Long case jiwa .docx

31
Long Case SKIZOFRENIA PARANOID Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Diajukan Kepada : dr. Rukmi Kusningsih, Sp.KJ Disusun oleh : Mulika Ade Fitria N. 20070310064

description

stani

Transcript of Long case jiwa .docx

Page 1: Long case jiwa .docx

Long Case

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada :

dr. Rukmi Kusningsih, Sp.KJ

Disusun oleh :

Mulika Ade Fitria N.

20070310064

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

Page 2: Long case jiwa .docx

HALAMAN PENGESAHAN

LONG CASE

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun oleh:

Mulika Ade Fitria N

20070310064

Telah dipresentasikan pada:

Tanggal : Febuari 2013

Tempat : RS GRHASIA

Menyetujui dan mengesahkan,

Dosen pembimbing

dr. Rukmi Kusningsih, Sp.KJ

Page 3: Long case jiwa .docx

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. EH

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 42 tahun

Alamat : Kembang Arum, Banjaran 03/33 Donokerto, Turi, Sleman

Status : Janda

Pendidikan : S1 Pertanian

Pekerjaan : Tidak bekerja

Suku : Jawa

Agama : Islam

Datang ke RSG : 08 Febuari 2013

NRM : 047299

Bangsal : Sinta

B. ANAMNESIS

1. ALLOANAMNESIS

Dari Rekam Medis

1) Keluhan Utama : marah-marah dan mengamuk

2) Riwayat Penyakit Sekarang :

- Kronologis : ± 5 HSMRS Os mengalami peningkatan gejala, mulai sulit minum

obat, tiba-tiba mengamuk, tidur (+) tetapi sering terbangun, tidak mau mandi.

- Mendadak / perlahan – lahan : perlahan – lahan

- Resiko mencederai diri sendiri : disangkal

3) Faktor yang mendahului :

- Stressor psikososial : tidak jelas

- Faktor Organik : disangkal

4) Riwayat gangguan sebelumnya :

- Riwayat gangguan jiwa sebelumnya & riwayat pengobatan :

Page 4: Long case jiwa .docx

Gangguan jiwa sudah lebih dari 10 tahun, pernah dirawat di Puri Nirmala 2 kali

dan di RSJ Magelang 2x.

- Riwayat gangguan fisik sebelumnya & riwayat pengobatan : disangkal

5) Riwayat penyalahgunaan obat & alkohol : disangkal

6) Riwayat kehidupan pribadi :

- Kepribadian premorbid : pendiam, tertutup.

- Riwayat pendidikan : S1 pertanian.

- Riwayat perkawinan : cerai, tidak punya anak

- Riwayat kehidupan pribadi lain ( riwayat kelahiran, masa anak & remaja,

riwayat psikoseksual, hubungan dengan keluarga ) : disangkal

- Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga : disangkal

Alloanamnesis dari hasil Home Visit

Dilakukan tanggal 15 Febuari 2013, diperoleh dari orangtua dan adik pasien di

tempat tinggal pasien.

Sumber Anamnesis

Identitas Sumber 1 Sumber 2 Sumber 3

Nama Bp. S Ny. J R

Alamat Sda Sda Sda

Pendidikan S2 SMP S1

Pekerjaan Pensiunan Ibu Rumah

Tangga

Ibu Rumah

Tangga

Umur 68 64 35

Hubungan Ayah Kandung Ibu Kandung Adik Kandung

Lama kenal Sejak kecil Sejak kecil Sejak kecil

Sifat Kenal Akrab Akrab Akrab

1) Keluhan Utama : mengamuk

2) Riwayat penyakit sekarang :

Perubahan tingkah laku pada pasien terjadi sejak tahun 1992 saat pasien kuliah

semester 4. Awalnya pasien adalah anak yang baik dan menurut pada kedua

orangtuanya. Sejak terjadi perubahan tingkah laku tersebut pasien menjadi sering

marah kepada orang-orang yang ada dirumah, menjadi sangat pendiam, sering

Page 5: Long case jiwa .docx

mengurung diri didalam kamar, lebih mudah tersinggung. Terkadang disaat diam,

pasien sering senyum-senyum sendirian. Keluarga mengaku pasien mengalami

perubahan sejak mengikuti pengajian NII yang diajak oleh seorang teman

kampusnya. Pengajian tersebut diikuti oleh pasien kurang lebih 8 bulan. Setelah

mengikuti pengajian tersebut perilaku pasien berubah menjadi aneh seperti jarang

melakukan kewajiban seperti sholat dan mengaji dan berani membentak orang tua.

Menurut orang tuanya, dalam pengajian NII tersebut ajaran-ajaran yang diberikan

salah dan dilakukan oleh pasien sehingga dari perilaku tersebut orang tua

mengetahui anaknya mengikuti pengajian dan akhirnya orang tua melarang untuk

mengikuti pengajian lagi dan menjauhkan dari temannya tersebut. Hal tersebut

membuat pasien semakin sering marah kepada anggota keluarganya, berdiam diri

didalam kamar, malas untuk beraktivitas dan semakin lama pasien menjadi tidak

pernah berkomunikasi dengan orang rumah, tidak mau kuliah, tidak mau makan

dan minum, tidak mau mandi, terkadang berbicara sendiri dan senyum-senyum

sendiri. Selain itu, keluarga juga mengatakan pasien sering dibisiki oleh suara-suara

dan bisa melihat yang gaib.

Dari perubahan tingkah laku tersebut pasien dibawa ke RS Bethesda dan

akhirnya dirujuk ke RSJ Magelang dan rawat inap hingga 2 kali. Karena terlalu

jauh pasien kontrol ke dr. Sp.KJ yang ada di jogja dan apabila sering mengamuk di

rumah pasien dibawa rawat inap ke Puri Nirmala. Sejak mengalami mengalami

gangguan jiwa ini, aktivitas sehari-hari pasien hanya di dalam kamar, menulis di

kertas-kertas kecil, dan sedikit membantu pekerjaan rumah tangga seperti mencuci

piring dan baju. Sejak awal mengalami perubahan tingkah laku, pasien tidak pernah

mengalami kesembuhan. Pasien tetap susah untuk bersosialisasi dengan orang lain

dan susah untuk mengontrol emosi.

Setahun terakhir pasien sering kontrol ke RS Grhasia karena orang tua merasa

lebih dekat. Sehari-hari pasien rutin dalam minum obat dan menurut pengakuan

keluarga apabila tidak minum pasien merasa pusing. Sebelum rawat inap ini,

beberapa hari pasien lebih mudah tersinggung, sering didalam kamar, tidak mau

mandi dan pasien tidak mau minum obat ± 5 hari. HSMRS pasien tiba-tiba

mengamuk kepada neneknya dan memukul adik perempuannya akhirnya dibawa ke

RS Grhasia untuk rawat inap.

Page 6: Long case jiwa .docx

3) Alloanamnesis Sistem

a. Sistem saraf pusat : penurunan kesadaran (-), kejang (-), tremor (-)

b. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-)

c. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), pilek (-)

d. Sistem gastrointestinal : muntah (-), mual (-), diare (-), konstipasi (-)

e. Sistem urogenital : BAK normal

f. Sistem muskuloskeletal : gerakan bebas, kesemutan (-), pegal (-)

g. Sistem integumentum : pucat (-), kuning (-), kulit kemerahan (-)

4) Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat penyakit serupa sebelumnya

Sejak tahun 1992 pasien mulai mengalami perubahan tingkah laku. Pernah

dirawat di Puri Nirmala 2 kali dan di RSJ Magelang 2x sebelumnya karena

gejala yang sama.

b. Riwayat sakit berat

Tidak ada

c. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Tidak

5) Riwayat Keluarga

a. Pola Asuh Keluarga

Pasien adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Pasien adalah anak yang

diharapkan setelah 1 tahun menikah. Menurut orang tua, pasien merupakan

anak yang baik, rajin beribadah, penurut dan tidak pernah bertingkah yang

aneh akan tetapi pasien tergolong anak yang pendiam dibanding dengan adik-

adiknya. Pasien juga mempunyai teman yang relatif lebih sedikit daripada ke 3

adiknya. Sejak kecil, pasien selalu mendapatkan apa yang dimintanya. Pasien

dekat dengan kedua orang tuanya akan tetapi tidak pernah menceritakan

masalah yang terjadi pada dirinya. Orang tua tidak mengetahui kepada siapa

pasien bercerita. Orang tuanya juga tidak pernah mengekang atau memarahi

bahkan memukul anaknya. Apabila pasien melakukan kesalahan, orang tua

hanya menegurnya. Hubungan pasien dengan ke 3 adiknya baik, selalu

membimbing dan tidak pernah memarahi adik-adiknya.

Page 7: Long case jiwa .docx

b. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada gejala atau sakit serupa pada anggota keluarga

c. Genogram

Keterangan :

: laki-laki : pasien

: perempuan : meninggal

: cerai

6) Riwayat Pribadi

a. Riwayat Kelahiran

Riwayat kehamilan dan kelahiran pasien tidak ada kelainan dan ditolong

oleh bidan desa. Riwayat kehamilan dikehendaki dan ibu tidak pernah

mengalami sakit selama hamil.

b. Riwayat Perkembangan Mental

Pasien tidak mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya. Pasien

diasuh oleh ke dua orang tuanya. Pasien merupakan anak yang agak pendiam

meskipun mudah bergaul tetapi jarang bercerita kepada kedua orangtuanya.

Page 8: Long case jiwa .docx

Setiap ada masalah jarang dibicarakan dan sering dipendam serta diselesaikan

sendiri oleh pasien. Pasien lebih sering menulis untuk mengutarakan isi

pikirannya.

c. Perkembangan Awal ( 0-3 tahun )

Pasien diasuh oleh orangtuanya. Pasien diberikan ASI eksklusif hingga

umur 4 bulan. Umur 5 bulan mulai diberikan makanan tambahan. Pasien

mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia. Saat pasien

kecil, pasien tinggal bersama kedua orangtuanya dan kakek nenek dari ibunya.

Tidak ada keterlambatan dalam perkembangan motorik pasien. Pasien tidak

mengalami kesulitan dalam pemberian makanan. Pasien juga tidak pernah sakit

parah saat kecil. Pasien mudah untuk berinteraksi dengan orang baru

disekitarnya.

d. Perkembangan Pertengahan ( 3-11 tahun )

Pasien bersekolah TK sampai SD. Pasien tergolong anak yang cukup pintar

di sekolahnya. Pasien sering mendapat ranking 10 besar dan dapat mengikuti

pelajaran dengan baik. Pasien mudah untuk bergaul dan jarang bertengkar

dengan temannya. Dilingkungan rumahnya pasien sering berinteraksi dengan

anak-anak disekitar rumahnya. Kegiatan keagamaan sering diikuti oleh pasien

seperti ke masjid dan mengaji.

e. Perkembangan Masa Anak – Anak Akhir ( 11-18 tahun )

Pasien melanjutkan pendidikannya hingga SMA. Pasien tetap merupakan

anak yang cukup pandai di sekolahnya dan dapat mengikuti pelajaran dengan

baik. Selama pendidikan, pasien tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi.

Pasien rajin dalam melakukan kegiatan keagamaan. Saat menginjak remaja

pasien jarang untuk berinteraksi dengan tetangganya. Teman pasien juga tidak

terlalu banyak seperti ketiga adiknya.

f. Perkembangan Masa Dewasa ( >18 tahun )

Setelah lulus SMA, pasien melanjutkan kuliah S1 pertanian. Sepengetahuan

keluarganya, saat kuliah pasien hanya memiliki 1 teman dekat. Saat semester 4,

teman dekatnya mengajak pasien untuk mengikuti pengajian NII yang akhirnya

mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku hingga saat ini. Meskipun sudah

mengalami gangguan jiwa, pasien tetap dipaksa oleh keluarganya untuk tetap

Page 9: Long case jiwa .docx

melanjutkan kuliah meski sempat terhenti ± 2 tahun untuk pengobatan dan

akhirnya lulus dengan waktu 10 tahun dengan IPK yang lumayan (> 2,5).

Orang tua tidak mengetahui sejak kapan dan dengan siapa pasien tertarik

dengan lawan jenisnya.

a) Riwayat Pendidikan

Pasien tidak pernah tinggal kelas semasa sekolahnya.

b) Riwayat Pekerjaan

Setelah lulus kuliah, pasien tidak mau bekerja dan hanya berdiam diri di

rumah dan sedikit membantu pekerjaan rumah tangga.

c) Riwayat Keagamaan

Sebelum sakit, pasien merupakan orang yang rajin beribadah. Sejak kecil

sering melakukan kegiatan keagamaan di masjid, rutin menjalankan kewajiban

dan berusaha untuk menjalankan sunah agama.

d) Riwayat Perkawinan

Tidak lama setelah lulus dari kuliah, orangtuanya menjodohkan pasien

dengan seorang laki-laki tetangga desa dan akhirnya menikah. Saat

perkawinan, pasien dan suaminya tinggal jauh dari kedua orangtuanya (di

Solo). Saat perkawinan, suaminya hanya membiarkan pasien, pasien sering

ditinggal sendirian di rumah. Perkawinan tersebut hanya bertahan 2 tahun dan

tidak dikaruniai anak.

e) Riwayat Kehidupan Emosional

Pada saat ada masalah, pasien tidak pernah bercerita dengan anggota

keluarganya termasuk kepada orang tuanya dan adiknya. Keluarga tidak

mengetahui teman curhat pasien akan tetapi pasien sering menulis dalam kertas

maupun buku. Pasien selalu menyimpan masalah itu sendiri dan berusaha

untuk mengatasinya sendiri. Setelah sakit, apabila tidak sesuai dengan

keinginannya pasien hanya berdiam diri dikamar dan tidak mau berkomunikasi

dengan orang rumah dan lama kelamaan menjadi mengamuk hebat hingga

memukul atau membanting barang.

g. Hubungan Sosial

Sebelum sakit, hubungan sosial pasien dengan warga sekitar cukup baik

meskipun tidak pernah mengikuti kegiatan dikampungnya.

Page 10: Long case jiwa .docx

h. Kebiasaan

Ketika os tidak sedang muncul gejalanya, pasien mau membantu

mengerjakan pekerjaan di rumah meskipun hanya mencuci piring dan mencuci

baju. Setiap hari pasien memiliki kebiasaan menulis isi pikirannya dalam kertas

kecil yang ditempel-tempelkan dikamarnya.

i. Status Sosial Ekonomi

Pasien dibesarkan dalam keluarga dengan ekonomi yang cukup. Ayah

pasien adalah seorang pensiunan PNS dan masih sering mendapat pekerjaan

panggilan di luar jawa. Keluarga pasien selalu mencoba memenuhi kebutuhan

pasien.

7) Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis

Alloanamnesis secara umum cukup dapat dipercaya karena diperoleh dari

orang tua dan adik pasien yang sangat mengenal pasien dari kecil sampai

sekarang.

Autoanamnesis tgl 13 Februari 2013

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengaku dibawa ke RS Grhasia oleh ayah dan adiknya. Pasien tidak

mengetahui alasan kenapa dibawa ke RS Grhasia. Pasien hanya mengatakan bahwa

awalnya diajak jalan-jalan oleh ayah dan adiknya tetapi akhirnya dibawa ke RS

Grhasia. Pasien tidak mengakui bahwa dirinya sakit.

Pasien mengatakan tinggal bersama ayah, ibu, kedua neneknya dan adiknya.

Ayahnya adalah seorang pensiunan dosen UPN yang mash sering mendapat

panggilan ke luar jawa untuk meneliti pertambangan. Pasien mengaku lulusan S1

pertanian UPN. Setelah lulus pasien mengaku tidak mau bekerja karena malas. Ibu

pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Di rumah pasien mengaku sering

membantu pekerjaan rumah tangga dan berbelanja.

Pasien mengaku bahwa dirumah mengamuk kepada anggota keluarganya karena

merasa simbah putrinya masuk kedalam badannya dan menyuruhnya untuk

mengamuk kepada orang rumah. Pasien merasa sampai saat ini, simbah putrinya

sering membisikki dan memanggil pasien untuk mengajak berbicara. Pasien juga

merasa simbah putrinya mengikuti pasien hingga di RSG. Terkadang simbah

putrinya bisa masuk kedalam badannya dan mengendalikan pikiran pasien. Pasien

Page 11: Long case jiwa .docx

menyangkal pikirannya seperti disedot dari luar hingga pikiran kosong. Pasien

merasa orang-orang disekitarnya sering membicarakan dia, ingin mencelakai

dirinya dan tidak suka dengan tingkah lakunya. Pasien tidak merasa seperti da yang

mengejar-ngerjar psien dan menyangkal memiliki kelebihan dibandingkan dengan

orang lain. Pasien juga menyangkal dapat melakukan telepati. Selain itu, pasien

juga merasa benda-benda besar seperti pohon, tempat tidur berubah menjadi hantu.

C. PEMERIKSAAN PSIKIATRI

Tanggal 8 Februari 2013

Kesan Umum : perempuan, sesuai umur, rawat diri kurang baik, tampak sakit

jiwa

Kesadaran : compos mentis

Orientasi : OWTS baik

Sikap/tingkah laku: kooperatif/normoaktif

Roman muka : hipomimik

Afek : menyempit

Bentuk pikir : non-realistik

Isi pikir : waham curiga (+), waham kendali pikir (+), waham sisip pikir

(+)

Progresi pikir :

Kuantitatif : koheren, relevan

Kualitatif : cukup bicara

Halusinasi : halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+)

Ilusi : -

Hubungan jiwa : mudah, baik

Perhatian : mudah ditarik mudah dicantum

Insight : jelek

Tanggal 13 Februari 2013

Kesan Umum : perempuan, sesuai umur, rawat diri kurang baik, tampak sakit

jiwa

Kesadaran : compos mentis

Orientasi : OWTS baik

Page 12: Long case jiwa .docx

Sikap/tingkah laku: kooperatif/normoaktif

Roman muka : hipomimik

Afek : menyempit

Bentuk pikir : non-realistik

Isi pikir : waham curiga (+), waham kendali pikir (+), waham sisip pikir

(+)

Progresi pikir :

Kuantitatif : koheren, relevan

Kualitatif : cukup bicara

Halusinasi : halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+)

Ilusi : +

Hubungan jiwa : mudah, baik

Perhatian : mudah ditarik mudah dicantum

Insight : jelek

Tanggal 1 9 Februari 2013

Kesan Umum : perempuan, sesuai umur, rawat diri kurang baik, tampak sakit

jiwa

Kesadaran : compos mentis

Orientasi : O: baik, W: jelek, T: baik, S: jelek

Sikap/tingkah laku: kooperatif/normoaktif

Roman muka : hipomimik

Afek : menyempit

Bentuk pikir : non-realistik

Isi pikir : waham curiga (+), waham kendali pikir (+), waham sisip pikir

(+), waham magic mistik (+)

Progresi pikir :

Kuantitatif : koheren, relevan

Kualitatif : cukup bicara

Halusinasi : halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (+)

Ilusi : +

Hubungan jiwa : mudah, baik

Perhatian : mudah ditarik mudah dicantum

Page 13: Long case jiwa .docx

Insight : jelek

D. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : baik

Kesadaran : kompos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 80x / menit

Frekuensi napas : 24x / menit

Suhu : afebris

Kepala : deformitas (-), rambut hitam, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil baik

THT : deformitas (-), serumen (-/-)

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)

Mulut : oral higiene cukup

Jantung : dalam batas normal

Paru : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : simetris, akral hangat, edema -/-, perfusi perifer cukup.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hb : 12,3 g/dL

AL : 6,1 rb/mmk

AE : 4,32 juta/mmk

Hmt : 36,7 %

AT : 271 rb/mmk

SGOT : 16

SGPT : 15

Page 14: Long case jiwa .docx

F. PENEGAKKAN DIAGNOSA

Criteria Skizofrenia mayor Gejala pada pasien kesimpulana. - tought echo - thought insertion or withdrawal - thought broadcastingb. - delusion of control - delusion of influence - delusion of passivity - delusion perceptionc. halusinasi auditorik d. waham menetap jenis lainnya

-+-+---++

Waham curiga os merasa orang sekitarnya ingin menyakiti pasien

dan sering membicarakannya.Waham magic mistik bisa telepati dengan orang, bisa

menyembuhkan orang.

Tidak memenuhiMemenuhiTidak memenuhiMemenuhiTidak memenuhi Tidak memenuhiTidak memenuhiMemenuhiMemenuhi

Criteria skizofrenia minor Gejala pada pasien kesimpulan

e. halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja

f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologismeg. Perilaku katatonikh. Gejala-gejala negative

Halusinasi visual dapat melihat orang simbah putrinya dan dapat berbicara dengan simbah tersebut.Halusinasi auditorik merasa simbah putrinya sering mengajak ngobrol dan memanggilnya.

-

--

Memenuhi

Tidak memenuhi

Tidak memenuhiTidak memenuhi

Kriteria skizofrenia paranoid Gejala pada pasien

Kesimpulan

- Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia1. Suara-suara halusinasi yang mengancam

pasien atau memberi perintah2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa

+

-

Memenuhi

Tidak

Page 15: Long case jiwa .docx

atau bersifat seksual3. Waham dapat berupa hampir setiap jenis,

tetapi waham dikendalikan (delusion of control) dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity dan keyakinan dikejar paling khas

- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol

+Waham Curiga

(os merasa orang

sekitarnya ingin menyakiti dirinya)

-

memenuhi

Memenuhi

Tidak memenuhi

Kriteria diagnosis skizofrenia hebefrenik Gejala pada

pasien

Kesimpulan

Memenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia

+ Terpenuhi

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)

- Tidak

Terpenuhi

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

- Tidak

Terpenuhi

Untuk mendiagnosis hebrefenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atu 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut memang benar bertahan:- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak

dapat diramalkan, serta manerisme; cenderung untuk selalu menyendiri(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inapropiate), sering dsertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self satisfied), senyum sendiri (self absorbed smilling), atau oleh sikap tinggi hati (lofty maner),tertawa menyeringi (grimaces), mannerism, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

- Tidak

Terpenuhi

Page 16: Long case jiwa .docx

- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren)

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucination). Dorongan kehendak (drive) dan yang betujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perlaku penderita memperlihatkan ciri khas yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang lain memahami jalan pikira pasien.

- Tidak

terpenuhi

Skizofrenia tidak terinci Gejala pada pasien Kseimpulan-Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia-Tidak memenuhi _kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik.-Tidak memenuhi _kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

+

+

+

Memenuhi

Tidak memenuhi

Memenuhi

Skizofrenia residual Gejala pada pasien Kesimpulan Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan

berikut ini harus dipenuhi semua :(a) Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol

misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk

-

-

-

Tidak memenuhi

Tidak memenuhi

Tidak memenuhi

Page 17: Long case jiwa .docx

diagnosis skizofenia;(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu

tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;

(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

+

+

Memenuhi

Memenuhi

G. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Axis I : F. 20. 0

Axis II : tertutup, cenderung skizoid

Axis III : tidak ada diagnosa

Axis IV : masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Axis V : 60-51 (sedang)

H. PENATALAKSANAAN

Pada pasien gangguan jiwa, terapinya ada tiga macam, yaitu :

1. Organobiologi : dengan psikofarmaka/ obat-obatan dan ECT (electro convulsive

therapy) tindakan terapi menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang

pada penderita. Tindakan ECT ini diindikasikan untuk pasien depresi pada psikosa

manik depresi, skizofrenia katatonik stupor, dan gaduh gelisah, dan untuk pasien

depresi berat.

2. Psikoterapi, adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan

pikiran, perasaan, dan perilaku pasien.

3. Sosioterapi, adalah terapi untuk lingkungan yang biasanya ditujukan untuk keluarga

pasien agar ikut berpartisipasi demi kesembuhan pasien contohnya mengingatkan

pasien agar minum obat, menciptakan suasana rumah yang hangat, mengendalikan

ekspresi emosi contohnya sikap permusuhan, suka mengkritik, dan lain-lain.

Pada pasien ini, diberikan farmakoterapi berupa :

Haloperidol 1,5 mg 1- 0 –1

Persidal 2 mg 1 – 0 – 1

Page 18: Long case jiwa .docx

Trihexyphenidyl 2 mg 1 – 0 – 1

Clozaril 25 mg 0 - 0 - 1

Terapi psikofarmaka pada pasien ini diberikan antipsikotik tipikal berupa

haloperidol dan antipsikotik atipikal berupa risperidone, serta diberikan

antiparkinson yaitu triheksipenidil. Haloperidol diberikan untuk mengatasi gejala-

gejala psikotik pada pasien terutama gejala positif pasien yaitu waham dan

halusinasi yang masih menonjol, risperidone diberikan untuk mengatasi gejala

negatif dan positif pasien, sedangkan triheksipenidil untuk mencegah efek samping

dari obat antipsikotik yaitu berupa gejala ekstrapiramidal. Obat antiparkinsonism

diberikan hanya jika terdapat tanda-tanda ekstrapiramidal seperti distonia akut

(krisis occulogiri, protusio lidah, dan torticolis), akathisia, tremor, bradikinesia,dan

rigiditas.

Haloperidol merupakan obat antipsikosis tipikal yang bekerja dengan

memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di

sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal ( dopamine D2 receptor antagonist),

sehingga efektif untuk gejala positif. Haloperidol memiliki efek sedative lemah.

Terdapat sediaan 0,5-1,5 mg, 2 mg, 5 mg, dengan dosis 2-20 mg/hr. Gunakan dosis

terbagi 2-3x/hr.

Persidal merupakan Risperidon yang termasuk anti psikotik atipikal. Pemberian

Persidal adalah Memblok dopamin 2 dan 5 HT2, telah terbukti efektif terhadap

gejala positif dan negatif serta meningkatkan fungsi kognitif. Persidal 4 mg/hari

memiliki onset lebih cepat dari tindakan psikosis/ skizofrenia dibandingkan dengan

haloperidol 10 mg/hari, terutama selama minggu pertama.

Trihexyphenidyl diguanakan untuk mengurangi efek samping obat atipikal

maupun tipikal anti psikotik.Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai

efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi

penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin

endogen dan eksogen. Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk

menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat.Sehari 1 – 15 mg dibagi dalam 2

– 4 dosis. Obat ini sebenarnya dapat menurunkan efek anti psikotik sehingga

penggunaannya hanya jika diperlukan yaitu bila gejala ekstrapiramidalnya muncul.

Psikoterapi

Page 19: Long case jiwa .docx

a. Bantu problem solving : pasien dibimbing untuk menceritakan tentang

kehidupannya dengan membangun rasa percaya pasien terhadap orang lain

(terapis) serta mengungkapkan segala permasalahannya.

b. Persuasi : penjelasan mengenai timbulnya gejala serta baik buruknya.

c. Sugesti : membangkitan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat sembuh dan

masalah yang dihadapinya dapat diatasi, memberikan motivasi dan semangat

pasien agar menjalani kehidupan lebih baik, berarti dan bahagia, serta

menganjurkan pasien melakukan aktivitas di luar aktivitas sehari-hari sesuai

dengan hobinya.

d. Terapi reduktif:

Terapi kerja : melatih pasien untuk bekerja guna mengembalikan fungsi

psikomotor dan memberikan kesibukan pada pasien, melatih pasien bekerja dalam

kelompok untuk menumbuhkan rasa percaya pasien terhadap rekan kerjanya.

Sosioterapi

Terapi keluarga dan relaksasi : keluarga diberikan informasi tentang sakit yang

diderita pasien, diajarkan cara merawat, memperlakukan pasien dengan benar,

keluarga dianjurkan mengawasi pasien pada saat minum obat dan memastikan pasien

minum obat dengan rutin di rumah serta mengontrol emosi keluarga supaya tidak

membuat pikiran pada pasien dan keluarga senantiasa memberikan dukungan dan

perhatian.

Religi

Pasien diajak untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan dengan rajin beribadah.

I. PROGNOSIS

FASE KRITERIA BAIK BURUK

Premorbid Genetik : tidak ada +

Faktor Organik : tidak ada +

Faktor Kepribadian : tertutup,

agk pendiam (cenderung skizoid)

+

Faktor Sosial ekonomi : cukup +

Pola Asuh : tidak mengekang,

tidak pernah memukul atau

+

Page 20: Long case jiwa .docx

marah

Status Pendidikan : tamat S1 +

Status Pernikahan : cerai +

Morbid Onset : ±20 tahun (Usia dewasa) +

Perjalanan Penyakit : kronis +

Jenis Penyakit : skizofren +

Respon terhadap obat : baik +

Faktor Stressor Psikososial :

masalah keagamaan dan

ditentang keluarga

+

Dukungan keluarga : baik +

J. KESIMPULAN

1. Pasien dengan gejala skizofrenia yang dimulai ±13 tahun yang lalu terjadi pada usia

20 tahun.

2. Pernah dirawat di RSJ Magelang 2 kali dan Puri Nirmala 2 kali, rutin kontrol dan

minum obat meskipun 5 hari terakhir sebelum rawat inap di RSG tidak minum

obat.

3. Faktor predisposisi :

a. Premorbid : tertutup dan agak pendiam (skizoid)

b. Pola asuh : orang tua tidak pernah marah, tidak mengekang dan memukul.

Akan tetapi keinginan pasien selalu dituruti oleh orang tuanya.

c. Sosial ekonomi : cukup

d. Genetik : tidak ada

e. Faktor Organik : tidak ada

f. Status Pernikahan : cerai

4. Faktor presipitasi :

Stressor psikososial : mungkin akibat masalah keagamaan (mengikuti NII) dan

ditentang keluarganya.

5. Mendapat terapi :

Page 21: Long case jiwa .docx

Haloperidol 1,5 mg 1 – 0 – 1

Persidal 2 mg 1-0-1

Clozaril 25 mg 0 – 0 – 1

Trihexyphenidyl 2 mg 1 – 0 – 1

6. Prognosis pasien skizofren cenderung jelek, namun dapat dikontrol dengan minum

obat yang rutin.