LAPORAN TPP

15
Laporan Praktikum Hari, tanggal : Senin, 6 Mei 2013 Teknologi Penyimpanan dan Gol/Kelompok : P2 / 6 Penggudangan Dosen : Dr. Ir. Indah Yuliasih, M.Sc Asisten : 1. Ariska Duti Lina (F34090101) 2. Dimas Herdiyanto (F34090135) PENYAKIT PASCA PANEN KOMODITI PERTANIAN Oleh : 1. Nia Khairina (F34110041) 2. Srikandi Julianingsih W (F34110052) 3. Novry Amelia (F34110059) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

description

PENYAKIT PASCA PANEN PRODUK PERTANIAN

Transcript of LAPORAN TPP

Laporan Praktikum Hari, tanggal:Senin, 6 Mei 2013Teknologi Penyimpanan dan Gol/Kelompok:P2 / 6Penggudangan Dosen: Dr. Ir. Indah Yuliasih, M.ScAsisten: 1. Ariska Duti Lina (F34090101)2. Dimas Herdiyanto(F34090135)

PENYAKIT PASCA PANEN KOMODITI PERTANIAN

Oleh :1. Nia Khairina (F34110041)2. Srikandi Julianingsih W (F34110052)3. Novry Amelia (F34110059)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR2013

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBuah merupakan komoditi hortikultura yang mengandung bahan penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga dapat digunakan sebagai bahan konsumsi manusia. Buah mengandung serat, vitamin, mineral, serta zat-zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kandungan yang ada di dalamnya akan optimum apabila dikonsumsi dalam keadaan segar. Untuk mempertahankan kesegaran bebuahan diperlukan penanganan khusus mulai dari teknik pemanenan, umur panen, dan teknik penyimpanan. Karena sifat alami masing-masing komoditi berbeda, maka perlakuannya pun juga berbeda sesuai karakteristiknya. Produk pascapanen hortikultura segar buah-buahan dan sayur-sayuran adalah produk yang masih hidup dicirikan dengan adanya aktivitas metabolisme yaitu respirasi. Respirasi adalah proses oksidasi dengan memanfaatkan gula sederhana dimana dengan keterlibatan enzim dirubah menjadi CO2, H2O dan energi kimia berupaadenosin triphosphate (ATP)disamping energi dalam bentuk panas. Karena suplai karbohidrat terputus, aktivitas fotosintesis terhambat setelah panen untuk produk sayuran dan suplai terputus dari tanaman induknya untuk buah-buahan, maka semua suplai untuk aktivitas respirasi hanya berasal dari tubuh bagian tanaman yang dipanen itu sendiri. Akibatnya, selama periode pascapanennya terjadi kemunduran-kemunduran mutu kesegarannya. Kemunduran ini akan dibarengi dengan tumbuh dan perkembangan agen-agen perusak lainnya seperti mikroorganisme pembusuk dan serangga perusak.

1.2 TujuanTujuan dari praktikum ini adalah untuk mmengidentifikasi tanda-tanda serangan penyakit pasca panen, mengidentifikasi kerusakan komoditi pertanian akibat penyakit pasca panen, mengidentifikasi/menentukan jenis penyakit pasca panen, menentukan penyebab penyakit pasca panen (fisiologis, kapang/jamur, bakteri), dan menentukan cara pencegahan terjadinya serangan penyakit pasca panen.

II. METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum penyakit pasca panen komoditi pertanian diantaranya adalah buah mangga, pear, jeruk, manggis, salak dan lengkeng. Adapun peralatan yang digunakan adalah mikroskop yang dilengkapi dengan gelas objek dan gelas penutupnya.

2.2 Metode

DigambardiamatiDiidentifikasi penyebab penyakit pasca panenDiberi keteranganDiambil sampel cairan, lendir atau miselium pada bagian buah yang terserang penyakitDiidentifikasi jenis penyakit Diamati dibawah mikroskopDibandingkan dengan literaturDigambar tanda/gejala penyakit pasca panenDiberi keteranganHasil pengamatan penyakit pasca panen komoditi pertanianBebuahan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil Pengamatan(terlampir)

3.2 PembahasanPada pengamatan terhadap buah salak diperoleh bahwa terjadi pembusukan pada bagian buah yang disebabkan oleh bakteri dan khamir. Selain itu, penyebab penyakit adalah kadar air, waktu penyimpanan, oksigen, pendinginan, serangga (rongo) dan parasit (belatung). Jika diamati dibawah mikroskop, bagian buah yang telah rusak terdapat mikroorganisme penyebab pembusukan pada buah, dibandingkan bagian buah masih bagus.Menurut Sunarjono (1998), penyakit yang sering menyerang salak adalah sebangsa cendawan putih dengan gejala busuknya buah. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan mengurangi kelembaban tanah, yaitu mengurangi pohon-pohon pelindung. Menurut Amiarsi et al. (1996), kerusakan buah salak meningkat dengan bertambahnya umur simpan, kerusakan tersebut sebagai akibat keaktifan mikroba yang dikenal dengan penyakit busuk lunak karena jamur Thielaviopsis sp. Salak juga menjadi lebih rentan terhadap Botrytis pada suhu 5C dan meningkat dengan makin lamanya penyimpanan (Soesanto 2006). Menurut Anonim (2009), adapula penyakit pada buah salak yaitu busuk merah (pink) yang disebabkan oleh cendawan berwarna merah (pink) Corticium salmonicolor. Gejala penyakit ini ditandai dengan pembusukan pada buah dan batang. Penyakit ini dapat dicegah dengan memotong dan membakar tanaman yang sakit dan daun yang terserang tempat tertentu atau semprot dengan fungisida.Berdasarkan literatur yang didapat, diperoleh bahwa kerusakan buah salak disebabkan oleh cendawan, sedangkan hasil pengamatan menyebutkan bahwa disebabkan oleh bakteri dan khamir. Hal ini tidak sesuai, disebabkan oleh kesalahan saat pengamatan.Menurut Reynold (1999), gel Aloe vera berpotensi untuk diaplikasikan dalam teknologi pelapisan (coating), karena gel tersebut terdiri dari polisakarida yang mengandung banyak komponen fungsional yang mampu menghambat kerusakan pascapanen produk pangan segar. Selain itu, gel Aloe vera juga mampu menjaga kelembaban dengan cara mengontrol kehilangan air dan pertukaran komponen-komponen larut air. Menurut Mousa et al. (1999), yang menyatakan bahwa gel tanaman ini bersifat anti-fungal terhadap Penicillium digitatum, Penicillium expansum, Botrytis cinerea, Alternaria alternate, Aspergillus niger, dan Fusarium monthform, dan dalam penelitian ini ternyata bahwa kapang Mucor sp dapat dihambat pertumbuhannya.Buah terakhir yang diamati adalah buah lengkeng. Hasil pengamatan terhadap buah lengkeng adalah terjadi pembusukan yang ditandai dengan adanya kapang, kulit buah berlubang, bau yang menyengat dan warna yang lebih tua daripada warna buah dibagian yang busuk. Penyebab dari penyakit pada buah lengkeng adalah tumbuhnya mikroorganisme.Menurut Rukmana (2003), penyakit pada buah lengkeng diantaranya adalah Bercak Gloesporium, Bercak Dan Pestalotia, Akar Putih dan Akar Hitam.Penyebab penyakit bercak Gloesporium adalah jamur dari jenis Gloesporium sp. Gejalanya adalah di ujung daun muda mula-mula terdapat bercak berwama cokelat, kemudian bercak tersebut meluas ke seluruh tulang daun. Pada daun dewasa, bercak tersebut dikelilingi warna kuning. Sehingga, daun akan terbelah menjadi dua dengan belahan di sepanjang tulang daun. Cara pencegahannya adalah dengan menggunakan fungisida dengan dosis sesuai dengan anjuran.Penyakit bercak daun pestalotia disebabkan jamur Pestalotia sp. Gejalanya adalah tepi daun yang terinfeksi timbul bercak-bercak cokelat kelabu. Di pusat bercak tersebut terdapat bintik-bintik halus berwama hitam. Pencegahannya bisa dilakukan dengan menjaga media tanam tidak terlalu lembap dan menjaga kebersihan (sanitasi) lingkungan tanaman.Bercak daun fusarium disebabkan jamur Fusanium sp. Gejala serangan jamur fusarium ditandai dengan adanya bercak-bercak yang tidak teratur pada daun. Pencegahannya bisa dilakukan dengan menjaga media tanam tidak terlalu lembap dan menjaga kebersihan (sanitasi) lingkungan tanaman.Penyakit akar putih disebabkan cendawan atau jamur Rigidoporus lignosus (Klotzch) Imazeki. Penyakit ini menyerang tanaman lengkeng yang masih muda. Gejala serangan penyakit yang tampak adalah daun menguning dan layu, kemudian gugur dan mati. Selanjutnya, akar tanaman yang terinfeksi busuk dan kering. Jika media tanam dibongkar, di permukaan akar terdapat benang-benang berwarna putih yang tumbuh seperti jala. Penyakit akar hitam disebabkan jamur Rosellinia bunodes. Gejala awal yang terlihat adalah terdapat miselium tipis berwarna hitam di permukaan akar. Infeksi akan menjalar ke bagian tanaman yang lain. Infeksi pada bagian kayu akar menyebabkan timbulnya garis-garis hitam yang teratur seperti jari-jari. Cara mengatasi serangan penyakit ini dilakukan dengan cara eradikasi atau mernbongkar akar-akar tanaman dan mencabut batang tanaman, kemudian dimusnahkan atau dibakar dan diganti dengan tanaman yang baru.Berdasarkan literatur yang didapat bahwa pembusukan pada buah lengkeng disebabkan oleh kapang. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang mentebutkan bahwa pembusukan pada buah lengkeng disebabkan oleh kapang.Penyakit yang terdapat pada buah lengkeng dapat dicegah dengan menggunakan kemasan yang dapat memperpanjang umur simpan buah lengkeng dengan menjaga kualitas buah lengkeng.Penyakit pasca panen masih menjadi faktor pembatas dari penyimpanan jangka panjang hasil buah mangga (Mangifera indica L.) sejumlah jamur danbakteri dapat menyebabkan kebusukan pascapanen pada buah mangga, jamur yang sering menyerang buah mangga adalah jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. Yang merupakan penyebab penyakit antraknosa (Paul 1993). Meskipun dapat timbul pada daun dan buah muda, antraknosa lebih dikenal sebagai penyakit pada buah yang matang selama penyimpanan. sebelum dipetik buah dapat terinfeksi, tetapi patogen tidak berkembang. C. Gloeosporioides melakukan infeksi dipertanaman dan kemudian penyakit berkembang selama penyimpanan (Martoredjo1993). Oleh karena itu, dibutuhkan penangan pasca panen untuk meminimalisir kerusakan yang akan terjadi selama penyimpanan. jadi dapat disimpulkan kemungkinan terdapat kapang atau jamur pada buah mangga yang di uji karena adanya jamur C. gloeosporiodes.Adanya belatung pada buah mangga pada pengamatan disebabkan oleh lalat buah yang meletakkan telur pada buah mangga, biasanya terjadi ketika buah mangga masih di pohon. Hal ini dapat dicegahdengan memberikan perlindungan dengan dibungkus menggunakan plastik. Warna buah dan kulit menjadi coklat dapat diindikasikan telah terdapat belatung atau larva lalat buah (Warji 2007). Semenntara itu terjadi perubahan bentuk buah mangga yang di amati karena buah mangga telah dimakan oleh larva lalat buah.Pada buah pear mengalami perubahan warna menjadi coklat pada kulit dan dagingbuah. Hal iniselain karena pembusukkan dapa juga disebabkan oleh reaksi oksidasi dengan oksigen. adana kapangdalam buah pear dapat disebabkan karena terjadi luka pada permukaan buah sehingga buah terkontaminasi dengan spora kapang.Pengendalian biologis pada penyakit pasca panen merupakan salah satu alternatif pengendalian patogen. Fase pascapanen merupakan fase yang cocok untuk penerapan metode pengendalian secara biologis (Mari dan Guizzardi 1998). Pada lingkungan yang terbatas ini, dimana parameter seperti temperatur dan kelembaban relatif dapat diubah, komposisi gas di ruangan penyimpanan dapat diatur.Pada buah manggis terjadi pembusukan yang disebabkan oleh bakteri. Selain itu timbul juga bau busuk yang disebabkan oleh cendawan Botryodiplodia theobromae (Anonim 2007). Cara mencegahnya adalah dengan mengusahan agar buah tidak luka atau memar akibat benturan, karena buah yang memar sangat peka terhadap patogen ini. Ciri-ciri terserang penyakit ini adalah daging buah berair, busuk dan lekat dengan kulit buah.Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa manggis yang diamati mengalami ciri-ciri seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu mengeluarkan bau busuk, berair dan ditumbuhi bakteri.Sedangkan pada buah jeruk, penyakit yang biasanya menyerang adalah Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Gejalanya adalah terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Dari hasil pengamatan, ada miselium dan memar pada jeruk. Selain itu, bagian buah yang terserang kapang menjadi berwarna putih. Hal ini disebabkan oleh banyaknya miselium berwarna putih sehingga menutui daging buah. Kapang yang menyerang tersebut adalah Catiurn salmonicolor. Selain itu, masih ada juga mikroorganisme lain yang menyerang buah jeruk tersebut. Bisa saja buah jeruk tersebut sudah mengalami infeksi virus CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration).

IV. PENUTUP4.1 KesimpulanBuah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kandungan air pada buah dan masih berlangsungnya proses respirasi pada buah walaupun sudah dipetik dari pohonnya. Hal-hal tersebut bisa menjadi faktor yang bisa mengurangi kualitas dari buah tersebut. Selain itu, kemunduran kualitas bisa disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh beberapa mikroba seperti bakteri, virus, kapang, jamur, dan masih banyak lagi.Beberapa penyebab penyakit pasca panen pada komoditi pertanian antara lain bakteri, ragi, serangga, parasit, tikus, pemanasan dan pendingin yang ekstrim, kadar air yang terlalu tinggi, oksigen yang bisa mempengaruhi proses pematangan pada buah dan masih banyak faktor-faktor lain. 4.2 SaranUntuk dapat mengidentifikasi jenis-jenis dari berbagai mikroba yang menjadi penyakit pasca panen pada buah-buahan, praktikan bisa mengaitkan mata kuliah ini dengan mata kuliah lain yang mempelajari tentang hal tersebut lebih dalam.

DAFTAR PUSTAKAAmiarsi D., Elizabeth dan Sjaifullah. 1996. Pengaruh teknik penyimpanan terhadap mutu buah salak lumut.J.Hort.6(4) : 392-401.Anonim. 2007. Buku Pintar Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Jakarta : PT. Agromedia Swara.Anonim. 2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Jakarta: Agromedia PustakaMari M. and M Guizzardi.1998. the Postharvest Phase: Emerging Technologies for the control of Fungal Diseases. Phytoparasitica 26 (1):59-66.Martoredjo T.1983.Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia.Mousa ASM, Ali MIA, Shalaby NMM, Elgamal MHA. 1999. Antifungal Efects of different Plant Extracts and Their Mayor Components of Selected Aloe Species. J. Phytother Res. Vol 13, PP 401-407 Paul R E.1993.Tropical fruit physiology and stroge potential.Pp.198-204 in Proceeding of anInternational Conference on Postharvest Handling of Tropical Fruits.Australia Centre for International Agricultural Research, Canberra.Reynolds T, Dweck AC. 1999. Aloe vera Leaf Gel: A review Update: Journal of Ethnopharmacology Vol 68pp 3-37 Rukmana R. 203. Lengkeng, Prospek Agrobisnis Dan Teknik Budi Daya. Yogyakarta: KanisiusSoesanto L. 2006. Penyakit Pascapanen. Yogyakarta: KanisiusSunarjono H. 1998. Prospek Berkebun Buah. Jakarta. Penebar Swadaya.Warji S dan R. Hasbullah.2007.Validasi Persamaan Batas Kerusakan Mangga Arumanis Berdasarkan Zero MomentPower.Jurnal.Jurnal Teknologi Industri Pertanian Volume 12-2.