pum rasyid
-
Upload
rino-bestianta-ginting -
Category
Documents
-
view
634 -
download
9
Transcript of pum rasyid
Program Studi Teknik Sumber Daya Air & Lingkungan
PROPOSAL PUM
PENGARUH KONSENTRASI URIFEM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
SELADA(Lactuca sativa)
Oleh :ABDUL RASYID SIREGAR
07 016 009
PROGRAM STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR DAN LINGKUNGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PAYAKUMBUH
2009
Proyek Usaha Mandiri
Program Studi Teknik Sumber Daya Air & Lingkungan
MENGESAHKAN
Usulan Proyek Usaha Mandiri (PUM)
1. Judul Kegiatan : Pengaruh Konsentrasi Urifem Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Selada
2. Bidang Ilmu : Pengembangan Sumber Daya Air Dan Lahan
3. Nama : Abdul Rasyid Siregar
NBP : 07 016 009
Program Studi : Teknik Sumberdaya Air dan Lingkungan
Jurusan : Teknologi Pertanian
Tanjung Pati, 3 November 2009
Menyetujui
Dosen Penasehat Akademik
( Er Prabawayudha S.Si )
NIP. 132 317 198
Pengusul
( Abdul Rasyid Siregar )
NBP. 07 016 009
Ketua Jurusan Teknologi Pertanian,
Politeknik Pertanian Universitas
Andalas Payakumbuh.
( Ir. Harmailis M.Si )
NIP. 132 093 542
Ketua Program Studi Teknik
Sumberdaya Air dan Lingkungan.
( Ir. Edi Joniarta M.Si )
NIP. 131 790 391
KATA PENGANTAR
Proyek Usaha Mandiri
Program Studi Teknik Sumber Daya Air & Lingkungan
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
laporan Proyek Usaha Mandiri ( PUM ) yang berjudul “PENGARUH
KONSENTRASI URIFEM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI SELADA “ dengan baik. Laporan ini dibuat untuk memenuhi
syarat kurikulum yang ada pada Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian
Universitas Andalas.
Selesainya Laporan Proyek Usaha Mandiri ( PUM ) ini juga tidak terlepas
dari dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan
rasa penghargaan penulis terhadap kepada kedua Orang Tua yang selalu
memberikan dorongan semangat serta memberikan dukungan moril, materil, dan
doa tulusnya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak Er Prabawayudha selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan saran serta penghargaan kepada penulis dalam
pelaksanaan dan penulisan laporan ini :
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa selalu memberikan dukungan dan
do’a restu kepada penulis.
2. Bapak Er Prabawayudha Ssi, selaku Dosen pembimbing.
3. Bapak Ir. Edi Joniarta , selaku dosen pengarah dan membantu dalam
menyelesaikan laporan PUM ini sekaligus sebagai ketua program studi.
Proyek Usaha Mandiri
Program Studi Teknik Sumber Daya Air & Lingkungan
4. Bapak Ir. Harmailis, Msi, selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian
Politeknik Pertanian Universitas Andalas
5. Bapak Ir. Benny Warman, R. MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian
Universitas Andalas
6. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan ini tersusun.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan
ini.
Tanjung Pati, 3 November 2009
Penulis
Proyek Usaha Mandiri
Program Studi Teknik Sumber Daya Air & Lingkungan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1. Nutrisi Urin Sapi...................................................................... 4
2.2. Fungsi Dari Bahan Organik..................................................... 8
2.3. Fertigasi.................................................................................... 10
2.4. Tanaman Selada...................................................................... 11
2.5. EC dan pH Pada Tanaman...................................................... 13
III. METODE ANALISIS...................................................................... 15
IV. METODA PELAKSANAAN ........................................................ 16
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................. 16
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................ 16
3.3. Pelaksanaan Proyek ................................................................ 16
3.3.1. Pembuatan Jaringan Irigasi .......................................... 16
3.3.2. Fermentasi Urin Sapi.................................................... 17
3.3.3. Penanaman Selada......................................................... 17
3.4. Pengamatan............................................................................. 18
V. JADWAL KEGIATAN .................................................................. 19
VI. RINCIAN BIAYA ......................................................................... 20
VII. DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 21
Proyek Usaha Mandiri
Program Studi Teknik Sumber Daya Air & Lingkungan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair
.......................................................................................................... 5
2. Beberapa sifat kimia urine sapi ...................................................... 7
3. Kandungan zat gizi dalam 1000 gr Selada ..................................... 12
4. Jumlah pH dan EC pada beberapa komoditi.................................... 14
5. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ........................................................ 19
6. Rencana biaya kebutuhan alat dan bahan ....................................... 20
Proyek Usaha Mandiri
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Selama ini masih jarang penggunakan urine sapi sebagai pupuk padahal urine
sapi memiliki prospek yang bagus untuk diolah menjadi pupuk cair karena
mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap
seperti N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik.
Dalam pelaksanaan PUM ini dilakukan penelitian tentang pengaruh urin sapi
dengan berbagai konsentrasi. Perbandingan konsentrasi bertujuan untuk melihat
pengaruh perbedaan konsentrasi urin sapi pada pertumbuhan selada.
Sistem budidaya secara organik kini telah menampakkan hasil yang cukup
signifikan pada tingkat peneliti tetapi ditingkat petani masih terbatas yang
menerapkannya. Begitu juga penerapan budidaya secara hidroponik. Hidroponik
adalah teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media
tumbuhnya. Sistem hidroponik pun mempunyai kelemahan dalam pembiayaan awal
dan operasinya. Sehingga hidroponik kurang berkembang dimasyarakat tani.
Menurut hasil laporan Trubus (2002) sistem hidroponik sangat mahal, terutama
untuk pemberian nutrisi tanamanannya (70 % biaya produksi digunakan untuk hal
ini). Dilain pihak produksi yang rendah disebabkan beberapa hal, yaitu banyak
petani yang belum menerapkan cara budidaya yang baik, seperti penggunaan pupuk
yang kurang berimbang, perawatan yang kurang intensif dan salah perhitungan
waktu tanam.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu alternatif
sistem budidaya pertanian pada lahan sempit dengan penggunaan kompos dalam
larutan hara hidroponik untuk mengurangi penggunaan larutan hara buatan secara
1
berlebihan. Di harapkan penggunaan larutan hara buatan menjadi berkurang atau
bahkan dihilangkan, sehingga didapatkan suatu sistem budidaya secara hidroponik
dengan menggunakan larutan hara alami.
Salah satu sayuran yang banyak dibudidayakan dengan menggunakan sistem
hidroponik adalah selada (Lactuca sativa L.). Selain mudah dibudidayakan sayuran
ini juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Selada biasanya dikonsumsi mentah
atau bisa juga dijadikan sebagai penghias hidangan.
Masalah dari pupuk buatan yang digunakan selama ini adalah menyebabkan
rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk buatan yang terus menerus sehingga
perkembangan akar tanaman menjadi tidak sempurna. Hal ini juga akan memberi
dampak terhadap produksi tanaman yang diusahakan pada tanah yang biasa diberikan
pupuk buatan. Begitu juga dari efek sarana produksi terhadap lingkungan telah
banyak dirasakan oleh masyarakat petani, penggunaan pupuk buatan yang terus
menerus menyebabkan ketergantungan dan lahan mereka menjadi lebih sukar untuk
diolah.
Fertigasi merupakan salah satu cara yang sederhana untuk bercocok tanam
pada kondisi lahan tertentu dan juga menjadi salah satu teknologi yang akan sangat
dibutuhkan pada masa yang akan datang. Sistem fertigasi memiliki kegunaan yang
sangat pentingi, adapun kegunaanya adalah sebagai berikut :
Untuk menghemat penggunaan air tanaman
Mengurangi kehilangan air yang begitu cepat akibat penguapan dan
infiltrasi
Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi
(applicator, emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah
2
dan frekuensi yang tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran
tanaman.Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan
dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan
debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan
rendah. Pada irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum dapat
dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara harian
(minimal 12 jam per hari).
1.2. Tujuan
Adpun tujuan dari Proyek Usaha Mandiri adalah:
1. Tujuan PUM
Modal awal membuka usaha sebagai wirausaha
Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan
Untuk memanfaatkan limbah urine sapi yang telah difermentasi sebagai
nutrisi tanaman
Mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek yang
dijalalankan
2. Tujuan penelitian
Mempelajari beberapa sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi
Mengetahui pengaruh nutrisi urifem dengan berbagai konsentrasi
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dalam pertumbuhan masing-
masing kultivar selada (Lactuca sativa L.) dengan berbagai konsentrasi
.
3
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nutrisi Urin sapi
Sistem budidaya secara organik kini telah menampakan hasil yang cukup
signifikan pada tingkat peneliti tetapi ditingkat petani masih terbatas yang
menerapkannya. Begitu juga penerapan budidaya secara hidroponik. Hidroponik
adalah teknik budidaya tanaman tampa menggunakan media tanah sebagai media
tumbuhnya. Sistem hidroponikpun mempunyai kelemahan dalam pembiayaan awal
dan operasinya. Sehingga hidroponikpun kurang berkembang di masyarakat tani.
Menurut hasil laporan Trubus (2002) sistem hidroponik sangat mahal, terutama
untuk pemberian nutrisi tanamanannya (70 % biaya produksi digunakan untuk hal
ini.) . Dilain pihak produksi yang rendah disebabkan beberapa hal, yaitu banyak
petani yang belum menerapkan cara budidaya yang baik, seperti penggunaan pupuk
yang kurang berimbang, perawatan yang kurang intensif dan salah perhitungan
waktu tanam..
Nutrisi alami belum banyak dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat
secara luas, sedangkan untuk pupuk telah lama digunakan petani. Pupuk atau nutrisi
ini berasal dari kotoran hewan, seperti ayam, kambing, kerbau, kuda, babi, dan sapi.
Kotoran tersebut dapat berupa padat dan cair (urine ternak) dengan kandungan zat
hara yang berlainan. Pupuk kandang cair jarang digunakan, padahal kandungan
haranya lebih banyak. Hal ini disebabkan untuk menampung urine ternak lebih susah
repot dan secara estetika kurang baik - bau (Phrimantoro, 1995).
Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap urine sapi, diantaranya
adalah Anty ( 1987 ) melaporkan bahwa urine sapi mengandung zat perangsang
tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA.
4
Karena baunya yang khas urine ternak juga dapat mencegah datangnya
berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi sebagai
pengendalian hama tanaman dari serangan (Phrimantoro, 1995).
Lingga, ( 1991) melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat
pada beberapa kotoran ternak padat dan cair dapat dilihat pada Tabel 1. berikut.
Table 1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair
Nama ternak dan
bentuk kotorannya
Nitrogen
(%)Fosfor (%) Kalium (%)
Air
(%)
Kuda –padat 0.55 0.30 0.40 75
Kuda –cair 1.40 0.02 1.60 90
Kerbau –padat 0.60 0.30 0.34 85
Kerbau –cair 1.00 0.15 1.50 92
Sapi –padat 0.40 0.20 0.10 85
Sapi –cair 1.00 0.50 1.50 92
Kambing –padat 0.60 0.30 0.17 60
Kambing –cair 1.50 0.13 1.80 85
Domba –padat 0.75 0.50 0.45 60
Domba –cair 1.35 0.05 2.10 85
Babi – padat 0.95 0.35 0.40 80
Babi –cair 0.40 0.10 0.45 87
Ayam –padat dan cair 1.00 0.80 0.40 55
Sumber : Lingga, 1991
5
Keunggulan uriferm adalah larut dalam air 100% dan sangat cocok untuk
diaplikasikan pada sistem irigasi mikro, karena tidak akan meninggalkan
sedimen pada sistem jaringan irigasi. Uriferm mengandung semua unsur hara,
baik unsur makro maupun unsur mikro, sehingga kebutuhan tanaman akan
unsur hara dapat dipasok dari uriferm. Uriferm diproses dengan cara yang
sederhana dan tidak membutuhkan peralatan yang khusus dalam proses
pembuatanya. Uriferm dapat disimpan dalam jangka waktu lama dan tidak
menimbulkan pengendapan yang berlebihan waktu dalam penyimpanannya.
Urine sapi hasil fermentasi (Stock solution) mengandung unsur hara dengan
konsentrasi relatif tinggi sebaiknya tidak langsung diberikan ke tanaman, tapi harus
diencerkan lebih dahulu.
Cara pemberian uriferm dapat disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman. Untuk
tanaman yang masih kecil larutan diencerkan 1: 200, sedangkan tanaman yang sudah
besar di encerkan 1 : 100, atau dapat juga di lihat dari nilai pH dan Ec hasil
pengenceran. Nilai pH hasil pengenceran 5,5 – 7. Atau untuk tanaman masih kecil Ec
1 – 1,5 mmhos/cm dan untuk tanaman yang sudah besar Ec 2-3 mmhos/cm.
Urine sapi yang di tampung dari sapi difermentasi secara anaerob dengan
proses sebagai berikut; urine ditakar, dimasukkan dalam jerigen plastik sampai
penuh ditambahkan kotoran sapi yang segar sebagai aktivator, dengan
perbandingan satu liter urine : lima gram kotoran sapi segar kemudian ditutup
rapat (usahakan kedap udara). Selanjutnya dibiarkan selama 7 hari. Urine sapi
hasil fermentasi disebut dengan larutan pupuk (stock solution).
6
Tabel 2. Beberapa sifat kimia urine sapi
Unsur Satuan Non
fermentasi
Fermentasi Encer 1 :
100
Encer 1:
200
pH 5.61 8.30 7.64 6.58
DHL μmhos/cm 3000 20000 1000 980
N mg/l 97.200 120.200 85.302 80.123
P mg/l 0.396 0.457 0.172 0.079
K mg/l 65.102 112.301 58.412 25.487
Ca mg/l 0.140 2.000 0.122 0.081
Na mg/l 57.101 62.912 54.219 35.210
Mg mg/l 0.515 0.726 0.462 0.311
B mg/l 0.084 0.092 0.068 0.021
Cl mg/l 1404.561 3323.97 154.952 90.124
Sumber : Naswir (2008)
Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob
yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke subtrat organik
(Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan bahwa fermentasi dapat
terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada subtrat
organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut.
Joo. Y.H (1990). Melaporkan bahwa teknologi fermentasi anaerob untuk
skala petani telah banyak dikembangkan, dimana hasilnya pupuk kandang
dikonversikan tidak hanya dalam bentuk pupuk organik cair yang bagus tetapi juga
dalam bentuk biogas yang berenergi tinggi.
7
Prinsip dari fermentasi anaerob ini adalah bahan limbah organik dihancurkan
oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi
anaerob.
Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk fermentasi anaerob telah
dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu
bakteri fakultatif yang mengkonversi sellulola menjadi glukosa selama proses
dekomposisi awal dan bakteri obligate yang respon dalam proses dekomposisi akhir
dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif
energi pedesaaan.( Joo, 1990).
2.2. Fungsi dari bahan organik
Bahan organik tanah meliputi semua jenis lapisan tanaman dan sisa hewan.
Bahan organik ini akan berganti menjadi humus apabila telah dipisahkan menjadi
komponen yang aktif di tanah. Di dalam tanah bahan organik secara garis besarnya
berfungsi sebagai fisik, kimia dan biologi tanah. (S.C. Hsieh dan C.F. Hsieh.,1987)
Senyawa organik karbon adalah sumber energi yang dibutuhkan organisme
untuk melakukan aktivitasnya . Senyawa organik dengan perbandingan C/N yang ada
dalam tanah dapat digunakan untuk merangsang penyebaran nutrisi yang sulit masuk
ke dalam tubuh mikroorganisme karena kekurangan nitrogen dalam tanah. Dengan
perbandingan seimbang banyak mikroorganisme yang mati dan terurai kembali
menjadi unsur-unsur nutrisi untuk kesuburan tanah (Sc Hsieh, 1990)
Pupuk Organik mempunyai banyak manfaat apabila diaplikasikan dalam
pemupukan lahan tanaman pertanian. Adapun penekanan pemakaian pupuk organik
secara kontinu dan berkesinambungan akan memberikan keuntungan dan manfaat
dalam pemakaian jangka panjang:
8
1. Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan
kontinu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai
hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan.
2. Pupuk organik membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tekanan
atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman
3. Pupuk organik sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah
yang merupakan lapisan mengandung banyak hara.
4. Pemakaian pupuk organik juga berperan penting dalam merawat/menjaga
tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaaan berlebihan pemupukan
dengan pupuk anorganik/kimia dalam tanah.
5. Pupuk organik berperan positif dalam menjaga kehilangan secara luas hara
Nitrogen dan Fosfor terlarut dalam tanah
Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu
dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga
menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan. Oleh karena itu sekarang
ini penggunaan pupuk organik digalakkan pemakaiannya di kalangan petani. Pupuk
organik ada dua macam, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Salah satu
bahan dasar pembuat pupuk organik cair adalah urine sapi perah. Kelemahan pupuk
organik cair dari urine sapi perah adalah kurangnya kandungan unsur hara yang
dimiliki.
Kelemahan pupuk organik cair dari urine sapi perah adalah kurangnya
kandungan unsur hara yang dimiliki. Produk utama dari sapi adalah daging, oleh
karena itu peternak selalu menginginkan cara penggemukan sapi yang lebih efektif
sehingga pertumbuhan sapi tidak makan waktu lama dapat memberikan penghasilan
dengan keuntungan yang memuaskan. Sementara, faeces dan urine (air kencing), yang
selama ini dibuang, karena dianggap kotor dan bau ternyata dapat dimanfaatkan
menjadi pupuk tanaman. Tapi, juga menghasilkan limbah ikutan berupa tinja dan
9
urine. Sebagai limbah organik mengandung lemak, protein dan karbohidrat, apabila
tak ditangani dengan baik, berpotensi jadi sumber pencemaran lingkungan. Kotoran
sapi dapat dijadikan pupuk kandang yang gunanya dapat menyuburkan tanaman
hortikultura, seperti mentimun, kacang panjang, terong, cabai, dan terutama melon.
Sementara itu, urine sapi yang sudah diolah dapat menjadi obat semprot tanaman
setelah diramu dengan campuran tertentu.
2.3. Fertigasi.
Cara pemupukan yang umum dilakukan adalah disebar dipermukaan tanah,
dibenam di dalam tanah, disemprot pada daun, atau melalui air irigasi yang biasa
disebut fertigasi ( Plaster, 1992). Cara terakhir dipandang lebih efisien mengingat
pemupukan dengan cara ditebar dipermukaan tanah ternyata banyak terbuang dan
pembenaman pupuk padatan memerlukan lebih banyak air dan waktu untuk dapat
diserap tanaman.
Fertigasi banyak dikembangkan melalui sistem irigasi curah, irigasi pancaran
dan irigasi tetes dengan hasil yang memuaskan, yakni dapat menghemat pupuk,
tenaga, dan jumlah serta waktu pemberian dapat disesuaikan dengan kebutuhan
nutrisi.
Untuk pengebangan teknologi irigasi dan pengelolaan air di tingkat usahatani
yang lebih efisien serta penggunaan sumber daya yang ramah lingkungan, telah
dirancang sistem fertigasi mikro. Teknologi sistem fertigasi mikro adalah teknologi
irigasi dan teknologi pemupukan dimana pemakaian air dan pupuk langsung diberikan
secara bersamaan secara lambat dan teratur yang langsung diberikan ke daerah
perakaran melalui rancangan jaringan pipa plastik yang ekonomis dengan debit
penetes yang rendah sehingga hemat dalam pemakaian air dan efisien dalam
penggunaan pupuk (Naswir, 2008)
10
Teknologi sistem fertigasi mikro adalah teknologi irigasi dan teknologi
pemupukan dimana pemakaian air dan pupuk langsung diberikan secara bersamaan
secara lambat dan teratur yang langsung diberikan ke daerah perakaran melalui
rancangan jaringan pipa plastik yang ekonomis dengan debit penetes yang rendah
sehingga hemat dalam pemakaian air dan efisien dalam penggunaan pupuk (Naswir,
2008).
2.4 . Tanaman Selada
Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah
beriklim sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad.
Produksi selada dunia diperkirakan sekitar 3 juta ton,yang ditanam pada lebih dari
300.000 ha lahan. Selada mempunyai kandungan mineral, termasuk iodium, fosfor,
besi, tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan, dan pottsaium, sehingga selada
mempunyai khasiat terbaik dalam menjaga keseimbangan tubuh. Kulit luar yang hijau
adalah yang paling baik. Dimasak perlahan-lahan selama 15 menit merupakan obat
penderita insomnia.
Menurut Ashari (1995), tanaman selada terdiri dari beberapa jenis antara lain :
1. Selada telur atau kropsla var. capitata Jenis ini paling banyak
dibudidayakan, ciri tanaman ini membentuk krop sangat padat.
2. Selada umbi var. longifolia daunnya roset, berbentuk silindris,
lonjong atau bulat telur, tumbuh tegak dan teksturnya kasar. Jenis ini pada
umumnya melipat daunnya yang berbentuk jantung.
3. Selada daun atau selada keriting var. crispa. Varietas ini kurang
membentuk krop, tekstur daunnya sama dengan var. capitata, namun berbeda
dalam kemampuan membentuk krop dan umumnya daunnya keriting. 4). Selada
11
asparagus var. asparagina Bailey, biasanya di konsumsi tangkai daun, tekstur
daunnya kasar, kurang baik untuk salad, jenis ini banyak ditanam di Cina.
2.4.1. Syarat tumbuh
Tanaman selada tumbuh baik di daerah yang mempunyai udara sejuk,
sehingga cocok ditanam di dataran tinggi. Bila ditanam di dataran rendah memerlukan
pemeliharaan intensif dan cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Tanaman
selada kurang tahan terhadap sinar matahari langsung, sehingga memerlukan naungan
(Nazarudin, 2000).
Daerah yang cocok untuk penanaman selada pada ketinggian sekitar 500 -
2000 m dpl dan suhu rata-rata 15 °C – 20 °C, curah hujan antara 1000 - 1500 mm per
tahun dan kelembaban 60 – 100 % (Pracaya, 2002), pH yang dikehendaki tanaman
selada sebaiknya netral (6,5 - 7), apabila terlalu masam daun selada menjadi kuning.
(Suprayitna,1996).
Tabel 3. Kandungan zat gizi dalam 1000 gr Selada
Zat Gizi KandunganProtein
Lemak
Karbohidrat
Ca
P
Fe
Vitamin A
Vitamin B
Vitamin C
1.2 gr
0.2 gr
2.9 gr
22.0 mg
25.0 mg
0.5 gr
162 mg
0.04 gr
8.0 gr
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979
12
Tanaman selada dapat tumbuh didataran tinggi maupun dataran rendah,
Namun tanaman selada lebih baik diusahakan didataran tinggi, didataran sedang
hingga rendah pertumbuhannya kurang baik dan tidak menghasilkan krop. Ditempat
yang sangat dingin selada juga cepat berbunga. Suhu udara optimum untuk
pertumbuhannya adalah 15-20o C.
Tanaman ini umummnya ditanam pada penghujung musim penghujan, kerena
termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau, tanaman ini
memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan terhadap kehujanan,
tanaman selada tidak tahan terhadap sengatan matahari yang terlalu panas. Tanaman
selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung humus. Tanah
yang banyak mengandung pasir dan lumpur sangat baik sekali untuk pertumbuhanya.
2.5. EC dan pH Pada Tanaman
Untuk dapat bertumbuh dan berkembangnya tanaman, maka diperlukan
beberapa faktor pendukungnya, diantaranya air dan hara bagi tanaman. Keterkaitan
antara hara dan air inilah sangat penting bagi tanaman, jika banyak air tanpa hara,
maka tanaman juga tidak dapat tumbuh dengan maksimal, sebaliknya kebanyakan
hara tanpa air juga menghambat tanaman karena hara tidak memiliki pelarut. Hara
yang terlarut ini memiliki kemampuan untuk menghantarkan listrik. Semakin banyak
hara terlarut maka akan semakin tinggi juga kemampuan menghantarkan listrik.
Kondisi ini sering dikenal dengan istilah kegaraman (salinitas). Karena hara yang
berupa pupuk merupakan garam-garaman, maka sangat penting untuk mengetahui
kemampuan daya hantar listriknya, air yang murni tidak boleh mengalirkan arus
listrik, EC = 0. Semakin tinggi kandungan garam, semakin tinggi nilai E.C. hal ini
13
biasanya dapat dideteksi dengan menggunakan EC-meter. Besar kecilnya nilai EC
pada alat menunjukkan tingkat kegaraman.
Tabel 4. Jumlah pH dan EC pada beberapa komoditi
Tanaman pH EC
Brokoli 6.0-6.8 3.0-3.5Kubis 6.5-7.0 2.5-3.0Kubis bunga 6.5-7.0 1.5-2.0Seledri 6.0-6.5 2.5-3.0Mentimun 5.5-6.0 1.0-25Lettuce 6.0-6.5 2.0-3.0Bayam 6.0-7.0 1.4-1.8Terung Jepang 5.8-6.2 2.5-3.5Tomat 5.5-6.5 1.2-5.0Melon 5.5-6.0 2.0-2.5Apel 6.8-7.5 2.2-3.0Stroberi 6.0-6.5 1.4-2.0Semangka 5.8-6.2 1.7-2.5
III. METODE ANALISIS
14
Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh untuk melihat pengaruh konsentrasi urine sapi yang telah difermentasi
terhadap pertumbuhan tanaman selada. Pengaruh konsentrasi urin sapi ditinjau dari
segi kualitatif, yaitu konsentrasi urin sapi yang kadar nutrisi nya paling tinggi.
Macam konsentrasi yaitu :
Konsentrasi 1 : 50
Konsentrasi 1 : 100
Konsentrasi 1 : 150
Konsentrasi 1 : 200
Konsentrasi 1 : 250
Dengan mengetahui konsentrasi urin sapi yang paling baik diharapkan dapat
meningkatkan produksi pertanian dan menjadi alternatif pupuk organik cair bagi
petani.
IV. METODE PELAKSANAAN
15
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan PUM (proyek usaha mandiri)akan dilakukan dirumah kaca kampus
Politeknik Pertanian Universitas Andalas selama empat bulan. Yaitu pada bulan
November sampai Februari.
3.2. Alat dan Bahan yang digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah :
1. Tong
2. Urin sapi
3. Benih selada
4. Tali rafia
5. Pipa lateral
6. Emiter
3.3. Pelaksanaan Proyek
3.3.1. Jaringan irigasi
Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit. Komponennya utama
adalah pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang berdiameter lebih besar
digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa
tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi
lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman dengan jarak sesuai jarak antar
tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air, juga
dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, tidak lupa pipa konektor untuk
sambungan.
Dalam pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri irigasi yang digunakan adalah
sistem irigasi tetes satu lajur. Irigasi tetes sederhana satu lajur yang dirancang
terdiri dari tangki penyimpan air yang diletakkan 0,5 meter di atas permukaan
16
tanah. Tangki penampung air terbuat dari ember atau tong, yang mempunyai
kapasitas sekitar 20 liter. Di tangki air dipasangkan stopkran dan pipa lateral
yang terbuat dari PVC hose warna hitam ¼ inci sepanjang 11 meter. Air
diteteskan melalui penetes yang berupa pipa plastik hitam dengan diameter
dalam 0,5 mm sepanjang 60 cm dan ditancapkan dengan jarak 30 cm
disepanjang lateral. Masing-masing penetes dilengkapi dengan tongkat
pengatur agar ujung penetes tidak menempel dengan tanah. Tongkat pengatur
terbuat dari plastik dengan panjang 12 cm. Sistem irigasi tetes satu lajur untuk
33 populasi tanaman dengan luas lahan 10 m2.
3.3.2. Fermentasi urin sapi
Urine sapi yang di tampung dari sapi difermentasi secara anaerob
dengan proses sebagai berikut; urine ditakar, dimasukkan dalam jerigen plastik
sampai penuh ditambahkan kotoran sapi yang segar sebagai aktivator, dengan
perbandingan satu liter urine : lima gram kotoran sapi segar kemudian ditutup
rapat (usahakan kedap udara). Selanjutnya dibiarkan selama 7 hari. Urine sapi
hasil fermentasi disebut dengan larutan pupuk (stock solution).
3.3.3. Penanaman Selada
a. Persemaian
Media semai yang dipakai adalah rockwool yang dipotong dengan ukuran 2,5 x
2,5 x 2,5 cm dan disusun di atas baki plastik. Tiap media semai ditanami satu benih
selada, kemudian media semai disiram dengan air bersih sampai basah. Tempat
persemaian ditutup dengan baki plastik selama ± 24 jam untuk mempercepat
17
perkecambahannya. Setelah benih berkecambah, baki plastik penutup dibuka dan
persemaian dibiarkan terkena sinar matahari. Posisi wadah semai di putar seperlunya
untuk menghindari agar tanaman tidak tumbuh condong ke satu arah.
b. Penanaman
Setelah bibit berumur 5 hari, bibit siap dipindah tanam ke dalam polibag
yang telah dirancang pada sistem irigasi tetes.
3.4. Pengamatan
Tinggi tanaman: pada umur 5, 10, 15, 20, 25, 30 dan 35 hari setelah tanam
(HST). Dilakukan pengukuran tinggi tanaman. Pengamatan ini bertujuan
untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman. Bagian yang di ukur mulai dari
pangkal batang sampai pada bagian yang tertinggi dari tanaman.
Banyaknya daun: pada umur 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 HST dilakukan
perhitungan banyaknya daun. Kotiledon dan kuncup daun yang belum mekar
sempurna tidak dihitung.
Pengukuran EC dan pH nutrisi, yang diukur adalah EC dan pH nutrisi sebelum
diberikan ketanaman yang dilakukan setiap pemberian nutrisi pada tanaman
dan setelah nutrisi tersebut keluar pada media.
V. JADWAL KEGIATAN
18
Kegiatan ini dilakukan selama empat Bulan, yaitu pada bulan Desember
sampai Februarir yang dilaksanakan dilingkungan kampus Politeknik Pertanian
Universitas Andalas Payakumbuh.
KEGIATAN
JADWAL PELAKSANAAN ( BULAN )
NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
PERSIAPAN
Penyiapan Lahan
Penyiapan Bibit
FERMENTASI
URIN SAPI
PENANAMAN
PEMBERIAN
NUTRISI
PENGAMATAN
PEMBUATAN
LAPORAN
REVISI
UJIAN
VI. RENCANA BIAYA
19
Tabel 4. Rencana biaya kebutuhan alat dan bahan
Biaya alat dan bahan
No Bahan
Jumlah
Kebutuhan
Harga Satuan
(Rp) Biaya(Rp)
1 Urin Sapi 100 liter Rp. 1500 Rp. 150.000
2 Benih selada 1 Bungkus Rp. 30.000 Rp. 30.000
3 Tong 5 Buah Rp. 30.000 Rp. 150.000
4 Pipa lateral 1 Buah Rp. 60.000 Rp. 60.000
4 Emiter 2 Buah Rp. 6.000 Rp. 12.000
Jumlah Rp. 402.000
Biaya transportasi Rp. 50.000
Biaya lain – lain Rp. 50.000
Jumlah Rp. 100.000
Total Biaya
No Kebutuhan Biaya Total
1 Biaya Habis Pakai Rp. 402.000
2 Biaya transportasi Rp. 50.000
3 Biaya Lain-Lain Rp. 50.000
Jumlah Rp. 502.000
VII. DAFTAR PUSTAKA
20
Agustiawan. 2006. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Mikro Majemuk Bentuk Kelat
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Kultivar Selada (Lactuca sativa L.)
dalam Sistem Hidroponik Rakit Apung. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Djuanda. Bogor.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Haryanto, E., S, Tina., dan R, Restu. 2003. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Izzati, I.R. 2006. Penggunaan Pupuk Majemuk sebagai Sumber Hara pada Budidaya
Selada (Lactuca Sativa L.) secara Hidroponik dengan Tiga Cara Fertigasi.
Skripisi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Mayer B. 2001. Assessment of and Selection Criteria for Irrigation Methods using
PVPS. Di dalam: GTZ Seminar. Design and Simulation of PVPS. Eschborn,
1-5 Nov 2001. Eschborn: GTZ. 31 hlm.
M.T. Rinsema, 1981. Pupuk dan Cara Pemupukan, Bhratara Karya Aksara, Jakarta .
Naswir. 2008. Rancangan Sistem Fertigasi Mikro Untuk Menunjang Pertanian Lahan
Sempit. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Panggabean D, Naswir, Oktoyournal. 2004. Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui
Vertikultur dan Pemanfaatan Urine Sapi yang telah Difermentasi Sebagai
Nutrisi. Di dalam: Prosiding Seminar Sehari Hasil-hasil Penelitian Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh; Payakumbuh, 4 Mar 2004. Payakumbuh:
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. hlm 184-197. ISBN 979-98691-0-2.
Slamet Soeseno. 1978. Hidrophonic, Majalah Intisari, hal 80 – 86.
21