MAKALAH WAKAF revisi

25

Click here to load reader

Transcript of MAKALAH WAKAF revisi

Page 1: MAKALAH WAKAF revisi

I. Pengertian Wakaf

Jika dilihat dari sisi bahasa, wakaf berasal dari kata waqf yang berarti

Radiah(terkembalikan) al-tahbis (tertahan) al-tasbil(tertawan) al-man’u (mencegah).

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa wakaf menurut bahasa adalah “menahan harta”

tidak dipakai oleh seseorang, tidak pula diizinkan untuk dikuasai1.

Terdapat banyak pendapat yang dikemukakan para ulama tentang definisi wakaf,

diantaranya:

Hanafiah mendefinisikan wakaf sebagai menahan materi benda milik wakif dan

menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan untuk

tujuan kebajkan. Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahwa kedudukan harta masih tetap

tertahan atau terhenti di tangan wakif itu sendiri. Berarti wakif masih menjadi pemilik harta

yang diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi atas manfaat harta tersebut, bukan

termasuk aset hartanya.

Syafiiyah mengartikan wakaf sebagai menahan harta yang bisa memberi manfaat serta

kekal bendanya dengan cara memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh wakif untuk

diserahkan kepada nadzir yang dibolehkan oleh syariah. Mazhab ini mensyaratkan harta

yang diwakafkan harus harta yang kekal bendanya, yang berarti harta yang tidak mudah

rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya terus-menerus.

Malikiyah, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang dimiliki untuk

diberikan kepada orang yang berhak dengan suatu akad dalam jangka waktu tertentu sesuai

dengan keinginan wakif.

Hanabilah, wakaf adalah menahan asal harta dan menyedekahkan manfaat yang

dihasilkan

Didalam Kompilasi Hukum Islam buku III tentang hukum perwakafan pasal 215,

Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang

memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya

guna kepentingan ibadat atau kerpeluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.2

Didalam UU No. 41 tahun 2004 BAB 1 pasal 1, wakaf adalah perbuatan hukum wakif

untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk

1 1.Helmi Karim, fiqh muamalah, PT Raja Grafindo, Jakarta, 1993, hal.1032 KHI buku III hukum perwakafan, pasal 215

1

Page 2: MAKALAH WAKAF revisi

dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertenru sesuia dengan kepentingannya

guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah3.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wakaf adalah menahan suatu

benda yang kekal zatnya, dapat diambil manfaatnya tanpa mengurangi ataupun

menghilangkan kekekalan dari zat tersebut.

II. Dasar Hukum Wakaf

A. Al-qur’an

Surat Ali Imran ayat 92

Artinya : “ kamu tidak akan mendapat nilai kebajikan sebelum kamu menafkahkan harta yang

kamu cintai. Apapun yang kamu nafkahkan, Allah maha mengetahuinya”4.

Al-baqarah 261

Artinya: “ perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan

hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir,

pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang di

kehendaki dan Allah maha kuasa ( karunia-nya) lagi maha mengetahui.”5

Al-Haj 77

77. Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah

Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.6

B. Al-hadist

3 UU No.41 tahun 20044 Zaini Dahlan dan Azharuddin Saahil (penerjemah), Qur’an Karim dan terjemah Artinya, UII Press, Yogyakarta, 1999, hal. 1095 Ibid.6 ibid

2

Page 3: MAKALAH WAKAF revisi

dalam salah satu hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam jamaah kecuali

Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Hurairata RA.

1.�َع �#َق�َط اُن' ِ اْن �#َس +ْن :ِ إَِذ�+ َم�اَت� اِإل �3َم َّل �#ِه+ َو�َس �ْي ْو#ُل' الَّلِه+ َص�َّل3ى الَّلِه' َع�َّل �َس � َق�اُل� َرَو#� ِه+ َأ َع' ِب + ��َف #َت 'ْن G ُي #َم َّل َو# َع+

� ٍةG َأ �اَر+ُي �َد�ٍقG َج �3ِ َمْن# َص �ٍةGِ إَّال �َث �َال 3ِ َمْن# َث +َّال 'ِه' إ #ِه' َع�َم�َّل َع�ْن�ِه' )َرَواه َمَسَّلَم ( �َد#َع'ْو# ل +ٍحG ُي �َدG َص�ال َو�ل

“apabila mati seorang manusia, maka terputuslah (terhenti) pahala perbuatannya,kecuali tiga

perkara: shadaqoh jariah (wakaf), ilmu yang dimanfaatkan baik dengan cara mengajar ataupun

dengan karangan, anak sholeh yang mendoakan orang tuanya”.

C. Hukum Positif di indonesia

PP No.28 tahun 1977 tentang perwakafan

UU republik Indonesia Nmor 41 Tahun 2004 tentang wakaf

KHI buku III tentang hukum perwakafan

PP no 42 tahun 2004 tentang pelaksanaan wakaf

Fatwa mui tanggal 28 safar 1423 h / 11 mei 2002 tentang wakaf yang berisi membolehkan

wakaf uang tunai.

Peraturan menteri agama Republik Indonesia tahun 2009 tentang administrasi wakaf uang

III. Rukun Wakaf

Di dalam hukum islam, Unsur-unsur pembentuk yang juga disebut rukun wakaf terdiri dari

empat hal pokok, yaitu:

a) Wakif

Wakif adalah pemilik harta yang mewakafkan hartanya, wakif harus memenuhi

syarat-syarat, yaitu:

Pemilik sah dari harta yang diwaakafkan

Mempunyai kecukupan tabarru yaitu kecukupan melepaskan hak milik kepada

orang lain. Yang menjadi ukuran seseorang yang dapat melakukan tabarru ialah

telah mempunyai kemampuan mempertimbangkan sesuatu yang telah di

temukan kepadanya dengan baik.

Wakif tidak boleh mempunyai hutang sedikitpun, ia hanya boleh mewakafkan

sepertiga hartanya, sedangkan dua pertiga lainnya tergantung kepada

persetujuan ahli waris.

3

Page 4: MAKALAH WAKAF revisi

Jika wakif berhutang sedangkan hartanya cukup untuk membayar hutangnya,

maka wakif boleh berwakaf, tetapi ia harus terlebih dahulu melunasi hutangnya.

b) Mauquf

Barang atau benda yang diwakafkan (mauquf) harus mencukupi beberapa syarat

yaitu:

Harus tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang, tidak habis

sekali pakai, dan pemanfaatan benda tersebut haruslah untuk hal-hal yang

berguna serta halal dan sah menurut hukum.

Harus jelas wujudnya, karakteristik, klasifikasi dan batas-batasnya (jika

berbentuk tanah).

Harus benar-benar kepunyaan wakif dan bebas dari segala beban.

Harta yang diwakafkan dapat berupa benda yang bersifat tetap dan dapat juga

benda yang bergerak seperti saham, surat berharga dan lain-lain

c) Mauquf ‘alaih

Yaitu sasaran atau siapa yang dituju untuk mendapatkan manfaat dari harta yang

diwakafkan, dalam hal ini mauquf ‘alaih harus jelas dan pasti, misalnya:

Untuk kepentingan umum, seperti pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit.

Untuk menolong fakir miskin, orang-orang terlantar dengan membangun panti

asuhan

Tujuan wakaf tidak bleh bertentangan dengan nilai-nilai syariat. Minimal tujuan

tersebut adalah untuk hal-hal yang mubah seperti wakaf tanah untuk area

pekuburan, pasar, lapangan olahraga dan lain-lain.

d) Shigat waqf

Shighat atau pernyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan benda wakaf.

Pernyataan ini dapat dilakukan secara lisan ataupun tertulis, dengan dilaksanakannya

pernyataan itu maka hilanglah hak wakif atas harta yang diwakafkannya. Benda

yang diwakakan kembali menjadi hak milik mutlaq Allah yang boleh diambil

manfaatnya.

di dalam pasal 7, UU No.41 tahun 2004 pasal 6 disebutkan bahwa wakaf dilaksanakan

dengan memenuhi unsur (rukun )wakaf berikut:

a. Wakif;

4

Page 5: MAKALAH WAKAF revisi

b. Nazhir;

c. Harta Benda Wakaf;

d. Ikrar Wakaf;

e. peruntukan harta benda wakaf;

f. jangka waktu wakaf.7

a) Wakif

Menurut UU No. 41 tahun 2004 pasal 7-8, Wakif adalah pemilik harta yang

mewakafkan hartanya, wakif meliputi:

Perseorangan

Wakif perseorangan sebagaiman disebutkan dalam pasal 7 harus memenuhi

beberapa persyaratan yaitu:

Dewasa

berakal sehat

tidak terhalang melakukan perbuatan hukum

Pemilik sah harta benda wakaf.

Organisasi

Wakif organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 hanya dapat melakukan

wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda

wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang

bersangkutan.

Badan hukum

Wakif badan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 hanya dapat

melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan

harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan

hukum yang bersangkutan.8

b) Nazhir

Menurut UU No.41 tahun 2004 pasal 9-10, nazhir terdiri dari:

Perseorangan

Persyaratan yang harus dipenuhi nazhir perseorangan adalah sebagai berikut:

Warga negara Indonesia

Beragama Islam

7 UU No.41 tahun 2004, pasal 68 UU No. 41 tahun 2004 pasal 7-8

5

Page 6: MAKALAH WAKAF revisi

Dewasa

Amanah

Mampu secara jasmani dan rohani

Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum

Organisasi

Persyaratan yang harus dipenuhi nazhir organisasi adalah sebagai berikut:

Pengurus organisasi yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan nazhir

perseorangan

Organisasi yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan,

kemasyarakatan, dan keagamaan islam

Badan hukum

Persyaratan yang harus dipenuhi nazhir badan hukum adalah sebagai berikut:

Pengurus badan hukum yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan

nazhir perseorangan

Badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan,

kemasyarakatan, dan keagamaan islam.9

c) Harta benda wakaf

Pada UU No. 41 tahun 2004 pasal 15-16, disebutkan bahwa harta benda wakaf

hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah, benda

wakaf terdiri dari:

Benda tidak bergerak, meliputi:

Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar

Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri diatas tanah seperti tersebut

diatas

Tanaman atau benda lain yang berkaitan dengan tanah

Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan perundang-undangan

yang berlaku

Benda yang tidak bergerak yang lain sesuia dengan ketentuan syariah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku

Benda bergerak, yaitu harta benda yang tidak habis karena dikonsumsi, meliputi:

Uang

9 UU No. 41 tahun 2004 pasal 9-10

6

Page 7: MAKALAH WAKAF revisi

Logam mulia

Surat berharga

Kendaraan

Hak atas kekayaan intelektual

Hak sewa

Benda bergerak lainnya sesuai dengan ketentua syariah dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.10

d) Ikrar wakaf

dalam pasal 17 ayat 1 UU No. 41 tahun 2004 disebutkan bahwa ikrar wakaf

dilaksanakan oleh wakif kepada nazir di hadapan PPAIW dengan disaksikan oleh

dua orang saksi.

Pada pasal 17 ayat 2 UU No. 41 tahun 2004 bahwa ikrar wakaf dinyatakan secara

lisan dan atau tulisan serta dituangkan dalam ikrar wakaf oleh PPAIW.

Pada pasal 19 UU wakaf No. 41 tahun 2004 bahwa dalam hal wakif tidak dapat

menyatakan ikrar secara lisan wakif dapat menunjukkan kuasanya dengan surat

kuasa yang diperkuat oleh dua orang saksi.

Menurut pasal 20 UU No.41/2004 , saksi dalam ikrar wakaf harus memenuhi

persyaratan, yaitu:

Dewasa

Beragama islam

Berakal sehat

Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.11

e) Peruntukan harta benda wakaf

Sebagaimana yang diesbutkan dalam UU No. 41 tahun 2004 pasal 22, dalam rangka

mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan

bagi:

Sarana dan kegiatan ibadah

Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan

Bantuan kepada pakir miskin, anak terlantar, yatim piatu

Kemajuan dan peningkatan ekonomi ummat

10 UU No. 41 tahun 2004 pasal 15-1611 UU No. 41 tahun 2004 pasal 17, 19, 20

7

Page 8: MAKALAH WAKAF revisi

Kemajuan dan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat

dan peraturan perundang-undangan.12

f) Jangka waktu wakaf

Di dalam pembahasan fiqh terjadi perbedaan pendapat diantara ulama’ dalam

masalah jangka waktu wakaf. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa di dalam

hukum islam tidak ditentukan jangka waktu wakaf, pendapat ini dikemmukakan oleh

ulama-ulama Hanafiyah, Syafiiyah, dan hanabilah. artinya jangka waktu tidak

terbatas dan bersifat abadi untuk selama-lamanya, hal ini dikarenakan bila harta

benda yang diwakafkan memiliki jangka waktu yang ditetapkan, maka hal ini tidak

dapat dikategorikan wakaf.

Pendapat yang kedua mengatakan bahwa didalam wakaf dibolehkan adanya jangka

waktu, artinya wakif boleh memberikan jangka waktu berlangsungnya wakaf sesuai

dengan keinginanya, pendapat ini dikemukanan para ulama malikiyah.

IV. Syarat Wakaf

Adapun syarat-syarat wakaf yang bersifat umum adalah sebagai berikut:

a) Wakaf tidak dibatasi dengan waktu tertentu, sebab wakaf berlaku selamanya tidak

untuk waktu tertentu, maka jika ada aktifitas wakaf yang berjangka waktu maka

wakaf itu batal.

b) Tujuan wakaf harus jelas, seperti mewakafkan sebidang tanah untuk sekolahan,

makam atau masjid.

c) Wakaf harus segera dilaksanakan setelah dinyatakan oleh yang mewakafkan

d) Wakaf adalah perkara yang wajib dilaksanakan tanpa adanya hak khiar yaitu

membatalkan atau melaksanakan wakaf yang telah dinyatakan, karena pernyataan

wakaf berlaku seketika dan untuk selamanya.

V. Macam-macam Wakaf

ada dua macam wakaf yang terkenal dikalangan kaum muslimin, yaitu:

a) Wakaf ahli

Wakaf  ahli  disebut  juga  wakaf  keluarga  atau  wakaf  khusus.  Maksud  wakaf 

ahli  ialah  wakaf  yang  ditujukan  kepada  orang-orang  tertentu,  seorang  atau 

terbilang,  baik  keluarga  wakif  maupun  orang  lain.  Misalnya,  seseorang 

12 UU No. 41 tahun 2004 pasal 22

8

Page 9: MAKALAH WAKAF revisi

mewakafkan  buku-buku  yang  ada  di  perpustakaan  pribadinya  untuk 

turunannya  yang  mampu  menggunakan.  Wakaf  semacam  ini  dipandang  sah 

dan  yang  berhak  menikmati  harta  wakaf  itu  adalah  orang-orang  yang  ditunjuk 

dalam  pernyataan  wakaf.

b) Wakaf khairi

Wakaf  khairi  ialah  wakaf  yang  sejak  semula  ditujukan  untuk  kepentingan-

kepentingan  umum  dan  tidak  ditujukan  kepada  orang-orang  tertentu.  Wakaf 

khairi  inilah  yang  benar-benar  sejalan  dengan  amalan  wakaf  yang  amat 

digembirakan  dalam  ajaran  Islam,  yang  dinyatakan  pahalanya  akan  terus 

mengalir  hingga  wakif  meninggal  dunia,  selama  harta  masih  dapat  diambil 

manfaatnya.

VI. Benda-benda Wakaf

Dalam UU No 41 tahun 2004 pasal 15, harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila

dimiliki dan dikuasai oelh wakif secara sah.13 Jadi harta benda yang bole di wkafkan harus

lah menjadi kekuasaan penuh wakif baik secara syariah atau hukum positif yang berlaku di

indonesia.

Wakaf tidak terbatas hanya pada tanah milik (benda tak bergerak) melainkan mencakup

benda bergerak dengan syarat memiliki daya tahan lama dan bernilai, supaya harta wakaf

tersebut dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, yaitu:

a) Benda tidak bergerak

Tanah

Bangunan

Tanaman

Rumah

Benda tidak bergerak lainnya sesuai ketentuan syariah

b) Benda bergerak

Uang

Logam mulia

Surat berharga

Kendaraan

13 UU No. 41 tahun 2004 pasal 15

9

Page 10: MAKALAH WAKAF revisi

Kekayaan intelektual

Hak sewa

Benda bergerak lainnya sesuai ketentuan syariah

VII. Penyalahgunaan Benda Wakaf

Apabila terjadi sengketa pada masalah wakaf, Pada pasal 62 UU No.41 tahun 2004 di

jelaskan bahwa:

1. Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai

mufakat.

2. Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat satu tidak berhasil,

sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase atau pengadilan14

Jika terjadi penyalah gunaan benda wakaf atau tindakan-tindakan pidana lainnya, maka

pelaku penyalahgunaan akan dikenakan ketentuan pidana dan sanksi administratif seperti

yang disebutkan dalam pasal 67 UU No.41 tahun 2004.

Ketentuan pidana:

1. Setiap orang yang dengan sengaja menjaminkan, menghibahkan,

menjual,mewariskan,mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya harta

benda wakaf yang telah diwakafkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 atau

tanpa izin menukar harta benda wakaf yang telah diwakafkan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

2. Setiap orang yang dengan sengaja menghibah peruntukan harta benda wakaf

tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp

400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah)

3. Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan atau mengambil fasilitas atas

hasil pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf melebihi jumlah yang

ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

14 UU No. 41 tahun 2004 pasal 62

10

Page 11: MAKALAH WAKAF revisi

Ketentuan administratif:

1. Menteri dapat mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran tidak

didaftarkannya harta benda wakaf oleh lembaga keuangan syariah dan PPAIW

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 32.

2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a) peringatan tertulis

b) penghentian sementara atau pencabutan izin kegiatan di bidang wakaf bagi

lembaga keuangan syariah

c) penghentian sementara dari jabatan atau penghentian dari jabatan PPAIW.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sanksi administratif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.15

VIII. Peralihan Tanah Wakaf

Tujuan dan maksud dari suatu akad wakaf pada dasarnya bersifat abadi, tidak boleh

diperuntukan untuk tujuan selain tujuan yang diinginkan oleh wakif terhadap harta benda

wakaf yang ia wakafkan. Tetapi pada praktek di lapangan sering timbul permasalahan dalam

pengelolaan harta benda wakaf, khususnya dalam hal ketidak sesuaiannya peruntukan harta

benda wakaf dengan kebutuhan di masyarakat umum.

Perubahan peruntukan tanah wakaf menurut KHI buku III tentang hukum

perwakafan

Paha kompilasi hukum islam buku III tentang hukum perwakafan, dlam pasal 225 dijelaskan

tentang perubahan benda wakaf yaitu:

1. Pada dasarnya terhadap benda yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan

perubahan atau penggunaan lain dari pada yang dimaksud dalam ikrar wakaf

2. Penyimpangan dari ketentuan tersebut dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan terhadap

hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Kepala

Kantur Urusan Agama Kecamatan berdasarkan saran dari Majelis Ulama Kecamatan

dan Camat setempat dengan alasan:

a. karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif;

15 UU No.41 tahun 2004 pasal 67

11

Page 12: MAKALAH WAKAF revisi

b. karena kepentingan umum.16

Peralihan tanah wakaf menurut UU NO.41 tahun 2004 tentang wakaf

Didalam UU No 41 tahun 2004 disinggung masalah perubahan status benda wakaf seperti

pada pasal 40, sebagai berikut:

Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:

a. dijadikan jaminan;

b. disita;

c. dihibahkan;

d. dijual;

e. diwariskan;

f. ditukar; atau

g. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.17

Kemudian pada pasal 41 dijelaskan bagaimana mekanisme perubahan status benda wakaf, sebagai berikut:

1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah.

2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia.

3. Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang. kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.18

Peralihan tanah wakaf menurut Fiqh

16 KHI buku III pasal 22517 UU No. 41 tahun 2004 pasal 4018 UU No. 41 tahun 2004 pasal 41

12

Page 13: MAKALAH WAKAF revisi

Jika merujuk pada pandangan fiqh tentang perubahan peruntukan tanah wakaf, maka kita akan menemukan pendapat beberapa ulama, yaitu:

Maliki

Ulama madzhab Maliki membedakan jenis harta wakaf dalam kaitanyya dengan penjualan harta wakaf tersebut, yaitu:

Apabila harta wakaf berwujud masjid maka tidak boleh dijual Apabila harta wakaf tersebut berwujud benda yang tidak bergerak, maka tidak boleh

dijual sekalipun telah hancur atau musnah dan tidak boleh diganti dengan jenis yang sama, tetapi boleh dijual dengan syarat dibelikan lagi sesuai dengan kebutuhan untuk memperluas masjid atau jalan umum.

Dalam bentuk benda bergerak atau hewan peliharaan, apabila manfaatnya tidak ada lagi, maka boleh dijual an hasil dari penjualannya dibelikan barang atau hewan sejenis.

Hambali

Dalam hal perubahan peruntukan benda wakaf madzhab hambali menguraikan beberapa ketentuan sebagai berikut:

Apabila harta benda wakaf telah hilang, seperti rumah telah hancur dan perkebunan telah menjadi hutan atau masjid tidak dipergunakan lagi oleh penduduk setempat sedangkan biaya untuk memperbaiki masjid, rumah atau perkebunan tersebut itu tidak ada, maka harta wakaf itu boleh dijual.

apabila manfaat harta wakaf sebagian masih bisa dimanfaatkan walaupun sedikit, maka harta tidak boleh dijual, tetapi dalam keadan darurat diperbolehkan demi memelihara tujuan wakaf itu sendiri.

Apabila harta wakaf berupa hewan tetapi sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi lalu dijual dan hasil penjualanyya tidak mencukupi untuk membeli hewan sejenis, maka boleh dibelikan benda yang sesuai dengan uang yang ada sehingga masih bisa dimanfaatkan penerima wakaf.

Tidak boleh memindahkan masjid dan menukarnya dengan yang lain, dan tidak boleh menjual pekarangan mesjid kecuali apabila masjid dan pekarangannya tidak bermanfaat lagi.

Syafii

Ulama syafiiyah berpendapat tentang peralihan peruntukan harta wakaf sebagai berikt:

Apabila harta wakaf itu berupa masjid, maka tidak boleh dijual dan dikembalikan kepada wakif atau siapapun walau masjid telah rusak, dan tidak digunakan lagi untuk sholat. hal ini dikarenakan harta itu tetap sebagai harta Allah. Akan tetapi pemerintah

13

Page 14: MAKALAH WAKAF revisi

dibolehkan membangun masjid lain atau dialihkan ketempat lain, jika hal itu yang terbaik.

Apabila masjid itu rusak, dan dikhawatirkan akan runtuh, maka pihak pemerintah harus memperbaikinya. Apabila harta wakaf berupa hewan atau buah-buahan dan diduga keras pemanfaatannya akan hilang, maka boleh dijual dan hasilnya diberikan kepada kerabat wakif yang miskin, fakir miskin lainnya atau untuk kemaslahatan umat islam setempat.

IX. Tata Cara Wakaf

Pada Kompilasi Hukum Islam buku III pasal 223 dipapakan secara jelas bagaimana tata cara

perwakafan yaitu:

1. Pihak yang hendak mewakafkah dapat menyatakan ikrar wakaf di hadapan Pejabat

PembuatnyaAkta Ikrar Wakaf untuk melaksanakan ikrar wakaf

2. Isi dan bentuk Ikrar Wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.

3. Pelaksanaan Ikrar, demikian pula pembuatan Akta Ikrar Wakaf, dianggap sah jika

dihadiri dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.

4. Dalam melaksanakan Ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak yang mewakafkan

diharuskan menyerahkan kepada Pejabat yang tersebut dalam Pasal 215 ayat (6),

surat-surat sebagai berikut:

a. tanda bukti pemilikan harta benda

b. jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka harus

disertai surat keterangan dari Kepala Desa, yang diperkuat oleh Camat

setempat yang menerangkan pemilikan benda tidak bergerak dimaksud

c. surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan dari benda tidak bergerak yang bersangkutan.19

X. Prosedur Pendaftaran dan Pengumuman Benda Wakaf

Di dalam UU No.41 tahun 2004 pasal 32-38 dijelaskan bagaimana prosedur pendaftaran

dan pengumumna harta benda wakaf sebagai berikut:

(Pasal 32 ) PPAIW atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf kepada Instansi

yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani.

19 KHI buku III hukum perwakafan pasal 223

14

Page 15: MAKALAH WAKAF revisi

(pasal 33) Dalam pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32,

PPAIW menyerahkan:

a. Salinan akta ikrar wakaf

b. Surat-surat dan/atau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya

(Pasal 34) Instansi yang berwenang menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf.

(pasal 35) Bukti pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

disampaikan oleh PPAIW kepada Nazhir.

(Pasal 36) Dalam hal harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya Nazhir

melalui PPAIW mendaftarkan kembali kepada Instansi yang berwenang dan Badan

Wakaf Indonesia atas harta benda wakaf yang ditukar atau diubah peruntukannya itu

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam tata cara pendaftaran harta benda wakaf.

(pasal 37) Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengadministrasikan pendaftaran harta

benda wakaf.

(pasal 38) Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengumumkan kepada masyarakat harta

benda wakaf yang telah terdaftar.20

XI. Tata Cara Wakaf Tanah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.28 tahun 1977 pasal 9 tentang perwakafan tanah milik, dapat kita ketahui tata cara perwakapan tanah, yaitu:

1. Pihak yang hendak mewakafkan tanahnya diharuskan datang di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf untuk melaksanakan Ikrar Wakaf.

2. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf seperti dimaksud dalam ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama.

3. lsi dan bentuk Ikrar Wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama. 4. Pelaksanaan Ikrar, demikian pula pembuatan Akta Ikrar Wakaf, dianggap sah, jika

dihadiri dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi. 5. Dalam melaksanakan ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak yang

mewakafkan tanah diharuskan membawa serta dan menyerahkan kepada Pejabat tersebut dalam ayat (2) surat- surat berikut: a. sertifikat hak milik atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya;

20 UU No. 41 tahun 2004 pasal 32-38

15

Page 16: MAKALAH WAKAF revisi

b. surat keterangan dari Kepala Desa yang diperkuat oleh Kepala Kecamatan setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah dan tidak tersangkut sesuatu sengketa;

c. surat keterangan Pendaftaran tanah; d. izin dari Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah cq. Kepala Sub

Direktorat Agraria Setempat.21

XII. Tata Cara Wakaf Uang

berdasarkan petunjuk yang diberikan Badan Wakaf Indonesia tentang tata cara wakaf tunai

sebagaimana tercantum di situs resmi BWI, “www.bwi.or.id” sebagai berikut:

1. wakif datang ke LKS-PWU22 di daerah setempat2. mengisi Akta Ikrar wakaf (AIW) dan melampirkan fotocopi kartu identitas diri yang

berlaku3. wakif menyetor nominal wakaf dan secara otomatis dana masuk ke rekening BWI23

4. wakif mengucapan shighah wakaf dan menandatangani AIW bersama dengan : 2 orang saksi 1 pejabat bank sebagai Pejabat Pembuat AIW (PPAIW)

5. LKS-PWU mencetak Sertifikat Wakaf Uang (SWU)6. LKS-PWU memberikan AIW dan SWU ke wakif.24

XIII. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita ketahui bahwa wakaf adalah menahan suatu benda

yang kekal zatnya, dapat diambil manfaatnya tanpa mengurangi ataupun menghilangkan

kekekalan dari zat tersebut.

Selain didasarkan hukum-hukum syariah, wakaf juga diatur dalam UU No. 41 tahu 2004

dan PP No.28 tahun 1977 tentang perwakafan

21 Peraturan pemerintah RI No.28 tahun 1977 pasal 922 Lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang23 Badan wakaf indonesia24 http://www.bwi.or.id/

16

Page 17: MAKALAH WAKAF revisi

XIV. Daftar pustaka

Qur’an dan terjemah artinya, UII Press, Yogyakarta, 1999

UU No.41 tahun 2004

PP No 28 1977 tentang perwakafan

KHI

Karim, helmi, fiqh muamalah, PT Raja Grafindo, jakarta, 1993

Suhendri, hendri, fiqh muamalah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002

http://www.bwi.or.id/

17