Long Case Ulkus Kornea
-
Upload
andika-widyatama -
Category
Documents
-
view
47 -
download
9
description
Transcript of Long Case Ulkus Kornea
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus dengan judul
ULKUS KORNEA MARGINAL
telah diterima dan disetujui oleh pembimbing dr. Ayu S. Bulo Oetoyo, SpM., M.Sc pada :
Hari : Senin
Tanggal : 9 Maret 2015
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Mata di
RSUD Budhi Asih periode 9 Februari – 14 Maret 2015.
Jakarta, 9 Maret 2015
dr. Ayu S. Bulo Oetoyo, SpM., M.Sc
1
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Cililitan No. 47 RT 04/05, Cililitan, Keramat Jati
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
No RM : 668901
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 Maret 2015, jam 09.00
WIB di Poliklinik Mata RSUD Budhi Asih.
Keluhan utama : Mata kanan merah sejak 2 hari sebelum datang ke RS.
Keluhan tambahan :
Rasa mengganjal di mata, air mata banyak keluar, silau melihat cahaya
Riwayat penyakit sekarang :
OS datang ke poliklinik mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan mata kanan
merah sejak 2 hari yang lalu. Mata merah dirasakan muncul mendadak setelah bangun
tidur dan dirasakan terus-menerus hingga sekarang. Pasien juga merasa ada yang
mengganjal di mata, terasa pedih dan air mata juga banyak keluar. Pasien merasa silau
2
ketika melihat cahaya lampu, matahari atau sinar lainnya. Penglihatan sempat menurun 2
hari yang lalu, tetapi sekarang pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan penglihatan.
Awalnya, sehari sebelum mata merah, pasien mengatakan bahwa pasien merasa ada
pasir-pasir yang masuk ke dalam matanya dikarenakan hembusan angin yang kuat saat
berjalan menuju pasar. Lalu pasien mengucek-ngucek matanya. Malam harinya pasir
yang masuk ke mata kanan pasien keluar saat pasien mengucek matanya. Kemudian esok
harinya saat bangun tidur, mata kanan pasien sudah bewarna merah. Pasien sudah
mencoba mengobati matanya di Puskesmas Keramat Jati dan diberikan salep dan obat
minum. Pasien tidak membawa obat-obatnya dan tidak tahu nama obatnya. Tetapi pasien
tidak merasa adanya perbaikan sehingga pasien datang ke poli mata di RS Budhi Asih.
Pasien juga sering mengeluh pilek yang hilang timbul. Pilek terakhir kali timbul pada 2
hari ini.
Pasien menyangkal adanya gatal, kotoran mata, nyeri pada mata, pada mata
sebelah kanannya. Pasien juga mengatakan mata sebelah kiri tidak ada masalah.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien menyangkal adanya keluhan kencing manis, darah tinggi, asma, dan alergi.
Riwayat penyakit mata sebelumnya disangkal. Riwayat trauma pada daerah wajah
disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga satu rumah yang mengalami keluhan seperti pasien.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami darah tinggi, kencing manis, asma dan alergi.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 80x/ menit
3
Suhu : 36,8°c
Pernafasan : 18x/ menit
B. Status Oftalmologis
Tanggal 06 Maret 2015
OD (Oculi Dextra) Pemeriksaan OS (Oculi Sinistra)
6/15 S– 1,25 6/6 Visus 6/15 S– 1,25 6/6
Ortoforia Kedudukan Bola
Mata
Ortoforia
Baik ke segala arah Pergerakan Bola
Mata
Baik ke segala arah
Ptosis (-), oedema (-), hiperemis
(-), entropion (-), ektropion (-),
trikiasis (-), distikiasis (-), sekret
pada bulu mata (-)
Palpebra
superior
Ptosis (-), oedema (-), hiperemis
(-), entropion (-), ektropion (-),
trikiasis (-), distikiasis (-), sekret
pada bulu mata (-)
Ptosis (-), oedema (-), hiperemis
(-), entropion (-), ektropion (-),
trikiasis (-), distikiasis (-), sekret
pada bulu mata (-)
Palpebra
inferior
Ptosis (-), oedema (-), hiperemis
(-), entropion (-), ektropion (-),
trikiasis (-), distikiasis (-), sekret
pada bulu mata (-)
Hiperemis (-), sekret (-), lithiasis
(-), folikel (-)
Konjungtiva
tarsalis superior
Hiperemis (-), sekret (-), lithiasis
(-), folikel (-)
Injeksi konjungtiva (+), Injeksi
silier (+),perdarahan
subkonjungtiva (-), sekret (-),
pterigium (-)
Konjungtiva
bulbi
Injeksi konjungtiva (-), Injeksi
silier (-), perdarahan
subkonjungtiva (-), sekret (-),
pterigium (-)
Hiperemis (-), sekret (-), lithiasis
(-), folikel (-)
Konjungtiva
tarsalis inferior
Hiperemis (-), sekret (-), lithiasis
(-), folikel (-)
Terdapat defek berbatas tegas
dengan ukuran 0,1x0,1x0,1 mm,
terletak searah jam 4 di tepi pupil,
Kornea Arkus senilis (+), oedem (-),
keratik presipitat (-)
4
Arcus senilis (+), oedem (-),
keratik presipitat (-), fluresent test
(+)
Dalam COA Dalam
Warna cokelat tua,
Kripta baik
sinekia posterior (-)
Iris Warna cokelat tua,
Kripta baik
sinekia posterior (-)
Bulat, Ø 4mm, isokor,
RCL (+) RCTL (+), seclusio pupil
(-), oclusio pupil (-)
Pupil Bulat, Ø 4mm, isokor,
RCL (+) RCTL (+), seclusio
pupil (-), oclusio pupil (-)
Jernih, shadow test (-) Lensa Jernih, shadow test (-)
Jernih Vitreous humor Jernih
Reflek fundus (+), papil oranye
berbatas tegas, bentuk bulat, CD
ratio 0,3, arteri:vena 2:3.
Funduskopi Reflek fundus (+), papil oranye
berbatas tegas, bentuk bulat, CD
ratio 0,3, arteri:vena 2:3.
10,7 TIO 14,6
Penurunan lapang pandang (-) Tes konfrontasi Penurunan lapang pandang (-)
5
C. FOTO
Tampak mata merah pada mata kanan pasien
OCULI DEXTRA OCULI SINISTRA
6
Foto Slit Lamp Oculi Dextra
7
D. Resume
OS datang ke poliklinik mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan mata
kanan merah sejak 2 hari yang lalu. Mata merah dirasakan muncul mendadak setelah
bangun tidur dan dirasakan terus-menerus hingga sekarang. Pasien juga merasa ada
yang mengganjal di mata, terasa pedih dan air mata juga banyak keluar. Pasien
merasa silau ketika melihat cahaya lampu, matahari atau sinar lainnya. Penglihatan
sempat menurun 2 hari yang lalu, tetapi sekarang pasien tidak mengeluhkan adanya
gangguan penglihatan. Awalnya, sehari sebelum mata merah, pasien mengatakan
bahwa pasien merasa ada pasir-pasir yang masuk ke dalam matanya dikarenakan
hembusan angin yang kuat saat berjalan menuju pasar. Lalu pasien mengucek-
ngucek matanya. Malam harinya, pasir yang masuk ke mata kanan pasien keluar saat
pasien mengucek matanya. Kemudian esok harinya saat bangun tidur, mata kanan
pasien sudah bewarna merah. Pasien juga sering mengeluh pilek yang hilang timbul.
Pilek terakhir kali timbul pada 2 hari ini.
Pada pemeriksaan oftalmologi occuli dextra (OD) diperoleh Injeksi konjungtiva
(+), Injeksi silier (+), Terdapat defek berbatas tegas dengan ukuran 0,1x0,1x0,1 mm,
terletak searah jam 4 di tepi pupil, Arcus senilis (+), fluresent test (+).
E. Diagnosis
Ulkus Kornea Marginal OD ec Virus
Miopia ODS
F. Diagnosis Banding
Ulkus Kornea OD ec Virus Herpes Simplek
Ulkus Kornea OD ec Virus Herpes Zoster
Keratitis OD
G. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Antibiotik spektrum luas (LFX ED 1 tetes/2 jam OD)
8
Protagenta ED 4x1 tetes OD
Kortikosteroid topikal 3 tetes / hari (apabila sudah dipastikan ulkus belum
mencapai stroma)
Non medikamentosa
Edukasi :
Menggunakan kacamata gelap untuk mengurangi fotofobia dan lindungi mata dari
segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata.
Jangan mengucek mata
Jaga kebersihan mata
Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai
inkubator
Kontrol kembali 1 minggu ke depan atau jika ada keluhan yang semakin buruk.
Koreksi myopia ODS dengan kacamata sferis yang sesuai dengan pasien apabila
mata pasien tidak meradang atau tidah bewarna merah lagi.
H. Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
BAB II
9
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat ditegakkan
diagnosis pada pasien adalah ulkus kornea oculi dekstra yaitu :
Anamnesis
1. Mata merah (OD)
Keluhan mata merah biasanya disebabkan oleh adanya injeksi konjungtiva, injeksi
siliar atau injeksi episklera. Namun mata merah pada pasien ini adalah injeksi
konjungtiva dan injeksi siliar dimana injeksi ini terjadi akibat suatu proses
peradangan di mana terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva posterior dan
perikorneal.(1)
2. Rasa tidak enak dan menggganjal pada mata (OD)
Rasa tidak enak dan mengganjal pada mata ini disebabkan oleh peradangan daerah
kornea.(2,3) Peradangan tersebut akibat pasir yang mengenai mata kanan.
3. Rasa pedih
Rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan hipertrofi papil. Hipetropi papil
merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau
limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang
membentuk substansi papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini
bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji paying sehingga menimbulkan rasa
pedih.(4)
4. Silau (Fotofobia)
Fotofobia (peka terhadap cahaya). Pasien silau apabila melihat cahya
matahari maupun sinar lampu. Fotofobia pada penyakit kornea adalah
akibat dilatasi pembuluh iris yang merupakan fenomena refleks yang
disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea.(1)
5. Sekresi Air mata berlebihan
Karena peradangan dan terdapatnya benda asing yang mungkin masih terdapat pada
mata kanan pasien maka terjadi kompensasi dengan mensekresi air mata yang
10
banyak untuk melarutkan atau menghanyutkan benda atau mikroorganisme yang
asing bagi mata.
Pemeriksaan oftalmologi Oculi Dextra :
1. Injeksi konjungtiva dan siliar
Merupakan gambaran pelebaran pembuluh darah konjungtiva posterior dan
perikorneal. Adanya injeksi menunjukan bahwa adanya mekanisme kompensasi
tubuh untuk terhadap reaksi peradangan yang terjadi pada intraokuli.(1)
2. Defek Kornea
hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea,terdapat
kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea.
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase
yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Penyebab awal bisa karena mata
kelilipan atau tertusuk benda asing.
3. Test Fluoresein (+)
Tes ini dapat mendeteksi kerusakan pada epitel kornea. Zat warna fluoresin akan
berubah hijau pada media alkali. Prinsip kerjanya yakni zat warna fluoresein bila
menempel pada epitel kornea yang defek akan memberikan warna hijau karena
jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa.
Pada pasien ini, terdapat ulkus kornea karena memberikan kekeruhan berwarna putih
pada kornea dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan
berwarna hijau ditengahnya.(5)
Penatalaksanaan;
Pada penatalaksanaan medikamentosa, diberikan antibiotik spektrum luas dalam
bentuk tetes mata yakni Levofloxacin eye drop sebanyak satu tetes per 2 jam pada
mata kanan. LFX mengandung Levofloxacin 5 mg/ml. Yang diberikan untuk
mencegah dan mengobati infeksi karena memiliki aktivitas berinterisid terutama
terhadap bakteri gram negatif seperti P. aeruiginosa E.sp, Proteus dan Klebsiella sp,
11
juga terhadap strain yang sensitif dari Staphylococci (termasuk S.aureus dan
Streptococci) juga termasuk S.pneumoniae.(3)
Pasien diberikan tetes mata protagenta sebanyak 4 kali sehari. Protagenta
mengandung Polyvinylpyrrolidone 20 mg/ml, Vitamin A, dan Natrium Hyaluronat.
Polyvinylpyrrolidone sebagai bahan yang mempunyai keaktifan khas, suatu koloid
protektif makromolekuler yang secar fisikokimia sangat mirip protein untuk melindungi
kornea. Obat ini juga dapat menstabilkan dan sekaligus sebagai pengganti lapisan cairan
mata pre corneal dan karena itu mendorong mempercepat penyembuhan lesion epitel
kornea. Karena fungsi koloid protektifnya. Diindikasikan untuk menghilangkan gejala
iritasi lokal yang disebabkan debu, gas, atau gangguan lakrimasi.
Pemberian kortikosteroid topikal dapat dimulai dengan dosis sedang (prednisolon
asetat atau fosfat 1% setiap 4-6 jam), dan pasien harus dimonitor selama 24-48 jam
setelah terapi awal. Jika pasien tidak menunjukkan efek samping, frekuensi pemberian
dapat ditingkatkan dengan periode waktu yang pendek kemudian dapat di tapering sesuai
dengan gejala klinik. Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata
terlihat tenang, Steroid menghambat respons inflamasi untuk merangsang agen-agen
mekanis, kimia atau imunologi alami. Kortikosteroid topikal efektif digunakan pada
kondisi inflamasi akut pada konjungtiva, sklera, kornea, kelopak mata, iris, badan siliar,
dan segmen anterior dari bola mata, dan dalam kondisi alergi bola mata.(5)
Untuk penatalaksanaan non medikamentosa, perlu diberikan edukasi kepada pasien
untuk Kontrol kembali 1 minggu ke depan atau jika ada keluhan yang semakin buruk
Pasien dapat menggunakan kacamata gelap untuk mengurangi fotofobia dan lindungi mata
dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata dan tidak mengucek matanya.
Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator.
12
BAB III
KESIMPULAN
Pada anamnesis diketahui bahwa pasien terkena hembusan angin pada mata kanannya
dan pernah mengeluarkan pasir ketika mengucek matanya sehingga keesokan paginya mata
kanan pasien menjadi merah, menjadi silau dan banyak mengeluarkan air mata.
Pada pemeriksaan oftalmologi occuli dextra (OD) diperoleh Injeksi konjungtiva (+),
Injeksi silier (+), Terdapat defek berbatas tegas dengan ukuran 0,1x0,1x0,1 mm, terletak searah
jam 4 di tepi pupil, Arcus senilis (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil fluresent test
(+).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan, dapat ditegakkan
diagnosis pada pasien ini adalah ulkus kornea marginal oculi dekstra et causa virus. Ulkus ini
harus diobati secepatnya agar tidak terjadi komplikasi.
Pengobatan diberikan seperti antibiotik spektrum luas untuk mencegah atau mengobati
bakteri dan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan. Berikan juga edukasi agar selalu
menjaga matanya dan kontrol ke dokter seninggu kemudian.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S.”Anatomi dan Fisiologi mata” dalam ”Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, Edisi 3, 2008.p. 1-12.
2. Voughan Daniel G, Asburg Taylor, Eva-Riordan Paul. Sulvian John H,editors. Optalmologi
Umum. Jakarta : EGC, edisi 17, 2009.p. 10-11, 150-167.
3. Ilyas S, Yulianti S.R. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2008.
p. 175 – 7.
4. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk
Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisike 2,Penerbit Sagung Seto: Jakarta;2002.
5. Duane, D Thomas : Clinical Ophthalmology, Volume 4, Philadelphia, Harper & Row Publisher,
2006. Available at: http://tuh.templehealth.org/content/ophthalmology.htm. Accesed on 7 Maret
2015
14