Long Case Sinusitis

32
LONG CASE SINUSITIS MAKSILARIS SINISTRA Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Diajukan kepada: dr.Pramono, Sp.THT-KL Disusun Oleh : Hannisa Hafiz (20110310201)

description

sinusitis cica

Transcript of Long Case Sinusitis

Page 1: Long Case Sinusitis

LONG CASE

SINUSITIS MAKSILARIS SINISTRA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian

Ilmu Kesehatan THT Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan kepada:

dr.Pramono, Sp.THT-KL

Disusun Oleh :

Hannisa Hafiz

(20110310201)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT

RSUD TEMANGGUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016

Page 2: Long Case Sinusitis

LEMBAR PENGESAHAN

LONG CASE

Sinusitis Maksilaris Sinistra

Oleh: Hannisa Hafiz

20110310201

Disetujui oleh:

Dosen pembimbing Kepaniteran klinik

Bagian Ilmu THT

RSUD Temanggung

dr Pramono Sp.THT

Page 3: Long Case Sinusitis

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. S

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 14 tahun

Alamat : Jumo, Temanggunng

Agama : Islam

Kunjungan RS tanggal : 12 April 2016

Dokter yang merawat : dr. Pramono, Sp.THT-KL

B. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di poliklinik THT RSUD

Temanggung :

Keluhan utama

Pasien merasa sering pilek dan hidung sebelah kiri berbau

Riwayat penyakit sekarang

Seorang pasien perempuan berusia 14 tahun datang ke poli THT dengan keluhan

pilek yang sering kambuh-kambuhan, hal ini sudah dirasakan pasien 1 tahun.

Pasien juga mengeluhkan pusing, hidung keluar cairan (+), kental, berwarna

kuning kehijauanh dan berbau busuk, nyeri tekan di pipi kiri (+), demam (-), batuk

(-). Riwayat sakit gigi + pada gigi geraham kiri atas dan tidak ada keluhan pada

telinga maupun tenggorokan. Pasien telah memeriksakan ke bidan dan

mendapatkan obat amoxicillin dan paracetamol, tetapi keluhan tidak berkurang.

Pasien juga telah memeriksakan keluhan ke dokter spesialis THT dan mendapat

pengobatan nasal spray dan beberapa obat oral

Page 4: Long Case Sinusitis

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat keluhan serupa disangkal sebelumnya

Riwayat batuk pilek berulang

Riwayat trauma kepala/ muka/ kemasukan benda asing disangkal

Riwayat alergi dan penyakit dan asma disangkal

Riwayat operasi atau mondok sebelumnya disangkal

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat alergi / asma / urtikaria / eksim (-).

C. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 95 x/menit

Suhu : 36,7 ºC

Pernapasan : 20 x/menit

BB :52 kg

Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : Cukup

- Kesadaran : Compos mentis

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-)

- Leher : Nyeri tekan leher bawah telinga (+/+), PKGB (-)

Page 5: Long Case Sinusitis

- Dada

- Jantung : S1-S2 reguler, int - (+N), BJ (-)

- Paru-paru : SDV (+/+), ST (-/-)

- Perut : Datar, supel, BU (+N), NT (-)

- Ekstremitas : Oedem (-), akral dingin (-)

Pemeriksaan status lokalis THT

Status THT

HIDUNG

NASI SINISTRA NASI DEXTRA

INSPEKSI

Deformitas - -

Deviasi septum - -

Edema - -

Kelainan kongenital - -

Jaringan parut - -

Hiperemis - -

Tumor - -

Discharge mukopurulen -

PALPASI

Nyeri ketok maksilaris + -

Nyeri ketok frontalis - -

Krepitasi - -

Nyeri ketok glabella - -

Page 6: Long Case Sinusitis

RHINOSKOPI ANTERIOR

Vestibulum

nasi

Furunkel (-) Furunkel (-)

Mucosa

cavumnasi

Hiperemis(+) , edema (-) Hiperemis (-), edema (-)

Konka Hiperemis (+), hipertrofi (+) Hiperemis (-), hipertrofi

(-)

Meatus

Media

Hiperemis(+),secret

mukopurulen (+)

Hiperemis (-), secret (-)

Deviasi

Septum

Deviasi (-) Deviasi (-)

Sekret Mukopurulen (+) mukopurulen (-)

Massa Tidak ada (-) Tidak ada (-)

Kelainan yg

lain

Tidak ada (-) Tidak ada (-)

RHINOSKOPI POSTERIOR tidak dilakukan

Test Transluminasi : tidak di lakukan

AURICULA

SINISTRA

AURICULA

DEXTRA

INSPEKSI

Deskuamasi - -

Otore - -

Serumen + -

Tumor - -

Edema - -

Hiperemis - -

Page 7: Long Case Sinusitis

Kelainan kongenital - -

Benjolan pada luar telinga - -

PALPASI

Tragus pain - -

Nyeri tarik auricula - -

Pembesaran limfe retro

dan pre auricular

- -

Mulut : bibir sianosis (-), trismus (-), lidak kotor (-), mukosa pucat

(-), mukosa lembap (+), gusi edema (-),tanda radang (-),

nyeri (-).

Gigi-geligi : tampak gigi berlubang dan caries pada gigi geraham kiri

atas dan gigi geraham bawah kanan. Gingiva tampak hiperemis

Tenggorokan :

Inspeksi : Tonsil (T2-T2), kripte melebar (-/-), hiperemis (-/-),

permukaan mukosa tidak rata (-/-), detritus (-/-), uvula

simetris, tidak hiperemis

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pasien ini dilakukan foto rontgen sinus paranasal, didapatkan

kesan : cenderung left maxillary sinusitis, hipertrofi konka nasalis

dupleks, etmoid tidak terlihat jelas

Usulan pemeriksaan selanjutnya : Laboratorium Darah rutin

E. RESUME

Berdasarkan anamnesis terhadap pasien, pasien mengeluhkan pilek yang

sering kambuh-kambuhan, hal ini sudah dirasakan pasien 1 tahun. Pasien

juga mengeluhkan pusing, hidung keluar cairan (+), kental, berwarna

Page 8: Long Case Sinusitis

kuning kehijauan dan berbau busuk, Riwayat sakit gigi + pada gigi

geraham kiri atas.

Pada pemeriksaan fisik terdapat mukopurulen pada hidung kiri dan

hiperemis , terdapat nyeri ketok pada maksilaris. Pada pemeriksaan telinga

dan tenggorokan dalam batas normal , pada pemeriksaan penunjang di

lakukan foto sinus paranasal water di temukan gambaran cenderung

sinusitis maksilaris sinistra dan hipertrofi konka nasalis dupleks

F. DIAGNOSIS

Diagnosis banding :

Rhinitis alergi

Rhinitis virus

Common cold

Korpus alienum di hidung

Diagnosis kerja : Sinusitis maksilaris sinistra

G. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa konservatif :

ciprofloxacin tab 500 mg 2 x1

Ambroxol tab 30 mg 3x1

MPS 4 mg 3x1

H. KOMPLIKASI

Komplikasi sinusitis yang berat biasanya terjadi pada sinusitis akut

atau pada sinusitis kronis dengan eksarsebasi akut, berupa komplikasi orbita

atau intrakranial.

Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan

dengan mata, yaitu sinus ethmoid, kemudian frontal dan maksila. Penyebaran

Page 9: Long Case Sinusitis

infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perikontinuitatum. Kelainan yang

dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses periosteal, abses

orbita, dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus.

Kelainan intrakranial dapat berupa meningitis, abses

ekstradural/subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.

Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis, berupa:

Osteomielitis dan abses periosteal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal

dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila

dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.

Kelainan paru seperti bronkhitis kronik dan bronkiektasis. Adanya

kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sino-

bronkhitis. Selain itu, dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronkhial

yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.

I. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad sanam : Dubia ad bonam

Ad fungsionam : Dubia ad bonam

Page 10: Long Case Sinusitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau

infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari

keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis).

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun

kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-

bulan bahkan bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus disebut

multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut

pansinusitis. Dari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah

sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis.

Secara klinis sinusitis dibagi atas :

1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.

2. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa bulan.

3. Sinusitis Kronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun.

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis

1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu

yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis.

Contohnya rinitis akut (influenza), polip, dan septum deviasi

2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering

menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar

dan molar). Bakteri penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae,

Hemophilus influenza, Steptococcus viridans, Staphylococcus aureus,

Branchamella catarhatis

Page 11: Long Case Sinusitis

B. ANATOMI SINUS

Manusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral

kavum nasi. Sinus–sinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah,

dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus

sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel

saluran pernafasan yang mengalami modifikasi, yang mampu mengkasilkan

mukus, dan bersilia. Sekret yang dihasilkan disalurkan ke dalam kavum nasi. Pada

orang sehat, sinus terutama berisi udara.

Gambar 1 anatomi sinus

Sinus maksilaris merupakan satu – satunya sinus yang rutin ditemukan pada saat

lahir. Sinus maksilaris terletak di dalam tulang maksilaris, dengan dinding inferior

orbita sebagai batas superior, dinding lateral nasal sebagai batas medial, prosesus

alveolaris maksila sebagai batas inferior, dan fossa canine sebagai batas anterior.

C. ETIOLOGI

Berbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan kontribusi

dalam terjadinya obstruksi akut ostia sinus atau gangguan pengeluaran cairan oleh

silia, yang akhirnya menyebabkan sinusitis. Penyebab nonifeksius antara lain

adalah rinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal

atau tumor sinus (squamous cell carcinoma), dan juga penyakit granulomatus

Page 12: Long Case Sinusitis

(Wegener’s granulomatosis atau rhinoskleroma) juga dapat menyebabkan

obstruksi ostia sinus, sedangkan konsisi yang menyebabkan perubahan kandungan

sekret mukus (fibrosis kistik) dapat menyebabkan sinusitis dengan mengganggu

pengeluaran mukus.

Di rumah sakit, penggunaan pipa nasotrakeal adalah faktor resiko mayor

untuk infeksi nosokomial di unit perawatan intensif. Infeksi sinusitis akut dapat

disebabkan berbagai organisme, termasuk virus, bakteri, dan jamur. Virus yang

sering ditemukan adalah rhinovirus, virus parainfluenza, dan virus influenza.

Bakteri yang sering menyebabkan sinusitis adalah Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae, dan moraxella catarralis. Bakteri anaerob juga

terkadang ditemukan sebagai penyebab sinusitis maksilaris, terkait dengan infeksi

pada gigi premolar. Sedangkan jamur juga ditemukan sebagai penyebab sinusitis

pada pasien dengan gangguan sistem imun, yang menunjukkan infeksi invasif

yang mengancam jiwa. Jamur yang menyebabkan infeksi antara lain adalah dari

spesies Rhizopus, rhizomucor,Mucor, Absidia, Cunninghamella, Aspergillus, dan

Fusarium.

D. EPIDEMIOLOGI

Sinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia, terutama

di tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan

konsentrasi pollen yang tinggi terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari

sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis dengan insiden yang terbesar. Data

dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus

berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar

102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Di Amerika Serikat, lebih dari 30

juta orang menderita sinusitis. Virus adalah penyebab sinusitis akut yang paling

umum ditemukan. Namun, sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima

pada pasien dengan pemberian antibiotik. Lima milyar dolar dihabiskan setiap

tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya dihabiskan

untuk pengobatan operatif sinusitis di Amerika Serikat.

Page 13: Long Case Sinusitis

Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga

sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit

inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat

prevalensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang

berat.

E. PATOFISIOLOGI

Dalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila

klirens silier sekret sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang

menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan

parsial oksigen. Lingkungan ini cocok untuk pertumbuhan organisme patogen.

Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi

sekret ini, maka terjadilah sinusitis.

Pada dasarnya patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu

obstruksi drainase sinus (sinus ostia), kerusakan pada silia, dan kuantitas dan

kualitas mukosa. Sebagian besar episode sinusitis disebabkan oleh infeksi virus.

Virus tersebut sebagian besar menginfeksi saluran pernapasan atas seperti

rhinovirus, influenza A dan B, parainfluenza, respiratory syncytial virus,

adenovirus dan enterovirus. Sekitar 90 % pasien yang mengalami ISPA akan

memberikan bukti gambaran radiologis yang melibatkan sinus paranasal. Infeksi

virus akan menyebabkan terjadinya oedem pada dinding hidung dan sinus

sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksi pada ostium sinus,

dan berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus. Selain itu inflamasi,

polyps, tumor, trauma, scar, anatomic varian, dan nasal instrumentation juga

menyebabkan menurunya patensi sinus ostia.

Virus yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim dan

neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus

pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret

yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat

baik untuk berkembangnya bakteri patogen. Silia yang kurang aktif fungsinya

Page 14: Long Case Sinusitis

tersebut terganggu oleh terjadinya akumulasi cairan pada sinus. Terganggunya

fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kehilangan

lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara yang cepat, virus, bakteri,

environmental ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak antara dua permukaan

mukosa, parut, primary cilliary dyskinesia (Kartagener syndrome).

Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan

kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi oksigen

oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan

memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob.

Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas

leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang

tidak adekuat, obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya

beberapa bakteri patogen.

Antrum maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi

pre molar dan molar atas. Hubungan ini dapat menimbulkan problem klinis seperti

infeksi yang berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan

menimbulkan infeksi sinus. Sinusitis maksila diawali dengan sumbatan ostium

sinus akibat proses inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses inflamasi ini

akan menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. Keterlibatan antrum

unilateral seringkali merupakan indikasi dari keterlibatan gigi sebagai penyebab.

Bila hal ini terjadi maka organisme yang bertanggung jawab kemungkinan adalah

jenis gram negatif yang merupakan organisme yang lebih banyak didapatkan pada

infeksi gigi daripada bakteri gram positif yang merupakan bakteri khas pada sinus.

Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbulkan

gambaran radiologi yang didominasi oleh bakteri gram negatif, karenanya

menimbulkan bau busuk. Pada sinusitis yang dentogennya terkumpul kental akan

memperberat atau mengganggu drainase terlebih bila meatus medius tertutup oleh

oedem atau pus atau kelainan anatomi lain seperti deviasi, dan hipertropi konka.

Akar gigi premolar kedua dan molar pertama berhubungan dekat dengan lantai

Page 15: Long Case Sinusitis

dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubungan langsung dengan

mukosa sinus maksila. Sehingga penyebaran bakteri langsung dari akar gigi ke

sinus dapat terjadi.

F. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis sinusitis sangat bervariasi. Keluhan utama yang paling

sering ditemukan adalah tidak spesifik, dan dapat berupa sekret nasal purulen,

kongesti nasal, rasa tertekan pada wajah, nyeri gigi, nyeri telinga, demam, nyeri

kepala, batuk, rasa lelah, halitosis, atau berkurangnya penciuman. Gejala seperti

ini sulit dibedakan dengan infeksi saluran nafas atas karena virus, sehingga durasi

gejala menjadi penting dalam diagnosis. Pasien dengan gejala diatas selama lebih

dari 7 hari mengarahkan diagnosis ke arah sinusitis.

Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul infeksi saluran napas atas yang

ringan. Alergi hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan

faktor-faktor predisposisi lokal yang paling sering ditemukan. Gejala infeksi sinus

maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang

biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin.

Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang

menyebar ke alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan depan

telinga. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala

mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri

pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Selama

berlangsungnya sinusitis maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan mengungkapkan

adanya pus dalam hidung. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan

terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali ada.

Gambaran radiologik sinusitis akut mula-mula berupa penebalan mukosa,

selanjutnya opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat,

atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus. Biakan bakteri yang muncul

biasanya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, bakteri anaerob,

Branghamella catarrhalis. Jika tidak mendapatkan penanganan yang adekuat

Page 16: Long Case Sinusitis

Sinusitis maksilaris akut dapat berubah menjadi sinusitis maksilaris kronis yang

berlangsung selama beberapa bulan atau tahun.

Gambar 2 sinusitis maksilaris

G. DIAGNOSA

Kriteria diagnosis sinusitis :

Gejala mayor Gejala minor

Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Sakit kepala

Sekret nasal purulen Batuk

Demam Rasa lelah

Kongesti nasal Rasa lelah

Obstruksi nasal Halitosis

Hiposmia atau anosmia Nyeri gigi

Page 17: Long Case Sinusitis

Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua

kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pemeriksaan transluminasi.

Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram atau

gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi

wajah, karena akan nampak perbedaan antara sinus yang sehat dengan

sinus yang sakit.

2. Pencitraan

Dengan foto kepala posisi Water’s, PA, dan lateral, akan terlihat

perselubungan atau penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus yang

sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus

sinusitis.

3. Kultur

Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme

penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus

medius, meatus superior, atau aspirasi sinus.

4. Rontgen gigi

Dilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum.

I. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah:

1. Mempercepat penyembuhan

2. Mencegah komplikasi

Page 18: Long Case Sinusitis

3. Mencegah perubahan menjadi kronik.

Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan

pembedahan (operasi). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien sinusitis

akut, yaitu:

1. Antibiotik. Berikan golongan penisilin selama 10-14 hari meskipun gejala

klinik sinusitis akut telah hilang.

2. Dekongestan lokal. Berupa obat tetes hidung untuk memperlancar drainase

hidung.

3. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit.

4. Irigasi Antrum. Indikasinya adalah apabila terapi diatas gagal dan ostium

sinus sedemikian edematosa sehingga terbentuk abses sejati. Irigasi

antrum maksilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat

melalui fossa incisivus ke dalam antrum maksilaris. Cairan ini kemudian

akan mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal.

5. Menghilangkan faktor predisposisi dan kausanya jika diakibatkan oleh gigi

6. Diatermi gelombang pendek selama 10 hari dapat membantu

penyembuhan sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi sinus.

Pembedahan (operasi) pada pasien sinusitis akut jarang dilakukan kecuali telah

terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial. Selain itu nyeri yang hebat akibat

sekret yang tertahan oleh sumbatan dapat menjadi indikasi untuk melakukan

pembedahan

J. DIAGNOSA BANDING

Diagnosos banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis

tidak sensitif dan spesifik. Infeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan

kokain, rinitis alergika, rinitis vasomotor, dan rinitis medikamentosa dapat datang

dengan gejala pilek dan kongesti nasal. Rhinorrhea cairan serebrospinal harus

dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat cedera kepala. Pilek persisten

unilateral dengan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasma atau benda asing

Page 19: Long Case Sinusitis

nasal. Tension headache, cluster headache, migren, dan sakit gigi adalah

diagnosis alternatif pada pasien dengan sefalgia atau nyeri wajah. Pasien dengan

demam memerlukan perhatian khusus, karena demam dapat merupakan

manifestasi sinusitis saja atau infeksi sistem saraf pusat yang berat, seperti

meningitis atau abses intrakranial.

Page 20: Long Case Sinusitis

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau

infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari

keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis).

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun

kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-

bulan bahkan bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus disebut

multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut

pansinusitis. Dari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah

sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis.

Dalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila

klirens silier sekret sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang

menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan

parsial oksigen. Lingkungan ini cocok untuk pertumbuhan organisme patogen.

Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi

sekret ini, maka terjadilah sinusitis.

Kriteria diagnosis sinusitis :

Gejala mayor Gejala minor

Nyeri atau rasa tertekan pada wajah Sakit kepala

Sekret nasal purulen Batuk

Demam Rasa lelah

Kongesti nasal Rasa lelah

Page 21: Long Case Sinusitis

Obstruksi nasal Halitosis

Hiposmia atau anosmia Nyeri gigi

Diagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dengan dua

kriteria minor pada pasien dengan gejala lebih dari 7 hari.

Page 22: Long Case Sinusitis

REFERENSI

1. Mackay DN. Antibiotic therapy of the rhinitis & sinusitis. Dalam : Settipane

GA, penyunting. Rhinitis. Edisi ke-2. Rhode Island: Ocean Side

Publication;1991. p. 253-5.

2. Mangunkusumo Endang, Soetjipto Damajanti. Sinusitis. Dalam: Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Jakarta:

FKUI,2010: h. 152

3. Hilger PD. Disease of Parasanal Sinuses. Adam GL Boies LRJK Hilger

Fundametal of Oyolaryngology,6th ed. Philadelphia ; Sounders Company,

1990.p49 – 270

4. Pletcher SD, Golderg AN. 2003. The Diagnosis and Treatment of Sinusitis. In

advanced Studies in Medicine. Vol 3 no.9. PP. 495-505

5. Hilger PD. Disease of Parasanal Sinuses. Adam GL Boies LRJK Hilger.

Fundametal of Oyolaryngology,6th ed. Philadelphia ; Sounders

Company,1990: p.49 – 270

6. Anonim. 2001. Sinusitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, ed. 3. Media

Ausculapius FK UI. Jakarta : 102-106.

7. Hilger, Peter A. Penyakit pada Hidung. In: Adams GL, Boies LR. Higler PA,

editor. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997.p.200.

8. Kennedy E. Sinusitis. Available from:

http://www.emedicine.com/emerg/topic536.htm l