Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

27
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah membantu hamba-Nya dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen zakat dan wakaf”. Tanpa pertolonganNya, mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk membantu mahasiswa memahami tentang zakat dan wakaf. Zakat dan wakaf merupakan nilai instrumental system ekonomi islam. Kedua lembaga ini merupakan sarana yang sangat erat dengan pemilikan. Dilihat dari sudut pandang islam, pemilikan adalah soal yang sangat penting, sebab ia menyangkut hubungan manusia dengan harta kekayaan yang dimiliki, mengenai cara memperolehnya, fungsi hak milik, dan cara memanfaatkannya. Mengenai cara memanfaatkan harta atau rezeki yang diberikan Tuhan, ajaran islam memberikan pedoman dan wadah yang jelas. Diantaranya melalui zakat, sebagai sarana distribusi pendapatan dan pemerataan rezeki dan kemudian wakaf sebagai sarana berbuat kebajikan bagi kepentingan masyarakat. Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, penyusun tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penyusun berusaha sebisa

Transcript of Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

Page 1: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah membantu hamba-Nya dalam menyelesaikan

makalah yang berjudul “Manajemen zakat dan wakaf”. Tanpa pertolonganNya, mungkin

penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun

untuk membantu mahasiswa memahami tentang zakat dan wakaf.

Zakat dan wakaf merupakan nilai instrumental system ekonomi islam. Kedua lembaga

ini merupakan sarana yang sangat erat dengan pemilikan. Dilihat dari sudut pandang islam,

pemilikan adalah soal yang sangat penting, sebab ia menyangkut hubungan manusia dengan

harta kekayaan yang dimiliki, mengenai cara memperolehnya, fungsi hak milik, dan cara

memanfaatkannya.

Mengenai cara memanfaatkan harta atau rezeki yang diberikan Tuhan, ajaran islam

memberikan pedoman dan wadah yang jelas. Diantaranya melalui zakat, sebagai sarana

distribusi pendapatan dan pemerataan rezeki dan kemudian wakaf sebagai sarana berbuat

kebajikan bagi kepentingan masyarakat.

Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai

dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, penyusun tidak luput dari

kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi

walaupun demikian penyusun berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun

tersusun sangat sederhana.

Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk lebih

memahami tentang zakat dan wakaf. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai

pihak yang bersifat membangun sehingga dapat menjadi lebih sempurna dimasa yang akan

datang.

Jambi, oktober 2012

Penyusun

i

Page 2: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR….….…………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………….……………………………………………………… ii

BAB 1 PENDAHULUAN..…..…………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN……………………………………..…………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA….………………………………………………………………..

ii

Page 3: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

BAB I

PENDAHULUAN

Di dalam ajaran Islam, ada dua tata hubungan yang harus dipelihara oleh para

pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat : hablum minallah wa hablum minan nas

(Q.s. 3 :112). Terjemahan harfiahnya adalah ‘tali manusia’. Hubungan itu dilambangkan

dengan tali, karena ia menunjukkan ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan dan

anatar manusia dengan manusia.

Kedua hubungan itu harus berjalan secara serentak dan simultan. Kalau dilukiskan,

garis ke atas (vertikal) menunjukkan hubungan manusia yang bersifat langsung dan tetap

dengan Tuhan. Garis mendatar, horizontal, menunjukkan hubungan manusia dengan manusia

lain dalam masyarakat, lingkungan dan dirinya sendiri, selama ia hidup di dunia ini. Yang

dituju adalah keselarasan dan kemantapan hubungan dengan Allah dan dengan sesame

manusia, termasuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Inilah aqiqah dan ini pulalah wasilah

(jalan) yang dibentangkan oleh ajaran Islambagi manusia, terutama manusia yang memeluk

ajaran agama itu.

Salah satu lembaga yang dianjurkan oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh

seseorang sebagai sarana penyaluran rezeki yang diberikan oleh Tuhan kepadanya adalah

wakaf. Ada tiga sumber pengetahuan yang harus dikaji untuk memahami lembaga itu, yaitu

(1) ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits serta Ijtihad para mujtahid, (2)

peraturan perundang-undangan, baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda dahulu

maupun yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, dan (3) wakaf yang tumbuh dalam

masyarakat.

Wakaf telah mengakar dan menjadi tradisi umat Islam di manapun juga. Di Indonesia,

lembaga ini telah menjadi penunjang utama perkembangan masyarakat. Hampir semua rumah

ibadah, perguruan Islam dan lembaga-lembaga keagamaan Islam lainnya dibangun di atas

tanah wakaf (A.Q. Basalamah, 1985 :V).

Page 4: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti dan Definisi Zakat

Perkataan zakat berasal dari kata zaka, artinya tumbuh dengan subur. Makna lain kata

zaka, sebagaimana digunakan dalam al-Qur’an adalah suci dari dosa (M. Moh. Ali, 1977

: 311) Dalam kitab-kitab hokum islam, perkataan zakat itu diartikan dengan suci, tumbuh

dan berkembang serta berkah. Dan jika pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka

menurut ajaran Islam, harta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah

karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya). Jika

dirumuskan, maka zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap

muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syarat-syarat

tertentu pula. Syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, haul dan kadar-nya. Menurut hadits,

yang berasal dari Ibnu Abbas, ketika Nabi Muhammad mengutus Mu’az bin Jabal ke

Yaman untuk mewakili beliau menjadi gubernur di sana, antara lain Nabi menegaskan

bahwa zakat adalah harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk disampaikan kepada

yang berhak menerimanya, antara lain fakir dan miskin.

B. Prinsip-prinsip Zakat

Menurut M. A. Mannan dalam bukunya Islamic Economics: Theory and Practice

(Lahore, 1970 : 285), zakat mempunyai enamprinsip, yaitu prinsip keyakinan keagamaan

(faith), prinsip pemerataan (equity) dan keadilan, prinsip produktivitas (productivity) dan

kematangan, prinsip nalar (reason), prinsip kebebasan (freedom), prinsip etik (ethic) dan

kewajaran.

Prinsip keyakinan keagamaan menyatakan bahwa orang yang membayar zakat yakin

bahwa pembayaran tersebut merupakan salah satumenifestasi keyakinan agama-nya,

sehingga kalau orang yang bersangkutan belum menunaikan zakatnya, belum merasa

sempurna ibadahnya. Prinsip pemerataan dan keadilan cukup jelas menggambarkan

tujuan zakat yaitu membagi lebih adil kekayaan yang telah diberikan Tuhan kepada umat

manusia. Prinsip produktivitas dan kematangan menekankan bahwa zakat memang wajar

harus harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu. Dan hasil

(produksi) tersebut hanya dapat dipungut stelah lewat jangka waktu satu tahun yang

Page 5: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

merupakan ukuran normal memperoleh hasil tertentu. Prinsip nalar dan kebebasan

menjelaskan bahwa zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas dan sehat jassmani dan

rohaninya, yang merasa mempunyai tanggung jawab untuk membayar zakat untuk

kepentingan bersama. Zakat tidak di pungut dari orang yang sedang dihukum atau orang

yang menderita sakit jiwa. Akhirnya prinsip etik dan kewajaran menyatakan bahwa zakat

tidak akan diminta secara semena-mena tanpa memperhatikan akibat yang

ditimbulkannya. Zakat tidak mungkin dipungut, kalau karena pemungutan itu orang yang

membayarnya justru akan menderita (Mubyarto, 1986 :33).

C. Tujuan Zakat

Yang dimaksud dengan tujuan zakat, dalam hubungan ini adalah sasaran praktisnya.

Tujuan tersebut, selain yang telah disinggung diatas, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan hidup

serta penderitaan.

2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh paragharimin, ibnussabil

dan mustahiq lainnya.

3. Membentangkan dan membina talipersaudaraan sesama umat Islam dan manusia

pada umumnya.

4. Menghilangkan sifat kikir.

5. Membersihakan sifat dengki dan iri (kecemburuan social) dari hati orang-orang

miskin.

6. Menjebatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu

masyarakat.

7. Mengembangkan rasa tanggung jawab social pada diri seseorang, terutama pada

mereka yang mempunyai harta.

8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak

orang lain yang ada padanya (Pedoman zakat (4), 1982 : 27 – 28).

9. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.

Page 6: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

D. Hikmahnya

Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah yang bersifat rohaniah dan

filosofis, hikmah itu digambarkan dalam berbagai ayat al –Qur’an (2 : 261, 2 : 267, 9 :

103, 30 : 39) dan al-Hadist. Diantara hikmah-hikmah itu adalah :

1. Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuhsuburkan harta dan pahala serta

membersihkan diri dari sifat-sifat kikir, dengki, iri serta dosa.

2. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan.

3. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih saying antara sesame manusia.

4. Manifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa.

5. Mengurangi kefakimiskinan yang merupakan masalah sosial.

6. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial salah satu jalan mewujudkan

keadilan sosial.

E. Syarat-syarat Zakat

Menurut para ahli hokum Islam, ada bebrapa syarat yang harus dipenuhi agar

kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang dipunyai oleh seorang muslim.

Syarat-syarat itu adalah :

1. Pemilikan yang pasti, artinya sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang

punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati

hasilnya.

2. Berkembang, artinya harta itu berkembnag baik secara alami berdasarkan

sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia.

3. Melebihi kebutuhan pokok, artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu

melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya

untuk hidup wajar sebagai manusia.

4. Bersih dari hutang, artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu bersih

dari hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat) maupun hutang

kepada sesame manusia.

5. Mencapai nisab, artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan

zakatnya.

6. Mencapai haul, artinya harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat,

biasanya dua belas bulan atau setiap kali setelah menuai atau panen

(Abdullah Nasih Ulwan, 1985 : 9-15).

Page 7: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

F. Macam-macam Zakat

Zakat terdiri atas :

1. Zakat mal atau zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga

dalam hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu

setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.

Pada umumnya didalam kitab-kitab hukum fikih Islam harta kekayaan yang wajib

dizakati atau dikeluarkan zakatnya digolongkan ke dalam kategori emas, perak,

dan uang (simpanan), barang yang diperdagangkan, hasil peternakan, hasil bumi,

hasil tambang dan barang temuan. Masing-masing kelompok itu berbeda nisab

dan kadarnya.

2. Zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap muslim yang

mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari

raya Idulfitri, sebagai tanda syukur kepada Allah karena telah selesai menunaikan

ibadah puasa. Zakat fitrah ini, selain dari untuk menggembirakan hati fakir-miskin

pada hari raya Idulfitri itu, juga dimaksudkan untuk menyucibersihkan dosa-dosa

kecil yang mungkin ada ketika melaksanakan puasa Ramadhan (al-Hadist), agar

orang itu benar-benar kembali kepada keadaan ftrah, suci seperti ketika dilahirkan

ibunya. Orang Islam yang mempunyai bahan makanan pokok lebih dari dua

setengah kg pada waktu itu, wajib membayar zakat fitrah sebagai upaya

pendidikan agar orang gemar membelanjakan hartanya untuk kepentingan orang

lain, kedatipun setelah mengeluarkan zakat fitrah itu ia berhak menerima bagian

yang mungkin lebih besar dari yang dikeluarkannya (Yusuf al-Qardhawi, A.A.

Basyir, 1975 : 51 -52).

G. Penerima Zakat

Mengenai penerima zakat dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu yang

berhak dan yang tidak berhak menerima zakat sebagaimana yang akan diuraikan

berikut ini :

1. Yang berhak menerima zakat

Yang berhak menerima zakat menurut ketentuan al-Qur’an surah 9 (at-Taubah

ayat 60, adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan

ibnussabil (seperti berulang-ulang telah disebut di atas).

2. Yang tidak berhak menerima zakat

Page 8: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

Yang tidak boleh menerima zakat adalah kelompok orang-orang berikut adalah

keturunan Nabi Muhammad berdasarkan hadist Nabi sendiri, kelompok orang

kaya, keluarga Muzzaki yakni keluarga orang-orang yang wajib mengeluarkan

zakat, orang yang sibuk beribadah sunnat untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi

meluoakan kewajibannya mencari nafkah untuk diri dan keluarga dan orang-orang

yang menjadi tanggungannya, dan orang yang tidak mengakui adanya Tuhan dan

menolak ajarang agama. Mereka disebut mulhid atau atheis (Abdullah Nasih

Ulwan, 1986 : 70-74, pedoman zakat (3), 1982 : 35-38).

H. Beberapa Permasalahan Zakat di Indonesia

1. Pemahaman Zakat

Yang dimaksud dengan pemahaman disini adalah pengertian umat Islam

tentang lembaga zakat itu. Pengertian mereka sangat terbatas kalau dibandingkan

dengan pengertian mereka tentang shalat dan puassa, misalnya. Ini disebabkan

karena pendidikan keagamaan Islam dimasa yang lampau kurang menjelaskan

pengertian dan masalah zakat ini. Akibatnya, karena kurang paham, umat Islam

kurang pula melaksanakannya (Pedoman Zakat (2), 1982:9).

2. Konsepsi Fikih Zakat

Yang dimaksud dengan konsepsi fikih zakat adalah konsep pengertian dan

pemahaman mengenai zakat hasil ijtihad manusia.di dalam al-Qur’an hanya

disebutkan pokok-pokoknya saja yang kemudian dijelaskan oleh sunnah Nabi

Muhammad. Fikih zakat yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam

di Indonesia hamper seluruhnya hasil perumusan para ahli beberapa abad yang

lalu, yang dipengaruhi oleh situasi dankondisi masa itu. Perumusan tersebut

banyak yang tidak tepat lagi untuk dipergunakan mangatur zakat dalam

masyarakat modern sekarang saat ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang,

yang mmepunyai sektor-sektor industry, pelayanan jasa, misalanya, tidak

tertampung oleh fikih zakat yang telah ada itu. Dalam fikih zakat yang ada

sekarang, yang wajib dizakati hanyalah emas, perak, barang-barang niaga,

makanan yang mengenyangkan, binatang peliharaan seperti unta, domba dan

sebagainya. Yang demikian memang tidak sesuai dengan perkembangan

masyarakat Islam di masa yang lalu, tetapi tidak cocok lagi dengan keadaan

sekarang.

Page 9: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

3. Pembenturan Kepentingan

Yang dimaksud dengan pembenturan kepentingan adalah pembenturan

kepentingan organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga sosial Islam yang

memungut zakat selama ini dengan misalnya Bazis atau Baz sebagai lembaga atau

organisasi amil zakat baru. Kalau pengumpulan zakat dilakukan secara

terkoordinasi dalam badan-badan baru itu, lembaga yang lama merasa khawatir

kepentingannya akan terganggu (Pedoman Zakat (1), 1982:16). Sesungguhnya,

kekhawatiran ini tidak perlu ada asal saja semua dilaksanakan dengan tertib dan

berencana, baik mengenai pengumpulan maupun tentang pendayagunaannya.

4. Sikap Kurang Percaya

Di samping kesadaran yang makin tumbuh dalam masyarakat Islam

Indonesia tentang pelaksanaan zakat, dalam masyarakat ada juga sikap kurang

percaya terhadap penyelenggaraan zakat itu. Sikap ini adalah peninggalan sejarah,

seperti sikap kurang percayanya orang terhadap penyelenggaraan koperasi, karena

kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pengurusnya. Namun sikap ini sangat dapat

dikurangi, jika tidak dapat dihapuskan samasekali, kalau diciptakan organisasi

yang baik terutama system administrasinya, pengawas yang ketat dan sempurna.

5. Sikap Tradisional

Penghambat lain adalah kebiasaan para wajib zakat, terutama

diperdesaan,menyerahkan zakatnya tidak kepada kedelapan kelompok atau

beberapa dari delapan golongan yang berhak menrima zakat, tetapi kepada para

pemimpin agama setempat. Pemimpin agama ini tidak bertindak sebagai amil

yang berkewajiban membagikan atau menyalurkan zakat kepada mereka yang

berhak menerimannya, tetapi bertindak sebagai mustahiq (orang yang berhak

menerima zakat) sendiri dalam kategori sabilillah yakni orang yang berjuang

dijalan Allah. Cara dan siakp ini tidak sepenuhnya salah, namun sikap tersebut

seharusnya ditinggalkan. Diantaranya untuk menghindari penumpukan harta

(zakat) pada orang tertentu, padahal salah satu dari tujuan zakat adalah

pemerataan rezeki untuk mencapai keadilan sosial.

I. Berbagai Upaya Pemecahan

1. Penyebarluasan Pengertian Zakat

Usaha penyebarluasan pengertian zakat secara baik dan benar, sebaiknya

dilakukan melalui pendidikan, baik formal maupun nonformal. Secara masal

Page 10: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

penyebaluasan pengertian zakat itu dapat dilakukan mellaui oenyuluhan, terutama

tentang hukumnya, barang yang wajib dizakiati,pendayagunaan dan

pengorganisasiannya, sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Membuat atau Merumuskan Fikih Zakat Baru

Untuk keperluan ini harus ada kerjasama antara para ahli berbagai bidang

yang erat hubungannya dengan zakat, misalnya sekeddar contoh,para ahli

pengetahuan Islam, ahli (hukum) fikih, sarjana hukum, sarjana ekonomi dan

sarjana sosial. Fikih zakat yang baru itu diharapkan dapat menampung

perkembangan yang ada dan bakal ada di Indonesia. Mengenai barang yang wajib

dizakati, sebagai sumber zakat, hendaknya disebutkan jenis barang yang bernilai

ekonomis yang ada dalam masyarakat Indonesia sekarang. Di samping itu

disebutkan juga penghasilan tetap dan tidak tetap seseorang yang perlu

dikeluarkan zakatnya agar penghasilan yang diperoleh seseorang itu menjadi

bersih dari hak orang lain dan berkah.

J. Zakat dan peundang-undangan

Potensi zakat, baik penerimaan maupun pengeluarannya cukup besar. Supaya

ia menjadi riil sebagai dana untuk menanggulangi kemiskinan dan sarana pemerataan

pendapatan untuk menciptakan keadilan sosial, pengelolaan sosial, pengelolaan zakat

sebaiknya diatur oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan. Pengaturan

melalui peraturan perundang-rundangan ini, setidak-tidaknya dengan peraturan

pemerintah, tidak hanya akan memperlancar proses pengelolaan dan

pendayagunaannya, tetapi juga untuk memecahkan berbagai masalah yang berkenaan

dengan pelaksanaan pengumpulan zakat. Sebagai ajaran yang menekankan pada rasa

persaudaraan dan rasa kasih sayang terhadap sesama manusia.

K. Pengertian wakaf

Perkataan waqf, yang menjadi wakaf dalam bahasa Indonesia, berasal dari

kata kerja bahasa Arab waqafa yang berarti menghentikan, berdiam di tempat atau

menahan sesuatu. Pengertian menghentikan ini (kalau) dihubungkan dengan ilmu

baca al-Qur’an (ilmu tajwid) adalah tata cara menyebut huruf-hurufnya, dari mana

dimulai dan dimana harus berhenti. Wakaf dalam pengertian ilmu tajwid ini

mengandung makna menghentikan bacaan, baik seterusnya maupun untuk mengambil

nafas sementara. Menurut aturannya seorang pembaca tidak boleh berhenti di

Page 11: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

pertengahan suku kata, harus pada akhir kata di penghujung ayat agar bacaannya

sempurna. Pengertian wakaf dalam makna berdiam di tempat, dikaitkan dengan

wuquf yakni berdiam di Arafah pada tanggal9 Zulhijjah ketika menunaikan ibadah

haji. Tanpa wuquf di Arafah tidak ada haji bagi seseorang.

Pengertian menahan (sesuatu) dihubungkan dengan harta kekayaan, itulah

yang dimaksud dengan wakaf dalam uraian ini. Wakaf adalah menahan sesuatu benda

untuk diambil manfaatnya sesuai dengan ajaran Islam.

Di dalam kepustakaan, sinonim waqf adalah habs. Kedua-duanya kata benda

yang berasal dari kata kerja waqafa dan habasa, artinya menghentikan, menahan

seperti yang dikemukakan di atas. Bentuk jamaknya adalah awqaf untuk waqf dan

ahbas untuk habs. Perkataan habs atau ahbas biasanya dipergunakan di Afrika Utara

di kalangan pengikut mazhab Maliki.

Di dalam al-Qur’an surah al-Haj (22) ayat 77 Tuhan memerintahkan agar

manusia berbuat kebaikan supaya hidup manusia itu bahagia.di surah lain Allah

memrintahkan manusia untuk membelanjakan (menyedekahkan) hartanya yang baik

(2 :267). Dalam surah al-Imran (3) ayat 92 Tuhan menyatakan bahwa manusia tidak

akan memperoleh kebaikan, kecuali jika ia menyedekahkan sebagian dari harta yang

disenanginya (pada orang lain). Menurut hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim

berasal dari Abu Hurairah, seorang manusia yang meninggal dunia akan berhenti

semua pahala amal perbuatannya,kecuali pahala tiga amalan yaitu pahala amalan

shadaqah jariyah (sedekah yang pahalanya tetap mengalir) yang diberikannya selama

ia hidup, pahala ilmu yang bermanfaat (bagi orang lain) yang diajarkannya selama

hayatnya, dan doa anak (amal) saleh yakni anak yang membalas guna orang tuanya

dan mendoakan ayah-ibunya kendatipun orangtuanya itu telah tiada bersama dia di

dunia ini. Para ahli sependapat bahwa yang dimaksud dengan (pahala) shadaqah

jariyah dalam hadist itu adalah (pahala) wakaf yang diberikannya di kala seseorang

masih hidup (A. A. Basyir, 1977 : 7).

Harta yang diwakafkan haruslah benda yang kekal zatnya (tahan lama

wujudnya), tidak lekas musnah stelah dimanfaatkan,lepas dari kekuasaan orang-orang

yang berwakaf, tidak dapat diasingkan kepada pihak lain, baik dengan jalan jual-beli

hibah maupun dengan warisan, serta untuk keperluan amal kebajikan sesuai dengan

ajaran Islam.

Page 12: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

L. Unsur-Unsur Wakaf

1. Orang yang Mewakafkan Hartanya (Wakif)

Orang yang mewakafkan hartanya, dalam istilah hukum Islam disebut wakif.

Seorang wakif haruslah memenuhi syarat untuk mewakafkan hartanya, di

antaranya adalah kecakapan bertindak, telah dapat mempertimbangkan baik

buruknya perbuatan yang dilakukannya dan benar-benar pemilik harta yang

diwakafkan itu. Mengenai harta yang diwakafkan perlu dicatat bahwa harta itu

harus bebas dari beban hutang pada orang lain. Kalau ada, beban itu harus

diangkat lebih dahulu supaya dengan tindakannya itu wakif tidak merugikan orang

lain. Seorang wakif tidak boleh mencabut kembali wakafnya dan dilarang pula

menuntut agar harta yang sudah diwakafkan dikembalikan ke dalam (bagian) hak

miliknya.

2. Harta yang Diwakafkan (Mauquf)

Barang atau benda yang diwakafkan (mauquf) haruslah memenuhi syarat-

syarat berikut. Pertama, harus tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan untuk jangka

waktu yang lama, tidak habis sekali pakai. Pemanfaatan itu haruslah untuk hal-hal

yang berguna,halal dan sah menurut hukum. Kedua, harta yang diwakafkan itu

haruslah jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya (jika berbentuk tanah). Ketiga,

benda itu sebagaimana disebutkan diatas, harus benar-benar kepunyaan wakif dan

bebas dari segala beban. Keempat, harta yang diwakafkan itu dapat berupa benda

dapat juga berupa benda bergerak seperti buku-buku, saham, surat-surat berharga

dan sebagianya. Kalau ia berupa saham atau modal, haruslah diusahakan agar

penggunaan modal itu tidak untuk usaha-usaha yang bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan hukum Islam, misalnya untuk mendirikan atau membiayai

tempat perjudian atau usaha-usaha maksiat lainnya (A.A. Basyir, 1977:10:A.

Wasit Aulawi, 1975:3).

3. Tujuan Wakaf (Mauquf ’alaih)

Tujuan wakaf adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah, dalam rangka

beribadah kepada-Nya. Sebagimana halnya dengan zakat, wakaf merupakan

ibadah malliyah berbentuk shadaqah jariyah yakni sedekah yang terus mengalir

pahalanya untuk orang yang menyedekahkannya selama barang atau benda yang

disedekahkan itu masih ada dan dimanfaatkan.oleh karena sifatnya yang demikian

itu, maka tujuan wakaf wakaf tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah.

Tujuan wakaf itu harus dapat dimasukkan ke dalam kategori ibadah pada

Page 13: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

umumnya, sekurang-kurangnya tujuannya harus merupakan hal yang mubah

menurut ukuran (kaidah) hukum Islam. Adalah mubah atau jaiz atau boleh saja

kalau misalnya orangmewakafkan tanahnya untuk kuburan, pasar,lapangan

olahraga, dan sebaginya dalam rangka pelaksanaan ibadah umum atau ibadah

amah. Kalau tujuan wakaf itu untuk kepentingan umum, maka harus ada badan

yang mengurusnya.

4. Pernyataan (Sighat) Wakif

Pernyataan wakif yang merupakan tanda oenyerahan barang atau benda yang

diwakafkan itu, dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Dengan penyataan itu,

tanggallah hak wakif atas benda yang diwakafkannya.

M. Syarat-syarat Wakaf

Di samping rukun-rukun wakaf tersebut di atas, ada pula syarat-syarat sahnya

suatu pewakafan benda atau harta seseorang. Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut :

1. Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja, tetapi untuk

untuk selama-lamanya. Wakaf yang dibatasi waktunya untuk lima tahun saja

misalnya, adalah tidak sah.

2. Tujuannya haruis jelas, tanpa menyebutkan tujuan secara jelas,pewakafan tidak

sah.namun apabila seorang wakif menyerahkan tanahnya kepada suatu badan

hukum tertentu yang sudah jelas tujuan dan usahanya, wewenang untuk penentuan

tujuan wakaf itu berada pada badan hukum yang bersangkutan sesuai dengan

tujuan badan hukum itu

3. Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh wakif tanpa

menggantungkan pelaksanaannya pada suatu peristiwa yang akan terjadi di masa

yang akan datang.

N. Macam Wakaf

1. Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli

Yang dimaksud dengan wakaf keluarga atau wakaf ahli (disebut juga wakaf

khusus) adalah wakaf yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang tertentu,

seorang atau lebih, baik ia keluarga wakif maupun orang lain. Dalam hubungan

dengan wakaf keluarga ini perlu dicatat bahwa harta pusaka tinggi di

Minangkabau misalnya, mempunyai cirri-ciri yang sama dengan wakaf keluarga.

Ia merupakan harta keluarga yang dipertahankan tidak dibag-bagi atau diwariskan

Page 14: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

kepada keturunan secara individual, karena ia telah diperuntukkan bagi

kepentingan keluarga, memenuhi kebutuhan baik dalam keadaan biasa apalagi

dalam keadaan yang tidak disangka-sangka (darurat).

2. Wakaf Umum

Yang dimaksud dengan wakaf khairi atau wakaf umum adalah wakaf yang

diperuntukkan bagi kepentingan atau kemaslahatan umum. Wakaf jenis ini jelas

sifatnya sebagai lembaga keagamaan dan lembaga sosial dalam bentuk mesjid,

madrasah,pesantren, asrama, rumah sakit, rumah yatim-piatu, tanah pekuburan

dan sebagainya. Wakaf khairi atau wakaf umum inilah yang paling sesuai dengan

ajaran Islam dan yang dianjurkan pada orang yang mempunyai harta untuk

melakukannya guna memperoleh pahala yang terus mengalir bagi orang yang

bersangkutan kendatipun ia telah meninggal dunia, selama wakaf itu masih dapat

diambil manfaatnya. Dari bentuk-bentuknya tersebut diatas, wakaf khairi ini jelas

merupakan wakaf yang benar-benar dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat

dan merupakan salah satu sarana penyelenggaraan kesejahteraan masyarakat baik

dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan

pendidikan (A.A. Basyir, 1977:15).

O. Pemilikan Harta Wakaf

Para ahli hukum (fikih) Islam sependapat bahwa sebelum harta yang

diwakafkan, pemiliknya adalah orang yang mewakafkannya. Dan setelah harta wakaf

itu diwakafkan oleh wakif, pemilikannya beralih kepada Allah dan manfaatnya

menjadi hak mauqul ‘alaih ( : orang atau orang yang berhak memperoleh hasil harta

wakaf itu). Sebab, menurut pendapat umum, begitu wakif selesai mengucap ikrar

wakaf seketika itu juga pemilikan harta yang di wakafkannya tanggal (lepas) dari

tangannya dan berpindah (kembali) menjadi milik Allah, tidak pada orang atau badan

yang disebut dalam tujuan wakaf itu. Dengan kalimat lain, pemilikan atas harta

wakaf, setelah ikrar wakaf diucapkan oleh wakif, berpindah (kembali) kepada Allah,

tidak tetap di tangan wakif dan tidak pula berpindah menjadi milik mauquf ‘alaih.

Dengan demikian, harta wakaf itu menjadi amanat Allah yang memerlukan

orang atau badan hukum mengurus atau mengelolanya. Orang atau badan yang

mengurus wakaf disebut nadzir atau mutawalli.

Page 15: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

P. Pengurus Wakaf : Nadzir atau Mutawalli

Nadzir wakaf adalah orang atau badan yang memegang amanat untuk

memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan

tujuannya. Pada dasarnya, siapa saja dapat menjadi nadzir asal saja ia berhak

melakukan tindakan hukum. Namun demikian, kalau nadzir itu adalah perorangan,

para ahli menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhinya. Syarat tersebut adalah

telah dewasa, berakal sehat, dapat dipercaya dan mampu menyelenggarakan segala

urusan yang berkenaan dengan harta wakaf.

Nadzir berhak mendapatkan upah untuk jerih payahnya mengurus harta

wakaf, selama ia melaksanakan tugasnya dengan baik. Besarnya sesuai ketentuan

wakif, biss sepersepuluh, seperdelapan dari hasil tanah yang diwakafkannya atau

berapa saja yang pantas menurut pertimbangan wakif. Nadzir wakaf adalah orang

yang memegang amanat pemeliharaan dan pengurusan wakaf sesuai dengan wujud

dan tujuannya. Yang berhak menentukan nadzir wakaf adalah wakif. Mungkin ia

sendiri yang menjadi nadzir, mungkin pula diserahkannya kepada orang lain, baik

perorangan maupun organisasi. Agar pewakafan dapat terselenggara dengan sebaik-

baiknya,pemerintah berhak campur tangan mengeluarkan berbagai peraturan

mengenai perwakafan, termasuk menentukan nadzirnya (A.A.Basyir, 1977:19,

Abdoerraoef, 1970:131).

Q. Penerapan Fikih Wakaf di Indonesia

Penerapan fikih wakaf di Indonesia, terdapat perkembangan. Kalau sebelum

tahun tujuh puluhan, untuk memahami fikih wakaf di Indonesia hanya dipergunakan

pendapat ahli mazhab Syafi’I, namun, setelah tahun tujuh puluhan ketika para hakim

pengadilan agama telah banyak dijabat oleh alumni IAIN, tampak perubahan

orientasi, tidak terbatas lagi hanya pada fikih Islam mazhab Syafi’i, tetapi sudah

meluas, berkembang meliputi juga paham yang tumbuh dalam mazhab hukum (fikih)

Islam lainnya. Dengan demikian, pemahaman dan penerapan fikih wakaf di tanah air

kita telah berkembang pula baik dalam teori maupun dalam putusan Badan

Pengadilan Agama.

R. Bentuk Wakaf di Indonesia

Di Indonesia,wakaf pada umunya berupa benda-benda konsumtif, bukan

barang-barang yang produktif, ini dapat dilihat pada mesjid, sekolah-sekolah, panti

Page 16: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

asuhan, rumash sakit, dan sebagainya. Ini disebabkan karena beberapahal, di

antaranya adalah (di jawa misalnya) tanah telah sempit dan di daerah-daerahlain,

menurut hukum adat (dahulu), hak milik perorangan atas tanah dibatasi oleh hak

masyarakat hukum adat,seperti hak uluyat misalnya. Dan oleh karena harta yang

diwakafkan itu pada umumnya adalah barang-barang konsumtif, maka terjadilah

masalah mengenai biaya pemeliharaannya. Untuk mengatasi kesulitan itu,perlu dicari

sumber dana tetap melelui wakaf produktif.

Page 17: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah dikemukakan jelas zakat dan wakaf di Indonesia

saat ini perlu mendapatt perhatian khusus, karena lembaga-lembaga tersebut merupakan

lembaga yang potensial untuk dikembangkan, tetapi pengelolaannya sampai saat ini belum

optimal. Dengan adanya BAZNAS dan LAZ diharapkan pengelolaan zakat lebih terarah

sehingga tujuan orang berzakat dapat tercapai. Diharapkan juga undang-undang Wakaf dan

Badan Wakaf Indonesia segera terealisasi, sehingga wakaf dapat dikelola secara prodoktif

dan dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan social dalam masyarakat.

Page 18: Makalah Manajemen Zakat Dan Wakaf (Tugas Kampus)Kampus

DAFTAR PUSTAKA