbentuk maksimal.

Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung

berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara

alami akibat proses respirasi tanaman kopi.

Ada beberapa cara pemetikan diantaranya:

1) Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak.

2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak.

3) Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat

pemetikan.

4) Secara racutan/ rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi

yang masih hijau, biasanya pada pemanenan akhir.

Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan petikan buah kopi

dilakukan pada buah yang sudah masak dengan warna merah tua agar

menghasilkan kopi yang berkualitas dan pada waktu panen atau saat

pemetikan agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting

yang rusak.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 9

Page 10: MAKALAH REVISI (2)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus

Berbagai media melaporkan bahwa 10 peti kemas berisi 200 ton biji kopi

Indonesia ditolak oleh Badan Karantina Jepang disebabkan oleh karena biji

kopinya mengandung isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan

(silahkan lihat a.l. di situs http://m.bisnis.com/articles/kopi-ditolak-jepang-

pemerintah-janji-bina-petani-andindustri). Untuk membantu petani dan

pemerintah, Kelompok Sdr ditugasi membuat strategi Pengendalian Terpadu

perlindungan tanaman kopi.

3.2 Pembahasan Kasus :

Dalam mengamankan produk pangan termasuk kopi dari pencemaran

bahan kimia, masing-masing negara menetapkan peraturan yang berbeda-beda.

Tetapi pemerintah Jepang sejak bulan Juli 2006 telah menetapkan 200 jenis bahan

kimia yang tidak boleh terkandung pada komoditi kopi melebihi ambang batas

yang diizinkan yang dikenal sebagai uniform level sebesar 0,01 ppm. Ketentuan

pemerintah Jepang ini dinilai paling ketat dibanding negara-negara lain.

Apabila pada komoditi kopi kedapatan unsur aktif salah satu dari 200 jenis

bahan kimia melebihi tingkat keseragaman yang diizinkan, maka kopi tersebut

ditolak masuk ke Jepang dan harus dihancurkan atau diekspor kembali ke Negara

pengirim.

Asosiasi Kopi Jepang pernah menanyakan langkah-langkah apa yang

dilakukan pemerintah dan eksportir kopi Indonesia untuk mencegah terulangnya

kembali penolakan ekspor kopi ke Jepang. Bahkan pembeli kopi Jepang langsung

melakukan penelitian ke lapangan terhadap penggunaan isocarab dan carbaryl,

sehingga residu pestisida tersebut terkandung pada biji kopi. Kenyataan di

lapangan membuktikan bahwa petani menggunakan isocarab dan carbaryl

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 10

Page 11: MAKALAH REVISI (2)

dimaksudkan untuk membunuh semut yang terdapat pada biji kopi pada saat

dipanen.

Sebelumnya Badan Karantina Jepang juga pernah menahan 2 peti kemas

berisi 36 ton kopi arabika Mandhailing, karena mengandung unsur aktif pestisida

cypermenthrin melebihi ambang batas yang diizinkan. Unsur aktif pestisida

cypermenthrin yang terkandung dalam kopi arabika tersebut sebesar 0,30 ppm,

sementara ambang batas yang diizinkan di Jepang adalah 0,05 ppm.

Menghadapi masalah ketentuan residu kimia Ini, eksportir kopi Indonesia

mengalami kesulitan, karena Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk kopi baru

merumuskan aspek makro saja (unsur yang kasat mata berdasarkan kadar cacat).

Sedangkan aspek mikro yang tidak kasat mata belum dirumuskan dalam SNI, dan

memerlukan pemeriksaan laboratorium. Satu-satunya aspek mikro yang sering

diminta pembeli dan sudah dapat dipenuhi oleh laboratorium di Indonesia adalah

Sanitary and Phyto Sanitary (SPS). Sementara untuk aspek mikro lainnya, berupa

unsur racun dan sisa bahan aktif pestisida belum banyak laboratorium yang

mampu mendeteksinya.

Oleh sebab itu, untuk mencegah kasus penolakan kopi Indonesia oleh

Negara lain akibat adanya residu kimia yang melebihi ambang batas akibat

penggunaan pestisida yang berlebihan terulang kembali. Maka, perlu adanya suatu

tindakan preventif yang diberlakukan pada saat produksi kopi pada kegiatan

budidaya dan pemeliharaan buah kopi di kebun. Yaitu dengan mengusahakan

suatu pengendalian terhadap hama dan penyakit pada tanaman kopi secara terpadu

yang lebih ramah lingkungan yang tidak hanya menggantungkan pada

pengendalian dengan menggunakan cara kimiawi atau menggunakan pestisida

saja.

Untuk point selanjutnya akan dibahas mengenai tahapan penerapan

pengendalian hama dan penyakit terpadu pada tanaman kopi guna mencegah

terjadinya akumulasi residu kimia (zat aktif pestisida) pada biji kopi atau

mengurangi penggunaan pestisida sebagai salah satu teknik pengendalian hama

dan penyakit pada tanaman kopi.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 11

Page 12: MAKALAH REVISI (2)

Hama dan Penyakit Utama yang Menyerang Tanaman Kopi

Selama pertumbuhan tanaman kopi mengalami gangguan-gangguan secara

biotik berupa gangguan hama, gangguan penyakit dan gangguan yang berasal dari

gulma. Gangguan biotik sebaiknya dikendalikan apabila tingkat gangguannya

telah melampaui ambang ekonomi. Hal ini untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas serta mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan sehingga

keseimbangan ekosistem lingkungan tetap terjaga. Berikut ini hama dan penyakit

utama pada tanaman kopi :

3.3.1 Kutu Daun / Coccus viridis (Homoptera : Coccidae)

1. Gejala Serangan

Pertumbuhan daun terhambat kemudian layu, akhirnya tanaman

mati. Kutu selain menyerang daun dan merusak pucuk, juga merusak daun

yang masih muda.

2. Cara Hidup

Kutu berbentuk lonjong dan simetris berwarna coklat agak kehitam-

hitaman. Kutu betina meletakkan telur pada daun muda, rata-rata dapat di

produksi ratusan butir telur dalam setiap daur hidupnya.

Masa perkembangan biakan kutu pada musim kemarau. Kutu dapat

hidup bersama dengan semut rang-rang. Tanaman inang lain yaitu

tanaman teh, kina, randu, jambu, jeruk dan kamboja

3. Pengendalian

Secara mekanis, yaitu menghilangkan sarang semut rang-rang. Kutu

daun dan semut rang-rang dapat hidup bersimbiosis sehingga dengan

membersihkan sarang semut rang-rang yang juga tempat tinggal kutu

daun maka kutu daun dapat ikut terbawa

Penambahan tanaman pelindung pada tanan kopi. agar kelembapan

kebun menjadi agak tinggi

Penggunaan insektisida pada

sarang-sarang semut rang-rang

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 12

Page 13: MAKALAH REVISI (2)

Sumber: www.anakunhas.com (2011)

3.3.2 Bubuk Buah Kopi/ Stephanoderes hampei (Coleoptera:

Curculionidae)

1. Gejala Serangan

Buah kopi muda yang terserang menjadi kuning, mengalami

pembusukan, akhirnya gugur. Sedangkan serangan pada buah kopi tua,

dari luar buah kopi tampak tumbuh dengan baik (tidak ada perubahan

warna dan buah tidak gugur), padahal di bagian dalamnya keropos.

2. Cara Hidup

Mula-mula bubuk dewasa menggerek bagian ujung buah pada satu

keping biji kopi. Betina meletakkan telur dalam rongga pada keping biji

yang di gerek. Produksi telur tiap betina rata-rata 15-56 butir. Setelah telur

menetas, larva merusak keping biji, shingga kerusakan buah menjadi lebih

berat. Larva dapat pindah dari satu buah ke buah yang lain.Akibatnya

banyak buah yang nampak dari luar sangat baik, tetapi didalamnya

kosong. Stadium telur 9-14 hari, stadium larva 19-25 hari, stadium pupa 5-

15 hari. Daur hidup bubuk buah kopi kurang lebih 95-196 hari.

3. Pengendalian

Melakukan pembudidayaan tanaman dengan baik, sejak pengolahan

tanah, pemilihan bibit, dan pengaturan pohon pelindung dengan aturan

pemangkasannya

Secara mekanis, dengan memetik buah yang terserang dan

mengumpulkan buah yang jatuh sebelum waktunya

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 13

Page 14: MAKALAH REVISI (2)

Pemetikan massal pada buah bila terlihat serangan hebat dengan

memetik buah yang tertinggal pada saat panen

Penggunaan insektisida

Sumber: www.anakunhas.com (2011)

3.3.3 Cacing Akar / Pratylenchus coffeae (Acarina: Tylenchida)

1. Gejala Serangan

Pada bagian akar yang diserang tampak berwarna coklat menjadi

kehitam-hitaman kemudian akar mati. Kerusakan terjadi karena cairan sel

akar serabut dan akar yang masih muda di isap cacing akar.

Kalau beberapa akar mengalami gejala demikian, akibat serangan,

meskipun tanaman masih hidup, tapi menderita. Hal tersebut tampak pada

buah yang tidak normal, sedikit, dan kecil-kecil.

2. Cara Hidup

Cacing akar bersifat polifag, berukuran sangat kecil, yaitu jantan

0.42-0,61 mm, sedangakan betina 0,46-0,65 mm. Betina mampu

meletakkan telur dalam jaringan akar. Selama 5 minggu , total telur yang

diletakkan kurang lebih 60 butir.

Bila telur menetas, larva menyerang akar. Serangan hebat

mengakibatkan tanaman kopi mati. Periode telur 15-17 hari, sedang

periode larva 15-16 hari. Tanaman inang lain nanas dan tanaman untuk

pupuk hijau.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 14

Page 15: MAKALAH REVISI (2)

3. Pengendalian

Tanah Menggunakan pemupukan yang berimbang

Sanitasi, yaitu pencabutan tanaman yang terkena gejala serangan

cacing akar

Penggunaan nematisida

untuk pembibitan maupun tanah perkebunan di desinfeksi terlebih

dahulu.

Sumber: www.anakunhas.com (2011)

3.3.4 Karat Daun / Hemileia vastatrix

Penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Hemileia vastatrix B.

et. Br. Merupakan penyakit utama pada tanaman kopi arabika.

1. Gejala Serangan

Pada sisi bawah daun terdapat bercak bercak berwarna kuning muda

kemudian berubah menjadi kuning tua. Pada bercak terdapat tepung

berwarna jingga cerah yang terdiri atas jamur karat. Bercak yang tua

berwarna coklat tua sampai hitam mengering, Daun yang terserang akan

gugur, sehingga pohon menjadi gundul.

2. Daur Hidup

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 15

Page 16: MAKALAH REVISI (2)

Jamur membentuk spora dalam jumlah banyak kemudian terjadi

penetrasi kedalam jaringan daun. Infeksi terjadi melalui permukaan bawah

daun.

Perkecambahan spora memerlukan air. Lama waktu perkecambahan

tergantung dari suhu. Pada suhu optimum 21-15°C diperlukan waktu 1-3

jam untuk berkecambah. Faktor yang berpengaruh :

Air berperan penting dalam penyebaran penyakit

Angin berperan dalam penyebaran spora

Umur daun menetukan kerentanan terhadap penyakit dan yang paling

rentan adalah yang membuka penuh

Pohon atau cabang yang berbuah lebat leibh rentan.

3. Perkembangbiakan dan Penyebaran

Dalam pembiakan dan penyebarannya, H. Vastatrix menggunakan

uredospora yang awalnya berbentuk bulat, kemudian berubah menjadi

memanjang dan bentuknya mirip dengan juring buah jeruk. Uredospora

yang telah masak berwarna jingga, pada sisi luarnya dibagian yang

cembung mempunyai duri-duri. Penyebaran uredospora dari pohon ke

pohon terjadi karena benturan bantuan percikan air menyebabkan

uredospora sampai pada sisi bawah daun.

Infeksi jamur terjadi lewat mulut-mulut daun yang terdapat pada sisi

bawah daun. Dalam proses infeksinya uredospora mula-mula membentuk

buluh kecambah, kemudian membentuk apresorium di depan mulut kulit,

selanjutnya jamur mengadakan penetrasi kedalam jaringan jamur.

Menurut Sri dan Sukamto (1998) Disamping bantuan air, beberapa

agensia lain yang berpotensi membantu menyebarkan uredosspora adalah

angin, spesies trips tertentu, burung dan manusia Pada kopi robusta,

penyakit ini tidak menjadi masalah, sedangkan pada kopi arabika penyakit

ini menjadi masalah utama.

4. Pengendalian

Menggunakan varietas kopi yang tahan

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 16

Page 17: MAKALAH REVISI (2)

Menggunakan mokrobia yang bersifat berlawanan, yaitu bakteri

Bacillus thuringienesis dan jamur Verticilium hemileiae

Sumber: www.anakunhas.com (2011)

3.3.5 Akar Cokelat ( Jamur Phellinus noxius )

1. Gejala Penyakit

Daun-daun tanaman yang sakit menguning, layu dan rontok. Jika

akar tanaman sakit dibongkar, pada akar tunggangnya tertutup kerak yang

terdiri atas butir-butir tanah yang melekat sangat kuat sehingga tidak dapat

terlepas, walalupun sudah dicuci dan disikat. Diantara butir butir tanah

tampak adanya jaringan jamur yang berwarna cokelat tua sampai cokelat

kehitaman

Kerak terjadi karena miselium yang membukus akar berlendir,

sehingga butir-butir tanah terikat kuat. Akar yang sakit menjadi busuk

kering dan lunak, mempunya garis-garis cokelat gambir yang terdiri atas

miselium jamur.

2. Daur Hidup

Jamur menular ke tanaman sehat karena adanya kontak antara akar

sehat dengan akar yang sakit. Jamur menular sangat lambat karena

umumnya hanya terdapat pada akar tunggang. Dengan demikan akar

tanaman yang sehat jarang berkontak dengan bagaian-bagian yang sakit

Infeksi hampri selalu terjadi di tempat-tempat yang mempunyai sisa

sisa tunggul pohon hutan. Pada tonggak yang terpendam dalam tanah,

jamur mampu bertahan hidup sampai 14 Tahun.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 17

Page 18: MAKALAH REVISI (2)

Tanaman inang lain : karet, teh, kakao, kelapa, kelapa sawit kina,

kapuk, kapas, nangka, dadap, kapur, kapur barus, kluwih, almtoro, dan

kayu manis

3. Pengendalian

dilakukan pembongkaran pada tanaman sakit, sisa-sisa akar diambil

dan dibakar

Membuat saluran isolasi di tempat yang terinfeksi

Melakukan peremajaan, dengan membongkar tanaman yang sudah tua

hingga tidak dijmupai tunggul pohon-pohon tua

3.3.6 Jamur Upas ( Jamur Upasia Salmonicolor)

1. Gejala Serangan

Infeksi terjadi pada percabagangan atau sisi bawah cabang dan

ranting. Mula-mula jamur membentuk miselium tipis, mengkilat seperti

sutera atau perak, disebut stadium rumah laba-laba, pada stadium tersebut

belum masuk kedalam kulit.

Pada bagian ranting yang tidak terlindung, stadium rumah laba-laba

berkembang menjadi stadium bongkol kemudian membentuk banyak

sporodakium berwarna merah, disebut stadium anamorf

2. Daur Hidup

Jamur upas membentuk basidiospora, berbentuk seperti buah peer,

bersifat polifag.

Tanaman inang lain : karet, teh kakau, kina jeruk, mangga, nangka,

jati, kelengkeng dan melinjo

3. Pengendalian

Sanitasi, yaitu :

mengurangi kelembapan kebun, dengan memangkas pohon pelindung

atau ranting-ranting kopi yang tidak produktif

membersihkan sumber infeksi yang ada di sekitar, misalnya tanaman

pupuk hijau yang sakit

Penggunaan fungisida, dengan cara melumasikan fungisida pada

batang atau cabang besar yang terserang jamur

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 18

Page 19: MAKALAH REVISI (2)

3.4 Penerapan Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Kopi

Terdapat empat prinsip penerapan pengendalian hama dan penyakit

terpadu pada perkebunan kopi, yaitu:

1. Budidaya tanaman sehat

2. Pelestarian musuh alami

3. Pengamatan agroekosistem secara rutin, dan

4. Menjadikan petani sebagai ahli PHT dan manajer di kebunnya.

3.4.1 Kultur teknis/ Budidaya Tanaman Sehat

Komponen kultur teknis yang dapat diterapkan pada pertanaman kopi,

antara lain mencakup penyiangan, pemupukan, pemangkasan produksi dan

sanitasi bagian tanaman yang tidak produktif maupun pengaturan naungan, dan

lain sebagainya.

1. Sanitasi Kebun

Pembuatan rorak agar lingkungan kebun makin terjaga. Pembangunan

saluran pengairan, terutama pada kebun yang lokasinya berdekatan dengan

sumber air, sehingga pada musim kemarau tanaman terhindar dari kekeringan;

Memangkas semua cabang dan ranting yang tua/kering atau yang tidak

produktif dan mengumpulkan sisa-sisa tanaman kemudian dijadikan bahan

pembuatan pupuk organik (kompos) serta melakukan penyiangan gulma.

Penyiangan bersih pada akhir musim hujan dengan pengolahan tanah

ringan dapat mempertahankan lengas tanah lebih tinggi sehingga dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman (Zaenudin, 1987). Tanaman yang

memperoleh cukup nutrisi dan tidak ada persaingan dengan gulma memiliki

kemampuan berproduksi tinggi (Soehardjan, 1998).

Pemangkasan wiwilan dan cabang primer selain supaya produksi tetap

stabil, juga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman kopi

(Hartobudoyo, 1975).

2. Kultur Teknis

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 19

Page 20: MAKALAH REVISI (2)

a. Petik Bubuk

Sanitasi dengan cara petik bubuk dan memungut buah-buah yang terserang

ditanah dengan tujuan untuk memutus siklus hidup serangga hama dengan

cara meniadakan makanannya.

Memetik semua buah yang berlubang yang dilakukan 15-30 hari menjelang

panen raya. Seluruh buah yang terserang dikumpulkan kemudian disiram

dengan air panas untuk membunuh serangga.

b. Rampasan Buah

Pada akhir panen raya, semua buah kopi yang tersisa pada ranting dipetik.

c. Lelesan

Semua buah yang jatuh ke tanah dikumpulkan dan dijadikan bahan baku pembuatan pupuk (kompos).

d. Pemupukan

Memupuk tanaman dengan pupuk yang seimbang menggunakan jenis dan

dosis sesuai anjuran untuk mempercepat pemulihan tanaman. Pemupukan

berimbang yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan mengurangi

intensitas serangan.

Untuk mendapat pertumbuhan yang baik dan berproduksi tinggi, tanaman kopi arabika dianjurkan untuk dipupuk dua kali pada awal dan akhir musim hujan dengan pupuk kandang, urea, SP-36 dan KCl yang jumlahnya sesuai umur tanaman (Anonim, 1997). Penggunaan pupuk organik seperti kotoran kambing dan pupuk bokasi sebagai sumber hara sekaligus untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah

e. Pengaturan Pohon Pelindung

Memangkas pohon pelindung yang terlalu rimbun untuk memperbaiki temperatur dan kelembaban atau kondisi agroklimat.

Pengaturan naungan melalui pemangkasan dilaksanakan sesuai musim, pada

musim kemarau tidak dilakukan pemangkasan dan menjelang musim hujan

dilakukan pemangkasan, secara tidak langsung pemangkasan akan

mengurangi sumber inokulum penyebab penyakit.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 20

Page 21: MAKALAH REVISI (2)

3.4.2 Pelestarian Musuh Alami

Jamur Verticillium sp dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit

bercak daun (Hemiliea vastratrix) pada tanaman kopi. Beberapa laporan (a.l.,

Mawardi, 1996; Ginting & Mujim, 2005) menunjukkan bahwa Verticillium

sering memarasiti H. vastatrix. Verticillium hidup dari uredospora dan uredium

patogen (Mawardi, 1996; Ginting et al., 2002; Yun et al., 1991). Dengan

demikian, Verticillium berpotensi untuk mengurangi potensi inokulum. Hal ini

diharapkan mengurangi keterjadian penyakit (disease incidence) karena telah

diketahui bahwa kepadatan uredospora mempengaruhi keterjadian penyakit

(Semangun, 2000).

Dalam patosistem penyakit karat daun kopi, uredospora sebagai

inokulum sekunder merupakan penyebab parahnya penyakit. Infeksi primer

biasanya kurang berpengaruh, namun akan menghasilkan inokulum sekunder

berupa uredospora tersebut. Jika populasi antagonis Verticillium tinggi pada

daun dan memarasiti uredia dan uredospora, maka kepadatan uredospora

(inkulum sekunder) akan menurun sehingga infeksi sekunder juga akan

menurun secara drastis (Agrios, 2005; Semangun, 2000). Dengan demikian,

fungisida tidak akan perlu diaplikasikan untuk mengendalikan penyakit karat

daun pada kopi.

Pengendalian secara biologi dengan menggunaan agensia pengendali

hayati cendawan entomopatogen Beauveria bassiana Vuill. (untuk hama Bubuk

buah kopi), Aplikasi jamur Beauveria bassiana dilakukan pada saat buah masih

muda. Kebutuhan untuk 1 Ha kebun kopi yaitu 2,5 kg media biakan jamur B.

bassiana selama 3x aplikasi per musim panen. Penyemprotan dilakukan pada sore

hari dengan arah semprotan dari bawah daun.

3.4.3 Pengamatan Agroekosistem secara Rutin

Pengamatan hama secara teratur merupakan inti penerapan konsep PHT.

Hasil pengamatan selanjutnya menjadi dasar pengambilan keputusan dalam

kegiatan usaha taninya.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 21

Page 22: MAKALAH REVISI (2)

3.4.4 Petani Menjadi Ahli PHT dan Manajer di Kebunnya

Dalam menjalankan usaha tani, petani diharapkan mampu mengambil

keputusan yang tepat dan benar dalam menerapkan PHT sehingga memberikan

hasil yang optimal. Dengan berkelompok, petani dapat memusyawarahkan

masalah hama dan penyakit yang ditemui dalam usaha tani kopi untuk mengambil

tindakan pengendalian yang tepat.

Gambar 1. Diagram Alur Tahapan Penerapan PHT Kopi Rakyat

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 22

Page 23: MAKALAH REVISI (2)

(Sumber: Santana dkk)

Alternatif lain untuk mengendalikan OPT adalah menggunakan pestisida

nabati. Sebagai contoh hasil penelitian tahun 2003 menunjukkan bahwa larutan

ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni, Meliaceae) 0,1 – 0,2 % efektif menekan

penyakit karat daun (Yunianto, 2003).

Dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu penggunaan pestisida

sintetis masih diperbolehkan jika pengendalian diatas tidak dapat menangani

serangan OPT dilapangan. Namun, hal tersebut harus dilakukan secara bijaksana

sesuai dengan ambang batas yang diizinkan.

Misal pada pengendalian penyakit karat daun pengendalian secara kimia

dilakukan setelah serangan karat daun mencapai ambang toleran 20% daun kopi

terserang. Aplikasi dilakukan dengan penggunaan fungisida kontak atau sistemik.

Pemakaian fungisida kontak disarankan tidak lebih dari dua kali setahun.

Sedangkan fungisida kontak digunakan dengan interval 2-3 minggu. Sampai

sekarang fungisida kontak yang berbahan aktif tembaga masih cukup efektif dan

fungisida sistemik dengan bahan aktif Triademefon (Gama, 2011).

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 23

Page 24: MAKALAH REVISI (2)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tanaman perkebunan kopi menjadi salah satu sumber devisa negara

terutama kopi jenis Arabika. Perlu adanya peningkatan produktivitas baik secara

kualitas ataupun kuantitasnya. Usaha yang perlu diperhatikan yaitu Pengendalian

Hama dan Penyakit Terpadu. Karena ada kasus yang menyebutkan bahwa adanya

penolakan biji kopi Indonesia diakibatkan terjadinya batas maksimal residu

pestisida yang berbahan unsur aktif pestisida yaitu isocarab dan carbaryl melebihi

ambang batas yang diizinkan.

Pada dasarnya penggunaan pestisida mengacu pada pengendalian hama

dan penyakit terpadu. Namun, sejauh ini masih sulit untuk menerapkan suatu

sistem pengendalian tanpa melibatkan pengendalian secara kimiawi. Oleh karena

itu, upaya perencanaan terpadu yang ramah lingkungan harus terus dikembangkan

sehingga dapat meminimalisir penggunaan pestisida pada penanganan OPT pada

tanaman kopi. Sehingga dampak dari penggunaan pestisida yang tidak terkontrol

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 24

Page 25: MAKALAH REVISI (2)

seperti penolakan produk kopi Indonesia di pasar Internasional tidak terulang

kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1991. Budidaya Tanaman Kopi. Aksi Agraris Kanisius, Kanisius.

Yogyakarta.

Anonimous, 2003. Bercocok Tanam Kopi. Aksi Agraris Kanisius, Kanisius.

Yogyakarta.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008, Teknologi

Budidaya Kopi Poliklonal.

Deni. Biologi Tanaman Kopi. http://dotten.multiply.com/journal/item/38 diakses

pada tanggal 27 Oktober 2012

Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian. 2010.

“EKSPOR KOPI KE JEPANG HARUS LEBIH HATI-HATI OKKP-D

SIAPMEMFASILITASI”.http://pphp.deptan.go.id/mobile/?

content=informasi_mobile&id=1&sub=1&kat=0&fuse=1338. Diakses 6

November 2012

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 25

Page 26: MAKALAH REVISI (2)

Embriani. 2012. Penyakit Karat Daun Hemileia vastatrix pada Tanaman Kopi.

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.

http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/images/stories/proteksi/karat

%20daun.pdf. Diakses 28 Oktober 2012.

Ginting, Cipta. 2008. “Pengaruh Infestasi Vertzczllium Lecanii Terhadap

Keparahan Penyakit Karat Daun Kopi pada Tanaman dan Keterjadian

Koloninya pada Daun”.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8208132137.pdf. Diakses 28

Oktober 2012.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20868/4/Chapter%20II.pdf

diakses pada tanggal 27 Oktober 2012

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22512/4/Chapter%20II.pdf

diakses pada tanggal 27 Oktober 2012

Hulupi, R. 1999, Bahan Tanaman Kopi yang Sesuai untuk Kondisi Agroklimat di

Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember. Vol 15 (I) 64

– 85

Manurung,V.U. 2008. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek

Buah Kopi Hypotenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada

Tanaman Kopi. Fakultas Pertanian USU. Medan diakses pada tanggal 27

Oktober 2012

Sarwono dkk. 2000. Pengendalian Penyakit Karat Daun Hemileia vastatrix B. et.

Br pada Tanaman Kopi Arabika dengan Bubur Bordo Berdasarkan

Ambang Kendali. Staf Peneliti BPTP Jawa Timur.

Zuhri, Sepudin. 2012. Kopi Ditolak Jepang: Pemerintah Janji Bina Petani &

Industri. http://www.bisnis.com/articles/kopi-ditolak-jepang-pemerintah-

janji-bina-petani-and-industri. Diakses 28 Oktober 2012.

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Tanaman Kopi | 26