Long Case

download Long Case

of 22

description

long case mata ari

Transcript of Long Case

LONG CASEMATA MERAH DENGAN VISUS NORMAL

PEMBIMBING :dr. Ayu S. Bulo Oetoyo, Sp.M., M.Sc

PENYUSUN :Tri Ariyani Astuti030.10.270

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATAPERIODE 19 OKTOBER 2015 21 NOVEMBER 2015RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA BAB ILAPORAN KASUS

I. IDENTITASNama: An. AZUsia: 12 tahun Jenis Kelamin: PerempuanPekerjaan : Pelajar Agama: Islam Alamat: JakartaStatus: -No. RM: 01002789

II. ANAMNESISAutoanamnesis dan alloanamnesia dengan pasien dan orangtua pasien dilakukan di poli mata RSUD Budhi Asih tanggal 31 November 2015 pada pukul 10.00 WIB.

Keluhan UtamaMata kiri gatal sejak 1 bulan yang lalu.

Keluhan TambahanMata merah, dan berair.

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan mata kiri terasa gatal sejak 1 bulan yang lalu. Namun sejak 1 minggu yang lalu gatal pada mata kiri semakin parah dan rasa gatal dirasakan semakin memberat setelah pasien bermain di cuaca yang panas. Karena sering terasa gatal, pasien sering mengucek-ucek mata, dan merasa kadang mata berair. Pasien juga mengeluh matanya merah menyeluruh, dan kadang disertai dengan sakit dan panas pada matanya. Mata kanannya juga terasa gatal dan berair namun lebih berat pada mata kirinya. Penglihatan buram, terdapatnya cairan lengket di mata, silau, dan riwayat trauma disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit DahuluPasien sebelumnya pernah berobat ke Rs. Islam dengan keluhan yang sama satu bulan yang lalu. Dikatan akibat alergi dan diberikan pengobatan tetes mata cendo xitrol. Setelah memakai obat tersebut pasien membaik. Namun setelah itu kambuh kembali. Pasien mengaku memiliki riwayat alergi pada debu. Pasien menyangkal memiliki riwayat TB, dan Astma.

Riwayat Penyakit KeluargaDi keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti ini. Namun Ayah pasein memiliki riwayat alergi.

III. Pemeriksaan FisikStatus generalisKeadaan umum: Sakit ringanKesadaran: Compos mentisTanda vitalTekanan darah: 120/80 mmHgNadi: 90 x/menitSuhu: afebrisPernapasan: 20 x/menit

Status OftalmologiODOS

6/9 scVisus6/9 sc

OrthoforiaKedudukan Bola MataOrthoforia

Baik ke segala arahPergerakan Bola Mata

Baik ke segala arah

Oedem (-)Hiperemis (-)Entropion (-)Ektropion (-)Trikiasis (-)Distrikiasis (-)Blefaritis (-)Palpebra SuperiorOedem (-)Hiperemis (-)Entropion (-)Ektropion (-)Trikiasis (-)Distrikiasis (-)Blefaritis (-)

Oedem (-)Hiperemis (-)Entropion (-)Ektropion (-)Trikiasis (-)Distikiasis (-)Blefaritis (-)Palpebra InferiorOedem (-)Hiperemis (-)Entropion (-)Ektropion (-)Trikiasis (-)Distikiasis (-)Blefaritis (-)

Hiperemis (-)Folikel (+)Papil (-)Lithiasis (-)Membran (-)Konjungtiva Tarsalis Superior Hiperemi (-) Folikel (+) Papil (-) Lithiasis (-) Membran (-)

Injeksi Konjungtiva (+)Injeksi siliar (-)Kemosis (-)Subkonjungtiva Bleeding (-)Pterigium (-)Pingekuela (-)Konjungtiva BulbiInjeksi Konjungtiva (+)Injeksi siliar (-) Kemosis (-)Subkonjungtiva Bleeding (-)Pterigium (-)Pingekuela (-)

Hiperemis (-)Folikel (+)Papil (-)Lithiasis (-)Membran (-)Konjungtiva Tarsalis InferiorHiperemis (-)Folikel (+)Papil (-)Lithiasis (-)Membran (-)

JernihKorneaJernih

DalamCOADalam

Warna coklat Gambaran kripti baikIrisWarna coklatGambaran kripti baik

Isokor, Isokor, D = 3 mmRegulerRefleks Cahaya Langsung (+)Refleks Cahaya Tidak Lagsung (+)PupilIsokor, D = 3 mmRegulerRefleks Cahaya Langsung (+)Refleks Cahaya Tidak Lagsung (+)

Jernih LensaJermih

Tidak dilakukan pemeriksaanVitreous HumorTidak dilakukan pemeriksaan

Tidak dilakukan pemeriksaanFunduskopiTidak dilakukan pemeriksaan

Tidak dilakukan pemeriksaanTIOTidak dilakukan pemeriksaan

IV. RESUMESeorang perempuan, berumur 12 tahun datang ke poli mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan mata sebalah kiri gatal yang semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu. Rasa gatal diraskan semakin parah setelah pasien bermain di cuaca yang panas. Mata kiri dirasakan lebih gatal daripada mata kanan. Pasien juga mengeluh mata merah menyeluruh yang kadang disertai dengan nyeri dan panas dan kadang berair. Pasien menyangkal adanya penglihatan buram dan cairan lengket pada mata. Pasien sebelumnya pernah berobat dengan keluhan yang sama, diberikan Cendo Xitrol membaik, dan kambuh lagi. Pasien mengaku memiliki riwayat alergi, dan ayah pasien juga memiliki riwayat alergi. Pada status oftalmologis, didapatkan:ODOS

6/9 scVisus6/9 sc

Folikel (+)Konjungtiva Tarsalis SuperiorFolikel (+)

Injeksi konjungtivaKonjungtiva BulbiInjeksi konjungtiva

Folikel (+)Konjungtiva Tarsalis InferiorFolikel (+)

V. DIAGNOSIS KERJAKonjungtivitis vernal ODS

VI. DIAGNOSIS BANDINGKonjungtivitis fliktenKonjutivitis atopi

VII. PENATALAKSANAANNon medikamentosa Edukasi pasien agar jangan mengucek-ucek mata Cuci tangan sebelum dan sesduhan memegang mata Memberitahu agar jangan main ditempat panas, berada di tempat yang sejuk (ber AC) akan memebuat lebih nyaman Jangan menggunakan perabotan rumah tangga yang mudah berdebu seperti karpet Memberitahu bahwa penyakit ini akan dapat kambuh, dan obat yang diberikan hanya untuk mengurai gejalaMedikamentosa Sodium Cromoglicate eye drop 3 x 1 ODS Cendo Vernacel eye drop 3 x 1 ODS

VIII. PROGNOSISODS Ad vitam: Ad bonam Ad fungsionam: Dubia ad bonam Ad sanasionam: Ad bonam

BAB IIANALISA KASUS

Diagnosis konjungtivitis vernal ODS pada pasien ini ditegakan berdasarakan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.1. Seorang perempuan berusia 12 tahun datang dengan keluhan gatal pada mata kiri sejak 1 bulan yang lalu. Dari segi usia dapat dipikirkan akibat alergi. Dimana epidemilogi pada kasus alergi sering ditemukan pada usia 3-25 tahun. Rasa gatal diraskan semakin parah setelah pasien bermain di cuaca yang panas. Rasa gatal dipicu oleh reaksi alergi, dimana sel mast yang teraktivasi akan mengalami degranulasi sehingga menlepaskan mediataor kimia ke jaringan salah satunya adalah histamin. Histamin ini yang dapat memberikan efek gatal pada mata. Efek gatal akan meningkat pada saat terasa panas hal ini sesuai dengan konjungtivitis vernal yang dikenal sebagai konjungtivitis musim kemarau. Dimana penyakit ini lebih jarang didaerah yang beriklim sedang, dan tidak pernah ada di daerah beriklim dingin.2. Dari anamnesis pasien juga mengeluhkan mata merah menyeluruh yang kadang disertai dengan nyeri dan panas. Hal tersebut terjadi akibat reaksi reaksi alergi, dimana sel mast akan melepaskan mediataor kimia ke jaringan. Mediator tersebut yang akan memberikan efek vasolidatsi pada pembulu darah sehingga mata menjadi merah, dan keluhan seperti panas dan nyeri.3. Dari hasil anamnesis pasien mengatakan memiliki riwayat alergi dan setelah diobati penyakitnya kambuh lagi. Hal tersebut mendukung bahwa penyakit pada pasien dapat disebabkan oleh alergi, dan sperti penyakit pada alergi bersifat rekuren.4. Pada pemeriksaan oftalmogi didapatkan visus OD 6/9 sc, OS 6/9 sc. Konjungtiva tarsalis superior dan inferior OD folikel (+) OS Folikel (+). Konjungtiva bulbi OD injeksi konjungtiva (+), OS injeksi konjungtiva (+). Maka sesuai dengan teori dapat dimasukan kedalam mata merah dengan visus normal. Gambaran folikel menunjukan hyperplasia limfoid lokal di dalam lapisan limfoid dan biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Folikel dapat dilihat sebagai struktur bulat kelabu atsu putih yang avaskular. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi, maka pasien ini di diagnosa dengan konjungtivitis vernal ODS. Dengan diagnosa banding konjungtivitis flikten dan konjungtivitis atopik.Konjungtivitis flikten dijadikan diagnosa banding karena akan memnerikan gejala yang sama, namuan disingkirkan karena pada pemeriksaan oftalmologis akan didapatkan tonjolan bulat dengan warna kunig kelabu seperti suatu mikroabses yang biasanya terletak di limbus dan penyebabnya oleh suatu antigen (hipersensitivitas tipe 4). Sedangakan konjungtivitis atopi didapatkan dari anamnesis bahwa pasien dan ayah pasien memiliki riwayat alergi. Namun disingkirkan karena pada konjungtivitis atopik akan didpatkan gejala seperti terdapatnya secret yang mukoid, tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Penatalaksanan adalah dengan menghidari allergen yang dapat memicu terjadinya reaksi alergi pada pasien mengatakan bahwa alergi terhadap debu. Menghindari suhu panas dan berada di dalam ruangan yang sejuk. Sedangkan untuk mengurai gelaja dapat diberikan:1. Sodium Cromoglicate eye drop. Obat ini termasuk kedalam penstabil sel mast yang baik digunakan pada konjungtivitis alergi. Dimana pada saat terjadi reaksi alergi sel yang paling berperan adalah sel mast dan basofil . Ikantan antara IgE dan antigen yang menenpel pada permukan sel akan memicu terlepasnya mediator kimia seperti histamin ke jaringan sehingga menimbulkan keluhan sepeti gatal, mata merah disertai nyeri dan panas.2. Cendo Vernacel eye drop yang berisikan naphazoline hydrochroride 0,25 mg, pheniramine meleat 3 mg. Diberikan obat ini karena naphazoline hydrochloride memiliki efek vasokonstriksi sehingga dapat mengurai gejala mata merah. Sedangkan pheniramine meleat sebagai anti histamine (AH1) yang dapat mengurai reaksi alergi.Prognosis ad vitam ad bonam karena konjungtivitis vernal tidak mengancam jiwa, ad sanationam dubia ad bonam kareana kekambuhan dapat dicegah dengan mencegah kontak terhadap allergen dan menghidari cuaca panas. Ad fungtionam ad bonam karena tidak dapat menyebakan ganguan fungsi dari kelopak mata namun apabila hal ini terjadi terus menerus dapat menyebab giant papillary yang dapat memberikan efek gesekan kepada kornea.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

KONJUNGTIVITISDefinisi1Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi, atau radang pada selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia.

Etiologi1Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :a. Infeksi oleh virus atau bakteri.b. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.c. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet. d. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang. Patofisiologi1Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar. Kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Pertahanan Konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film pada konjungtiva yang berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior.Di samping itu tear film juga mengandung beta lysin, lysozym, IgA, IgG yang berfungsi untung menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada mikroorganisme patogeen yang mampu menembus pertahanan tersebut hingga terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis.

Gejala-gejala dari konjungtivitis secara umum antara lain1,2,3,4 HiperemiaMata yang memerah adalah tanda tipikal dari konjungtivitis. Injeksi konjungtival diakibatkan karena meningkatnya pengisian pembuluh darah konjungtival, yang muncul sebagian besar di fornik dan menghilang dalam perjalanannya menuju ke limbus. Hiperemia tampak pada semua bentuk konjungtivitis. Tetapi, penampakan/visibilitas dari pembuluh darah yang hiperemia, lokasi mereka, dan ukurannya merupakan kriteria penting untuk diferensial diagnosa. Seseorang juga dapat membedakan konjungtivitis dari kelainan lain seperti skleritis atau keratitis berdasar pada injeksinya. Dilatasi perilimbal atau siliar menandakan inflamasi dari kornea atau struktur yang lebih dalam. Warna yang benar-benar merah menandakan konjungtivitis bakterial, dan penampakan merah susu menandakan konjungtivitis alergik. Hiperemia tanpa infiltrasi selular menandakan iritasi dari sebab fisik, seperti angin, matahari, asap, dan sebagainya, tetapi mungkin juda didapatkan pada penyakit terkait dengan instabilitas vaskuler(contoh, acne rosacea). Discharge (sekret). Berasal dari eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan sifat alamiah eksudat(mukoid, purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung dari etiologinya. Chemosis ( edema conjunctiva ). Adanya Chemosis mengarahkan kita secara kuat pada konjungtivitis alergik akut tetapi dapat juga muncul pada konjungtivitis gonokokkal akut atau konjungtivitis meningokokkal, dan terutama pada konjungtivitis adenoviral. Chemosis dari konjungtiva bulbar dapat dilihat pada pasien dengan trikinosis. Akut kemosis menunjukan terjadinya respone hipersensitivitas, sedangkan kronik kemosis menandakan adanya konstriksi aliran keluar orbita.

Gambar 1. Kemosis konjungtiva

Epifora (pengeluaran berlebih air mata).Lakrimasi yang tidak normal(illacrimation) harus dapat dibedakan dari eksudasi. Lakrimasi biasanya mencerminkan lakrimasi sebagai reaksi dari badan asing pada konjungtiva atau kornea atau merupakan iritasi toksik. Juga dapat berasal dari sensasi terbakar atau garukan atau juga dari gatal. Transudasi ringan juga ditemui dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah aktifitas pengeluaran air mata. Jumlah pengeluaran air mata yang tidak normal dan disertai dengan sekresi mukus menandakan keratokonjungtivitis sika. Pseudoptosis.Kelopak mata atas seperti akan menutup, disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel radang pada palpebra superior maupun karena edema pada palpebra superior. Hipertrofi folikel.Terdiri dari hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari konjungtiva dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau abu-abu. Pada pemeriksaan menggunakan slit lamp, pembuluh darah kecil dapat naik pada tepi folikel dan mengitarinya.Terlihat paling banyak pada kasus konjungtivitis viral dan pada semua kasus konjungtivitis klamidial kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, pada beberapa kasus konjungtivitis parasit, dan pada beberapa kasus konjungtivitis toksik diinduksi oleh medikasi topikal seperti idoxuridine, dipiverin, dan miotik. Folikel pada forniks inferior dan pada batas tarsal mempunyai nilai diagnostik yang terbatas, tetapi ketika diketemukan terletak pada tarsus(terutama tarsus superior), harus dicurigai adanya konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik (mengikuti medikasi topikal).

Gambar 2. Gambaran klinis dari folike

Hipertrofi papiler. Adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh fibril. Ketika pembuluh darah yang membentuk substansi dari papilla(bersama dengan elemen selular dan eksudat) mencapai membran basement epitel, pembuluh darah tersebut akan bercabang menutupi papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi akan terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah gundukan. Pada kelainan yang menyebabkan nekrosis(contoh,trakoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat.Ketika papila berukuran kecil, konjungtiva biasanya mempunyai penampilan yang halus dan merah normal. Konjungtiva dengan papila berwarna merah sekali menandakan kelainan disebabkan bakteri atau klamidia(contoh, konjungtiva tarsal yang berwarna merah sekali merupakan karakteristik dari trakoma akut). Injeksi yang ditandai pada tarsus superior, menandakan keratokunjungtivitis vernal dan konjungtivitis giant papillary dengan sensitivitas terhadap lensa kontak; pada tarsal inferior, gejala tersebut menandakan keratokonjungtivitis atopik. Papila yang berukuran besar juga dapat muncul pada limbus, terutama pada area yang secara normal dapat terekspos ketika mata sedang terbuka(antara jam 2 dan 4 serta antara jam 8 dan 10). Di situ gejala nampak sebagai gundukan gelatin yang dapat mencapai kornea. Papila limbal adalah tanda khas dari keratokonjungtivitis vernal tapi langka pada keratokonjungtivitis atopik.

Gambar 3. Gambaran klinis hipertrofi papiler

Tabel 3. Perbedaan papil dan folikel 4,5

PapilFolikel

Tanda :Hanya dapat ditemukan pada konjungtiva palpebra dan konjungtiva limbal. Pembulu darah terdapat di lesi. Micropapil berbertuk seperti pola mozaik dengan bagian atasnya berwarna merah karena terdapat pembulu darah, papil di konjungtiva tarsal bagian atasnya datar sedangkan pada konjungtiva limbal berbentuk seperti dome shapemacropapil >1 mm giant papil >1 mm dengan tanda peradangan. Terdapatnya mukus di giant papil menandakan peradangan kronik, limbal papil memberikan gambaran seperti agar-agar.

Histologi :Hiperplasia epitelium konjungtiva dengan terdapatnya jaringan fibrovaskular dan infiltrasi sel radang pada subepitelial stroma.

Penyebab :Konjungtiva bakteri, alergi, blefaritis marginal kronik, pemakaian kontak lens keratokonjungtivitisa limbic superior.Tanda :multiple, discrete, lesi lebih tinggi seperti butiran beras, berada di fornik, pembuluh darah mengelilingi lesi, ukuran diameter 0,2-0,5 mm

Histologi : Hiperplasia subepithelial lymphoid dengan germinal centre dimana sel limfosit imatur di bagian tengahnya dan matur di bagian perifer

Penyebab :Folikular menandakan respone terhadap peradangan spesifik seperti konjungtivitis viral, clamidya, sindrome parinaud oculoglandular dan hipersensitivitas obat topikal. Folikel ukuran kecil normal ditemukan pada masa kanak-kanak (follikulosis) selama folikel berada di forniks dan marginal tarsal plate superior pada dewasa

Membran dan pseudomembran.Merupakan reaksi konjungtiva terhadap infeksi berat atau konjungtivitis toksis. Terjadi oleh karena proses koagulasi kuman/bahan toksik. Bentukan ini terbentuk dari jaringan epitelial yang nekrotik dan kedua-duanya dapat diangkat dengan mudah baik yang tanpa perdarahan(pseudomembran) karena hanya merupakan koagulum pada permukaan epital atau yang meninggalkan permukaan dengan perdarahan saat diangkat(membran) karena merupakan koagulum yang melibatkan seluruh epitel. Phylctenules. Menggambarkan manifestasi lokal pada limbus karena alergi terhadap toxin yang dihasilkan mikroorganisme. Phlyctenules dari konjungtiva pada mulanya terdiri dari perivaskulitis dengan pengikatan limfositik pada pembuluh darah. Ketika berkembang menjadi ulserasi dari konjungtiva, dasar ulkus mempunyai banyak leukosit polimorfonuklear. Formasi pannus.Pertumbuhan konjungtiva atau pembuluh darah diantara lapisan Bowman dan epitel kornea atau pada stroma yang lebih dalam. Edema stroma, yang mana menyebabkan pembengkakan dan memisahkan lamela kolagen, memfasilitasi terjadinya invasi pembuluh darah.

Gambar 4. Pannus tampak pada mata pasien konjungtivitis

Granuloma. Adalah nodus stroma konjungtiva yang meradang dengan area bulat merah dan terdapat injeksi vaskular. Tanda ini dapat muncul pada kelainan sistemik seperti tuberkulosis atau sarkoidosis atau mungkin faktor eksogen seperti granuloma jahitan postoperasi atau granuloma benda asing lainnya. Granuloma muncul bersamaan dengan bengkaknya nodus limfatikus preaurikular dan submandibular pada kelainan seperti sindroma okuloglandular Parinaud.

Gambar 5. Granuloma konjungtiva disertai dengan folikelpada sindroma okuloglandular Parinaud

Nodus limfatikus yang membengkak. Sistem limfatik dari regio mata berjalan menuju nodus limfatikus di preaurikular dan submandibular. Nodus limfatikus yang membengkak mempunyai arti penting dan seringkali dihadapi sebagai tanda diagnostik dari konjungtivitis viral.

KONJUNGTIVITIS MENAHUN 1,2,3,4Konjungtivitis AlergiKonjungtivitis alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi. Manifestasi KlinisMata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering berulang dan menahun bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada konjungtiva palpebra dan bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan komplikasi pada konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat.

Gambar 6. Konjungtivitis Alergi Pemeriksaan PenunjangPada pemeriksaan sekret ditemukan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan darah ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE. PenatalaksanaanBiasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk menghindarkan penyebab dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnya vasokonstriktor lokal pada keadaan akut (naphazoline/pheniramine 1 tetes 4x/hari), antihistamin topikal ( azelastine 0,05%, emedastine 0,05% 1 tetes 4x/hari), steroid topikal dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Untuk pencegahan diberikan natrium kromoglikat 2% topikal 4 kali sehari untuk mencegah degranulasi sel mast. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik. Antihistamin sistemik hanya sedikit bermanfaat.

Konjungtivitis vernalKonungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Pada mata ditemukan papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal dengan rasa gata berat, sekret gelatin yang berisi eosinofil atau granula eosinofil, pada kornea terdapat keratitis, neovaskuarisasi, dan tukak indolen. Pada tipe limbal terihat benjolan di daerah limbus, dengan bercak Horner Trantas yang berwarna keputihan yang terdapat di dalam benjolan. Secara histologik penonjolan ini adalah suatu hiperplasi dan hialinisasi jaringan ikat disertai proliferasi sel epitel dan sebukan sel limfosit, sel plasma dan sel eosinofil.Merupakan penyakit yang dapat rekuren dn bilateral terutama pada musim panas. Mengenai pasien usia muda antara 3-25 tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mulai pada usia di bawah 10 tahun. Penderita konjungtivitis vernal sering menunjukkan gejala-gejala alergi terhadap tepung sari rumput-rumputan.Dua bentuk utama (yang dapat berjalan bersama) : Bentuk papebra. Pda tipe palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar (cobblestone) yang diliputi sekret yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema dengan kelainan kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. Secara klinik papil besar ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler di tengahnya. Bentuk limbal. Hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi epiel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinfil.Penyakit ini biassanya sembuh sendiri tanpa diobati. Dapat diberi kompres dingin, natrium karbonat dan obat vasokonstriktor. Antihistamin dan desensitisasi mempunyai efek ringan . kelainan kornea dan konjungtiva dapat diobati dengan natrium cromolyn topikal Pengobatan dengan steroid topikal tetes dan salep akan dapat menyembuhkan namun bila tidak ada hasil dapat dilakukan pengangkatan giant papil.

Gambar 7. Konjungtivitis vernal

Konjungtivitis fliktenMerupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan oleh alergi (hipersensitifits tipe IV) terhadap tuberculoprotein, stafilokok, infeksi parasit dan infeksi di tempat lain dalam tubuh. Flikten merupakan suatu manifestasi alergi bakteri dan tidak oleh alergen yang bertanggung jawab untuk konjungtivitis atopik. Biasanya unilateral dan kadang kedua mata. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak-anak, yang biasanya dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran nafas.Pada konjungtiva terlihat sebagai titik putih yang dikelilingi daerah hiperemi. Merupakan tonjolan bulat dengan warna kuning kelabu seperti suatu mikro abses yang biasanya terletal didekat limbus. Abses ini menjalar ke arah sentral atau kornea yang terdapat tidak hanya satu. Flikten merupakan infiltrasi selular subepitel yang terutama terdiri atas sel monokular limfosit. Gejala mata berair, iritasi dengan rasa sakit, fotofobia ringan hingga berat. Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu dengan kemungkinan terjadi kekambuhan. Pengobatan dengan steroid topikal dan midriatik bila terjadi penyulit pada kornea. Dapat diberikan kacamata hitam agar tidak silau yang sakit dan diperhatikan higiene mata serta diberi antibiotik salep saat tidur dan air mata buatan. Sebaiknya dicari penyebabnya seperti adanya tuberkulosis, blefaritis stafilokokus danlainnya. Sebaiknya diberikan vitamin dan makanan tambahan pada anak yang gizi kurang. Penyulit yang dapat timbul adalah menyebarnya flikten ke kornea atau terjadinya infeksi sekunder sehingga timbul abses.

Gambar 8. Konjungtivitis FliktenSindrom Steven JohnsonSindrom steven johnson adalah suatu penyait eritema multiform yang berat. Penyakit ini sering ditemukan pada orang muda usia sekitar 35 tahun. Penyebabnya diduga suatu reaksi alergi pada orang yang mempunyai predisposisi lergi terhadap obat-obatan sulfonamid, barbiturat dan salisilat. Kelainan ditandai dengan lesi pada kulit dan mukosa. Kelainan pada kulit berupa lesi eritema yang dapat timbul mendadak dan tersebar secara simetris. Mata merah dengan demam dan kelemahan umum dan sakit pada sendi merupakan keluhan penderita. Sindrom ini disertai dengan gejala vesikel pada kulit, bula, dan stomatitis ulseratif.Pada mata terdapat vaskularisasi kornea, parut konjungtiva, konjungtiva kering, simblefaron, tukak dan perforasi kornea dan dapat memberikan penyulit endoftalmitis. Kelainan mukosa dapat berupa konjungtivitis pseudomembran. Pada keadaan lanjut dapat terjadi kelainan yang sangat menurunkan daya penglihatan.Pengobatan bersifat simtomatik dengan pengobatan umum berupa kortikosteroid sistemik dan infus cairan antibiotik. Pengobatan lokal pada mata berupa pembersihan sekret yang timbul, midriatik, steroid topikal, dan mencegah simblefaron.

Konjungtivitis atopik Pasien dermatitis atopik (exzema) sering juga menderita keratokonjungtivitis atopik. Tanda dan gejalanya adalah sensasi terbakar, sekret mata berlendir, merah, fotofobia. Tepi palpebra eritematosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papila halus, namun papila raksasa tidak berkembang seperti keratokonjungtivitis vernal, dan sering terdapat ditarsus inferior, berbeda dengan papila raksasa pada keratokonjungtivitis vernal yang terdapat ditarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit seperti eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulang kali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi dan ketajaman penglihatan menurun, penyakit ini mungkin sampai keratokonus.Biasanya ada riwayat alergi pada pasien atau keluarga. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopik sejak bayi. Parut pada lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopik berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti pada konjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung tidak aktif jika pasien berusia lebih dari 50 tahun.Penanganan keratokonjungtivitis atopik sering mengecilkan hati. Setiap infeksi sekunder harus diobati. Harus diusahakan kontrol lingkungan. Antihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg dua kali sehari), astemizole (10 mg empat kali sehari) atau hydroxyzine 50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat anti radang nonsteroid yang baru seperti ketorolac, iodoxamide ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan tajam penglihatan.

Konjungtivitis Papilaris RaksasaKonjungtivitis papilaris raksasa dengan tanda dan gejala mirip pada konjungtivitis vernal dapat timbul pada pasien yang memakai mata buatan dari plastik atau lensa kontak. Ini mungkin penyakit hipersensitivitas tipe lambat yang kaya basofil, mungkin dengan komponen IgE humoral. Mengganti plastik dengan kaca untuk prostesis mata dan memakai kaca mata daripada lensa kontak biasanya menyembuhkan. Jika tetap ingin memakai lensa kontak,diperlukan tindakan tambahan. Perawatan lensa kontak yang baik, termasuk agen-agen bebas pengawet sangat penting. Disinfektan hidrogen peroksida dan pembersihan lensa kontak enzimatik juga menolong. Jika semua gagal, pemakaian lensa kontak harus dihentikan.

Gambaran 9. Giant papillary

DAFTAR PUSTAKA1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 20072. Vaughan, Daniel G., et al. Oftalmologi Umum. Jakarta : Widya Medika. 2000.3. Argawal S, Argawal A, Buratto L, Apple J D, Ali G l. Textbook of oftalmology. Jaype brother publisher:2000.4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical oftalmology a systematic approach. 7 ed. Elsevier saunders.2011

1