makalah (revisi).doc

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerjasama atau kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis, Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia. Namun agama adalah faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama terhadap agama lain sangat penting. Kalau kita masih mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis. Namun ketika kontak-kontak antaragama sering kali terjadi sejak tahun 1950-an, maka muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi bersikap negatif dan apriori terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul pengakuan positif atas kebenaran 1

Transcript of makalah (revisi).doc

Page 1: makalah (revisi).doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerjasama atau kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat

dihindarkan di Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang

untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan.

Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis, Humanis

dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat dikalangan bawah

sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakan/dinikmati oleh kalangan-

kalangan atas/orang kaya saja.

Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia. Namun agama adalah

faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan sebuah arti dan tujuan

hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk mengerti lebih dalam tentang agama

perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling

mungkin adalah mendapatkan pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi,

keterbukaan satu agama terhadap agama lain sangat penting. Kalau kita masih

mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling

benar, maka itu menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu

pandangan yang optimis. Namun ketika kontak-kontak antaragama sering kali terjadi

sejak tahun 1950-an, maka muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran

keagamaan. Orang tidak lagi bersikap negatif dan apriori terhadap agama lain. Bahkan

mulai muncul pengakuan positif atas kebenaran agama lain yang pada gilirannya

mendorong terjadinya saling pengertian. Di masa lampau, kita berusaha menutup diri dari

tradisi agama lain dan menganggap agama selain agama kita sebagai lawan yang sesat

serta penuh kecurigaan terhadap berbagai aktivitas agama lain, maka sekarang kita lebih

mengedepankan sikap keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana hubungan kerjasama yang terjadi dalam intern umat islam?

1.2.2 Bagaimana hubungan yang terjadi antar umat beragama?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui bagaimana hubungan kerjasama yang terjadi dalam intern umat

islam.

1.3.2 Mengetahui bagaimana hubungan yang terjadi antar umat beragama.

1

Page 2: makalah (revisi).doc

BAB II

ISI

2.1 Kerjasama Umat Beragama

2.1.1 Pengertian kerjasama umat beragama menurut pandangan umum

Kerjasama umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi

dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam

kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan

masyarakat dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya

bersama dalam memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan,

pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah

ibadah harus memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hokum

dan telah terdaftar di pemerintah daerah.

Pemeliharaan kerukunan umat beragama baik di tingkat Daerah, Provinsi,

maupun Negara pusat merupakan kewajiban seluruh warga Negara beserta instansi

pemerinth lainnya. Lingkup ketentraman dan ketertiban termasuk memfalisitasi

terwujudnya kerukunan umat beragama, mengkoordinasi kegiatan instnsi vertical,

menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, saling

percaya diantara umat beragama, bahkan menerbitkan rumah ibadah.

Sesuai dengan tingkatannya Forum Kerukunan Umat Beragama dibentuk di

Provinsi dan Kabupaten. Dengan hubungan yang bersifat konsultatif gengan tugas

melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat, menampung

aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat, menyalurkan aspirasi dalam

bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan.

Kerukunan antar umat beragama dapat diwujdkan dengan;

1. Saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama

2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu

3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya, dan

4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan

Negara atau Pemerintah.

Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban antar umat

beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa dan

bernegara.

2

Page 3: makalah (revisi).doc

2.1.2 Kerjasama umat beragama menurut pandangan islam

Kerukunan umat beragama dalam islam yakni Ukhuwah Islamiah. Ukhuah

islamiah berasl dari kata dasar “Akhu” yang berarti saudara, teman, sahabat, Kata

“Ukhuwah” sebagai kata jadian dan mempunyai pengertian atau menjadi kata benda

abstrak persaudaraan, persahabatan, dan dapat pula berarti pergaulan. Sedangkan

Islaiyah berasal dari kata Islam yang dalam hal ini menjadi atau memberi sifat

Ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata Ukhuwah dan Islamiyah akan berarti

persaudaraan islam atau pergaulan menurut islam.

Dapat dikatakan bahwa pengertian Ukhuah Islamiyah adalah gambaran tentang

hubungan antara orang-orang islam sebagai satu persaudaraan, dimana antara yang

satu dengan yang lain seakan akan berada dalam satu ikatan. Ada hadits yang

mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara sesame islam dalam menjamin

Ukhuwah Islamuah yang berarti bahwa antara umat islam itu laksana satu tubuh,

apabila sakit salah satu anggota badan itu, maka seluruh badan akan merasakan

sakitnya. Dikatakan juga bahwa umat muslim itu bagaikan sutu bangunan yang

saling menunjang satu sama lain.

Pelaksanaan Ukhuwah Islamiyah menjadi actual, bila dihubungkan dengan

masalah solidaritas social. Bagi umat Islam, Ukhuwah Islamiyah adalah suatu yang

masyru’ artinya diperintahkan oleh agama. Kata persatuan, kesatuan, dan solidaritas

akan terasa lebih tinggi bobotnya bila disebut dengan Ukhuwah. Apabila bila kata

Ukhuwah dirangkaikan dengan kata Islamiyah, maka ia akan menggambarkan satu

bentuk dasar yakni Persaudaraan Islam merupakan potensi yang obyektif.

Ibadah seperti zakat, sedekah, dan lain-lain mempunyai hubungan konseptual

dengan cita ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah itu sendiri bukanlah tujuan,

Ukhuwah Islamiyah adalah kesatuan yang menjelmakan kerukunan hidup umat dan

bangs, juga untuk kemajuan agama, Negara, dan kemanusiaan.

“Janganlah bermusuh- musuhan, maka Allah menjinakan antara hatimu, lalu

menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (QS. Ali Imran:

103)

Artinya: “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai dan

berselisih sesudah dating keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-

orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali Imran 105).

3

Page 4: makalah (revisi).doc

2.2 Hubungan Intern Umat Islam

2.2.1 Pandangan agama mengenai kerukunan dalam islam

Agama Islam diturunkan Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, tetapi

membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Sesuai dengan hakikat manusia itu

agama Islam mengatur hubungan antar manusia, baik sesama muslim maupun

muslim dengan umat yang lain.

Agama Islam mengatur hubungan sesama umat Islam dengan mengembangkan

ukhuwah Islamiah (persaudaraaan sesama muslim) yang didasarkan atas kesamaan

iman, karena itu perbedaan-perbedaan sebagai akibat perbedaan dalam penafsiran di

tengah umat Islam tidak boleh menjadi factor pemicu perpecahan umat Islam.

Hubungan antara seorang muslim dengan muslim yang lain digambarkan seperti

hubungan antara satu anggota tubuh dengan anggota tubuh lainnya yang bersatu

secara utuh.Nabi Muhammad SAW menggambarkan hubungan muslim dengan

muslim dalam sabdanya:

Perumpamaan orang-orang yang beriman bagaikan satu tubuh, apabila salah satu

anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh merasakan sakitnya (H.R. Muslim dan

Ahmad).

Hal ini didukung oleh firman Allah SWT dalam Surat Al-Hujarat, 49:10, yang

mengandung arti:

“Sesungguhnya orang - orang mukmin itu bersaudara”.

2.2.2 Perbedaan pendapat dalam ajaran islam (konflik intern)

Ukhuwah di kalangan umat Islam seringkali diganggu oleh adanya perbedaan

dalam pemahaman keislaman.Perbedaan yang memicu konflik intern umat Islam

biasanya menyangkut persoalan fiqhiyah. Perbedaaan pemahaman keagamaan

merupakan hal yang wajar dan manusiawi, karena adanya perbedaan latar belakang

pengetahuan, pengalaman, dan perbedaan lainnya. Karena itu perbedaan hendaknya

disikapi secara wajar dan arif.

Adanya perbedaan dalam pemahaman agama akan selalu ada di tengah umat

Islam, karena al-Qur’an sebagai rujukan utama masih bersifat global dan adanya

keragaman pengamalan agama yang ditampilkan Nabi  melalui hadis-hadisnya.

Keduanya memerlukan penafsiran dan ketika ditafsirkan ia menjadi terbuka untuk

berbeda penafsiran. Di samping itu adanya ijtihat dalam menetapkan suatu hukum

yang belum ditetapkan memungkinkan pula terjadinya perbedaaan. Sikap yang

sebaiknya ditampilkan umat Islam dalam menghadapi perbedaan itu adalah

4

Page 5: makalah (revisi).doc

menetapkan rujukan yang menurutnya atau menurut ahli yang dipercayainya lebih

dekat kepada maksud yang sebenarnya. Terhadap orang yang berbeda penafsiran

seyogyanya dikembangkan sikap toleran dan hormat-menghormati, serta tetap

menghubungkan silaturahmi.

Dengan demikian perbedaan yang ada di kalangan umat Islam tidak menjadikan

mereka terpecah-pecah. Kerja sama sesama umat Islam hendaknya didasarkan atas

kesamaan aqidah sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan dalam

meninggikan syiar Islam di muka bumi.

Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu ajaran yang mendapat

perhatian penting dalam islam. Al-qur’an menyebutkan kata yang mengandung arti

persaudaraan sebanyak 52 kali yang menyangkut berbagai persamaan, baik

persamaan keturunan, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama.

Ukhuwah yang islami dapat dibagi kedalam empat macam, yaitu :

- Ukhuwah ’ubudiyah atau saudara sekemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah.

- Ukhuwah insaniyah (basyariyah), dalam arti seluruh umat manusia adalah

bersaudara, karena semua berasal dari ayah dan ibu yang sama;Adam dan Hawa.

- Ukhuwah wathaniyah wannasab,yaitu persaudaraan dalam keturunan dan

kebangsaan.

- Ukhuwwah fid din al islam, persaudaraan sesama muslim.

Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk

perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan.

Nabi menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya

”Seorang mukmin dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu

anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah

adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama.

Kebersamaan di akalangan muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau

persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah. Persatuan dan kesatuan sebagai

implementasi ajaran Islam dalam masyarakat merupakan salah satu prinsip ajaran

Islam.

Salah satu masalah yang di hadapi umat Islam sekarang ini adalah rendahnya rasa

kesatuan dan persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi lemah. Salah satu sebab

rendahnya rasa persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam adalah karena

rendahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam. Persatuan di kalangan muslim

tampaknya belum dapat diwujudkan secara nyata. Perbedaan kepentingan dan

golongan seringkali menjadi sebab perpecahan umat. Perpecahan itu biasanya

diawali dengan adanya perbedaan pandangan di kalangan muslim terhadap suatu

5

Page 6: makalah (revisi).doc

fenomena. Dalam hal agama, di kalangan umat islam misalnya seringkali terjadi

perbedaan pendapat atau penafsiran mengenal sesuatu hukum yang kemudian

melahirkan berbagai pandangan atau madzhab. Perbedaan pendapat dan penafsiran

pada dasarnya merupakan fenomena yang biasa dan manusiawi, karena itu

menyikapi perbedaan pendapat itu adalah memahami berbagai penafsiran.

Untuk menghindari perpecahan di kalangan umat islam dan memantapkan

ukhuwah islamiyah para ahli menetapkan tiga konsep,yaitu :

1. Konsep tanawwul al ’ibadah (keragaman cara beribadah). Konsep ini

mengakui adanya keragaman yang dipraktekkan Nabi dalam pengamalan

agama yang mengantarkan kepada pengakuan akan kebenaran semua

praktek keagamaan selama merujuk kepada Rasulullah. Keragaman cara

beribadah merupakan hasil dari interpretasi terhadap perilaku Rasul yang

ditemukan dalam riwayat (hadits).

2. Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun (yang salah dalam berijtihad pun

mendapatkan ganjaran). Konsep ini mengandung arti bahwa selama

seseorang mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan

tetap diberi ganjaran oleh Allah , walaupun hasil ijtihad yang diamalkannya

itu keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan yang

benar dan salah bukan manusia, melainkan Allah SWT yang baru akan kita

ketahui di hari akhir. Kendati pun demikian, perlu pula diperhatikan orrang

yang mengemukakan ijtihad maupun orang yang pendapatnya diikuti,

haruslah orang yang memiliki otoritaskeilmuan yang disampaikannya

setelah melalui ijtihad.

3. Konsep la hukma lillah qabla ijtihadi al mujtahid (Allah belum menetapkan

suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang mujtahid). Konsep ini

dapat kita pahami bahwa pada persoalan-persoalan yang belum ditetapkan

hukumnya secara pasti, baik dalam al-quran maupun sunnah Rasul, maka

Allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu umat islam,khususnya

para mujtahid, dituntut untuk menetapkannya melalui ijtihad. Hasil dari

ijtihad yang dilakukan itu merupakan hukum Allah bagi masing-masing

mujtahid, walaupun hasil ijtihad itu berbeda-beda.

Ketiga konsep di atas memberikan pemahaman bahwa ajaran Islam

mentolelir adanya perbedaan dalam pemahaman maupun pengalaman. Yang

mutlak itu hanyalah Allah dan firman-fiman-Nya,sedangkan interpretasi terhadap

firman-firman itu bersifat relatif. Karena itu sangat dimungkinkan untuk terjadi

perbedaan. Perbedaan tidak harus melahirkan pertentangan dan permusuhan. Di

sini konsep Islam tentang Islah diperankan untuk menyelesaikan pertentangan

yang terjadi sehingga tidak menimbulkan permusuhan, dan apabila telah terjadi,

6

Page 7: makalah (revisi).doc

maka islah diperankan untuk menghilangkannya dan menyatukan kembali orang

atau kelompok yang saling bertentangan.

2.3 Hubungan Antar Umat Beragama

Manusia diciptakan bersuku-suku dan dengan berbagai agama oleh karena itu untuk

menjalin kerjasama itu kita harus menjalin kerja sama antar umat beragama agar tercipta

kedamaian dan tidak adanya kerusakan di bumi ini.  

Agama Islam diturunkan Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia. Manusia

adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, tetapi membutuhkan hubungan

dengan manusia lainnya. Sesuai dengan hakikat manusia itu agama Islam mengatur

hubungan antar manusia, baik sesama muslim maupun muslim dengan umat yang lain.

2.3.1 Pandangan islam tentang agama lain

Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleransi kepada pemeluk agama

lain adalah mutlak untuk dijalankan (Pluralitas). Namun bukan berarti beranggapan

bahwa semua agama adalah sama (pluralisme), artinya tidak menganggap bahwa

Tuhan yang kami sembah adalah Tuhan yang kalian sembah. Majelis Ulama

Indonesia (MUI) menentang paham pluralisme dalam agama Islam Namun demikian,

paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh kalangan Muslim

itu sendiri.

Agama Islam mengakui keberagaman agama yang dianut oleh manusia, karena itu

ia tidak hanya mengajarkan tata cara hubungan sesame umat Islam, tetapi juga

hubungan dengan umat beragama lain. Islam adalah agama yang mengembangkan

kedamaian dan kesejahteraan seluruh alam (rahmatan lil alamin), karena itu Islam

mengajarkan umatnya untuk tidak memaksa orang lain untuk menganut agama Islam,

tetapi mendorong umatnya untuk memperlihatkan kepada orang lain penampilan

yang baik sehingga menyenangkan untuk didekati dan diakrabi. Rasulullah SAW

mencontohkan hubungan yang baik dengan pamannya yang bukan muslim sehingga

karena budi pekertinya itu banyak orang tertarik kepada Islam.

Dalam hubungannya dengan penganut agama lain Islam mengajarkan toleransi

(tasamuh), yaitu membiarkan dan tidak ikut campur dengan mereka dalam

melaksanakan agamanya. Islam membolehkan umatnya untuk bekerja sama dengan

penganut agama lain di luar kegiatan ritual, misalnya menjalin hubungan ekonomi

dan perdagangan politik, sosial, dan budaya sepanjang dapat menjamin kemurnian

aqidahnya. Sedangkan kerja sama dalam urusan ritual atau ibadah tidak

diperkenankan sama sekali, tetapi umat Islam tetap wajib menghormati dan

memberikan kebebasan kepada mereka untuk menjalankan agamanya.

2.3.2 Manfaat kerukunan antar umat beragama

7

Page 8: makalah (revisi).doc

Umat Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat dikembangkan

sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas dan kemajuan negara

Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat beragama

dapat memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai faktor

pemersatu dalam kehidupan berbangsa. "Sebab jika agama dapat dikembangkan

sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan sumbangan bagi stabilitas dan

kemajuan suatu negara," katanya dalam Pertemuan Besar Umat Beragama Indonesia

untuk Mengantar NKRI di Jakarta, Rabu.

Pada pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,

Buddha, dan Konghucu itu Maftuh menjelaskan, kerukunan umat beragama di

Indonesia pada dasarnya telah mengalami banyak kemajuan dalam beberapa dekade

terakhir namun beberapa persoalan, baik yang bersifat internal maupun antar-umat

beragama, hingga kini masih sering muncul. Menurut dia, kondisi yang demikian

menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama tidak bersifat imun melainkan terkait

dan terpengaruh dinamika sosial yang terus berkembang. "Karena itu upaya

memelihara kerukunan harus dilakukan secara komprehensif, terus-menerus, tidak

boleh berhenti," katanya.

Dalam hal ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat beragama dapat memberikan

kontribusi dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk

menggalang kekuatan bersama guna mengatasi berbagai masalah sosial termasuk

kemiskinan dan kebodohan.

Ia juga mengutip perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang menyatakan

bahwa misi agama atau dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi dengan

tujuan meningkatkan sumber daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun karakter.

"Hal itu kemudian perlu dijadikan sebagai titik temu agenda bersama lintas agama,"

katanya.

Kita sekarang membahas masalah yang amat relevan dengan perkembangan

pembangunan bangsa ini bersama-sama, dengan melibatkan berbagai organisasi

kecendekiawanan dari bermacam-macam agama. Ini berarti langsung atau tidak

langsung mengasumsikan adanya kemungkinan kita bertemu dalam suatu landasan

bersama (common platform). Maka sekarang pertanyaannya ialah, adakah titik-temu

agama-agama ? Pertanyaan yang hampir harian itu kita ketahui mengundang jawaban

yang bervariasi dari ujung keujung, sejak dari yang tegas mengatakan "ada",

kemudian yang ragu dan tidak tahu pasti secara sekptis atau agnostis, sampai kepada

yang tegas mengingkarinya. Mungkin, mengikuti wisdom lama, yang benar ada

disuatu posisi antara kedua ujung itu, berupa suatu sikap yang tidak secara simplistik

meniadakan atau mengadakan, juga bukan sikap ragu dan penuh kebimbangan.

8

Page 9: makalah (revisi).doc

Karena kita bangsa Indonesia sering membanggakan -- atau dibanggakan -- sebagai

bangsa yang bertoleransi dan berkerukunan agama yang tinggi, maka barangkali

cukup logis jika jawaban atas pertanyaan diatas kita mulai dengan suatu sikap

afirmatif. Sebab logika toleransi, apalagi kerukunan ialah saling pengertian dan

penghargaan, yang pada urutannya mengandung logika titik-temu, meskipun, tentu

saja, terbatas hanya kepada hal-hal prinsipil. Hal-hal rinci, seprti ekspresi -ekspresi

simbolik dan formalistik, tentu sulit dipertemukan. Masing-masing agama, bahkan

sesungguhnya masing-masing kelompok intern suatu agama tertentu sendiri,

mempunyai idiomnya yang khas dan bersifat esoterik, yakni, "hanya berlaku secara

intern". Karena itulah ikut-campur oleh seorang penganut agama dalam urusan

kesucian orang dari agama lain adalah tidak .

2.3.3 Hubungan antar umat beragama menurut ketauhidan

Rasional dan absurd. Sebagai misal, agama Islam melarang para penganutnya

berbantahan dengan para penganut kitab suci yang lain melainkan dengan cara yang

sebaik-baiknya, termasuk menjaga kesopanan dan tenggang rasa -- disebutkan

kecuali terhadap yang bertindak zalim -- dan orang Islam diperintahkan untuk

menegaskan bahwa kita semua, para penganut kitab suci yang berbeda-beda itu,

sama-sama menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan sama-sama pasrah kepada-Nya.

(1) Bahkan biarpun sekiranya kita mengetahui dengan pasti bahwa seseorang lain

menyembah sesuatu obyek sembahan yang tidak semestinya, bukan Tuhan Yang

Maha Esa (sebagai sesembahan yang benar), kita tetap dilarang untuk berlaku tidak

sopan terhadap mereka itu. Sebab, menurut Al-Qur'an, sikap demikian itu akan

membuat mereka berbalik berlaku tidak sopan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

sesembahan yang benar, hanya karena dorongan rasa permusuhan dan tanpa

pengetahuan yang memadai.(2) Terhadap mereka inipun pergaulan duniawi yang

baik tetap harus dijaga dan disini berlaku adagium "bagimu agamamu dan bagiku

agamaku".(3) Ungkapan ini bukanlah pernyataan yang tanpa peduli dan rasa putus

asa, melainkan karena kesadaran bahwa agama tidak dapat dipaksakan dan bahwa

setiap orang, lepas dari soal agamanya apa, tetap harus dihormati sebagai manusia

sesama makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sebab Tuhan sendiripun menghormati

manusia, anak cucu Adam dimana saja.(4) Sementara demikian itu ajaran tentang

hubungan dan pergaulan antarumat beragama -- suatu hubungan dan pergaulan

berdasarkan pandangan bahwa setiap agama dengan idiom atau syir'ah dan minhaj

masing-masing mencoba berjalan menuju kebenaran (5) -- maka para penganut

agama diharapkan dengan sungguh-sungguh menjalankan agamanya itu dengan baik.

Agaknya sikap yang penuh inklusifisme ini harus kita fahami betul, karena akal

membawa dampak kebaikan bagi kita semua. Bahwa setiap pemeluk agama

diharapkan mengamalkan ajaran agamanya dengan sungguh-sungguh, dari sudut

pandang Islam dapat dipahami dari sederetan firman ,Tuhan tentang kaum Yahudi,

Nasrani dan Muslim sendiri.

9

Page 10: makalah (revisi).doc

Kemudian untuk umat-umat yang lain, seperti telah diteladankan oleh para 'ulamb'

dan umarb' Islam zaman klasik, dapat diterapkan penalran analogis. Untuk kaum

Yahudi telah diturunkan Kitab Taurat yang memuat petunjuk dan jalan terang, dan

yang digunakan sebagai sumber hukum bagi kaum Yahudi oleh mereka yang pasrah

kepada Tuhan dan oleh para pendeta dan sarjana keagamaan mereka. Mereka harus

menjalankan ajaran bijak atau hukm itu. Kalau tidak, mereka akan tergolong kaum

yang menolak kebenaran (kafir).(6) Juga diturunkan hukum yang rinci kepada kaum

Yahudi, seperti mata harus dibalas dengan mata, hidung dengan hidung, dan telingan

dengan telinga, dan mereka harus menjalankan itu semua. Kalau tidak, mereka

adalah orang-orang yang zalim.(7) Kitab Taurat diturunkan Tuhan kepada kaum

Yahudi lewat Nabi Musa as. Sesudah Nabi Musa as. dan para Nabi yang lain yang

langsung meneruskannya, Tuhan mengutus Isa al-Masih as. dengan Kitab Injil

(Kabar Gembira). Para pengikut Isa al-Masih as. menyebut Injil itu "Perjanjian

Baru", berdampingan engan Kitab Taurat yang mereka sebut "Perjanjian Lama".

Kaum Yahudi, karena tidak mengakui Isa al-Masih as. dengan Injilnya, menolak

mengakui keabsahan kedua-duanya sekaligus. Al-Qur'an juga mengatakan bahwa

Injil yang diturunkan kepada Isa al-masih as. itu menguatkan kebenaran Taurat dan

memuat petunjuk dan cahaya serta nasihat bagi kaum yang bertakwa. Para pengikut

Injil diharuskan menjalankan ajaran dalam kitab Suci itu, sesuai dengan yang

diturunkan Tuhan. Kalau tidak, mereka adalah fasiq (berkecenderungan jahat).(8)

2.3.4 Ajaran islam tentang kerukunan antar umat beragama

Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat tidak

selalu hanya dapat diharapkan dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat

diaplikasikan dalam masyarakat manapun, sebab secara esensial ia merupakan nilai

yang bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami bahwa Isalam yang hakiki hanya

dirujukkan kepada konsep al-quran dan As-sunnah, tetapi dampak sosial yanag

lahirdari pelaksanaan ajaran isalam secara konsekwen ddapat dirasakan oleh manusia

secara keseluruhan. Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan

antar bangsa,nilai-nilai ajaran Islam menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna

menyatukan umat manusia dalam suatu kesatuan kkebenaran dan keadilan.

Dominasi salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap makna

Islam, sebab ia hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat universal.

Universalisme Islam dapat dibuktikan anatara lain dari segi, dan sosiologo. Dari segi

agama, ajaran Islam menunjukkan universalisme dengan doktrin monoteisme dan

prinsip kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia, tanpa perbedaan diminta untuk

bersama-sama menerima satu dogma yang sederhana dan dengan itu ia termasuk ke

dalam suatu masyarakat yang homogin hanya denga tindakan yang sangat

mudah ,yakni membaca syahadat. Jika ia tidak ingin masuk Islam, tidak ada paksaan

10

Page 11: makalah (revisi).doc

dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan menikmati segala macam hak kecuali

yang merugikan umat Islam.

Ditinjau dari segi sosiologi, universalisme Islam ditampakkan bahwa wahyu

ditujukan kepada semua manusia agar mereka menganut agama islam, dan dalam

tingkat yang lain ditujukan kepada umat Islam secara khususu untuk menunjukan

peraturan-peraturan yang harus mereka ikuti. Karena itu maka pembentukan

masyarakat yang terpisah merupakan suatu akibat wajar dari ajaran Al-Qur’an tanpa

mengurangi universalisme Islam.

Melihat Universalisme Islam di atas tampak bahwa esensi ajaran Islam terletak

pada penghargaan kepada kemanusiaan secara univarsal yang berpihak kepada

kebenaran, kebaikan,dan keadilan dengan mengedepankan kedamaian.;menghindari

pertentangan dan perselisian, baik ke dalam intern umat Islam maupun ke luar.

Dengan demikian tampak bahwa nilai-nilai ajaran Islam menjadi dasar bagi

hubungan antar umat manusia secara universal dengan tidak mengenal suku,bangsa

dan agama.

Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat

Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalan

tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak lain,

tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja samayang baik.

Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar

manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama ydalam

bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan

sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.

2.3.5 Tindakan yang seharusnya dilakukan setiap agama agar dapat tercapainya

suatu kerjasama yang baik

Masing-masing pihak menyadari bahwa ajaran agama mereka tentang iman dan

ketuhanan adalah sangat berbeda dan tidak mungkin dikompromikan.

Masing-masing pihak mengakui tentang hak dan kewajiban pihak pimpinan

agama lain untuk mengajarkan agamanya bagi penganutnya sendiri walaupun

agama itu mencela agama kita.

Masing-masing pihak mengakui bahwa pihak lain yang karena memang

dituntut oleh agamanya untuk menyiarkan pada pihak lainnya.

Mengadakan perjumpaan di antara agama-agama, khususnya agama yang

mengalami konflik,

Bersikap optimis walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk

menuju sikap terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama.

11

Page 12: makalah (revisi).doc

Selalu membatu sesama. Jangan melakukan diskriminasi terhadap suatu agama,

terutama saat mereka memerlukan bantuan.

Selalu menjaga rasa hormat pada orang lain tanpa memandang agama apa yang

mereka anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan tidak sinis. Hal ini

tentu akan mempererat kerukunan umat beragama.

Bila terjadi masalah yang menyangkut agama, selesaikan dengan kepala dingin

tanpa harus saling menyalahkan para pemeluk agama lain. peran pemerintah sangat

diperlukan dalam mencapai suatu penyelesaian solusi yang baik dan tidak merugikan

pihak manapun, atau malah mungkin menguntungkan

12

Page 13: makalah (revisi).doc

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Kerjasama antar umat beragama sangat diperlukan. Karena kita diperintahkan untuk

senantiasa hidup berdampingan dengan umat agama lain. Dan hal ini sesuai dengan ajaran

Nabi Muhammad SAW. Dimana kita harus hidup saling membantu dan bekerja sama

sekalipun dia umat non-muslim. Kerjasama umat bragama yaitu hubungan sesama umat

beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling

menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan

masyarakat dan bernegara. Kerukunan umat beragama dalam islam yakni Ukhuwah Islamiah.

Ukhuah islamiah berasl dari kata dasar “Akhu” yang berarti saudara, teman, sahabat, Kata

“Ukhuwah” sebagai kata jadian dan mempunyai pengertian atau menjadi kata benda abstrak

persaudaraan, persahabatan, dan dapat pula berarti pergaulan.

Dapat kita lihat betapa pentingnya rasa toleransi terhadap perbedaan yang ada. Karena

dengan adanya toleransi kita dapat saling menghormati dan menghindari konflik yang terjadi

karena masalah perbedaan agama.

3.2 Saran

Menurut kelompok kami, kedepannya kita sebagai manusia beragama harus

meningkatkan rasa saling menghargai dan menghormati baik sesama pemeluk agama islam

maupun berbeda keyakinan. Dan peran pemerintah juga sangat diperlukan untuk

menanggulangi konflik yang kemungkinan bisa terjadi. Rasa toleransi antar sesame agama

islam harus tetap di tumbuhkan agar keutuhan dan kerukunan bias tetap terus terjaga dengan

baik.

13

Page 14: makalah (revisi).doc

Daftar Pustaka

Al-Qur’nul Karim

Natsir, Mohamad. Keragaman Hidup Antar Agama (Jakarta: Penerbit Hudaya, 1970), cet. II.

Al-Baihaqi, Syu’ab al-Imam (Beirut: t.t), ed. Abu Hajir Muhamad b. Basyuni Zaghlul, VI, h.

105.

Syeikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Qur'an dan As-Sunnah,

terj. Abu Abdillah Mohammad Afifuddin As-Sidawi (Misra: Penerbit Maktabah Salafy Press,

t.t.).

Shahih Al-Jami' As-Shaghir wa Ziyadatuhu. No. 3266

Max I. Dimon, Jews, God, and History (New York: New American Library, 1962), h. 194.

http://imso.wordpress.com/2006/11/01/kerukunan-beragama-di-indonesia-seperti-apa/

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama

http://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme_agama

14