Laporan Tutorial Skenario 2
-
Upload
andyka-prima-pratama -
Category
Documents
-
view
46 -
download
4
Transcript of Laporan Tutorial Skenario 2
PENDAHULUAN
Seorang wanita umur 45 tahun datang ke Puskesmas Rawat Inap dengan keluhan sesak napas.
Riwayat penyakit sekarang adalah tiga hari sebelum dating ke Puskesmas, penderita merasakan
demam, kepala pusing, batuk-batuk disertai dahak, badan terasa sakit semua dan 2 hari yang lalu
mulai merasakan sesak napas. Penderita tidak pernah merasa sakit seperti ini sebelumnya.
Penderita bekerja di peternakan ayam, dimana banyak ternak yang mati mendadak. Pasien lalu
dibawa ke Puskesmas dimana dokter A sedang bertugas. Dokter A melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Karena sarana pemeriksaan penunjang di Puskesmas tidak lengkap maka
dokter A merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang di laboraturium Rumah Sakit.
Pasien merasa keberatan untuk melakukan pemeriksaan laboraturium ataupun dirujuk ke Rumah
Sakit, maka pasien datang ke praktik dokter B. Dokter B melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik dan langsung menentukan sendiri diagnosis dan obatnya.
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat saudara, apakah langkah-langkah yang ditempuh oleh dokter A dan B
dalam menegakkan diagnosis sudah menerapkan prinsip-prinsip Evidence Based Medicine
(EBM) diagnosis? Berikan alasan saudara.
DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA
A. Memahami pegertian beberapa istilah dalam scenario
Daftar istilah dalam skenario dan pengertiannya :
1. Diagnosis :
Hubungan antara pemeriksaan fisik dan intervensi
2. Anamnesis :
Suatu teknik pemeriksaan melalui pencarian informasi dari pasien. Informasi yang didapatkan adalah :
- Riwayat Penyakit Sekarang- Riwayat Penyakit Dulu- Riwayat keluarga- Riwayat sosial ekonomi- Riwayat obstetri
3. Pemeriksaan fisik :
Dilakukan untuk mencari tanda yang diperoleh melalui pengamatansecara objektif oleh tenaga kesehatan.
Ada 4 dasar pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : Pemeriksaan secara visual- Palpasi : Pemeriksaan dengan kontak langsung- Auskultasi : Pemeriksaan dengan mendengarkan suara organ – organ
dalam- Perkusi : Pemeriksaan dengan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu.
4. Pemeriksaan lanjutan :Pemeriksaan yang dilakukan setelah pemeriksaan dan data yang dihasilkan untuk mendukung diagnosis.
5. EBM :
Kesatuan antara :
- Bukti – bukti riset terbaik- Nilai – nilai pasien POEM (Patient Oriented Evidence that
Matter)- Ketrampilan klinisi
6. EBM diagnosis:EBM yang dilakukan untuk menentukan diagnosis
7. Laboratorium:Tempat khusus yang dilengkapi dengan alat – alat untuk melakukan pengukuran, pengujian terhadap objek atau sampel penelitian yang dilakukan oleh tenaga ahli dengan teknik dan metode yang terstandardisasi (ISO, KAN).
B. Mengidentifikasi masalah dalam skenario
Dalam sckenario ini terdapat tiga masalah yang dihadapi:
LO Mayor:
1. Apa saja langkah – langkah EBM untuk menegakkan diagnosis?
2. Menganalisis langkah – langkah yang ditempuh dokter A dan dokter B
3. Manfaat penerapan EBM diagnosis
LO Minor:
1. Mencari informasi tentang POEM dan Informed consent
C. Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan
– permasalahan dalam skenario
LO Mayor:
1. Langkah- langkah dalam EBM yaitu:
a. Ask : merumuskan pertanyaan klinis
b. Acquire : mencari bukti – bukti
c. Appraise : menelaah secara kritis bukti yang didapat
d. Apply : penerapannya terhadap pasien
e. Audit : mengevaluasi kinerja penerapan EBM
2. Analisis langkah – langkah yang ditempuh dokter A dan dokter B:
Berdasarkan skenario, pasien merasakan demam, kepala pusing, batuk-batuk disertai
dahak, badan terasa sakit semua dan 2 hari yang lalu mulai merasakan sesak napas
dan pasien juga diketahui bekerja di peternakan ayam dimana banyak ternak yang
mati mendadak, dari tanda-tanda tersebut pasien dapat dikatagorikan sebagai suspek
flu burung menurut WHO (2006).
Dalam menangani pasien tersebut, dokter A sudah melakukan langkah-langkah yang
sesuai EBM diagnosis dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang sebelum memutuskan
diagnosis. Namun beliau kurang memperhatikan nilai-nilai dan ekspektasi dari
pasien, serta kurang informed consent pada pasien sehingga menyebabkan pasien
mungkin kurang informasi tentang penyakitnya (suspek flu burung) yang
mengharuskan melakukan pemeriksaan penunjang dengan biaya yang seluruhnya
ditanggung oleh pemerintah. Dokter A juga mungkin kurang mengetahui tentang
tatalaksana flu burung yang tertera pada tatalaksana flu burung menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang ‘Penetapan Flu Burung
Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta Pedoman
Penanggulangannya’ yang mengharuskan pemberian Oseltamivir 2 x 75 mg (jika
anak, sesuai dengan berat badan) pada pasien suspek flu burung lalu dirujuk ke RS
rujukan flu burung.
Sedangkan Dokter B sudah melakukan langkah-langkah sesuai EBM dengan
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menghasilkan diagnosis, sehingga
beliau langsung memberi terapi berupa obat. Namun beliau terlalu terburu-buru
dalam memutuskan diagnosis dan tidak melakukan pemeriksaan penunjang sebagai
dasar dari pemutusan diagnosis, padahal seperti yang sudah disebutkan diatas, dengan
keadaan pasien yang demikian, pasien bisa disebut suspek flu burung, yang
mengharuskan adanya pemeriksaan penunjang.
3. Manfaat penerapan EBM diagnosis:
a. Membantu dokter untuk membuat keputusan klinis berdasarkan bukti yang
terbaik
b. Memberikan pelayanan medis yang berpusat pada pasien bukan penyakit
c. Meningkatkan kualitas pelayanan medis agar kualitas hidup pasien meningkat
Tindakan dokter A :
- Anamnesis- Pemeriksaan fisik- Rujukan untuk
pemeriksaan penunjang
Tindakan dokter B:
- Anamnesis- Pemeriksaan fisik- Diagnosis- Terapi
SIMPULAN
Kedua dokter sudah menerapkan prinsip-prinsip EBM terapi namun keduanya belum sempurna. Alasannya adalah kedua dokter tidak melakukan terapi sesuai dengan tatalaksana flu burung (karena dalam skenario ini pasien adalah suspek flu burung).
Simpulan
Analisis
SARAN
Untuk dokter A: seharusnya dokter A memberikan informed concent yang lebih jelas dan memberikan aseltamivir pada pasien suspek flu burung
Untuk dokter B: seharusnya dokter B tidak terlalu terburu-buru dalam menyusun diagnosis, dan juga perlu adanya bukti-bukti ilmiah berupa tes penunjang untuk menyusun diagnosis dan pemberian obat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN