Long Case Abd. Rasyid
Click here to load reader
-
Upload
hamasah204 -
Category
Documents
-
view
34 -
download
0
Transcript of Long Case Abd. Rasyid
LONG CASE BEDAH UROLOGI
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Abd. Rasyid
Umur : 62 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pattingaloang Bajeng
MRS : 23 Mei 2011
Kamar : Lontara 2 bawah depan kamar 11
Rekam Medik : 464853
Status : Jamkesmas
II. ANAMNESIS (06/06/2011)
Keluhan Utama : Kencing bercampur darah
Anamnesis Terpimpin : Keadaan ini sudah dialami sejak ± 5 bulan yang lalu
(bulan Januari 2011). Kencing bercampur darah berwarna merah kehitaman
( gelap ) dialami selama proses berkemih ( dari awal hingga akhir ) disertai
gumpalan – gumpalan darah. pasien tidak merasakan nyeri pada saat kencing.
Kemudian pasien berobat ke RS. Kalontala dan mendapatkan perawatan selama ±
1 minggu. Selama dirawat kencing pasien kuning jernih hingga pasien berobat
jalan. Keluhan kencing bercampur darah ini berulang kembali ± 4 bulan yang
lalu. Gejalanya sama persis seperti yang sebelumnya.
1
± 2 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri di panggul kiri yang
berlangsung terus menerus dan menjalar ke dinding perut hingga kaki sebelah
kiri. Pada awalnya karena nyeri ini pasien merasa sulit berjalan karena kaki
kirinya terasa lemah sehingga jalannya menjadi pincang, keadaan ini berlangsung
makin memberat dan menetap hingga akhirnya pasien tidak dapat berjalan. Nyeri
ini tetap dirasakan pada saat kencingnya bercampur darah atau saat kencingnya
kuning jernih. Pasien ini juga sempat berobat ke RS. Bhayangkara tetapi nyeri
tidak menghilang. ± 2 minggu yang lau saat kencing pasien bercampur darah, tiba
– tiba kencingnya terhenti dan pasien merasa nyeri di perut bawah sehingga
pasien dibawa ke RS. Kalontala kemudian dirujuk ke RSWS. ± 1 bulan yang lalu
setelah dilakukan tindakan di RSWS yaitu Operasi URS + pemasangan DJ Stent (
5 Mei 2011 ), pasien meraskan nyeri pada pinggang kanannya yang diikuti
dengan timbulnya benjolan. Benjolan tidak makin membesar. Nyeri dirasakan
terus menerus. Nyeri lebih memberat ketika pasien berbaring.
Sebelumnya pada saat kencing pasien tidak mengalami kesulitan ( lancar )
dan tidak merasakan nyeri, tidak terputus-putus. Riw kencing tidak lampias tidak
ada. Pasien kencing malam hari 1-2 kali. Tidak ada keluhan kencing berpasir dan
kencing bernanah
Riwayat demam ada sejak ± 1 bulan yang lalu, demam dirasakan hilang
timbul, menggigil tidak ada. mual tidak ada, muntah tidak ada. Riw batuk dengan
disertai sesak atau nyeri dada tidak ada.
Riwayat penurunan berat badan tidak ada. Nafsu makan pasien makin
menurun dibanding biasanya.
Riwayat hipertensi ada, pasien rutin berobat di PKM. Riwayat lemah
anggota gerak sebelumnya tidak ada. Riwayat DM disangkal. Riwayat asam urat
disangkal. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
2
Riwayat merokok tidak ada Riwayat mengkonsumsi alkohol tidak ada. Pasien
ini bekerja sebagai sopir truk.
III. PEMERIKSAAN FISIS
STATUS GENERALIS
Sakit sedang/ gizi cukup/ sadar
BB : 55 Kg TB: 163 cm
STATUS VITALIS
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 18 x/menit, spnontan, Thoracoabdominal.
Suhu : 36,5 0C (axilla)
STATUS REGIONALIS
Kepala
Rambut : hitam, lurus dan sukar dicabut
Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera tidak ikterik
Hidung : Rhinorrhea tidak ada, tidak ada epistaksis
Bibir : sianosis tidak ada.
Submandibula :
Regio submandibula dextra:
Inspeksi : Tidak tampak adanya massa tumor.
Palpasi : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
3
Regio submandibula sinistra:
Inspeksi : Tidak tampak adanya massa tumor.
Palpasi : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
Regio submental:
Inspeksi : Tidak tampak adanya massa tumor.
Palpasi : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
Leher
Regio colli anterior :
Inspeksi : Tidak tampak massa tumor.
Palpasi : Tidak teraba massa tumor, nyeri tekan tidak ada.
Regio colli posterior :
Inspeksi : Tidak tampak massa tumor
Palpasi : Tidak teraba massa tumor, nyeri tekan tidak ada
Thoraks
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding thorax simetris kiri dan kanan, pernapasan tipe
thoracoabdominal, frekuensi 18x/menit. Tampak bekas jahitan
setinggi ICS 4 terbentang dari linea aksillaris media ke subscapularis.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada
Perkusi : sonor
4
Auskultasi : Bunyi pernapasan bronkovesikular, tidak ada bunyi tambahan.
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak, batas kanan jantung linea parasternalis dextra, batas kiri
jantung linea midclavicularis sinistra, batas atas ICS II sinistra, batas
bawah ICS V sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I/II, murni regular, bising tidak ada.
Abdomen
a. Kiri Atas
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, tidak tampak massa tumor, tidak ada
hematom
Auskultasi: Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada, lien tidak teraba.
Perkusi : Pekak, nyeri ketok tidak ada.
b. Kiri Bawah
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, tidak tampak massa tumor, tidak ada
hematom.
Auskultasi: Peristaltik ada, kesan normal.
5
Palpasi : Massa tumor tidak ada, Nyeri tekan tidak ada.
Perkusi : Tympani, nyeri ketok tidak ada.
c. Kanan Atas
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, tidak tampak massa tumor, tidak ada
hematom
Auskultasi: Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Ballotement ginjal ada, nyeri tekan tidak ada, hepar tidak teraba
Perkusi : Pekak, nyeri ketok tidak ada
d. Kanan Bawah
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, tidak ada hematom
Auskultasi: Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Perkusi : Tympani, nyeri ketok tidak ada
Inguinal
a. Regio inguinal dextra
Inspeksi : Tidak tampak massa tumor
Palpasi : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
b. Regio inguinal sinistra
6
Inspeksi : Tidak tampak massa tumor
Palpasi : Massa tumor tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
Extremitas
Inspeksi : Tampak muscular atrofi tungkai bawah kiri, sedangkan ekstremitas
lainnya dalam batas normal, edema tidak ada
Motorik 5 5 Tonus N N
5 3 N ↓
STATUS UROLOGI
Regio Costovertebralis dextra
Inspeksi : Tampak alignment vertebra baik, warna kulit sama dengan sekitarnya,
hematom tidak ada, edema tidak ada, tampak massa tumor sebesar telur
puyuh yang kesannya di superfisial
Palpasi : Teraba ballottement ginjal, konsistensi padat keras, permukaan kesan
berbenjol2, nyeri tekan ada. Teraba juga massa yang kesannya
menempel di costa XII, ukuran 2 x 2 cm, batas tidak jelas, permukaan
kesan berbenjol2, konsistensi padat keras, nyeri tekan ada, kesan
terfiksir.
Perkusi : Nyeri ketok tidak ada.
7
Regio Costovertebralis sinistra
Inspeksi : Tampak aligment tulang baik, gibbus tidak ada dan hematoma tidak
ada, warna kulit sama dengan sekitarnya.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa, ballottement ginjal tidak
teraba. Lien tidak teraba.
Perkusi : Nyeri ketok tidak ada
Regio Suprapubik
Inpeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak massa tumor,
edema tidak ada, hematoma tidak ada,
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, teraba buli-buli kesan kosong
Regio Genitalia Eksterna
Penis
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, sudah disirkumsisi, OUE
berada di ujung glands penis, tidak ada hematom, tidak ada edema,
tampak terpasang catheter 2 cabang no 18 yang tersambung dengan urine
bag. Tampak urine kuning jernih.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba
Regio Scrotum
Inspeksi : Tampak menggantung, warna kulit lebih gelap dibanding sekitarnya,
rugae ada, tidak ada hematom, tidak ada edema.
8
Palpasi : Teraba 2 buah testis dengan bentuk dan ukuran kesan normal, tidak ada
nyeri tekan, tidak teraba massa tumor, tidak teraba hematom dan edema.
Regio Perineum
Inspeksi : Tampak warna kulit lebih gelap dibanding sekitarnya, massa tumor tidak
tampak, tidak ada hematom, tidak ada edema.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa tumor
Rectal Touche Bimanual :
- Spinchter ani mencekik, mukosa licin, ampulla kosong
- Tidak teraba pembesaran prostat
- Buli-buli teraba, permukaan rata, tidak teraba massa tumor maupun batu
- Handschoen: darah tidak ada, fases ada, lendir tidak ada
IV. RESUME
Seorang laki-laki, 62 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan Hematuria sejak ±
5 bulan yang lalu (bulan Januari 2011), berwarna merah kehitaman ( gelap )
dialami selama proses berkemih ( dari awal hingga akhir ) disertai gumpalan –
gumpalan darah. pasien tidak merasakan nyeri pada saat kencing. Hematuria
berulang kembali ± 4 bulan yang lalu.
± 2 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri di panggul kiri yang
berlangsung terus menerus dan menjalar ke dinding perut hingga kaki sebelah kiri
hingga terjadi monoparese extremitas inferior sinistra. ± 1 minggu yang lalu
setelah dilakukan tindakan di RSWS yaitu Operasi URS + pemasangan DJ Stent,
pasien meraskan nyeri pada pinggang kanannya yang diikuti dengan timbulnya
9
benjolan. Benjolan tidak makin membesar. Nyeri dirasakan terus menerus. Nyeri
lebih memberat ketika pasien berbaring.
Sebelumnya pada saat kencing pasien tidak mengalami kesulitan ( lancar )
dan tidak merasakan nyeri, tidak terputus-putus. Riw kencing tidak lampias tidak
ada. Pasien kencing malam hari 1-2 kali. Tidak ada keluhan kencing berpasir dan
kencing bernanah
Riwayat demam ada, bersifat intermitten. Nafsu makan pasien makin
menurun dibanding biasanya. Riwayat hipertensi ada.
Pada pemeriksaan fisik kami dapatkan Ballotement ginjal kanan dengan
konsistensi padat keras, permukaan kesan berbenjol2 & nyeri tekan. Teraba juga
massa tumor, kesan menempel di costa XII, batas tidak jelas, konsistensi padat
keras, permukaan berbenjol2, nyeri tekan ada. Monoparese extremitas inferior
sinistra disertai dengan muscular atrofi.
V. DISKUSI
Terdapat riwayat kencing bercampur darah dari awal hingga akhir kencing
sehingga keluhan ini merupakan total hematuri yang bisa disebabkan perdarahan dari
traktus urinarius bagian tengah (buli-buli) atau bagian atas (ureter dan ginjal). Pada
pasien ini didapatkan hematuria tanpa disertai dengan nyeri pinggang pada awalnya
sehingga kami menduga hematuria ini berasal dari buli2 atau ginjal, karena bila
hematuria yang disebabkan kelainan di ureter biasanya disertai dengan keluhan nyeri
kolik akibat terjadinya obstruksi pada ureter. Pada saat pemeriksaan fisik, kami tidak
menemukan adanya massa ataupun batu pada vesika urinaria sehingga kelainan yang
melibatkan vesica urinaria dapat disingkirkan.
Dari anamnesis, didapatkan keluhan nyeri panggul sebelah kiri yang progresif
dan menyebabkan gangguan motorik. Kami menduga adanya kelainan yang sedang
10
terjadi dan melibatkan organ motorik. Kemungkinan ada kelainan tulang, otot atau
persarafan. Dari pemeriksaan fisik kami dapatkan adanya kelainan di ginjal kanan.
Kemungkinan kelainan dari panggul kiri ini adalah dari penyakit yang berbeda, tetapi
tidak menutup kemungkinan terjadinya proses metastasis. Dari anamnesa nyeri yang
terjadi di pinggang kanan dirasakan setelah tindakan op URS & pemasangan DJ
Stent. Kami menduga nyeri ini dikarenakan nyeri post Op. Tetapi tidak menutup
kemungkinan telah terjadi proses infeksi pada ginjal sehingga dirasakan nyeri di
daerah costovertebre dextra.
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, kita tidak menemukan adanya tanda-
tanda peradangan, misalnya demam tinggi, menggigil, ataupun tanda peradangan di
regio costovertebralis yang seharusnya dijumpai pada abses ginjal. Pada abses ginjal
nyerinya pun bersifat akut, sangat hebat, menetap dan biasanya ada riwayat kencing
bernanah serta keluhan mual, muntah yang kesemuanya itu tidak ditemukan pada
pasien ini, sehingga kemungkinan diagnosis abses itu dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan fisik kami menemukan nyeri tekan pada regio
costovertebralis dextra dengan ballottement ginjal, konsistensi padat keras dan
permukaan yang berbenjol2. Kita dapat menyingkirkan diagnosis hidronefrosis dan
kista ginjal, dimana massa yang dapat disebabkan pada hidronefrosis dan kista ginjal
adalah massa dengan konsistensi padat kenyal atau cystic. Pada hidronefrosis kronik
tidak ditemukan nyeri pada regio costovertebralis. Hidronefrosis juga biasanya
ditemukan keluhan dari penyakit yang mendasari misalnya nyeri kolik pada obstruksi
yang disebabkan massa tumor atau batu di saluran kemih yang dapat menyebabkan
penyumbatan, namun pada pasien ini tidak ditemukan hal tersebut. Pada tumor ginjal
dapat ditemukan massa dengan konsistensi padat keras sesuai dengan pemeriksaan
fisik yang kita dapatkan.
11
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien ini untuk dapat menegakkan
diagnosis secara lebih pasti adalah dengan pemeriksaan USG abdomen, BNO IVP,
CT-scan abdomen dan MRI.
USG Abdomen : dari pemeriksaan ini bisa didapatkan gambaran anatomi solid organ
intra dan retroperitoneal maupun cairan intra abdomen. Dari pemeriksaan ini
diharapkan dapat melihat adanya gambaran massa padat pada daerah retroperitoneal
sebelah kanan atas. Dengan USG abdomen kita juga dapat melihat adanya proses
metastasis pada hepar atau paraaorta.
BNO IVP dilakukan untuk menilai fungsi sekresi dan eksresi dari ginjal dan kelainan
anatomi ginjal. Bila dengan pemeriksaan ini belum mendapatkan hasil yang
memuaskan, bias dilakukan pemeriksaan RPG
Foto Pelvis : Dari pemeriksaan ini kami harapkan bias membantu untuk melihat
adakah kelainan pada tulang2 pelvis.
CT-Scan abdomen dilakukan untuk melihat anatomi organ intra maupun
retroperitoneal. Pemeriksaan ini memiliki akurasi yang cukup tinggi dalam
mengetahui adanya penyebaran tumor pada vena renalis, vena cava, ekstensi
perirenal, dan metastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal dan untuk menentukan
staging dari tumor.
MRI dapat mengungkapkan adanya invasi tumor pada vena renalis dan vena cava
tanpa membutuhkan kontras.
Karena pada pasien ini kami curigai suatu tumor ginjal kanan maka rencana
tindakan kami adalah:
Rencana nefrektomi: Bila tumor masih dalam stadium dini, dilakukan
nefrektomi radikal yang bersifat kuratif. Bila tumor pada stadium
lanjut (mengalami metastase), tindakan radikal nefrektomi hanya
bersifat paliatif.
12
Rencana biopsi insisi: tindakan ini dilakukan bila didapatkan tumor
ginjal yang tidak operable untuk mengetahui jenis histopatologi tumor
guna kepentingan terapi lanjutan.
VI. DIAGNOSA
Pasien ini kami diagnosa klinis dengan tumor ginjal dextra.
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Untuk toleransi tindakan kami menganjurkan pemeriksaan penunjang berupa :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, adanya leukositosis menunjukkan adanya
infeksi. Bila terdapat infeksi maka sebelum melakukan tindakan yang lebih
invasif, infeksinya harus diterapi terlebih dahulu dengan antibiotik yang sesuai.
Kadar Hemoglobin (Hb) juga penting untuk diperiksa. Untuk bedah elektif
sebaiknya Hb >10 gr% . Dan bila dipertimbangkan untuk melakukan
nefrektomi maka kadar ureum dan kreatinin dan laju filtrasi glomerulus harus
dievaluasi.
2. Pemeriksaan Gula Darah
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan ketoasidosis
perioperatif, dan gangguan dalam penyembuhan luka. Karena itu sebelum
operasi dilakukan, kadar gula darah harus dipertahankan dalam batas normal
(80-140 mg/dL).
3. Kimia darah
Berupa pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) serta fungsi hati
(SGOT dan SGPT) untuk mengetahui toleransi penggunaan obat-obatan
khususnya obat anestesi.
13
4. Faktor Pembekuan
Faktor pembekuan dan kadar trombosit (pada pemeriksaan darah rutin)
penting untuk penilaian resiko perdarahan pada saat melakukan tindakan
operatif.
5. Urine rutin, kultur dan Tes Sensitivitas jika ada bakteri pada urinalisa.
Pemeriksaan urinalisa dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
pada saluran kemih. Bila terdapat infeksi dan ditemukan bakteri pada urinalisa,
pemeriksaan dilanjutkan dengan kultur dan sensitivitas tes untuk menentukan
jenis bakteri dan antibiotik yang sensitif terhadap bakteri tersebut.
6. Foto Thorax PA
Dilakukan untuk melihat bila terdapat kelainan pada paru-paru serta
jantung (seperti kardiomegali akibat hipertensi kronik). Selain itu pemeriksaan
foto thoraks penting bila akan melakukan tidakan intubasi.
7. Fungsi paru
Dilakukan untuk melihat faal pernafasan untuk menentukan toleransi pada
tindakan operatif dan prosedur anestesi.
8. EKG
Dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada jantung
mengingat usia pasien 50 tahun dan terdapat riwayat hipertensi. Jika terdapat
kelainan pada EKG pasien perlu dikonsul pada ahli penyakit dalam/ahli
jantung untuk kelayakan tindakan operatif.
VIII. PROGNOSIS
14
Pada pasien ini, bila benar diagnosisnya tumor ginjal maka penentuan
prognosisnya berdasarkan dari staging yang didapatkan dengan bantuan pemeriksaan
penunjang. Beberapa factor yang mempengaruhi prognosis tumor ginjal :
a) Derajat aktivitas mitosis pada tumor
b) Ada tidaknya keterlibatan jaringan sekitar ( Perinephric )
c) Ada tidaknya keterlibatan sistim limfatik
d) Ada tidaknya keterlibatan pembuluh darah vena.
Bila memang benar terjadi kelainan pada organ motorik ( tulang ) yang dikarenakan
proses metastasis maka prognosis pasien ini lebih buruk.
15