Long Case G4A013098
-
Upload
meta-m-purnama -
Category
Documents
-
view
32 -
download
1
description
Transcript of Long Case G4A013098
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
LONG CASE
TB PARU
Preceptor Fakultas : dr.Yudhi Wibowo, M.PH
Preceptor Lapangan : dr.Dri Kusrini
Disusun Oleh :
Nama : Liliana Yeni Safira
NIM : G4A013098
KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASILMU KESEHATAN MASYARAKAT
JURUSAN KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
MARET-APRIL
2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITASLONG CASE
Disusun Oleh :
Nama : Liliana Yeni Safira
NIM : G4A013098
Disusun untuk memenuhi laporan kepaniteraan kedokteran komunitas
Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:
Hari :
Tanggal : 2015
Pembimbing Fakultas
dr. Yudhi Wibowo, M.PH.NIP. 19810511.201012.1.003
Pembimbing Lapangan
dr. Dri KusriniNIP. 19720112.200212.2.004
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. KMO
Alamat lengkap : Desa Pandak RT 2/ RW2, Kecamatan Sumpiuh,
Kabupaten Banyumas
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
1. Tn.
KMO
Suami L 53 tahun SLTA Buruh
2. Ny. SH Istri P 52 tahun SMP Ibu Rumah tangga
Kesimpulan dari karakteristik demografi diatas adalah bentuk keluarga Nn.
SH adalah nuclear family dengan Tn. KMO (53 tahun) sebagai kepala keluarga
yang bekerja sebagai buruh. Pada keluarga ini terdapat suami dan istri tinggal
bersama, sedangkan anak mereka sudah tinggal terpisah.
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang perempuan
berusia 52 tahun yang datang ke Puskesmas I Sumpiuh. Pasien ini datang
dengan keluhan batuk berdahak.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. SH
Usia : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : mMenikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMP
Penghasilan/bulan : - (Suami 3 juta)
Alamat : Desa Pandak RT 2/ RW 2
Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas
Pengantar (Pasien) : Pasien datang sendiri untuk
berobat ke Puskesmas
Tanggal Periksa : Jum’at 20 Februari 2015
C. ANAMNESIS (diambil melalui autoanamnesis)
1. Keluhan Utama : batuk berdahak
2. Keluhan Tambahan : sesak napas, nyeri dada, keringat dingin
malam hari, nafsu makan turun, berat badan turun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien pernah berobat di Puskesmas I Sumpiuh Bulan Desember
2014 dengan keluhan batuk berdahak Saat ini pasien masih mengeluhkan
batuk berdahak sejak 3 bulan lalu, yaitu saat pertama berobat ke
Puskesmas I Sumpiuh. Keluhan ini dirasakan setiap hari namun hilang
timbul. Batuk terutama dirasakan pada malam hari. Selain keluhan batuk
berdahak, pasien juga mengaku adanya sesak nafas. Sesak nafas dirasakan
hilang timbul.
Pada bulan Desember 2014 atau 3 bulan yang lalu, pasien
mengalami keluhan batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh selama 1
bulan, dahak berwarna putih dan bercampur darah. Batuk dirasakan hilang
timbul dan memberat pada malam hari. Batuk dirasakan mereda setelah
minum obat batuk yang dibeli sendiri di apotik namun batuk akan timbul
kembali setelah obat batuk tersebut habis. Selain keluhan batuk, pasien
juga mengaku adanya keluhan berkeringat di malam hari, sesak nafas,
nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun. Keluhan tersebut
dirasakan semakin memberat sehingga pasien melakukan pemeriksaan di
Puskesmas I Sumpiuh. Sebelum sakit pasien mengaku berat badan 65 kg,
setelah 2 bulan sakit berat pasien mejadi 55 kg. Saat ini berat pasien 61 kg
dan masih mengeluhkan batuk berdahak yang hilang timbul, tapi sudah
tidak disertai darah.
Sebelumnya pasien sudah pernah di periksa dahak di Puskesmas I
Sumpiuh tanggal 9 Desember 2014. Pasien melakukan pemeriksaan dahak
dan dinyatakan positif menderita TB (positif 3). Setelah itu pasien
mendapatkan pengobatan TB dari Puskesmas I Sumpiuh. Tanggal 2
Februari 2015 pasien diperiksa dahak lagi dan hasilnya masih positif satu,
sehingga oleh pihak Puskesmas diberikan sisipan selama 1 bulan. Tanggal
21 Februari 2015 pasien dirujuk ke PKU Gombong karena pada tanggal 2
ebruari 2015 hasil pemeriksaan masih positif, di PKU tersebut pasien
diperiksa atau dicek MDR. Tanggal 23 Februari 2015 pasien berobat di RS
Margono Soekarjo Purwokerto dan dilakukan foto rongsn.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat mengalami keluhan yang sama : disangkal
- Riwayat mondok : Mondok di PKU Gombong
10 hari, 2 tahun yang lalu.
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat kecelakaan : disangkal
- Riwayat darah tinggi : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat kencing manis : diakui
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi makanan/obat : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat mengalami keluhan yang sama : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat darah tinggi : diakui (ayah pasien)
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
6. Riwayat Sosial dan Exposure
- Community : Pasien dalam kesehariannya tinggal dalam
lingkungan keluarga yang di dalamnya terdapat
seorang suami.
- Home : Ny. SH masih mengontrak rumah bersama
suaminya, mereka berpindah-pindah tempat
kontrakan.Saat ini Ny. SH tinggal di rumah
kontrakan di Desa Pandak, RT2/2W 2 kuran lebih
1 tahun. Rumah yang ditinggali Ny. SH luasnya
berukuran 54 m2, memiliki ventilasi udara seperti
lubang angin, cahaya matahari yang masuk ke
rumah kurang, lantai rumah terbuat dari keramik.
Akan tetapi, jendela rumah jarang dibuka.
Pencahayaan kurang baik, dan kebersihanya juga
kurang dijaga dengan baik. Atap rumah terbuat dari
genteng dan bambu, dinding sebagian terbuat dari
tembok. Tingkat kelembapan rumah dikatakan
lembab. Rumah terdiri dari ruang tamu , ruang TV
dan ruang makan, 2 tempat tidur, tempat tidur yang
satu berbarenan dengan tempaat untuk menyetrika,
, dapur, satu wc dan satu kamar mandi. Pasien
memasak dengan menggunakan kompor gas.
Sumber air bersih berasal dari air sumur. Antara
rumah pasien dan rumah tetangga berdekatan.
Jarak antar rumah sekitar 3 meter. Lingkungan
tempat tinggal Ny. SH merupakan lingkungan yang
lembab.
- Hobby : Melakukan pekerjaan rumah
- Occupational : Pasien sehari-hari tinggal dirumah. Pasien tidak
bekerja.
- Diet : Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk
tempe,tahu, sayur, dan. Pasien jarang
mengkonsumsi lauk telor atau daging, pasien juga
jarang mengkonsumsi buah.
- Drug : Pasien sedang mengonsumsi OAT selama 3 bulan
terakhir.
7. Riwayat Psikologi :
Pasien tinggal berdua bersama suaminya. Dalam kehidupan di
keluarga nya tidak ada masalah yang mengganggu pikiran pasien. Setiap
masalah yang dihadapi pasien selalu didiskusikan bersama-sama dengan
anggota keluarga lainnya.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.
Suami pasien bekerja sebagai buruh, saat ini pasien masih berpindah
pindah rumah untuk mengontrak. Pasien seorang ibu rumah tangga.
9. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis.
10. Riwayat Sosial
Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien terlihat
tertutup dengan tetangganya, karena saat mencari alamat pasien banyak
warga yang tidak mengetahui alamat pasien.
11. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : batuk
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : tidak ada keluhan
d. Mata : tidak ada keluhan
e. Hidung : tidak ada keluhan
f. Telinga : tidak ada keluhan
g. Mulut : tidak ada keluhan
h. Tenggorokan : tidak ada keluhan
i. Pernafasan : kadang merasa sesak
j. Sistem Kardiovaskuler : kadang merasa nyeri dada
k. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
l. Sistem Saraf : tidak ada keluhan
m. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
n. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
o. Ekstremitas Atas : tidak ada keluhan
Bawah : tidak ada keluhan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. KU/ KES
Sedang, kesadaran compos mentis.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernafasan : 20 x/menit, reguler
d. Suhu : 36,5 oC
3. Status gizi
a. BB : 61 kg
b. TB : 165 cm
c. IMT : 22.4
d. Kesan status gizi : baik
4. Kulit
Kulit dalam batas normal, warna sawo matang.
5. Kepala
Kepala dalam batas normal, simetris, mesochepal.
6. Mata
Konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik.
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
massa (-)
8. Mulut
Bagian dalam mulut dalam batas normal.
9. Telinga
Telinga luar, tengah, dalam dalam batas normal
10. Tenggorokan
Tonsil , dan pharing dalam batas normal
11. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-).
12. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo :
1) Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
2) Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan = kiri
Pal : fremitus raba kanan = kiri
Per : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBH (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada
A : bising usus (+) normal
Per : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-)
Pal : supel, nyeri tekan (-) , hepar dan lien tak teraba
14. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Pal : nyeri tekan (-)
15. Ektremitas: palmar eritema (-/-)
akral dingin - - oedem - -
- - - -
Articulatio genue dextra et sinistra :
I : oedem (-), eritema (-), hambatan dalam berjalan (-).
P : nyeri (-), hangat (-), krepitasi (-).
16. Sistem genetalia: dalam batas normal
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -
18. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Insight : baik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hail rongen thorax pada tanggal 23 Februari 2015:
Kesan: Cor tak membesar, infiltrat pada lapangan tengah paru kanan kiri, efusi
pleura kiri.
F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosis TB paru, pasien dianjurkan untuk
melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium yaitu:
1. Pemeriksaan BTA pada bulan ke VI pengobatan
2. Pemeriksaan gula darah untuk mengecek kadar gula darah
G. RESUME
Pasien pernah berobat di Puskesmas I Sumpiuh Bulan Desember 2014
dengan keluhan batuk berdahak Saat ini pasien masih mengeluhkan batuk
berdahak sejak 3 bulan lalu, yaitu saat pertama berobat ke Puskesmas I
Sumpiuh. Keluhan ini dirasakan setiap hari namun hilang timbul. Batuk
terutama dirasakan pada malam hari. Selain keluhan batuk, pasien juga
mengaku adanya keluhan berkeringat di malam hari, sesak nafas, nyeri dada,
nafsu makan menurun, berat badan menurun. Keluhan tersebut dirasakan
semakin memberat sehingga pasien melakukan pemeriksaan di Puskesmas I
Sumpiuh. Sebelum sakit pasien mengaku berat badan 65 kg, setelah 2 bulan
sakit berat pasien mejadi 55 kg. Saat ini berat pasien 61 kg dan masih
mengeluhkan batuk berdahak yang hilang timbul, tapi sudah tidak disertai
darah.
Sebelumnya pasien sudah pernah di periksa dahak di Puskesmas I
Sumpiuh tanggal 9 Desember 2014. Pasien melakukan pemeriksaan dahak dan
dinyatakan positif menderita TB (positif 3). Setelah itu pasien mendapatkan
pengobatan TB dari Puskesmas I Sumpiuh. Tanggal 2 Februari 2015 pasien
diperiksa dahak lagi dan hasilnya masih positif satu, sehingga oleh pihak
Puskesmas diberikan sisipan selama 1 bulan. Tanggal 21 Februari 2015 pasien
dirujuk ke PKU Gombong karena pada tanggal 2 ebruari 2015 hasil
pemeriksaan masih positif, di PKU tersebut pasien diperiksa atau dicek MDR.
Tanggal 23 Februari 2015 pasien berobat di RS Margono Soekarjo
Purwokerto dan dilakukan foto rongsn.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, status gizi kurang baik. TD : 100/70 mmHg, N : 80 x/menit,
irama regular, RR : 20 x/menit, S : 36,5oC. Pemeriksaan fisik dalam batas
normal.
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluh batuk berdahak, sesak napas, nyeri
dada, keringat dingin malam hari, nafsu makan turun, berat
badan turun. sejak 3 bulan yang lalu.
Concern : Pasien merasa kondisi kesehatanya semakin memburuk
dan kini semakin membaik setelah pengobatan TB rutin
selama 3 bulan terakhir.
Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakit dapat segera sembuh.
Anxiety : Pasien khwatir penyakitnya bertambah parah.
2. Aspek Klinis
Diagnosa : TB Paru Kasus Baru
Gejala klinis yang muncul : batuk berdahak, sesak napas, nyeri dada,
keringat dingin malam hari, nafsu makan
turun, berat badan turun.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TB, faktor resiko,
penularan, dan pengobatannya.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pencahayaan, ventilasi, kelembaban, kebersihan dan keadaan
lingkungan rumah yang kurang sehat.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 1, karena pasien dapat
melakukan aktivitas dan pekerjaannya sehari-hari seperti biasanya. Pasien
masih dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari yaitu mengepel, memasak,
menyapu dan masih dapat bersosialisasi dengan tetangga sekitar.
I. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a) Aspek kuratif
1) Medika mentosa
OAT FDC kategori 1 fase lanjutan
2) Non Medika mentosa
Edukasi tentang penyakit TB
Edukasi tentang cara penularan TB
Edukasi tentang cara pengobatan TB
Edukasi untuk minum obat secara teratur
Edukasi untuk kontrol sebelum obat habis
Edukasi untuk membuka jendela pada siang hari agar rumah terkena
cahaya matahari.
Edukasi mengenai kebersihan lingkungan dan syarat rumah sehat.
Edukasi mengenai makanan yang bergizi.
Dukungan psikologis keluarga agar pasien tidak stress.
KIE (konseling, informasi dan edukasi)
i. Memberikan informasi tentang TB, penanganan, penularan
yang dapat terjadi, serta pencegahan penularan.
ii. Menganjurkan pada keluarga untuk membiasakan pola hidup
sehat, serta skrining keluarga yang berisiko tinggi.
b) Aspek Preventif
i. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit dan
perjalanan penyakit TB
ii. Memberikan anjuran pola hidup sehat.
iii. Minum obat secara teratur
iv. Penggunaan masker
c) Aspek Promotif
i. Memberikan edukasi pasien dan keluarga tentang managemen
pasien TB
ii. Memberi informasi mengenai pentingnya pengobatan hingga tuntas
dan pencegahan penularan TB.
iii. Minum obat secara teratur
iv. Memberikan informasi mengenai penularan TB dan risikonya.
d) Aspek Rehabilitatif
Monitoring terhadap keadaan umum, tanda vital, komplikasi dari TB.
2. Keluarga
a. Melakukan skrining untuk kejadian TB dalam keluarga.
b. Memotivasi keluarga untuk menggunakan masker.
c. Memotivasi keluarga untuk menjaga lingkungan yang sehat dan bersih.
d. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai
perjalanan penyakit TB, pencegahan penularan dan pemantauan TB
berkelanjutan, sehingga mendukung kontrol dan pengobatan pasien.
e. Dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian dan penyembuhan
penyakit pasien, pemantauan TB secara berkelanjutan.
f. Memberikan anjuran kepada anggorta keluarga lainnya yang berisiko
tinggi untuk pola hidup sehat.
3. Komunitas
a) Memotivasi lingkungan untuk menjaga lingkungan yang sehat dan
bersih, karena lingkungan yang tidak sehat akan memicu faktor risiko
terjadinya TB.
b) Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit TB,
baik tanda gejala penyakit tersebut dan perjalanan alamiahnya melalui
penyuluhan.
c) Memotivasi komunitas untuk memberikan dukungan psikologis
terhadap pasien mengenai penyakitnya termasuk dukungan
pengawasan minum obat secara teratur.
J. Flow Sheet
Nama : Ny. SH
Usia : 52 tahun
Tabel 2. Flow SheetNo Tanggal Problem Tanda Vital Planning Target
1 18/03/2015 Batuk
berdahak dan
sesak nafas
hilang timbul
dan dirasakan
berkurang
dibanding
dengan awal
pengobatan
TB paru
TD:100/70
mmHg
Nadi:80
x/menit
Suhu:36,5 0 C
RR:20
x/menit
OAT FDC
kategori 1 fase
lanjutan
BTA (-),
batuk
mereda
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari ayah pasien (Tn. MAZ, 50 tahun), ibu pasien
(Ny. S, 49 tahun), kakak pasien (Ny. SS, 25 tahun), pasien (Nn. SN, 23
tahun), dan kedua adik laki-laki pasien (Sdr. SN, 20 tahun dan An. HYS,
11 tahun). Pasien tinggal serumah dengan ayah, ibu dan 1 adik laki-laki
pasien. Keluarga ini merupakan nuclear family.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin baik. Pasien dan
orangtuanya sering menghabiskan waktu bersama. Pasien dirumah tinggal
dengan ayah, ibu dan 1 adik laki-laki nya yang masih sekolah SD.
Sehingga membuat pasien merasa cukup senang. Setiap masalah yang
dihadapi pasien selalu didiskusikan bersama-sama dengan anggota
keluarga lainnya. Pasien semenjak sakit tidak bekerja, pasien mempunyai
keinginan agar dapat bekerja kembali untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan keluarganya.
2. Fungsi Sosial
Pasien tinggal di rumah dan tidak bekerja, pasien sehari-hari
membantu ibu nya dalam mengurus rumah. Pasien sering bermain dan
berkomunikasi dengan tetangga sekitar. Hubungan pasien dengan tetangga
sekitarnya cukup baik dan harmonis.
3. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari pekerjaan ayah pasien sebagai
buruh harian lepas dengan penghasilan rendah dan tidak menentu. Pasien
dan keluarga pasien hidup sedehana dalam mencukupi keperluan hidup
sehari-hari. Biaya pengobatan di sarana pelayanan kesehatan menggunakan
Jamkesmas.
Kesimpulan :
Bentuk keluarga Nn. SN adalah nuclear family. Keluarga Nn. SN
adalah keluarga yang cukup harmonis, dan merupakan keluarga dengan
perekonomian kelas menengah kebawah.
B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu
masalah pasien menceritakan kepada suaminya.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain. Setiap ada permasalahan didiskusikan
bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan anggota keluarga
berjalan dengan baik.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung pasien. Anggota keluarga
selalu mendukung pola makan, dan pengobatan yang dianjurkan demi
kesehatan Ny H.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan suami dan
anaknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya.
Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota
keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan di
hati, maka anggota keluarga akan mengutarakannya kepada yang lain
sehingga permasalahan dapat selesai tanpa ada yang salah pengertian.
RESOLVE
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup. Pasien merasa
senang apabila , suami, dan anaknya berkumpul di rumah pasien.
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan
kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara
keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 4-6 = sedang, 7-10 = baik. Penilaian
A.P.G.A.R.
Tabel 3. Nilai APGAR dari Nn. SN (Pasien)A.P.G.A.R Nn. SN Hampir
selalu
Kadang-
kadang
Hampir
tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total nilai skor APGAR Ny. SH adalah 6
Tabel 4. Nilai APGAR dari Tn. KOM (Suami Pasien)A.P.G.A.R Tn. MAZ Hampir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir
tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total nilai skor APGAR Tn. KOM adalah 6
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (6+6+)/2
= 6
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang
Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien
adalah 16, sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 8. Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada
dalam keadaan sedang.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Ny. SH dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 7. Nilai SCREEM dari keluarga pasienSumber Patologi Ket
Social Interaksi yang baik antara anggota keluarga serta
masyarakat sekitar.
-
Cultural Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan budaya jawa,
hal ini terlihat pada pergaulan mereka sehari – hari yang
menggunakan bahasa Jawa
-
Religion Pemahaman agama baik. Penerapan ajaran juga baik, hal ini
dapat dilihat dari pasien dan keluarga rutin menjalankan
sholat lima waktu.
-
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong kelas menengah kebawah,
untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum
mampu mencukupi kebutuhan sekunder, diperlukan skala
prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup
+
Education Pendidikan anggota keluarga kurang. Latar belakang
pendidikannya orang tua pasien sampai sekolah dasar dan
pasien lulusan sekolah menengah atas. Pengetahuan pasien
tentang penyakit yang diderita pasien juga kurang.
+
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan
pelayanan puskesmas dengan jenis pembiayaannya
menggunakan Jamkesmas.
-
Keterangan :
1. Education (+) artinya keluarg Ny. SH masih memiliki pengetahuan yang
kurang, khususnya mengenai permasalahan kesehatan dan penyakit yang
sedang dideritanya.
2. Economic (+) artinya keluarga Ny. SH tergolong ekonomi menengah
kebawah, kebutuhan primer sudah dapat tercukupi, belum mampu
memenuhi kebutuhan sekunder.
Kesimpulan :
Dalam keluarga Ny. SH fungsi patologis yang positif adalah fungsi
edukasi dan fungsi ekonomi.
D. Family Genogram
Diagram Genogram Keluarga Ny.SH
Family Genogram
Gambar 1. Genogram keluarga Ny.SH
Keterangan:
: Pasien
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
53 52 45 4058
HT
Tn. KOM
Ny. SH
E. Pola Interaksi Keluarga
Gambar 2 . Pola Interaksi Keluarga Ny. SH
Keterangan : hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ny. SH dinilai harmonis
dan saling mendukung.
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku
Perilaku di dalam keluarga ini sebagian besar dipengaruhi oleh
pengetahuan anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan. Keluarga ini menyadari arti penting kesehatan, namun
pengetahuan di bidang kesehatan masih kurang, terutama penyakit TB paru.
Pasien tidak mengetahui cara penularan penyakit TB paru sehingga bila batuk
tidak ditutup atau menggunakan masker.
Keluarga ini menjaga kebersihan lingkungan rumahnya kurang baik.
Rumah pasien memiliki cukup jendela tetapi jarang dibuka sehinga
pencahayaan matahari kurang, dan udara di dalam rumah lembab. Tingkat
kebersihan di dalam rumah pasien juga kurang.
Keluarga ini mempercayakan pengobatan pada dokter umum, mantri,
atau datang ke Puskesmas yang terletak di dekat rumah.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga kelas
menengah kebawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari
suami pasien yang bekerja sebagai buruh. Rumah kontrakan yang dihuni
keluarga ini memiliki luas berkisar 54 m2, ventilasi cukup, sirkulasi kurang
dan lembab, mempunyai kamar mandi dan WC sendiri, tetapi pencahayaan
kurang baik.
Pasien termasuk keluarga dengan latar belakang pendidikan yang
kurang karena kedua orangtuanya pendidikan hanya sampai sekolah dasar
dan pasien sendiri pendidikannya sampai SMP. Hal tersebut mempengaruhi
pengetahuan pasien akan kesehatan kurang, seperti rumah yang memenuhi
syarat kesehatan. Pasien memiliki kebiasaan tidak meunutup atau
menggunakan masker saat batuk.
Gambar 3. Faktor Perilaku dan Nonperilaku Keluarga
Keterangan :
= Faktor Perilaku
= Faktor Non-Perilaku
Keluarga Ny. SH
Pengetahuan :Kurangnya
pengetahuan baik pasien itu sendiri maupun keluarga
mengenai penyakit TB paru.
Lingkungan:Faktor lingkungan
didapatkan keadaan dan kebersihan
lingkungan rumah yang kurang sehat
Fungsi Fisiologis :
Skor APGAR keluarga pasien
sedang
Penularan:
Pasien tidak mengetahui sumber
penularanya
Tindakan:Tidak membuka
jendela rumah, dan tidak menutup atau
memakai masker saat batuk
Pelayanan Kesehatan:
Jika sakit berobat ke dokter, mantri
atau ke puskesmas
Sikap:Belum mengetahui
faktor risiko, penularan, dan
pengobatan TB paru
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal di Desa Pandak RT.02/RW.02, Kecamatan Sumpiuh.
Pasien tinggal di sebuah rumah kontrakan yang berpindah-pindah. Luas
rumahnya yaitu 6 x 9 m2. Jumlah penghuni rumah 2 orang. Lantai
rumah pasien sebagian menggunakan keramik sebagian lagi semen.
Dinding rumah sebagian menggunakan batu bata dan, sedangkan atap
menggunakan genteng. Rumah pasien memiliki 2 kamar tidur, 1 ruang
tamu, 1 ruang makan, dapur 1 kamar mandi, 1 wc. Kesan pencahayaan
kurang karena jendela jarang dibuka. Rumah sudah memiliki 1 kamar
mandi sendiri dan memiliki 1 jamban yang berbentuk dari leher angsa.
Sumber air yang didapat berasal dari sumur. Rumah yang dihuni
keluarga ini memiliki ventilasi cukup, sirkulasi udara cukup, mempunyai i,
tetapi pencahayaan kurang baik, dan kebersihanya juga kurang dijaga
dengan baik.
Kesan: kebersihan lingkungan rumah kurang.
Ruang tamuKamar tidur
ruang makanKamar tidur
dapur
Kamar mandi wc
Sumur danTempat cuci
2. Denah Rumah
Gambar 4. Denah Rumah Nn. SN
Keterangan:
: Pintu
: Jendela
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis :
TB Paru
B. Masalah nonmedis :
1. Kurangnya pengetahuan baik pasien maupun keluarga mengenai penyakit
TB paru.
2. Belum mengetahui faktor resiko,pola penularan, dan pengobatan TB paru.
3. Perilaku pasien yang tidak membuka jendela rumah, dan tidak menutup
atau memakai masker saat batuk.
4. Keadaan dan kebersihan lingkungan rumah yang kurang sehat.
5. Skor APGAR keluarga pasien sedang.
C. Diagram Permasalahan Pasien
Gambar 5. Hubungan Penyakit dengan Faktor Risiko
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien).
Kurangnya pengetahuan baik pasien maupun keluarga mengenai penyakit TB paru
Keadaan dan kebersihan lingkungan rumah yang kurang sehat
Ny. SH, 52 tahun TB paru BTA (+) kasus baru
Belum mengetahui faktor risiko, pola penularan, dan pengobatan TB paru.
Perilaku pasien yang tidak membuka jendela rumah, dan tidak menutup atau memakai masker saat batuk.
Skor APGAR keluarga pasien sedang.
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks:
Tabel 8. Matrikulasi Masalah
No.
Daftar Masalah I T R JumlahIxTxR
P S SB Mn
Mo Ma
1 Pengetahuan tentang penyakit rendah
5 5 5 4 4 5 4 780
2 Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dari penderita dan keluarga
3 4 1 5 4 5 3 480
3 Kondisi rumah kurang sehat
5 5 2 1 1 1 1 36
4 Kondisi ekonomi keluarga adalah kelas menengah kebawah
3 4 1 1 1 1 1 24
Keterangan:I : Importancy (pentingnya masalah)P : Prevalence (besarnya masalah)S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)T : Technology (teknologi yang tersedia)R : Resources (sumber daya yang tersedia)Mn: Man (tenaga yang tersedia)Mo: Money (sarana yang tersedia)Ma : Material (ketersediaan sarana)
Kriteria penilaian:1 : tidak penting2 : agak penting3 : cukup penting4 : penting5 : sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Ny.SH adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang penyakit rendah
2. Pasien dan keluarga tidak membiasakan untuk membuka ventilasi rumah
dan membereskan rumah
3. Kondisi rumah kurang sehat
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah kelas menengah kebawah
Prioritas masalah yang diambil adalah tingkat pengetahuan pasien tentang
penyakit yang diderita sangatlah rendah.
BAB VI
RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
F. Rencana Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit TB paru terutama
mengenai gejala dan tanda dari TB paru serta cara pencegahan dan
pengobatan TB paru.
Tujuan Khusus
Mengubah perilaku penderita dan keluarga dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan anggota keluarga
2. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang sudah ditentukan
bersama dengan cara memberikan penyuluhan dan edukasi pada pasien
dan keluarga. Penyuluhan dan edukasi dilakukan dalam suasana santai
sehingga materi yang disampaikan dapat diterima.
3. Materi Pembinaan
Penyuluhan dan edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga adalah
mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara penularan serta
penatalaksanaan TB paru.
4. Sasaran Pembinaan
Sasaran dari pembinaan yang dilakukan adalah pasien beserta seluruh
anggota keluarga pasien yang tinggal di rumah tersebut sebanyak 2 orang.
5. Evaluasi Pembinaan
Evaluasi yang dilakukan adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan
mengenai materi yang telah disampaikan sebelumnya kepada pasien dan
keluarga. Jika salah satu dari anggota keluarga ada yang bisa menjawab,
maka dianggap mereka sudah mengerti dan mengetahui mengenai materi
yang telah disampaikan sebelumnya.Walaupun hanya satu diantara
beberapa anggota keluarga yang mengerti dan memahami materi yang
telah disampaikan dengan begitu dapat saling mengingatkan antar anggota
keluarga.
G. Hasil Pembinaan Keluarga
Tabel 9. Hasil Pembinaan Keluarga
No Tanggal Kegiatan yang dilakukan
Anggota keluarga yang terlibat
Hasil kegiatan
1 18 Maret 2015
1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien, diantaranya perkenalan dan bercerita mengenai kehidupan sehari-hari.
2. Mendiskusikan dengan pasien untuk kedatangan berikutnya
Pasien dan keluarga
Pasien bersedia untuk dikunjungi lebih lanjut untuk dipantau perkembangannya.
2
H. Hasil Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 2 orang yang terdiri dari,
pasien Ny. SH, suami pasien Tn. KOM. Metode yang digunakan berupa
konseling edukasi tentang penyakit tuberculosis mulai dari definisi,
etiologi, faktor resiko, cara minum obat, cara penularan, edukasi PHBS
serta pencegahan bagi orang yang berada di sekitar Ny.SH terutama yang
tinggal serumah dengan pasien.
2. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 2 orang yaitu.Waktu pelaksanaan
kegiatan pada Rabu, 18 Maret 2015 4 di rumah pasien. Konseling berjalan
dengan lancar dan pasien merasa puas karena merasa lebih diperhatikan
dengan adanya kunjungan ke rumahnya untuk memberikan edukasi
tentang penyakit yang sedang di derita Ny. SH
3. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku belum
memahami penyakit yang diderita Ny.SH sehingga dengan adanya
konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih paham
tentang penyakitnya.
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat menyerang organ tubuh lainnya (Departemen
Kesehatan RI, 2005).
B. Etiologi
Etiologi dari penyakit TB yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4 mikro meter dan tebal 0,3-0,6 mikro meter (Arifin, 2005).
Bakteri ini kaya akan lipid sehingga sifatnya tahan asam (Jawetzet al., 2008).
Sifat lain kuman ini adalah aerob (Amin dan Bahar, 2006). Mycobacterium
tuberculosis adalah bakteri yang tidak tahan cahaya. Bakteri ini dapat mati
dengan cepat di bawah sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang lembab dan gelap (WHO, 2012).
C. Sumber Penularan
Sumber penularan TB adalah pasien TB BTA positif. Pasien TB BTA
positif memiliki kemampuan untuk menularkan sebesar 75%, sedangkan TB
BTA negatif hanya memiliki kemampuan menularkan sebesar 35%. TB
ditularkan melalui percikan udara (droplet) ketika penderita batuk, bersin,
berbicara atau meludah (Departemen Kesehatan RI, 2005).
D. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi TB paru dibagi 2, yaitu klasifikasi pernyakit dan
klasifikasi menurut tipe pasien. Hal ini penting dilakukan untuk menetapkan
panduan OAT yang akan diberikan.
a. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
1). TB paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen (dahak) sewaktu pagi
sewaktu (SPS) hasilnya menunjukkan BTA (+).1 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA (+) hasil foto rontgen dada menunjukkan gambar TB aktif.
2). TB paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak sewaktu pagi sewaktu (SPS) hasil
BTA (-) dan hasil foto rontgen dada menunjukkan gambar TB aktif
(Depkes RI, 2007).
b. Klasifikasi tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Terdapat beberapa tipe pasien, yaitu:
1). TB paru kasus baru
TB paru kasus baru adalah pasien TB paru yang memang belum
pernah mendapat pengobatan OAT atau sudah pernah mendapat OAT
kurang dari satu bulan.
2). TB paru kasus kambuh (relaps)
TB paru kasus kambuh adalah pasien TB paru yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan OAT dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan spesimen dahak BTA (+).
3). TB paru kasus drop out
TB paru kasus drop out adalah pasien TB paru yang tidak
mengambil OAT 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
4). TB paru kasus gagal
TB paru kasus gagal adalah pasien TB paru BTA (+) yang masih
tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan
sebelum akhir pengobatan).Atau pasien TB paru dengan BTA (-) dan
gambaran radiologi (+) menjadi BTA (+) pada akhir bulan ke 2
pengobatan.
5). TB paru kasus kronik (persisten)
TB paru kasus kronik adalah pasien TB paru dengan hasil BTA
masih positif setelah selesai pengobatan ulang OAT kategori 2 dengan
pengawasan yang baik (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI),
2006).
E. FaktorRisiko
1) Karakteristik Individu
a) Umur
Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa
muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah
kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun (Elok, 2009).
b) Pengetahuan
Pengetahuan seseorang tentang informasi TB yang cukup akan
mempengaruhi seseorang untuk menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat (Achmadi, 2005).
c) Penyakit yang menurunkan imunitas
HIV/AIDS meningkatkan resiko terjadinya penyakit tuberkulosis
karena penurunan imunitas, sehingga rentan terinfeksi. Seseorang
dengan penyakit diabetes melitus (DM)juga beresiko 0,5 x lebih
tinggi untuk terinfeksi tuberkulosis (Retnaningsih, 2010).
2) Perilaku
a) Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok ≥ 10 batang per hari dan/atau ≥ 3 tahun dapat
meningkatkan risiko terkena TB paru 2,2 kali.Prevalensi merokok
pada hampir semua negara berkembang terjadi pada laki-laki dewasa
(>50%). Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah
untuk terjadinya infeksi TB Paru (Achmadi, 2005).
b) Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior)
Perilaku pencarian pengobatan merupakan perilaku yang
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari pengobatan
sendiri sampai dengan pencarian pengobatan ke rumah sakit.
Semakin baik perilaku pencarian pengobatan, semakin cepat
penyakit ditangani sehingga morbiditas dapat menurun
(Notoatmodjo, 2003).
3) Lingkungan
a) Kondisi Rumah
1. Kepadatan Hunian
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan
overload. Kondisi overload dapat menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen dan mudahnya penularan penyakit infeksi. Luas
minimum per orang adalah 10 m2(Fahmi, 2005).
2. Pencahayaan
Kuman TB tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari
dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko
penularan antar penghuni akan sangat berkurang (Depkes,
2009).Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali
lilin atau kurang lebih 60 lux., kecuali untuk kamar tidur diperlukan
cahaya yang lebih redup (Hassmiller, 2006).
3. Ventilasi
Ventilasi mempengaruhi sirkulasi udara dan kelembaban udara di
dalam ruangan. Kurangnya ventilasi akan menurunkan sirkulasi
dan meningkatkan kelembaban sehingga menjadi media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman
TB (Issar, 2003). Minimal luas lubang ventilasi sebesar 10% dari
luas lantai yang terdiri dari ventilasi permanen minimal 5% dan
ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas
lantai(Kenneth, 2009).
b) Sumber Penularan
Satu orang menderita tuberkulosis BTA+ maka 10 orang
beresiko untuk tertular penyakit tersebut dalam radius 300 m2.
Peluang seseorang terinfeksi TB meningkat pada kelompok yang
memiliki intensitas kontak lebih dari 8 jam/hari dengan penderita TB
(Diani, 2011).
4) Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan,
keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan
kesehatan. (Depkes, 2009).
a) Pendapatan
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan
keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-
hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu
juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi
rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah
UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga
mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk
terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis
kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka
kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan
sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru
(Achmadi, 2005).
b) Status Gizi
Orang dengan status gizi kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk
menderita TB Paru berat dibandingkan dengan orang yang status
gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan
berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon
immunologik terhadap penyakit (Depkes, 2009).
Droplet Nuklei
Saluran Nafas
Membentuk sarang primer di
paru
Limfangitis lokal (peradangan saluran getah
bening menuju hilus)
Limfangitis regional
(pembesaran kelenjar getah bening hilus)
Sembuh tanpa cacat
Kompleks primer/ TB primer
Sembuh dengan meninggalkan bekas (sarang ghon, garis
fibrotik, perkapuran)
Menyebar menjadi TB ekstra paru
Ketika imunitas turun terjadi TB post primer
F. Patogenesis Tuberkulosis Paru
Gambar 6. Patogenesis TB (Departemen Kesehatan RI, 2011)
G. Gejala Klinis
1. Gejala Utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama lebih dari 2 minggu
2. Gejala tambahan
a. Dahak bercampur darah
b. Batuk darah
c. Sesak nafas dan nyeri dada
d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringst malam walaupun tanpa
kegiatan dan demam meriang lebih dari sebulan.
H. Diagnosis Tuberkulosis Paru
Gambar 7. Alur Diagnosis TB Paru
(Departemen Kesehatan RI, 2011)
I. Penanganan TB
a. Promotif
1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TB
2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara pen
ularan, cara pencegahan, faktor resiko
3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1) Vaksinasi BCG
2) Menggunakan isoniazid (INH)
3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4) Bila ada gejala-gejala TB segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui
secara dini.
c. Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba
dalam jangka waktu yang lama. Pengobatan TB bertujuan untuk
menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap Obat Anti Tuberkulosis(OAT). Obat OAT terdiri atas Isoniasid
(H), Rimfamicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E). Pengobatan TB
terbagi menjadi tiga kategori :
1) Kategori 1 (2 HRZE/ 4H3R3), Kategori 1 diberikan untuk :
a) Penderita baru BTA positif
b) Penderita BTA negatif/ rontgen positif yang rasa sakit berat dan
ekstra berat (meningitis, TB paru disseminata, perikarditis,
peritonitis, pleuritis, TB paru usus dan genitourinarius).
2) Kategori 2 (2 HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3), Yang termasuk penderita
kategori 2 :
a) Kambuh (relapse) BTA positif.
b) Gagal (failure) BTA positif
c) Kasus DO (drop out) (Departemen Kesehatan RI, 2012).
3) Kategori 3 (2HRZ/ 4H3R3), Yang termasuk penderita kategori 3 :
a) Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
b) Kasus TB ekstra paru selain yang disebut dalam kategori 1
Selain penatalaksanaan secara farmakologis, harus diberikan
edukasi kepada pasien. Edukasi pada pasien TB antara lain :
a) Berhenti merokok.
b) Keteraturan dan kepatuhan memakan obat.
c) Mengenal dan mengetahui hasil dan efek dari pengobatan.
d) Mengenal bahaya penularan penyakit (Departemen Kesehatan RI,
2011).
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. SH adalah seorang pasien yang di
diagnosis TB Paru kasus baru.
1. Aspek Personal
Idea : Pasien mengeluh batuk berdahak, sesak napas, nyeri
dada, keringat dingin malam hari, nafsu makan turun, berat
badan turun. sejak 3 bulan yang lalu.
Concern : Pasien merasa kondisi kesehatanya semakin memburuk
dan kini semakin membaik setelah pengobatan TB rutin
selama 3 bulan terakhir.
Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakit dapat segera sembuh.
Anxiety : Pasien khwatir penyakitnya bertambah parah.
2. Aspek Klinis
Diagnosa : TB Paru kasus baru
Gejala klinis yang muncul : batuk berdahak, sesak napas, nyeri dada,
keringat di malam hari, tidak napsu
makan, berat badan menurun
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit TB, faktor resiko,
penularan, dan pengobatannya.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Pengetahuan Ny. SH akan kesehatan kurang, seperti rumah yang
memenuhi syarat kesehatan.
b. Status sosial ekonomi pasien yang kelas menengah kebawah,
menyebabkan kondisi hunian yang tidak memnuhi kriteria rumah sehat
dan buruknya lingkungan.
c. Pencahayaan, ventilasi, kelembaban, kebersihan dan keadaan lingkungan
rumah yang kurang sehat.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 1, karena pasien dapat melakukan
aktivitas dan pekerjaannya sehari-hari seperti biasanya. Pasien masih dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari yaitu mengepel, memasak, menyapu dan
masih dapat bersosialisasi dengan tetangga sekitar.
B. Saran
1. Memberikan informasi tentang TB paru, penanganan, komplikasi yang
dapat terjadi, serta pencegahan komplikasi
2. Menganjurkan pada keluarga untuk membiasakan pola hidup sehat, serta
skrining keluarga yang berisiko tinggi .
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,M. 2005.Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : Kompas Media
Arifin. 2005. Diagnosis Tuberkulosis dan Faktor Risiko Terkait Wilayah. Available from: URL:http://library.usu.ac.id. (Diakses 20Desember 2012.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Diperoleh dari: http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan, 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Available from: URL: http://www.pppl.depkes.go.id/images_data/Pedoman%20nasional%20TB.pdf .
Diani A, Darmawan B, Nurhamzah W. 2011. Proporsi Infeksi Tuberkulosis dan Gambaran Faktor Risiko Pada Balita yang Tinggal Dalam Satu Rumah Dengan Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa. Sari Pediatri. 13 (1) : 62-69
Elok.2009. Evaluasi Penatalaksanaan Penderita Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di Puskesmas Tahun 2008. 2009. Available from: URL: http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2009-trisdianit-10043&PHPSESSID=7ef6e323a54e817c51a603fa3c103195. (Diakses 18 Desember 2012).
Fahmi Achmadi, Umar. 2005. Manajemen Tuberkulosis Berbasis Wilayah. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : Penerbit Buku Kompas ; 284
Hassmiller, K M. 2006.The Association between smoking and tuberculosis.Salud Publica Med. vol 48 suppl: 1:S201-S216
Issar. 2003. Mycobacterium tuberculosis Pathogenesis and Molecular Determinants of Virulence. Clinical Microbiology Reviews.Vol: 16(3): 463–496.
Jawetz; Melnick; dan Adelbers. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. EGC: Jakarta. 325-327.
Kementerian Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kenneth.2009. Mycobacterium tuberculosis and Tuberculosis available from: URL: http://www.textbookofbacteriology.net/tuberculosis.html.
Notoadmodjo S. 2003 Pendidikan dan perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Retnaningsih, Ekowati. 2010. Model Prediksi Faktor Risiko Infeksi TB Paru Kontak Serumah Untuk Perencanaan Program Di Kabupaten Oku Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010. Palembang: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Sub Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan WHO. 2008. Lembar Fakta Tuberkulosis. Diperoleh dari: http://tbindonesia.or.id/pdf/Lembar_Fakta_TB.pdf.
World Health Organization. 2012. Tuberculosis. Diperoleh dari: http://www.who.int/topics/tuberculosis/en/.
Lampiran
DOKUMENTASI KEGIATAN
Pemeriksaan Pasien
Rumah pasien tampak depan
Ruang tamu
Kamar tidur
Atap rumah
Kamar mandi
WC
Dapur