I. Pengertian Wakaf
Jika dilihat dari sisi bahasa, wakaf berasal dari kata waqf yang berarti
Radiah(terkembalikan) al-tahbis (tertahan) al-tasbil(tertawan) al-man’u (mencegah).
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa wakaf menurut bahasa adalah “menahan harta”
tidak dipakai oleh seseorang, tidak pula diizinkan untuk dikuasai1.
Terdapat banyak pendapat yang dikemukakan para ulama tentang definisi wakaf,
diantaranya:
Hanafiah mendefinisikan wakaf sebagai menahan materi benda milik wakif dan
menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan untuk
tujuan kebajkan. Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahwa kedudukan harta masih tetap
tertahan atau terhenti di tangan wakif itu sendiri. Berarti wakif masih menjadi pemilik harta
yang diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi atas manfaat harta tersebut, bukan
termasuk aset hartanya.
Syafiiyah mengartikan wakaf sebagai menahan harta yang bisa memberi manfaat serta
kekal bendanya dengan cara memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh wakif untuk
diserahkan kepada nadzir yang dibolehkan oleh syariah. Mazhab ini mensyaratkan harta
yang diwakafkan harus harta yang kekal bendanya, yang berarti harta yang tidak mudah
rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya terus-menerus.
Malikiyah, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang dimiliki untuk
diberikan kepada orang yang berhak dengan suatu akad dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan keinginan wakif.
Hanabilah, wakaf adalah menahan asal harta dan menyedekahkan manfaat yang
dihasilkan
Didalam Kompilasi Hukum Islam buku III tentang hukum perwakafan pasal 215,
Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya
guna kepentingan ibadat atau kerpeluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.2
Didalam UU No. 41 tahun 2004 BAB 1 pasal 1, wakaf adalah perbuatan hukum wakif
untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
1 1.Helmi Karim, fiqh muamalah, PT Raja Grafindo, Jakarta, 1993, hal.1032 KHI buku III hukum perwakafan, pasal 215
1
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertenru sesuia dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah3.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wakaf adalah menahan suatu
benda yang kekal zatnya, dapat diambil manfaatnya tanpa mengurangi ataupun
menghilangkan kekekalan dari zat tersebut.
II. Dasar Hukum Wakaf
A. Al-qur’an
Surat Ali Imran ayat 92
Artinya : “ kamu tidak akan mendapat nilai kebajikan sebelum kamu menafkahkan harta yang
kamu cintai. Apapun yang kamu nafkahkan, Allah maha mengetahuinya”4.
Al-baqarah 261
Artinya: “ perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir,
pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang di
kehendaki dan Allah maha kuasa ( karunia-nya) lagi maha mengetahui.”5
Al-Haj 77
77. Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.6
B. Al-hadist
3 UU No.41 tahun 20044 Zaini Dahlan dan Azharuddin Saahil (penerjemah), Qur’an Karim dan terjemah Artinya, UII Press, Yogyakarta, 1999, hal. 1095 Ibid.6 ibid
2
dalam salah satu hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam jamaah kecuali
Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Hurairata RA.
1.�َع �#َق�َط اُن' ِ اْن �#َس +ْن :ِ إَِذ�+ َم�اَت� اِإل �3َم َّل �#ِه+ َو�َس �ْي ْو#ُل' الَّلِه+ َص�َّل3ى الَّلِه' َع�َّل �َس � َق�اُل� َرَو#� ِه+ َأ َع' ِب + ��َف #َت 'ْن G ُي #َم َّل َو# َع+
� ٍةG َأ �اَر+ُي �َد�ٍقG َج �3ِ َمْن# َص �ٍةGِ إَّال �َث �َال 3ِ َمْن# َث +َّال 'ِه' إ #ِه' َع�َم�َّل َع�ْن�ِه' )َرَواه َمَسَّلَم ( �َد#َع'ْو# ل +ٍحG ُي �َدG َص�ال َو�ل
“apabila mati seorang manusia, maka terputuslah (terhenti) pahala perbuatannya,kecuali tiga
perkara: shadaqoh jariah (wakaf), ilmu yang dimanfaatkan baik dengan cara mengajar ataupun
dengan karangan, anak sholeh yang mendoakan orang tuanya”.
C. Hukum Positif di indonesia
PP No.28 tahun 1977 tentang perwakafan
UU republik Indonesia Nmor 41 Tahun 2004 tentang wakaf
KHI buku III tentang hukum perwakafan
PP no 42 tahun 2004 tentang pelaksanaan wakaf
Fatwa mui tanggal 28 safar 1423 h / 11 mei 2002 tentang wakaf yang berisi membolehkan
wakaf uang tunai.
Peraturan menteri agama Republik Indonesia tahun 2009 tentang administrasi wakaf uang
III. Rukun Wakaf
Di dalam hukum islam, Unsur-unsur pembentuk yang juga disebut rukun wakaf terdiri dari
empat hal pokok, yaitu:
a) Wakif
Wakif adalah pemilik harta yang mewakafkan hartanya, wakif harus memenuhi
syarat-syarat, yaitu:
Pemilik sah dari harta yang diwaakafkan
Mempunyai kecukupan tabarru yaitu kecukupan melepaskan hak milik kepada
orang lain. Yang menjadi ukuran seseorang yang dapat melakukan tabarru ialah
telah mempunyai kemampuan mempertimbangkan sesuatu yang telah di
temukan kepadanya dengan baik.
Wakif tidak boleh mempunyai hutang sedikitpun, ia hanya boleh mewakafkan
sepertiga hartanya, sedangkan dua pertiga lainnya tergantung kepada
persetujuan ahli waris.
3
Jika wakif berhutang sedangkan hartanya cukup untuk membayar hutangnya,
maka wakif boleh berwakaf, tetapi ia harus terlebih dahulu melunasi hutangnya.
b) Mauquf
Barang atau benda yang diwakafkan (mauquf) harus mencukupi beberapa syarat
yaitu:
Harus tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang, tidak habis
sekali pakai, dan pemanfaatan benda tersebut haruslah untuk hal-hal yang
berguna serta halal dan sah menurut hukum.
Harus jelas wujudnya, karakteristik, klasifikasi dan batas-batasnya (jika
berbentuk tanah).
Harus benar-benar kepunyaan wakif dan bebas dari segala beban.
Harta yang diwakafkan dapat berupa benda yang bersifat tetap dan dapat juga
benda yang bergerak seperti saham, surat berharga dan lain-lain
c) Mauquf ‘alaih
Yaitu sasaran atau siapa yang dituju untuk mendapatkan manfaat dari harta yang
diwakafkan, dalam hal ini mauquf ‘alaih harus jelas dan pasti, misalnya:
Untuk kepentingan umum, seperti pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit.
Untuk menolong fakir miskin, orang-orang terlantar dengan membangun panti
asuhan
Tujuan wakaf tidak bleh bertentangan dengan nilai-nilai syariat. Minimal tujuan
tersebut adalah untuk hal-hal yang mubah seperti wakaf tanah untuk area
pekuburan, pasar, lapangan olahraga dan lain-lain.
d) Shigat waqf
Shighat atau pernyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan benda wakaf.
Pernyataan ini dapat dilakukan secara lisan ataupun tertulis, dengan dilaksanakannya
pernyataan itu maka hilanglah hak wakif atas harta yang diwakafkannya. Benda
yang diwakakan kembali menjadi hak milik mutlaq Allah yang boleh diambil
manfaatnya.
di dalam pasal 7, UU No.41 tahun 2004 pasal 6 disebutkan bahwa wakaf dilaksanakan
dengan memenuhi unsur (rukun )wakaf berikut:
a. Wakif;
4
b. Nazhir;
c. Harta Benda Wakaf;
d. Ikrar Wakaf;
e. peruntukan harta benda wakaf;
f. jangka waktu wakaf.7
a) Wakif
Menurut UU No. 41 tahun 2004 pasal 7-8, Wakif adalah pemilik harta yang
mewakafkan hartanya, wakif meliputi:
Perseorangan
Wakif perseorangan sebagaiman disebutkan dalam pasal 7 harus memenuhi
beberapa persyaratan yaitu:
Dewasa
berakal sehat
tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
Pemilik sah harta benda wakaf.
Organisasi
Wakif organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 hanya dapat melakukan
wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda
wakaf milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan.
Badan hukum
Wakif badan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 hanya dapat
melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan
harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan
hukum yang bersangkutan.8
b) Nazhir
Menurut UU No.41 tahun 2004 pasal 9-10, nazhir terdiri dari:
Perseorangan
Persyaratan yang harus dipenuhi nazhir perseorangan adalah sebagai berikut:
Warga negara Indonesia
Beragama Islam
7 UU No.41 tahun 2004, pasal 68 UU No. 41 tahun 2004 pasal 7-8
5
Dewasa
Amanah
Mampu secara jasmani dan rohani
Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
Organisasi
Persyaratan yang harus dipenuhi nazhir organisasi adalah sebagai berikut:
Pengurus organisasi yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan nazhir
perseorangan
Organisasi yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan, dan keagamaan islam
Badan hukum
Persyaratan yang harus dipenuhi nazhir badan hukum adalah sebagai berikut:
Pengurus badan hukum yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan
nazhir perseorangan
Badan hukum yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan, dan keagamaan islam.9
c) Harta benda wakaf
Pada UU No. 41 tahun 2004 pasal 15-16, disebutkan bahwa harta benda wakaf
hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif secara sah, benda
wakaf terdiri dari:
Benda tidak bergerak, meliputi:
Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar
Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri diatas tanah seperti tersebut
diatas
Tanaman atau benda lain yang berkaitan dengan tanah
Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku
Benda yang tidak bergerak yang lain sesuia dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Benda bergerak, yaitu harta benda yang tidak habis karena dikonsumsi, meliputi:
Uang
9 UU No. 41 tahun 2004 pasal 9-10
6
Logam mulia
Surat berharga
Kendaraan
Hak atas kekayaan intelektual
Hak sewa
Benda bergerak lainnya sesuai dengan ketentua syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.10
d) Ikrar wakaf
dalam pasal 17 ayat 1 UU No. 41 tahun 2004 disebutkan bahwa ikrar wakaf
dilaksanakan oleh wakif kepada nazir di hadapan PPAIW dengan disaksikan oleh
dua orang saksi.
Pada pasal 17 ayat 2 UU No. 41 tahun 2004 bahwa ikrar wakaf dinyatakan secara
lisan dan atau tulisan serta dituangkan dalam ikrar wakaf oleh PPAIW.
Pada pasal 19 UU wakaf No. 41 tahun 2004 bahwa dalam hal wakif tidak dapat
menyatakan ikrar secara lisan wakif dapat menunjukkan kuasanya dengan surat
kuasa yang diperkuat oleh dua orang saksi.
Menurut pasal 20 UU No.41/2004 , saksi dalam ikrar wakaf harus memenuhi
persyaratan, yaitu:
Dewasa
Beragama islam
Berakal sehat
Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.11
e) Peruntukan harta benda wakaf
Sebagaimana yang diesbutkan dalam UU No. 41 tahun 2004 pasal 22, dalam rangka
mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan
bagi:
Sarana dan kegiatan ibadah
Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan
Bantuan kepada pakir miskin, anak terlantar, yatim piatu
Kemajuan dan peningkatan ekonomi ummat
10 UU No. 41 tahun 2004 pasal 15-1611 UU No. 41 tahun 2004 pasal 17, 19, 20
7
Kemajuan dan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat
dan peraturan perundang-undangan.12
f) Jangka waktu wakaf
Di dalam pembahasan fiqh terjadi perbedaan pendapat diantara ulama’ dalam
masalah jangka waktu wakaf. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa di dalam
hukum islam tidak ditentukan jangka waktu wakaf, pendapat ini dikemmukakan oleh
ulama-ulama Hanafiyah, Syafiiyah, dan hanabilah. artinya jangka waktu tidak
terbatas dan bersifat abadi untuk selama-lamanya, hal ini dikarenakan bila harta
benda yang diwakafkan memiliki jangka waktu yang ditetapkan, maka hal ini tidak
dapat dikategorikan wakaf.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa didalam wakaf dibolehkan adanya jangka
waktu, artinya wakif boleh memberikan jangka waktu berlangsungnya wakaf sesuai
dengan keinginanya, pendapat ini dikemukanan para ulama malikiyah.
IV. Syarat Wakaf
Adapun syarat-syarat wakaf yang bersifat umum adalah sebagai berikut:
a) Wakaf tidak dibatasi dengan waktu tertentu, sebab wakaf berlaku selamanya tidak
untuk waktu tertentu, maka jika ada aktifitas wakaf yang berjangka waktu maka
wakaf itu batal.
b) Tujuan wakaf harus jelas, seperti mewakafkan sebidang tanah untuk sekolahan,
makam atau masjid.
c) Wakaf harus segera dilaksanakan setelah dinyatakan oleh yang mewakafkan
d) Wakaf adalah perkara yang wajib dilaksanakan tanpa adanya hak khiar yaitu
membatalkan atau melaksanakan wakaf yang telah dinyatakan, karena pernyataan
wakaf berlaku seketika dan untuk selamanya.
V. Macam-macam Wakaf
ada dua macam wakaf yang terkenal dikalangan kaum muslimin, yaitu:
a) Wakaf ahli
Wakaf ahli disebut juga wakaf keluarga atau wakaf khusus. Maksud wakaf
ahli ialah wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang atau
terbilang, baik keluarga wakif maupun orang lain. Misalnya, seseorang
12 UU No. 41 tahun 2004 pasal 22
8
mewakafkan buku-buku yang ada di perpustakaan pribadinya untuk
turunannya yang mampu menggunakan. Wakaf semacam ini dipandang sah
dan yang berhak menikmati harta wakaf itu adalah orang-orang yang ditunjuk
dalam pernyataan wakaf.
b) Wakaf khairi
Wakaf khairi ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan-
kepentingan umum dan tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu. Wakaf
khairi inilah yang benar-benar sejalan dengan amalan wakaf yang amat
digembirakan dalam ajaran Islam, yang dinyatakan pahalanya akan terus
mengalir hingga wakif meninggal dunia, selama harta masih dapat diambil
manfaatnya.
VI. Benda-benda Wakaf
Dalam UU No 41 tahun 2004 pasal 15, harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila
dimiliki dan dikuasai oelh wakif secara sah.13 Jadi harta benda yang bole di wkafkan harus
lah menjadi kekuasaan penuh wakif baik secara syariah atau hukum positif yang berlaku di
indonesia.
Wakaf tidak terbatas hanya pada tanah milik (benda tak bergerak) melainkan mencakup
benda bergerak dengan syarat memiliki daya tahan lama dan bernilai, supaya harta wakaf
tersebut dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, yaitu:
a) Benda tidak bergerak
Tanah
Bangunan
Tanaman
Rumah
Benda tidak bergerak lainnya sesuai ketentuan syariah
b) Benda bergerak
Uang
Logam mulia
Surat berharga
Kendaraan
13 UU No. 41 tahun 2004 pasal 15
9
Kekayaan intelektual
Hak sewa
Benda bergerak lainnya sesuai ketentuan syariah
VII. Penyalahgunaan Benda Wakaf
Apabila terjadi sengketa pada masalah wakaf, Pada pasal 62 UU No.41 tahun 2004 di
jelaskan bahwa:
1. Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat.
2. Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat satu tidak berhasil,
sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase atau pengadilan14
Jika terjadi penyalah gunaan benda wakaf atau tindakan-tindakan pidana lainnya, maka
pelaku penyalahgunaan akan dikenakan ketentuan pidana dan sanksi administratif seperti
yang disebutkan dalam pasal 67 UU No.41 tahun 2004.
Ketentuan pidana:
1. Setiap orang yang dengan sengaja menjaminkan, menghibahkan,
menjual,mewariskan,mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya harta
benda wakaf yang telah diwakafkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 atau
tanpa izin menukar harta benda wakaf yang telah diwakafkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
2. Setiap orang yang dengan sengaja menghibah peruntukan harta benda wakaf
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah)
3. Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan atau mengambil fasilitas atas
hasil pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf melebihi jumlah yang
ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
14 UU No. 41 tahun 2004 pasal 62
10
Ketentuan administratif:
1. Menteri dapat mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran tidak
didaftarkannya harta benda wakaf oleh lembaga keuangan syariah dan PPAIW
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 32.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a) peringatan tertulis
b) penghentian sementara atau pencabutan izin kegiatan di bidang wakaf bagi
lembaga keuangan syariah
c) penghentian sementara dari jabatan atau penghentian dari jabatan PPAIW.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.15
VIII. Peralihan Tanah Wakaf
Tujuan dan maksud dari suatu akad wakaf pada dasarnya bersifat abadi, tidak boleh
diperuntukan untuk tujuan selain tujuan yang diinginkan oleh wakif terhadap harta benda
wakaf yang ia wakafkan. Tetapi pada praktek di lapangan sering timbul permasalahan dalam
pengelolaan harta benda wakaf, khususnya dalam hal ketidak sesuaiannya peruntukan harta
benda wakaf dengan kebutuhan di masyarakat umum.
Perubahan peruntukan tanah wakaf menurut KHI buku III tentang hukum
perwakafan
Paha kompilasi hukum islam buku III tentang hukum perwakafan, dlam pasal 225 dijelaskan
tentang perubahan benda wakaf yaitu:
1. Pada dasarnya terhadap benda yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan
perubahan atau penggunaan lain dari pada yang dimaksud dalam ikrar wakaf
2. Penyimpangan dari ketentuan tersebut dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan terhadap
hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Kepala
Kantur Urusan Agama Kecamatan berdasarkan saran dari Majelis Ulama Kecamatan
dan Camat setempat dengan alasan:
a. karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif;
15 UU No.41 tahun 2004 pasal 67
11
b. karena kepentingan umum.16
Peralihan tanah wakaf menurut UU NO.41 tahun 2004 tentang wakaf
Didalam UU No 41 tahun 2004 disinggung masalah perubahan status benda wakaf seperti
pada pasal 40, sebagai berikut:
Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:
a. dijadikan jaminan;
b. disita;
c. dihibahkan;
d. dijual;
e. diwariskan;
f. ditukar; atau
g. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.17
Kemudian pada pasal 41 dijelaskan bagaimana mekanisme perubahan status benda wakaf, sebagai berikut:
1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah.
2. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia.
3. Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang. kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula.18
Peralihan tanah wakaf menurut Fiqh
16 KHI buku III pasal 22517 UU No. 41 tahun 2004 pasal 4018 UU No. 41 tahun 2004 pasal 41
12
Jika merujuk pada pandangan fiqh tentang perubahan peruntukan tanah wakaf, maka kita akan menemukan pendapat beberapa ulama, yaitu:
Maliki
Ulama madzhab Maliki membedakan jenis harta wakaf dalam kaitanyya dengan penjualan harta wakaf tersebut, yaitu:
Apabila harta wakaf berwujud masjid maka tidak boleh dijual Apabila harta wakaf tersebut berwujud benda yang tidak bergerak, maka tidak boleh
dijual sekalipun telah hancur atau musnah dan tidak boleh diganti dengan jenis yang sama, tetapi boleh dijual dengan syarat dibelikan lagi sesuai dengan kebutuhan untuk memperluas masjid atau jalan umum.
Dalam bentuk benda bergerak atau hewan peliharaan, apabila manfaatnya tidak ada lagi, maka boleh dijual an hasil dari penjualannya dibelikan barang atau hewan sejenis.
Hambali
Dalam hal perubahan peruntukan benda wakaf madzhab hambali menguraikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
Apabila harta benda wakaf telah hilang, seperti rumah telah hancur dan perkebunan telah menjadi hutan atau masjid tidak dipergunakan lagi oleh penduduk setempat sedangkan biaya untuk memperbaiki masjid, rumah atau perkebunan tersebut itu tidak ada, maka harta wakaf itu boleh dijual.
apabila manfaat harta wakaf sebagian masih bisa dimanfaatkan walaupun sedikit, maka harta tidak boleh dijual, tetapi dalam keadan darurat diperbolehkan demi memelihara tujuan wakaf itu sendiri.
Apabila harta wakaf berupa hewan tetapi sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi lalu dijual dan hasil penjualanyya tidak mencukupi untuk membeli hewan sejenis, maka boleh dibelikan benda yang sesuai dengan uang yang ada sehingga masih bisa dimanfaatkan penerima wakaf.
Tidak boleh memindahkan masjid dan menukarnya dengan yang lain, dan tidak boleh menjual pekarangan mesjid kecuali apabila masjid dan pekarangannya tidak bermanfaat lagi.
Syafii
Ulama syafiiyah berpendapat tentang peralihan peruntukan harta wakaf sebagai berikt:
Apabila harta wakaf itu berupa masjid, maka tidak boleh dijual dan dikembalikan kepada wakif atau siapapun walau masjid telah rusak, dan tidak digunakan lagi untuk sholat. hal ini dikarenakan harta itu tetap sebagai harta Allah. Akan tetapi pemerintah
13
dibolehkan membangun masjid lain atau dialihkan ketempat lain, jika hal itu yang terbaik.
Apabila masjid itu rusak, dan dikhawatirkan akan runtuh, maka pihak pemerintah harus memperbaikinya. Apabila harta wakaf berupa hewan atau buah-buahan dan diduga keras pemanfaatannya akan hilang, maka boleh dijual dan hasilnya diberikan kepada kerabat wakif yang miskin, fakir miskin lainnya atau untuk kemaslahatan umat islam setempat.
IX. Tata Cara Wakaf
Pada Kompilasi Hukum Islam buku III pasal 223 dipapakan secara jelas bagaimana tata cara
perwakafan yaitu:
1. Pihak yang hendak mewakafkah dapat menyatakan ikrar wakaf di hadapan Pejabat
PembuatnyaAkta Ikrar Wakaf untuk melaksanakan ikrar wakaf
2. Isi dan bentuk Ikrar Wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.
3. Pelaksanaan Ikrar, demikian pula pembuatan Akta Ikrar Wakaf, dianggap sah jika
dihadiri dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.
4. Dalam melaksanakan Ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak yang mewakafkan
diharuskan menyerahkan kepada Pejabat yang tersebut dalam Pasal 215 ayat (6),
surat-surat sebagai berikut:
a. tanda bukti pemilikan harta benda
b. jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka harus
disertai surat keterangan dari Kepala Desa, yang diperkuat oleh Camat
setempat yang menerangkan pemilikan benda tidak bergerak dimaksud
c. surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan dari benda tidak bergerak yang bersangkutan.19
X. Prosedur Pendaftaran dan Pengumuman Benda Wakaf
Di dalam UU No.41 tahun 2004 pasal 32-38 dijelaskan bagaimana prosedur pendaftaran
dan pengumumna harta benda wakaf sebagai berikut:
(Pasal 32 ) PPAIW atas nama Nazhir mendaftarkan harta benda wakaf kepada Instansi
yang berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani.
19 KHI buku III hukum perwakafan pasal 223
14
(pasal 33) Dalam pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32,
PPAIW menyerahkan:
a. Salinan akta ikrar wakaf
b. Surat-surat dan/atau bukti-bukti kepemilikan dan dokumen terkait lainnya
(Pasal 34) Instansi yang berwenang menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf.
(pasal 35) Bukti pendaftaran harta benda wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
disampaikan oleh PPAIW kepada Nazhir.
(Pasal 36) Dalam hal harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya Nazhir
melalui PPAIW mendaftarkan kembali kepada Instansi yang berwenang dan Badan
Wakaf Indonesia atas harta benda wakaf yang ditukar atau diubah peruntukannya itu
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam tata cara pendaftaran harta benda wakaf.
(pasal 37) Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengadministrasikan pendaftaran harta
benda wakaf.
(pasal 38) Menteri dan Badan Wakaf Indonesia mengumumkan kepada masyarakat harta
benda wakaf yang telah terdaftar.20
XI. Tata Cara Wakaf Tanah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.28 tahun 1977 pasal 9 tentang perwakafan tanah milik, dapat kita ketahui tata cara perwakapan tanah, yaitu:
1. Pihak yang hendak mewakafkan tanahnya diharuskan datang di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf untuk melaksanakan Ikrar Wakaf.
2. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf seperti dimaksud dalam ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agama.
3. lsi dan bentuk Ikrar Wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama. 4. Pelaksanaan Ikrar, demikian pula pembuatan Akta Ikrar Wakaf, dianggap sah, jika
dihadiri dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi. 5. Dalam melaksanakan ikrar seperti dimaksud ayat (1) pihak yang
mewakafkan tanah diharuskan membawa serta dan menyerahkan kepada Pejabat tersebut dalam ayat (2) surat- surat berikut: a. sertifikat hak milik atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya;
20 UU No. 41 tahun 2004 pasal 32-38
15
b. surat keterangan dari Kepala Desa yang diperkuat oleh Kepala Kecamatan setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah dan tidak tersangkut sesuatu sengketa;
c. surat keterangan Pendaftaran tanah; d. izin dari Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah cq. Kepala Sub
Direktorat Agraria Setempat.21
XII. Tata Cara Wakaf Uang
berdasarkan petunjuk yang diberikan Badan Wakaf Indonesia tentang tata cara wakaf tunai
sebagaimana tercantum di situs resmi BWI, “www.bwi.or.id” sebagai berikut:
1. wakif datang ke LKS-PWU22 di daerah setempat2. mengisi Akta Ikrar wakaf (AIW) dan melampirkan fotocopi kartu identitas diri yang
berlaku3. wakif menyetor nominal wakaf dan secara otomatis dana masuk ke rekening BWI23
4. wakif mengucapan shighah wakaf dan menandatangani AIW bersama dengan : 2 orang saksi 1 pejabat bank sebagai Pejabat Pembuat AIW (PPAIW)
5. LKS-PWU mencetak Sertifikat Wakaf Uang (SWU)6. LKS-PWU memberikan AIW dan SWU ke wakif.24
XIII. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita ketahui bahwa wakaf adalah menahan suatu benda
yang kekal zatnya, dapat diambil manfaatnya tanpa mengurangi ataupun menghilangkan
kekekalan dari zat tersebut.
Selain didasarkan hukum-hukum syariah, wakaf juga diatur dalam UU No. 41 tahu 2004
dan PP No.28 tahun 1977 tentang perwakafan
21 Peraturan pemerintah RI No.28 tahun 1977 pasal 922 Lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang23 Badan wakaf indonesia24 http://www.bwi.or.id/
16
XIV. Daftar pustaka
Qur’an dan terjemah artinya, UII Press, Yogyakarta, 1999
UU No.41 tahun 2004
PP No 28 1977 tentang perwakafan
KHI
Karim, helmi, fiqh muamalah, PT Raja Grafindo, jakarta, 1993
Suhendri, hendri, fiqh muamalah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
http://www.bwi.or.id/
17