makalah revisi ASP

42
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH Menurut Permendagri No. 21 Tahun 2011, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda (kabupaten, kota, atau provinsi). Pihak-pihak eksternal entitas pemda yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain adalah DPRD; badan pengawas keuangan; investor; kreditur; dan donatur; analis ekonomi dan pemerhati pemda; rakyat; pemda lain; dan pemerintah pusat, yang seluruhnya berada di lingkungan akuntansi keuangan daerah. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Ketentuan

description

makalah

Transcript of makalah revisi ASP

Page 1: makalah revisi ASP

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Menurut Permendagri No. 21 Tahun 2011, Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat

daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah

Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

Akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran,

pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah

pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka

pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda

(kabupaten, kota, atau provinsi). Pihak-pihak eksternal entitas pemda yang memerlukan

informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain adalah DPRD;

badan pengawas keuangan; investor; kreditur; dan donatur; analis ekonomi dan pemerhati

pemda; rakyat; pemda lain; dan pemerintah pusat, yang seluruhnya berada di lingkungan

akuntansi keuangan daerah.

Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan

gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi

Pemerintahan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara

bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pemerintah daerah diatur dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Penjelasan didalam kerangka umum sistem akuntansi keuangan daerah :

1. Satuan Kerja memberikan dokumen-dokumen sumber (DS) seperti Surat Perintah

Membayar Uang (SPMU) dan Surat Tanda Setoran (STS) dari transaksi keuangannya

kepada Unit Keuangan Pemerintah Daerah.

2. Unit Pembukuan dan Unit Perhitungan melakukan pembukuan bulanan DS tersebut

dengan menggunakan komputer akuntansi (komputer yang telah disiapkan untuk

keperluan akuntansi) termasuk perangkat lunak (software) akuntansi.

3. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan Jurnal yang sekaligus diposting kedalam Buku

Besar dan Buku Pembantu secara otomatis untuk setiap Satuan Kerja.

Page 2: makalah revisi ASP

4. Bila dokumen di atas telah diverifikasi dan benar maka dilanjutkan dengan proses

komputer untuk pembuatan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ).

5. LPJ dikirimkan kepada Kepala Daerah sebagai pertanggung jawaban Satuan Kerja atas

pelaksanaan anggaran, satu copy dikirim kepada Satuan Kerja yang bersangkutan untuk

kebutuhan pertanggungjawaban dan manajemen, satu copy untuk arsip Unit Perhitungan.

LPJ konsolidasi juga harus diberikan kepada Kepala Daerah agar dapat mengetahui

keseluruhan realiasi APBD pada suatu periode.

Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan diperlukan dalam rangka

mewujudkan konsolidasi fiskal dan statistik keuangan Pemerintah secara nasional. Selain

mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan, dalam menyusun Sistem

Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah, gubernur/bupati/walikota mengacu pula

pada peraturan daerah dan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai pengelolaan

keuangan daerah.

Page 3: makalah revisi ASP

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) adalah serangkaian prosedur mulai dari

proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan

dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual

atau menggunakan aplikasi komputer. SAPD terdiri atas dua subsistem yaitu satuan kerja

perangkat daerah (SKPD) dan sistem akuntansi satuan kerja pengelola keuangan daerah

(SKPKD).

Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi:

a. prosedur akuntansi penerimaan kas;

b. prosedur akuntansi pengeluaran kas;

c. prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah; dan

d. prosedur akuntansi selain kas.

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat

daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

a. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai

dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan

dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang

dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Prosedur

akuntansi penerimaan kas dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

Fungsi yang terkait :

Bendahara Penerimaan;

PPK-SKPD;

Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah dan Bidang Akuntansi dan Pengelolaan

Aset Daerah.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi penerimaan kas

mencakup:

surat tanda bukti pembayaran;

STS;

bukti transfer; dan

Page 4: makalah revisi ASP

nota kredit bank.

Bukti transaksi tersebut kemudian lengkapi dengan:

surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah); dan/atau

SKR; dan/atau

bukti transaksi penerimaan kas lainnya.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi

penerimaan kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 241 terdiri dari:

buku jurnal penerimaan kas;

buku besar; dan

buku besar pembantu.

Fungsi yang terkait :

Bendahara Penerimaan;

PPK-SKPD;

Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah dan Bidang Akuntansi dan Pengelolaan

Aset Daerah.

Uraian Prosedur :

PPK-SKPD menerima SPJ Penerimaan beserta lampirannya dari Bendahara

Penerimaan;

Berdasarkan SPJ Penerimaan dan lampirannya, PPK-SKPD mencatat transaksi

pendapatan pada Jurnal Khusus Pendapatan dengan jurnal :

1) ”Kas di Bendahara Penerimaan” di debet dan ”Pendapatan” di kredit (untuk

mencatat penerimaan);

2) ”RK PPKD” di debet dan ”Kas di Bendahara Penerimaan di kredit (untuk

mencatat penyetoran).

Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan terjadi pengembalian kelebihan

pendapatan yang harus dikembalikan ke pihak ketiga.

1) Jika pengembalian kelebihan pendapatan sifatnya berulang (recurring) yang

terjadi di periode tahun berjalan, PPK-SKPD berdasarkan informasi transfer

kas dari Bagian Pengelolaan Kas Daerah pada Biro Keuangan, mencatat

transaksi pengembalian kelebihan tersebut dengan menjurnal “Akun

Pendapatan” di Debit dan “RK PPKD” di kredit.

Page 5: makalah revisi ASP

2) Jurnal tersebut juga berlaku bagi pengembalian yang sifatnya tidak berulang

tetapi terjadi dalam periode tahun berjalan.

3) Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang

(non recurring) dan terkait dengan pendapatan periode tahun sebelumnya,

SKPD tidak melakukan pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Akuntansi

PPKD dengan menjurnal ”SiLPA” di Debet dan ”Kas di Kas Daerah” di

kredit.

Setiap periode, jurnal-jurnal tersebut diposting ke Buku Besar sesuai dengan kode

rekening pendapatan;

Setiap akhir bulan, PPK-SKPD memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap buku

besar ke dalam Neraca Saldo;

Setiap akhir tahun semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan

keuangan SKPD.

b. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses

mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang

berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Prosedur akuntansi pengeluaran kas dilaksanakan oleh PPK-SKPD.

Fungsi yang Terkait :

Bendahara pengeluaran;

PPK-SKPD;

Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah dan Bidang Akuntansi dan Pengelolaan

Asset Daerah.

Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi:

sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-langsung; dan

sub prosedur akuntansi pengeluaran kas-uang persediaan/ganti uang

persediaan/tambahan uang persediaan.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas mencakup:

SP2D; atau

nota debet bank; atau

bukti transaksi pengeluaran kas lainnya.

Page 6: makalah revisi ASP

Bukti transaksi tersebut kemudian dilengkapi dengan:

SPM; dan/atau

SPD; dan/atau

kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi

pengeluaran kas mencakup :

buku jurnal pengeluaran kas;

buku besar; dan

buku besar pembantu.

Uraian Prosedur :

PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 248 ayat (1) Permendagri No. 13 Tahun 2006 melakukan pencatatan

ke dalam buku jurnal pengeluaran kas dengan mencantumkan uraian rekening-

lawan asal pengeluaran kas berkenaan.

Secara periodik jurnal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam buku

besar rekening berkenaan.

Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan

keuangan SKPD.

c. Prosedur Akuntansi Aset

Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi

atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan

terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD. Transaksi-transaksi tersebut

secara garis besar digolongkan dalam 2 kelompok besar transaksi, yaitu penambahan

nilai Aset dan pengurangan nilai aset.

Penambahan asset antara lain berasal dari pembelian, pembuatan/ pembangunan

yang dilaksanakan baik melalui kontrak maupun yang dilaksanakan secara swakelola,

hibah, dan dari nilai satuan minimum kapitalisasi asset tetap dari hasil pengembangan,

reklasifikasi, dan renovasi yang besarannya ditetapkan dalam kebijakan akuntansi.

Pengurangan asset antara lain karena penghapusan dan dihibahkan kepada pihak

lain.

Pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin dan berkala tidak dikapitalisasi.

Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi salah satu

Page 7: makalah revisi ASP

kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi,

meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat. Perubahan klasifikasi aset

tetap berupa perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya.

Penyusutan merupakan penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas

dan manfaat dari suatu aset tetap.

Fungsi yang terkait :

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi aset tetap pada SKPD adalah

fungsi akuntansi pada PPK-SKPD dan Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan

Aset Daerah (DPPKAD).

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset berupa bukti

memorial dilampiri dengan:

berita acara penerimaan barang;

berita acara serah terima barang; dan

berita acara penyelesaian pekerjaan.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam

prosedur akuntansi aset mencakup:

buku jurnal umum;

buku besar; dan

buku besar pembantu.

Uraian Prosedur :

PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian sebagaimana

membuat bukti memorial.

Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama

aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai aset tetap, tanggal transaksi

dan/atau kejadian.

Bukti memorial dicatat ke dalam buku jurnal umum.

Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke

dalam buku besar rekening berkenaan.

Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan SKPD.

Page 8: makalah revisi ASP

d. Prosedur Akuntansi Selain Kas

Prosedur akuntansi selain kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai

dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan

dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan secara manual

atau menggunakan aplikasi komputer.

Fungsi yang terkait :

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPD adalah

fungsi akuntansi pada PPK-SKPD;

Prosedur akuntansi selain kas mencakup :

pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ);

koreksi kesalahan pencatatan;

penerimaan/pengeluaran hibah selain kas;

pembelian secara kredit;

retur pembelian kredit;

pemindahtanganan atas aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas;

dan

penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas.

Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ) merupakan

pengesahan atas pengeluaran/belanja melalui mekanisme uang persediaan/ganti

uang persediaan/tambahan uang persediaan. Koreksi kesalahan pencatatan

merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah diposting

ke buku besar. Penerimaan/pengeluaran hibah selain kas adalah

penerimaan/pengeluaran sumber ekonomi non kas yang merupakan pelaksanaan

APBD yang mengandung konsekuensi ekonomi bagi pemerintah daerah. Pembelian

secara kredit merupakan transaksi pembelian aset tetap yang pembayarannya

dilakukan di masa yang akan datang. Retur pembelian kredit merupakan

pengembalian aset tetap yang telah dibeli secara kredit. Pemindahtanganan atas aset

tetap tanpa konsekuensi kas merupakan pemindahtanganan aset tetap pada pihak

ketiga karena suatu hal tanpa ada penggantian berupa kas. Penerimaan aset tetap

tanpa konsekuensi kas merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar menukar

(ruitslaag) dengan pihak ketiga.

Page 9: makalah revisi ASP

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas berupa

bukti memorial yang dilampiri dengan:

pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran (pengesahan SPJ);

berita acara penerimaan barang;

surat keputusan penghapusan barang;

surat pengiriman barang;

surat keputusan mutasi barang (antar SKPD);

berita acara pemusnahan barang;

berita acara serah terima barang; dan

berita acara penilaian.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam

prosedur akuntansi selain kas mencakup:

buku jurnal umum;

buku besar; dan

buku besar pembantu.

Uraian Prosedur :

PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian membuat bukti

memorial.

Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal

transaksi dan/atau kejadian, kode rekening, uraian transaksi dan/atau kejadian,

dan jumlah rupiah.

Bukti memorial dicatat ke dalam buku jurnal umum.

Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas diposting ke

dalam buku besar rekening berkenaan.

Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan SKPD.

Page 10: makalah revisi ASP
Page 11: makalah revisi ASP
Page 12: makalah revisi ASP
Page 13: makalah revisi ASP
Page 14: makalah revisi ASP

2. Satuan Kerjs Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD

adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna

barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja

pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan kepala SKPKD yang

mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara

umum daerah.

a. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses

mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang

berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

Fungsi yang terkait :

Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah dan Bidang Akuntansi dan

Pengelolaan Asset Daerah. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi

penerimaan kas mencakup:

bukti transfer;

nota kredit bank; dan

surat perintah pemindahbukuan.

Bukti transaksi tersebut diatas kemudian dilengkapi dengan:

surat tanda setoran (STS);

surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);

surat ketetapan retribusi (SKR);

laporan penerimaan kas dari bendahara penerimaan; dan

bukti transaksi penerimaan kas lainnya.

Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akuntansi penerimaan kas

mencakup:

buku jurnal penerimaan kas;

buku besar; dan

buku besar pembantu.

Page 15: makalah revisi ASP

UraianProsedur :

Fungsi akuntansi berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas melakukan

pencatatan ke dalam buku jurnal penerimaan kas dengan mencantumkan

uraian rekening-lawan asal penerimaan kas berkenaan.

Secara periodik jurnal atas transaksi penerimaan kas diposting ke dalam buku

besar rekening berkenaan.

Setiap akhir periode semua buku ditutup sebagai dasar penyusunan laporan

keuangan SKPKD.

b. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas

Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses

mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang

berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan

aplikasi komputer.

Fungsi yang terkait :

Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah dan Bidang Akuntansi dan

Pengelolaan Asset Daerah ;

Bendahara di SKPKD.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas

mencakup:

surat perintah pencairan dana (SP2D); atau

nota debet bank.

Bukti transaksi dilengkapi dengan:

surat penyediaan dana (SPD);

surat perintah membayar (SPM);

laporan pengeluaran kas dari bendahara pengeluaran; dan

kuitansi pembayaran dan bukti tanda terima barang/jasa.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam prosedur akuntansi

pengeluaran kas mencakup:

buku jurnal pengeluaran kas;

buku besar; dan

Page 16: makalah revisi ASP

buku besar pembantu.

Uraian Prosedur :

Fungsi akuntansi SKPKD berdasarkan bukti transaksi pengeluaran kas

melakukan pencatatan ke dalam buku jurnal pengeluaran kas dengan

mencantumkan uraian rekening-lawan asal pengeluaran kas berkenaan.

Secara periodik jurnal atas transaksi pengeluaran kas diposting ke dalam

buku besar rekening berkenaan.

Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan SKPKD.

c. Prosedur Akuntansi Aset

Prosedur akuntansi aset pada SKPKD meliputi serangkaian proses pencatatan

dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan,

pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap

yang dikuasai/digunakan SKPKD yang dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan aplikasi komputer. Prosedur akuntansi aset pada SKPKD

digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aset yang

dikuasai/digunakan SKPD dan/atau SKPKD.

Fungsi yang terkait :

Bidang Akuntansi dan Pengelolaan Asset Daerah

Bidang Akuntansi dan Pengelola Aset Daerah

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset berupa bukti

memorial dilampiri dengan:

berita acara penerimaan barang;

surat keputusan penghapusan barang;

surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD);

berita acara pemusnahan barang;

berita acara serah terima barang;

berita acara penilaian; dan

berita acara penyelesaian pekerjaan.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam

prosedur akuntansi aset mencakup:

Page 17: makalah revisi ASP

buku jurnal umum;

buku besar; dan

buku besar pembantu.

Uraian Prosedur :

Fungsi akuntansi SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian

membuat bukti memorial.

Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama

aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai aset tetap, tanggal

transaksi dan/atau kejadian.

Bukti memorial dicatat ke dalam buku jurnal umum.

Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke

dalam buku besar rekening berkenaan.

Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan SKPKD.

d. Prosedur Akuntansi Hutang

Prosedur pencatatan hutang pada Bidang Akuntansi dan Pengelolaan Asset

Daerah merupakan pencatatan atas pengakuan atau pelepasan hutang jangka

panjang yang muncul dari transaksi penerimaan atau pengeluaran pembiayaan

yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Uraian Prosedur :

Berdasarkan bukti transaksi yang ada, Bidang Akuntansi membuat bukti

memorial. Bukti memorial tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi

mengenai Jenis/nama hutang jangka panjang; Kode rekening terkait; Nilai

hutang; Tanggal transaksi. Bidang Akuntansi pada DPPKAD mencatat bukti

memorial ke dalam jurnal umum.

Setiap periode, Jurnal-jurnal tersebut diposting ke Buku Besar. Setiap akhir

bulan, Bidang Akuntansi dan Pengelolaan Asset Daerah pada DPPKAD

memindahkan saldo-saldo yang ada di tiap buku besar ke dalam Neraca Saldo.

Setiap akhir tahun semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan

keuangan.

e. Prosedur Akuntansi Selain Kas

Page 18: makalah revisi ASP

Prosedur akuntansi selain kas pada SKPKD meliputi serangkaian proses mulai

dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang

berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas yang dapat dilakukan

secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Prosedur akuntansi selain

kas mencakup mencakup:

koreksi kesalahan pembukuan;

penyesuaian terhadap akun tertentu dalam rangka menyusun laporan

keuangan pada akhir tahun;

reklasifikasi belanja modal menjadi aset tetap; dan

reklasifikasi akibat koreksi yang ditemukan dikemudian hari.

Fungsi Yang Terkait :

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi selain kas adalah Bidang

Akuntansi dan Pengelolaan Asset Daerah pada DPPKAD;

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas

berupa bukti memorial dilampiri dengan:

berita acara penerimaan barang;

surat keputusan penghapusan barang;

surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD);

berita acara pemusnahan barang;

berita acara serah terima barang;

berita acara penilaian; dan

berita acara penyelesaian pekerjaan.

Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam

prosedur akuntansi selain kas mencakup:

buku jurnal umum;

buku besar; dan

buku besar pembantu.

Uraian Prosedur :

Fungsi akuntansi berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian membuat

bukti memorial.

Page 19: makalah revisi ASP

Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal

transaksi dan/atau kejadian, kode rekening, uraian transaksi dan/atau

kejadian, dan jumlah rupiah.

Bukti memorial dicatat ke dalam buku jurnal umum.

Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian selain kas diposting

ke dalam buku besar rekening berkenaan.

Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan

laporan keuangan SKPKD.

Page 20: makalah revisi ASP
Page 21: makalah revisi ASP
Page 22: makalah revisi ASP

3. PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

a. Laporan Realisasi Semester Pertama.

PPK-SKPD menyiapkan laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan

dan belanja SKPD disertai dengan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya paling

lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan

berakhir disampaikan kepada Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang untuk

ditetapkan sebagai laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan

belanja SKPD;

Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyampaikan laporan realisasi

semester pertama kepada Kepala DPPKAD sebagai dasar penyusunan laporan

realisasi semester pertama APBD paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah

semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir. Kepala DPPKAD menyusun

laporan realisasi semester pertama APBD dengan cara menggabungkan seluruh

laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD paling

lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada

Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan

berikutnya disampaikan kepada Kepala Daerah paling lambat minggu ketiga bulan

Juli tahun anggaran berkenaan untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi semester

pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya. Laporan realisasi

semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya disampaikan

kepada DPRD dan Menteri Dalam Negeri paling lambat akhir bulan Juli tahun

anggaran berkenaan

b. Laporan Tahunan

Penyusunan Laporan Keuangan SKPD

PPK-SKPD menyiapkan Laporan Keuangan SKPD tahun anggaran berkenaan

dan disampaikan kepada Pejabat Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang untuk

ditetapkan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD;

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna

Anggaran/Pengguna Barang menyampaikan Laporan Keuangan kepada Kepala

Daerah melalui DPPKAD paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran

berakhir dilampiri dengan surat pernyataan Pejabat Pengguna

Anggaran/Pengguna Barang bahwa pengelolaan APBD yang menjadi

Page 23: makalah revisi ASP

tanggungjawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern

yang memadai dan standar akuntansi pemerintahan.

Laporan Keuangan SKPD terdiri dari:

1) Laporan Realisasi Anggaran

2) Neraca

3) Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan Keuangan yang dihasilkan pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah

dihasilkan melalui proses akuntansi lanjutan yang dilakukan oleh PPK-SKPD.

Jurnal dan posting yang telah dilakukan terhadap transaksi keuangan menjadi

dasar dalam penyusunan laporan keuangan.

Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah laporan keuangan konsolidasi dari

Laporan Keuangan SKPD-SKPD dan Laporan Keuangan PPKD yang juga bertindak

sekaligus sebagai konsolidator. Proses pembuatan Laporan Keuangan Pemda ini pada

dasarnya sama dengan proses pembuatan Laporan Keuangan yang telah dijelaskan

dalam prosedur sebelumnya. Perbedaan utama adalah adanya jurnal eliminasi untuk

menghapus reciprocal account (akun RK PPKD di Laporan Keuangan SKPD dan

Akun RK SKPD di Laporan Keuangan PPKD).

Kepala DPPKAD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara

menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD paling lambat 3 (tiga) bulan

setelah berakhirnya tahun anggaran berkenaan;

Bidang Akuntansi dan Pengelolaan Aset Daerah pada DPPKAD menyiapkan

kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat untuk menyusun Laporan

Keuangan. Kertas kerja adalah alat bantu yang digunakan dalam proses

pembuatan Laporan Keuangan. Kertas kerja berguna untuk mempermudah proses

pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan secara manual;

Bidang Akuntansi dan Pengelolaan Asset Daerah pada DPPKAD melakukan

rekapitulasi Neraca Saldo Setelah Penyesuaian baik dari SKPD-SKPD maupun

dari PPKD. Nilai tersebut diletakkan di kolom “Neraca Saldo” yang terdapat pada

Kertas Kerja.

Bidang Akuntansi dan Pengelolaan Asset Daerah pada DPPKAD kemudian

membuat jurnal eliminasi. Jurnal ini dibuat dengan tujuan melakukan eliminasi

atas saldo pada akun-akun yang bersifat “reciprocals”. Akun Reciprocal adalah

Page 24: makalah revisi ASP

akun-akun Rekening Koran (RK) yang merupakan jenis akun perantara dan

bersifat sementara;

Jurnal eliminasi adalah :

Eliminasi RK :

RK PPKD………………….. xxx

RK SKPD Dinas xxx

RK SKPD Kantor xxx

RK SKPD Badan xxx

Bidang Akuntansi dan Pengelolaan Aset Daerah pada DPPKAD melakukan

penyesuaian pada neraca saldo berdasarkan jurnal eliminasi yang telah dibuat

sebelumnya. Nilai yang telah disesuaikan diletakkan pada kolom ”Neraca Saldo

Setelah Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja;

Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, Bidang Akuntansi dan

Pengelolaan Aset Daerah pada DPPKAD mengidentifikasi akun-akun yang

termasuk dalam komponen Laporan Realisasi Anggaran dan memindahkannya ke

kolom “Laporan Realisasi Anggaran” yang terdapat pada Kertas Kerja;

Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, Bidang Akuntansi dan

Pengelolaan Aset Daerah pada DPPKAD mengidentifikasi akun-akun yang

termasuk dalam komponen Neraca dan memindahkannya ke kolom “Neraca”

yang terdapat pada Kertas Kerja;

Dari kertas kerja yang telah selesai diisi, Bidang Akuntansi dan Pengelolaan Aset

Daerah pada DPPKAD menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca

Konsolidasi dan Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasi.

Laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada Kepala Daerah

melalui Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah dalam

rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

Laporan keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari:

1) Laporan realisasi anggaran

2) Neraca

3) Laporan arus kas

4) Catatan atas laporan keuangan

Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun dan disajikan sesuai dengan

peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan

Page 25: makalah revisi ASP

serta dilampiri dengan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan Badan

Usaha Milik Daerah/Perusahaan Daerah;

Laporan ikhtisar realisasi kinerja disusun dari ringkasan laporan keterangan

pertanggungjawaban Kepala Daerah dan laporan kinerja interim di lingkungan

pemerintah daerah;

Penyusunan laporan kinerja interim berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam

Negeri yang mengatur mengenai laporan kinerja interim di lingkungan

pemerintah daerah

Laporan Keuangan pemerintah daerah dilampiri dengan surat pernyataan Kepala

Daerah yang menyatakan pengelolaan APBD yang menjadi tanggungjawabnya

telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai,

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Laporan Keuangan disampaikan oleh Kepala Daerah kepada Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) untuk dilakukan pemeriksaan paling lama 3 (tiga) bulan setelah

tahun anggaran berakhir;

Pemeriksaan Laporan Keuangan oleh BPK diselesaikan selambat-lambatnya 2

(dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari Pemerintah Daerah;

Kepala Daerah memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap

laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan hasil pemeriksaanaan BPK.

Page 26: makalah revisi ASP
Page 27: makalah revisi ASP
Page 28: makalah revisi ASP

c. Penetapan Raperda Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.

1) Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggung

jawaban Pelaksanaan APBD pada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah

tahun anggaran berakhir;

2) Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggung jawaban Pelaksanaan APBD

memuat Laporan Keuangan yang meliputi Laporan realisasi Anggaran, Neraca,

Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan serta dilampiri dengan

Laporan Kinerja yang telah diperiksa BPK dan Ikhtisar Laporan Keuangan Badan

Usaha Milik Daerah/ Perusahaan Daerah;

3) Badan Usaha Milik Daerah/Perusahaan Daerah wajib menyampaikan :

a) Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah/Perusahaan Daerah untuk

periode yang sama dengan APBD yang belum di audit kepada DPPKAD

selambat-lambatnya 2½ (dua setengah) bulan setelah tahun APBD berakhir;

b) Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah/Perusahaan Daerah untuk

periode yang sama dengan APBD yang sudah di audit kepada DPPKAD

selambat-lambatnya 5½ (lima setengah) bulan setelah tahun APBD berakhir.

4) Apabila sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah penyampaian laporan keuangan

BPK belum menyampaikan hasil pemeriksaan, Kepala Daerah menyampaikan

Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggung- jawaban Pelaksanaan APBD

kepada DPRD;

5) Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

dirinci dalam Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD;

6) Agenda Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD ditentukan oleh DPRD;

7) Persetujuan bersama terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD oleh DPRD paling lambat 1 (satu) bulan

terhitung sejak Rancangan Peraturan Daerah diterima.

Page 29: makalah revisi ASP

d. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

1) Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur

tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan

oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada

Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.

2) Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur paling

lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

3) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan

daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan

gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah

sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi, gubernur menetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan

peraturan gubernur menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur.

4) Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan

daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan

gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi, gubernur bersama DPRD wajib melakukan penyempurnaan paling

lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan

gubernur tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur

tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD menjadi peraturan

daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan

daerah dan peraturan gubernur dimaksud sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

6) Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan

bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja

disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi.

Page 30: makalah revisi ASP

7) Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur kepada bupati/walikota paling lama 15

(lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan daerah

kabupaten/kota dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

8) Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan

bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi, bupati/walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan

daerah dan peraturan bupati/walikota.

9) Dalam hal gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah

tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APED dan rancangan peraturan

bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi, bupati/walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling

lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

10) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh bupati/walikota dan DPRD, dan

bupati/walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan

bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

menjadi peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota, Gubernur membatalkan

peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dimaksud sesuai dengan peraturan

perundangundangan.

11) Gubernur menyampaikan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah

kabupaten/kota tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan

peraturan bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD kepada Menteri Dalam Negeri.

Page 31: makalah revisi ASP
Page 32: makalah revisi ASP