Long Life Education
-
Upload
tio-saputro -
Category
Documents
-
view
7 -
download
3
Transcript of Long Life Education
Long Life Education
Oleh:
Andri Nitasari D0111015
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
BAB 1
PENDAHULUAN
Hadirnya berbagai ilmu pengetahuan di dunia ini memudahkan manusia untuk
beraktivitas, teknologi yang canggih di dukung oleh komputerisasi membuat manusia
semakin terbantu melakukan aktivitasnya, semuanya terasa lebih mudah. Alat
komunikasi yang tak mengenal jarak dan waktu semakin memudahkan manusia untuk
terus melakukan interaksi dimanapun dan kapanpun. Begitu cepat perubahan dan
perkembangan itu terjadi, hal ini menuntut manusia harus terus belajar dimanapun dan
kapanpun. Pada dasarnya manusia dilahirkan kealam dunia ini dalam keadaan fitrah
atau suci sesuai dengan hadist Rasululullah Saw, “Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai Yahudi
Nasrani atau Majusi.” Sejak anak dilahirkan kealam dunia ini sesungguhnya adalah
awal manusia mulai belajar, karena di dalam Islam dikatakan bahwa manusia itu
belajar sejak ia dilahirkan sampai ia masuk kedalam liang lahat tanpa mengenal usia,
selama kita masih bisa menikmati hidup, selama kita masih bisa menghirup udara,
selama kita masih bisa bergerak itu artinya kita wajib menuntut ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu ketika seorang anak mulai dilahirkan kealam dunia ini orang tua sudah
mulai mengajari anaknya dengan berbagai hal tentunya dengan konsep dan metode
yang sesuai dengan usianya.
Akhir-akhir ini banyak para ahli yang mulai menyebarkan paham long life
education atau dengan kata lain pendidikan sepanjang hayat. Salah satunya ialah R.S.
Peters, dalam bukunya sendiri "The Philosophy of Education", ia menandaskan
bahwa pada hakekatnya pendidikan tidak mengenal akhir, karena kualitas kehidupan
manusia terus meningkat. Seruan tentang pendidikan adalah proses tanpa akhir juga
dilakukan oleh negara. Sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya sebuah perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Namun pada suatu masyarakat yang menganut aliran kapitalisame, kemajuan
pendidikan hanya di lihat dari sejauh mana ia dapat menghasilkan tenaga-tenaga kerja
yang akan dapat membuat mesin-mesin industri berjalan. Ideologi kapitalis dalam
dunia pendidikan dapat dengan mudah dilihat dari pelajaran yang dipecah-pecah
menjadi kepingan-kepingan ilmu yang semuanya berujung dan berpangkal pada
hubungan jual-beli dan untung-rugi. Lalu dengan prinsip ekonomi yang berbunyi
"modal sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya".
Kemudian semua substansi pelajaran ekonominya adalah bagaimana membuat produk
baik yang dapat dijual untuk mencari keuntungan, bagaimana menciptakan pasar,
hingga bagaimana agar orang hanya bisa beli. Ini berbeda dengan Islam. Sebagai
suatu agama, Islam mengajarkan tentang pola belajar yang memang seharusnya
diusahakan oleh manusia dalam sepanjang hayatnya (long life education). Islam tidak
hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan
penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan
kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan.
Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah Al Qur’an dan
Al Hadist.
Dalam pendangan Islam, pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral
masyarakat Islam baik dalam negara maupun minoritas. Dalam ajaran agama Islam,
pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi. Karenanya, umat Islam
mempunyai perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan pendidikan untuk
kepentingan masa depan umat Islam. Sebagai sumber ajaran, Al Qur’an sebagaimana
telah dibuktikan oleh para peneliti, ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap
masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan Al Hadist, sebagai
sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah
pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan
seumur hidup (long life education ).
Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya
bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist, sejak awal telah menancapkan revolusi di
bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Langkah yang ditempuh Al Qur’an ini
ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan makhluk hidup.
Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang
menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan
menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Belajar
sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan
berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan
dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap fase perkembangan
pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi
tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu dimulai dari masa kanak-kanak sampai
dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari fase-fase perkembangan seperti
dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada keharusan untuk belajar secara terus
menerus. Konsep belajar sepanjang hayat atau yang dikenal dengan Long Life
education bisa dilakukan dimana saja, mulai dari lingkungan keluarga dimulai dari
masa kanak-kanak, remaja, dewasa, bahkan sampai dengan usia tua, belajar sepanjang
hayat juga bisa dilakukan dalam pendidikam formal, dari mulai Taman kanak-kanak,
Sekolah dasar, Sekolah menengah pertama, Sekolah menegah atas/kejuruan,
perguruan tinggi. Lahirnya konsep belajar sepanjang hayat adalah bagian dari
keprihatinan pada dunia pedidikan yang ada, karena masih banyak masyarakat yang
tidak bisa menikmati pendidikan pada dunia formal. Oleh sebab itu belajar sepanjang
hayat bisa dilakukan pada kegiatan non formal, misalnya kegiatan pelatihan, PLS,
kelompok belajar dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pendidikan
Masyarakat pada umumnya mengidentikkan pendidikan dengan suatu lembaga
pendidikan formal (TK, SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi) dan lembaga pendidikan
non formal (PAUD, Paket A-C, lembaga-lembaga kursus). Namun sesungguhnya,
pendidikan itu tidak hanya didapat dari sebuah lembaga pendidikan yang sudah
disebutkan di atas. Lebih luas lagi, seluruh fase kehidupan di dunia ini adalah proses
pendidikan bagi manusia yang mau berfikir. Sejak dalam rahim, seorang bayi telah
belajar banyak hal. Salah satunya seperti merasakan, bergerak, melihat juga
mendengar. Begitu pula ketika lahir ke dunia. Secara refleks bayi tersebut belajar
bernafas, menangis, menyusu. Lalu seiring perkembangannya, bayi tersebut belajar
berjalan, melompat, berbicara, dan sebagainya hingga menjadi manusia yang dewasa.
Berikut ini adalah beberapa definisi pendidikan menurut beberapa pihak:
Menurut Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
Menurut UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dari penjabaran di atas, dapat di simpulkan bahwa kegiatan mendidik
dilakukan oleh satu pihak sebagai pendidik kepada pihak lain sebagai peserta
didik. Tidak ada yang mencakup pendidikan dari satu orang kepada dirinya
sendiri. Lalu mengapa pendidikan yang digembor-gemborkan di Indonesia
hanya ditujukan ada pendidikan dalam lingkup yang sempit. Padahal seperti
yang sudah saya jabarkan di atas, pendidikan itu begitu luas.
b. Belajar sepanjang hayat ( Long Life Education )
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok dalam
konsep ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga
pendidikan formal seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau,
setelah ia selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal.
Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang
berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsep belajar
sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing
learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan
dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia
lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing
dan generasi muda, mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan tetap
dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.
c. Landasan Belajar sepanjang hayat
Belajar sepanjang hayat merupakan kewajiban setiap manusia tidak mengenal
usia, status, ruang dan waktu serta yang lainnya. Konsep belajar sepanjang hayat
sesungguhnya telah lama ada dalam ajaran Islam sesuai dengan hadis yang berbunyi:
د� ��ح� الل �لى� ا الم�ه�د� م�ن� �م� الع�ل �و�ا �ب �ط�ل ا
artinya :”Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga liang lahat”. (Al-
hadis)
Dengan memperhatikan hadits tersebut, dapat dipahami bahwa aktivitas
belajar sepanjang hayat memang telah menjadi bagian dan kehidupan kaum muslimin.
Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di
sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan
Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu dilontarkan
berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang pendidikan. Latar
belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas terhadap pelaksanaan belajar
melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar jurang antara yang kaya dan
yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini dilontarkan oleh Paul Lengrand dalam
bukunya yang berjudul An Introduction to life Long Education.
Dari landasan diatas maka sesungguhnya pembelajaran sepanjang hayat sangat
dibutuhkan oleh setiap manusia yang menyadari akan pentingnya sebuah
pengetahuan. Belajar sepanjang hayat bisa dalam pendidikan formal maupun non
formal.
c. Belajar Sepanjang hayat dalam tiga aspek menurut penulis
Dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan tentap belajar
sepanjang hayat yang dilakukan dari tiga aspek lingkungan belajar. Yaitu belajar
sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga, dalam pendidikan formal, dan dalam
pendidikan non formal.
a). Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga
Tempat belajar yang pertama bagi seorang manusia adalah lingkungan
keluaraga, pada tapa inilah tahap yang paling menentukan seorang anak untuk
memulai pembelajaran dalam keluarganya. Khususnya dalam ajaran Islam
pembelajaran sudah dimulai ketika seorang bayi masih berada dalam rahimnya, dalam
konsep ini jelas bahwa Islam memang sangat memperhatikan umatnya untuk
senantiasa belajar. Kemudian dalam Islam dijelaskan berdasarkan hadis Rasulullah
Saw “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yg
menjadikannya sebagai Yahudi Nasrani atau Majusi.” Dalam hadis ini jelas bahwa
peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk mendidik putra-putrinya,
orang tuanyalah yang akan membentuk pribadi anaknya dalam lingkungan keluarga.
Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga menurut penulis bisa dilakukan
dalam beberapa tahap sebagai berikut :
1. Belajar pada masa balita
Dalam masa balita orang tua mulai bisa mengajarkan kepada anaknya, sesuai
dengan kemampuan serta fase perkembanganya. Misalnya dengan mengajarkan atau
melatih anak untuk bisa merangkak, kemudian berdiri, berjalan walaupun
pembelajaran seperti ini bisa terjadi secara alami tapi tetap membutuhkan perhatian
khusus dari orang tua. Selain itu pada masa balita bisa dilakukan pembelajaran seperti
mengucapkan kalimat atau kata sederhana serta belajar bicara dan lain sebagainya.
2. Belajar pada masa kanak-kanak
Dalam fase ini orang tua mempunyai peranan penting untuk memberikan
pembelajaran pada anak-anaknya, orang tua mulai memberikan pembelajaran
misalnya bagaimana mereka menggunakan pakaian atau melepaskannya, mebiasakan
anak untuk hidup disiplin dengan cara memberikan contoh misalnya dengan
berangkat dan pulang sekolah tepat waktu, belajar dan bermain sesuai dengan waktu
yang sudah ditentukan. Pada masa ini pembelajaran mengenai hidup bersih juga bisa
mulai diberikan misalnya dengan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan,
membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya. Dalam fase ini orang tua
bukan hanya memberikan pembelajaran tetapi harus bisa memberikan contoh karena
cenderung seorang anak biasanya melakukan sesuatu dari apa yang dilihatnya. Pada
masa ini pembentukan karakter juga bisa diberikan misalnya dengan mencium tangan
orang tua ketika berangkat dan pulang sekolah disertai mengucapkan salam,
menghormati yang lebih tua, membiasakan sholat lima waktu dan lain sebagainya.
3. Belajar pada masa remaja
Masa remaja merupakan masa yang paling rentang, pada fase ini seorang anak
cenderung mempunyai sifat labil, oleh sebab itu peranan orang tua dalam memberikan
pembelajaran dalam lingkungan keluarga sangatlah penting. Agar pada masa ini bisa
berkembang dengan baik, tanpa terpengaruh oleh lingkungan luar, terpengaruh oleng
teman-teman bergaulnya. Pada masa ini konsep pembelajaran sepanjang hayat
mempunyai peranan penting karena dalam fase ini pula seorang anak akan mulai
mencari jati dirinya, mulai mengenal dunia pergaulan, dan cenderung memiliki
keinginan untuk punya kebebasan dalam melakukan sesuatu. Pembelajaran disiplin
dan pengwasan serta perhatian dari orang tua sangatlah penting agar anak bisa
melakukan aktivitas-aktivitas yang positif serta berkembang secara normal.
4. Belajar pada masa dewasa
Konsep belajar sepanjang hayat pada masa dewasa merupakan masa yang
penting dilakukan dalam lingkungan keluarga. Pada fase ini seorang anak remaja yang
berkembang menjadi manusia dewasa mulai mengenal jati dirinya, bahkan memilki
karakter tersendiri. Pada masa ini pula biasanya kecenderungan seseorang untuk
menyudahi belajar sangat dominan khususnya perempuan. Diawali selesai masa
kuliah, kemudian menikah, punya anak dan memilki keluaraga. Pada masa-masa ini
seseorang cenderung lebih memetingkan keluarga, pekerjaan dibadingkan dengan
belajarnya. Padahal pada masa ini pembelajaran masih tetap bisa dijalankan. Oleh
sebab itu dalam lingkungan keluarga ini orang tua harus bisa memberikan pemahan
kepada anak-ankanya agar terus belajar sepanjang hidupnya, baik belajar formal
maupun non formal.
5. Belajar pada masa tua atau usia lanjut dalam lingkungan keluarga
Konsep pembelajaran dalam Islam bahwa belajar tidak mengenal usia, sesuai
dengan hadis yang ada pada landasan diatas. Maka sesunggunya pada usia ini
seseorang harus tetap belajar, yang tentunya dilakukan dalam keluarga. Pada masa ini
orang tua bisa belajar pada anak-anaknya atau pada masa ini orang tua memberikan
pembeljaran pada anak-anaknya. Karena sesunggunya belajar sepanjang hayat bukan
hanya belajar tapi juga memberikan pembelajaran. Orang tua yang memilki banyak
ilmu maka ia akan semakin bijak dalam mengambil keputusan dalam setiap masalah
yang dihadapi dalam hidupnya.
b). Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Formal
Belajar sepanjang hayat sangatlah dibutuhkan setiap individu yang
membutuhkan ilmu pengetahuan, orang yang menyadari akan pentingnya arti sebuah
ilmu maka ia akan berusaha untuk terus melanjutkan pendidikannya sampai dengan
jenjang yang paling tinggi sesuai dengan kemampuan yang dimilkinya. Didalam
ajaran Islam sesunggunya mencari ilmu pengetahuan adalah kewajiban. Sesuai
dengan hadist Rasulullah Saw, “ Sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah kewajiban
bagi setiap muslim baik laki-laki atau perempuan “ (HR. Ibnu Majah). Dalam hadis
ini sangat tegas di sebutkan atas kewajiban seorang muslim oleh sebab itu apabila
kewajiban ini tidak dilakukan oleh seorang muslim maka hukumnya adalah dosa.
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw, mengatakan “Barang siapa berjalan untuk
menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga”. (HR.
Muslim). Sungguh luar biasa bagi orang yang menuntut ilmu pengetahuan yaitu
baginya akan dimudahkan jalan menuju surga, oleh sebab itu dengan hadis ini muda-
mudahan kita akan semakin termotivasi, karena mendapat keridhoan Allah dan masuk
surga adalah dambaan bagi setiap manusia.
Pembelajaran sepanjang hayat (Long Life education) dalam pendidikan
formal, adalah pembelajaran yang sistematis dan terencana, memilki tujuan – tujuan
khusus sesuai dengan bakat, kemampuan atau jurusan yang diminati oleh pembelajar.
Yang termasuk dalam pendidikan formal adalah dari tingkat taman kanak-kanak,
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah
kejuruan, perguruan tinggi, D1, D2, D3, S1,S2, dan S3. Pada pendidikan formal
setelah seseorang meyelesaikan program sekolah menegah atas atau kejuruan, setiap
orang diperbolehkan untuk mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi, tak mengenal
usia, jenis kelamin, suku dan golongan. Oleh sebab itu hal ini berlaku sampai
kapanpun selama sesorang masih memilki keinginan untuk belajar maka selama itu
pula banyak kesempatan bagi setiap orang untuk melanjutkan kejenjang yang lebih
tinggi. Maka tidak heran kita sering melihat atau mendengar orang yang sudah berusia
tua ada di antara sebagian mereka masih melanjutkan kuliahnya ada yang S1, S2 dan
S3. itu artinya pendidikan sepanjang hayat ini memang relevan bagi setiap orang,
setiap orang punya kesempatan yang sama, asalkan mempunyai keinginan dan
kemampuan.
C). Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Non Formal
Belajar tidak mengenal usia, waktu dan tempat, dimanapun kapanpun kita bisa
belajar dari kehidupan ini. Belajar tidak harus dibangku sekolah atau pendidikan
formal serta berizazah, tetapi belajar bisa dimana saja, dari berbagai sumber yang
berisi tentang pengetahuan. Banyak orang yang belajar ototidak (belajar sendiri)
namun mereka lebih berhasil dari orang-orang yang berpendidikan formal, itu artinya
belum tentu orang yang berpendidikan formal bisa lebih sukses daripada orang yang
tidak berpendidikan formal. Sesungguhnya yang membuat orang menjadi sukses
adalah kemampuannya beradaptasi dengan orang lain, komunikatif, pandai begaul,
punya kemauan keras dan tentunya skil tidak kalah penting.
Pendidikan non formal tidak mengenal ruang dan waktu, setiap orang bisa
belajar kapanpun, orang bisa belajar dari apa yang dilihatnya, di dengarnya,
dirasakannya, dialaminya dan lain sebagainya. Konsep pendidikan sepajang hayat
pada pendidikan non formal lebih luas dari yang lainnya. Pendidikan non formal ini
bisa dilakukan seperti kelompok belajar, organisasi, tempat kursus atau pelatihan, atau
ditempat – tempat pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak. Oleh sebab itu sudah
seharusnya setiap orang harus terus belajar dari setiap perjalanan hidupnya sampai
ajal menjemputnya. Karena ilmu pengetahuan sangat berguna bagi setiap orang
walalupun bagi orang yang sudah berusia lanjut sekalipun. Dalam islam dikatakan
Allah akan mengangkat orang – orang yang berilmu dan beriman beberapa derajat, itu
artinya betapa Allah menghargai orang yang berilmu karena dengan ilmu pula orang
akan lebih mampu mengenal Allah dan lebih banyak mendekatkan diri padanya
dengan ritual-ritual ibadah.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan yang terdapat pada BAB II tadi dpat diambil kesimpulan
bahwa sesungguhnya pendidikan sepanjang hayat merupakan sebuah konsep yang
memberikan pemahaman kepada setiap orang agar terus belajar dalam perjalanan
hidupnya, belajar sepanjang hayat tidak mengenal usia, serta ruang dan waktu.
Pendidikan sepanjang hayat juga merupakan konsep yang sudah lama dikenal dalam
Islam bahkan jauh sebelum unesco mengeluarkan tentang konsep Long Life
Education. Konsep belajar sepanjang hayat dalam Islam sesuai dengan hadir
Rasullulah Saw, yaitu” Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga liang
lahat”. (Al-hadis. Selain itu didalam ajaran Islam menuntut ilmu adalah sebuah
kewajiban sesuai dengan hadis Rasulullah saw, sebagai berikut : “ Sesungguhnya
menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki atau perempuan
“ (HR. Ibnu Majah). Dua hadist diatas jelas menegaskan kepada umatnya bahwa ilmu
pengetahuan adalah hal yang sangat penting. Konsep belajar sepanjang hayat yang
penulis kemukakan bisa dilakukan pada lingkungan keluarga, pendidikan formal dan
pendidikan non formal. Selanjutnya manfaat dari pendidikan sepanjang hayat adalah
agar setiap manusia selalu membepunyai bekal dalam kehidupan ini, sehingga dalam
menjalani kehidupan ini akan lebih terarah dan senantiasa mampu melakukan yang
terbaik untuk kemaslahatan umat, mampu menjadi orang yang bijaksana.
Sebagai seorang muslim, Islam sudah mewajibkan kita semua untuk
memperdalam ilmu untuk masa depan kita sendiri. Masa depan yang cerah sudah
menunggu kita apabila kita serius dalam menuntut ilmu (Insya Allah). Atau masa
depan yang suram apabila kita bermalas-malasan dalam menuntut ilmu pengetahuan
(Wallahu A’lam). Pilihan itu berada di tangan kita sendiri. Apakah kita ingin
memperoleh masa depan yang cerah atau kah kita ingin terjerumus kedalam masa
depan yang suram. Semua tergantung pada kita sendiri, kita yang menjadi nahkoda
dalam mengarungi lautan yang penuh dengan badai menuju sebuah pulau bernama
masa depan yang cerah.
Amin...
Daftar Pustaka
http://afika.blog.fisip.uns.ac.id/2010/12/17/long-live-education-in-islam/
http://irfan-na.blogspot.com/2008/10/konsep-belajar-sepanjang-hayat
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com
http://www.warnadunia.com/
http://warnadunia.com/long-life-education-pendidikan-seumur-hidup
http://zeffa09.blogspot.com/2010/06/pendidikan-sepanjang-hayat.html#more
http://3gplus.wordpress.com/2008/04/21/sejarah-perkembangan-islam-di-dunia/