Laporan Besar TPP K1

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian telah melahirkan petani yang sangat tergantung pada pupuk kimia.Di lain pihak, penggunaan lahan secara terus menerus berakibat pada penurunan bahan organik tanah dan bahkan sebagian besar lahan pertanian mengandung bahan organik rendah (< 2 %), padahal kandungan yang ideal adalah > 3 %. Tanah dengan kandungan bahan organik rendah akan berkurang kemampuannya dalam mengikat pupuk kimia, sehingga efektivitas dan efisiensinya menurun akibat pencucian dan fiksasi. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan bahan organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos. Namun demikian, kandungan hara pupuk organik tergolong rendah dan sifatnya slow release, sehingga diperlukan dalam jumlah yang banyak. Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik adalah :

Transcript of Laporan Besar TPP K1

Page 1: Laporan Besar TPP K1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian telah

melahirkan petani yang sangat tergantung pada pupuk kimia.Di lain pihak,

penggunaan lahan secara terus menerus berakibat pada penurunan bahan

organik tanah dan bahkan sebagian besar lahan pertanian mengandung bahan

organik rendah (< 2 %), padahal kandungan yang ideal adalah > 3 %. Tanah

dengan kandungan bahan organik rendah akan berkurang kemampuannya

dalam mengikat pupuk kimia, sehingga efektivitas dan efisiensinya menurun

akibat pencucian dan fiksasi. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan

bahan organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau

kompos. Namun demikian, kandungan hara pupuk organik tergolong rendah

dan sifatnya slow release, sehingga diperlukan dalam jumlah yang banyak. 

Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya

terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang

telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan

untuk mensuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan

biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik adalah : memperbaiki

struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air,

memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya unsur hara makro

dan mikro serta tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia. 

Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisatanaman dan

kotoran hewan yang telah mengalami prosesdekomposisi atau

pelapukan.Selama ini sisa tanaman dankotoran hewan tersebut belum

sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan.Kompos yang baik

adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang

sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadarair

rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan danpemanfaatan kompos

dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif,

menambah pendapatanpeternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.

Page 2: Laporan Besar TPP K1

Pada praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan kita memepelajari

tentang pembuatan pupuk kompos. Kompos yang kami buat berbahan dari

guano ( kotoran kelawar ), kotoran ayam, dan daun lamtoro. Penggunaan

bahan-bahan ini diharapkan akan mampu menyediakan hara makro dan mikro

yang dibutuhkan tanaman.

1.2. Tujuan

- Untuk mengetahui macam-macam pupuk

- Untuk mengetahui manfaat dari pupuk

- Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk kompos

- Untuk mengetahui kandungan dari pupuk kompos

1.3. Manfaat

Agar mahasiswa mengetahui cara pembuatan pupuk kompos yang baik

dan benar serta mengetahui kandungan-kandungan dari pupuk kompos.

Page 3: Laporan Besar TPP K1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pupuk

Pupukadalah material yang ditambahkan padamedia

tanamatautanaman untuk mencukupi kebutuhanharayang diperlukan

tanaman sehingga mampuberproduksi dengan baik. Material pupuk dapat

berupa bahanorganikatau pun non-organik (mineral).

Pupuk adalah bahan pengubah sifat biologi tanah supaya menjadi lebih

baik.

Pupuk adalah senyawa kimia anorganik / organik yang dijumpai di alam

atau dibuat manusia yang memiliki nilai hara langsung atau tidak

langsung bagi tanaman, pemberian pupuk yang tepat akan menghasilkan

perubahan pertumbuhan yang sifatnya positif bagi tanaman.

Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang mempunyai

peranan penting dalam peningkatan produksi dan mutu hasil budidaya

tanaman (Permentan, 2001) dalam Firmansyah,M.A.

Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam

penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau

tidak langsung (Permentan, 2001) dalam Firmansyah,M.A.

2.2. Macam-macam Pupuk

2.2.1.Berdasarkan Sumber Bahan

Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk :

a. Pupuk organik atau pupuk alami

b. Pupuk kimia atau pupuk buatan. Pupuk organik mencakup semua pupuk

yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan,

sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia

dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih "murni" daripada

pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi. Pupuk

organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya;

keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena

Page 4: Laporan Besar TPP K1

membantu pengikatan air secara efektif. (Permentan, 2001) dalam

Firmansyah,M.A.

2.2.2.Berdasarkan Bentuk Fisik

Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi :

a. Pupuk padat

Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran,

atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau

cairan.Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam.

b. Pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman. (Permentan,

2001) dalam Firmansyah,M.A.

2.2.3.Berdasarkan Kandungannya

Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan:

a. Pupuk tunggal

Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur.

b. Pupuk majemuk

Pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang

diperlukan.Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro,

karena mengandung hara mikro (micronutrients).Beberapa merk pupuk

majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh

atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang

diberikan. (Permentan, 2001) dalam Firmansyah,M.A.

2.3 Pengertian pupuk organic

Pupuk Organik adalah pupuk yang di gunakan untuk memperbaiki ke

suburan tanah yang berasal dari sisa tanaman atau pupuk kandang yang telah

terdekomposisi dan memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro

(Hardjowigeno, 2004). Pupuk organik adalah pupuk terbuat dari bahan

organik atau bahan dapat berupa pupuk kandang, pupuk hijau, kompos,

kascing, gambut, rumput laut dan guano, yang bisa berupa padatan atau cairan

(Hardjowigeno, 2004). Pupuk Organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan

organik atau bahan alami (Djuarnani, 2005).

Page 5: Laporan Besar TPP K1

2.3. Pupuk Kompos

Kompos berasal dari kata latin yaitu compostum, yang artinya

digabungkandi komposisi dari limbah binatang dan tumbuhan (contoh

sayuran, sisakotoran sapi) untuk mendapat satu campuran produk yang

digunakan untukbahan penyubur tanah. (Permentan, 2001) dalam

Firmansyah,M.A.

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi

berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan

aerobik atau anaerobic (Djuarnani, 2005)

Kompos adalah pupuk organik yang merupakan hasil pembusukan atau

dekomposisi dari bahan- bahan organik seperti tanaman, hewan atau limbah

organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk

organik karena berasal dari bahan-bahan organik. (Toharisman.A, 1991)

2.5 Ciri-Ciri Kompos yang Sudah Matang

Indikator yang penting dalam kompos adalah nisbah C:N, umumnya bahan

kompos memiliki nisbah 15:1 – 30:1 (Tabel 6) dan setelah pengomposan

maka C:N menjadi 12:1 sebagai ciri kompos yang telah matang.

Agar dapat digunakan sebagai bahan penyubur tanah, kompos harus benar-

benar stabil (matang). Beberapa metode dan parameter yang diuji untuk

menentukan derajat kestabilan kompos, antara lain: (1) karbon/ nitrogen

(rasio C/N); (2) satabilitas terhadap pemanasan; (3) reduksi dalam bahan

organik; dan (4) parameter humifikasi. Peneliti lain menunjukkan indikator

kematangan kompos sendiri disajikan pada (Tabel 8) antara lain penetapan

rasio C/N, pH, KTK, sedangkan sifat-sifat yang perlu diketahui pada tingkat

petani yaitu warna kompos serta aroma. Kompos yang sudah matang

berwarna coklat gelap dan berbau tanah (earthy) (Toharisman.A, 1991)

Page 6: Laporan Besar TPP K1

Tabel 8. Beberapa indikator kematangan kompos

Pramater Indikator Pustaka

Suhu Stabil Stickelberger., 1975

pH Alkalis Jaun et al., 1959

COD Stabil Yang et al., 1993

BOD Stabil Yang et al., 1993

C/N rasio <20 Juste, 1980

Laju respirasi , 10 mg g-1kompos Morel et al., 1979

Warna Coklat tua Sugahara et al., 1982

Bau Earthy Chanyasak et al., 1982

KTK >60 me 100g-1 abu Harada et al., 197

(Toharisman. A,1991)

Page 7: Laporan Besar TPP K1

BAB III

METODOLOGI

3.1.1. Tempat dan Waktu

Pembuatan Kompos

- Tempat : UPT Kompos

- Waktu : 11 Oktober 2013 hingga 11 Desember 2013

Jadwal kegiatan praktikum TPP

Tanggal Kegiatan

11 Oktober 2013 Pembuatan pupuk dan pengukuran suhu

11 Oktober - 11 November 2013 Pengukuran suhu

20 November - 04 Desember 2013 Pengukuran pH

29 November 2013 Pengukuran C Organik dan N total

11 Desember 2013 Pembuatan pupuk granul

11 Desember 2013 Pembuatan pupuk cair

3.1.2. Alat dan Bahan

Alat Pembuatan Kompos

a. Garu : Untuk pengaduk bahan pupuk

b. Skrop : Untuk membalik bahan pupuk

c. Karung Goni : Untuk tempat menyimpan pupuk

d. Gembor : Untuk alat pencampuran EM4 dan Mollase

e. Timbangan : Untuk menimbang bahan

Bahan Pembuatan Kompos

a. EM 4 : Sebagai bakteri fermentasi kompos

b. Molase : Sebagai bakteri fermentasi kompos

c. Air : Sebagai bahan campuran EM4 dan Molase

d. Kotoran Ayam : Sebagai bahan utama pembuatan kompos

e. Kotoran Kelelawar : Sebagai bahan utama pembuatan kompos

f. Daun Lamtoro : Sebagai bahan utama pembuatan kompos

Page 8: Laporan Besar TPP K1

Alat Pengukuran pH

a. Botol Fial Film : Tempat pencampuran kompos dengan

aquades

b. pH meter : Untuk mengukur pH kompos

Bahan Pengukuran pH

a. Sampel kompos : Sebagai obyek pengamatan

b. Aquades : Sebagai pelarut bahan

Alat Pengukuran C-Organik

a. Timbangan : Untuk Menimbang bahan

b. Erlenmeyer : Sebagai tempat pencampur bahan-bahan

c. Pipet tetes : Untuk mengambil bahan yang berupa

larutan

d. Buret : Alat untuk titrasi

Bahan Pengukuran C-Organik

a. Sampel kompos : untuk bahan yang akan diamati C-

Organiknya

b. Larutan K2Cr2O7 : Mengikat rantai karbon

c. Larutan H2SO4: Memisahkan rantai karbon dengan tanah

d. Air aquades : Menghentikan reaksi

e. Larutan H3PO4: Menghilangkan pengaruh Fe 3+

f. Larutan difenilamina : sebagai indikator

g. Larutan FeSO4 : Untuk titrasi

Alat Pengukuran N-Total

a. Timbangan Digital : Untuk menimbang bahan

b. Kertas : Untuk alas saat menimbang bahan

c. Labu Kjeldahl : Tempat mereaksikan dalam perhitungan N-

Total

d. Alat destruksi : Untuk membakar hingga asapnya hilang

e. Pengaduk (stirrer) : Sebagai pengaduk

f. Pipet : untuk mengambil cairan dalam jumlah

kecil

Page 9: Laporan Besar TPP K1

g. Erlenmeyer : Tempat pereaksi

h. Alat Titrasi : Untuk mentitrasi larutan

Bahan Pengukuran N-Total

a. Sampel Kompos : Sebagai bahan pengamatan

b. Garam : Untuk

c. H2SO4: Untuk memisahkan rantai karbon

d. Aquades : Untuk menghentikan reaksi H2PO4

e. NaOH : Untuk memberi sensasi basa

f. H3BO4 : Untuk menghilangkan pengaruh Fe

Page 10: Laporan Besar TPP K1

Daun lamtoro,Kotoran ayam dan kotoran kelelawari dengan

perbandingan 2 : 1,5 : 1,5 dicampur

Kemudian diaduk secara rata

Tambahkan air ½ gembor dan campur

dengan EM4 dan Mollase sebanyak 4 tutup botol

Kemudian aduk lagi secara merata selama 20

menit

Masukkan bahan-bahan tadi ke dalam karung goni

Aduk pupuk hingga merata 3 hari sekali

Ambil sampel pupuk Timbang sebanyak 0,1 gram

Masukan ke dalam tabung kjedahl

Tambahkan selen sebanyak 1 gram

Tambahkan H2SO4 sebanyak 5 ml di ruang

pengasaman

Destruksi pada suhu 3000 C sampai uap menghilang

Dinginkan lalu tambahkan Aquadest sebanyak 60 ml

Tambbahkan NaOH 40 % sebanyak 20 ml

Destilasi dengan menggunakan kjedahl

Hasil destilasi ditampung pada Erlenmeyer yang

berisi asam borat sebanyak 20 ml

Titrasi dengan H2SO4 sampai larutan berubah warna menjadi merah

keunguan

Catat hasilnya

Hitung N-total nya

3.2. Cara Kerja

3.2.1.Pembuatan Kompos

3.2.2. Pengukuran N-Total

Page 11: Laporan Besar TPP K1

Ambil sampel sebanyak 5 gram

Tempatkan pada fial film

Tambahkan Aquadest sebanyak 12,5 ml

Tutup fial filmKocok selama 60

menit menggunakan mesin pengocok

Ukur pH menggunakan pH

meter

Catat hasilnya

3.2.3. Pengukuran pH Kompos

Page 12: Laporan Besar TPP K1

3.2.4. Cara Kerja C- Organik

Sampel diayak 0,5 mm

Timbang dengan timbangan analitik sebanyak 0,5 gram

Masukkan kedalam Erlenmeyer 500 ml

Tambahkan K2Cr2O7 (10 ml) dan H2SO4 (20 ml)

Didiamkan + 30 menit

Tambahkan Aquadest (200 ml) dan H3PO 85% (10 ml)

Difenilamina (30 tetes)

Titrasi dengan FeSO4 sampai berwarna hijau

Catat hasilnya dan dokumentasi

Page 13: Laporan Besar TPP K1

3.2.5. Pembuatan Pupuk Granule

3.2.6. Pembuatan Pupuk Cair

kering anginkan pupuk yang sudah berbentuk granul

tunggu pupuk hingga membentuk granul sempurna

setelah kelembabannya merata tambahkan abu ke dalam granuler

campurkan molase ke dalam granuler

masukkan pupuknya ke dalam granuler

siapkan abu dan molase (1 L)

pupuk diayak hingga menghasilkan 2 kg pupuk halus

Timbang pupuk sebanyak 3 kg

dokumentasikan

masukkan pupuk cair yang sudah jadi ke dalam botol ukuran 1,5 L

celup-celupkan pupuk ke dalam air hingga pupuk berubah warna dan airnya menjadi berwarna keruh

letakkan pupuk di dalam kain/saringan

siapkan air sebanyak 2 Liter

Timbang pupuk sebanyak 1 kg

Page 14: Laporan Besar TPP K1

3.4 Analisa Perlakuan

3.4.1 Pembuatan Kompos

Bahan yang telah disiapkan berupa guano sebagai sumber pupuk P,

daun lamtor sebagai sumber pupuk N dan kotoran ayam sebagai sumber

pupuk K. Kemudian daun lamtoro digiling agar dalam proses pengomposan

daun lamtoro cepat terurai, sedangkan guano dan kotoran ayam berukuran

kecil sehingga tidak perlu digiling. Campur ketiga bahan tersebut dengan

rata dan tambahkan air hingga lembab, ditambahkan air agar mikroba dapat

tumbuh dalam kondisi sesuai.Mikroba aktif EM 4 ditambahkan sebagai

pengurai dan ditambahkan molase sebagai sumber makanan bagi

mikroba.Simpan dalam box kayu dan tutup dengan plastik dengan rapat.

3.4.2 Pengukuran C organic, N total, analisis pH

a. Pengukuran C organik

Sampel pupuk diayak lalu ditimbang sebanyak 0,1 gram

ditambahkan K2Cr2O7 sebanyak 10 ml berfungsi untuk mengikat rantai

karbon, H2SO4 20 ml berfungsi untuk memisahkan rantai karbon

dengan tanah kemudian didiamkan selama 15 menit diruang

pengasaman, lalu tambahkan aquades sebanyak 200 ml yang berfungsi

untuk menghentikan reaksi H2SO4. Setelah itu tambahkan H3PO4 85 %

sebanyak 10 ml untuk menghilangkan pengaruh Fe 3+, lalu tetesi dengan

difenilamina sebanyak 30 tetes sebagai indicator warna C organic.

Kemudian di titrasi dengan FeSO4 hingga berwarna hijau. Dan cacat

hasil

b. Pengukuran N total

Sampel pupuk yang telah diayak ditimbang sebnayak 0,1 gram lalu

dimasukan ke dalam tabung kjedahl dan ditambahkan selen sebanyak 1

gram. Dan tambahkan H2SO4 sebanyak 5 ml di ruang pengasaman,

setelah itu didinginkan dan ditambahkan Aquadest sebanyak 60 ml,

NaOH 40% sebanyak 20 ml. kemudian, destilasi dengan menggunakan

kjedahl. Hasil destilasi ditampung pada Erlenmeyer yang berisi asam

borat sebanyak 20 ml. Titrasi dengan H2SO4 sampai larutan berubah

warna menjadi merah keunguan.Dan cacat hasil.

Page 15: Laporan Besar TPP K1

c. Pengukuran pH

Sampel pupuk diayak agar halus dan terpisah dari bahan lain,

ditimbang sebanyak 5 gram. Masukkan ke dalam fial film dan

tambahkan aquades sebanyak 12,5 ml. Pupuk dan aquades dicampur

lalu dikocok selama 15 menit agar homogen. Larutan didiamkan selama

10 menit agar pupuk mengendap untuk memudahkan pengukuran. Lalu

diukur dengan pH meter dan catat hasil pengukuran.

3.4.3 Pembuatan pupuk granul dan pupuk cair

a. Pembuatan pupuk granul

Pupuk yang telah matang dan di ayak agar halus dan ditimbang

2 kg, pupuk dibagi menjadi 2 bagian masing-masing 1 kg agar hasil

ukuran pupuk granul menjadi rata. Lalu pupuk dimasukkan ke dalam

mesin pan granular, mesin pan granular berfungsi untuk membuat

kompos yang berbentuk granul, mesin pan granular dinyalakan dan

ditambahkan molase dan abu sebagai perekat.Ditunggu hingga pupuk

membentuk bulat-bulat atau granul.Ambil dan angina-anginkan.

b. Pembuatan Pupuk Cair

Proses pembuatan pupuk cair ini diawali dengan pengambilan

bahan pupuk cair, yaitu pupuk kompos berbahan kotoran ayam,

kotoran kelelawar dan daun lamtoro yang sudah jadi sebanyak 2 kg,

letakkan kompos tersebut kedalam ember yang ditambahkan air

sebanyak 1 liter dan aduk campuran kompos dengan air tersebut

sampai mengental, peras pupuk dengan kain sehingga didapat pupuk

pekat yang siap untuk digunakan.

Page 16: Laporan Besar TPP K1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1.Pembuatan Pupuk Kompos

Pembuatan Kompos dimulai pada 10 Oktober 2013. Bahan yang

digunakan dalam pembuatan kompos yakni 20kg kotoran Ayam, 15kg

kotoran Kelelawar, dan 15kg Lamtoro dengan menggunakan kotak tripleks

sebagai tempat penyimpanan komposnya. Alasan menggunakan Kotoran

Ayam karena mengandung unsur N yang cukup tinggi serta terdapat

kandungan lainnya.Menurut Sutedjo (1978) Kotoran yang bagus berwarna

hitam pekat tidak encer, hijau tua, muda kental. Kotoran ayam dapat

menyumbangkan unsure hara yang diperlukan tanaman, seperti N, P, K, dan

beberapa unsur hara mikro berupa Fe, Zn dan Mo. Sedangkan alasan

menggunakan kotoran Kelelawar/Guano karena menurut Samidjan, pada

prinsipnya pupuk guano adalah sama dengan pupuk organik, hanya

memiliki kandungan lebih baik (kelebihan) untuk unsur N, P dan K

dibandingkan pupuk organik biasa. Kelebihan kandungan P umumnya

disebabkan oleh kotoran kelelawar (guano) yang tertimbun di dalam goa

yang batuan-batuan maupun tetesan-tetesan airnya mengandung cukup

tinggi kandungan unsur fosfat (P).Sedangkan kelebihan N dan K karena

faktor makanan yg dimakan oleh kelelawar.Selain Kotoran Ayam dan

Kelelawar kita juga menggunakan Tanaman Lamtoro. Kita ketahui bahwa

Lamtoro merupakan jenis Leguminoceae yang banyak mengandung unsur

N. Sebelum dicampurkan dengan bahan yang lain, Lamtoro yang digunakan

haruslah dipotong-potong ukurannya, semakin kecil ukuran potongan bahan

mentanya, semakin cepat pula pembusukannya. Penghalusan bahan dengan

mesin penggilingan (Grinder) akan meningkatkan luas spesifik bahan

kompos sehingga memudahkan mikroba dekomposer untuk menyerang dan

menghancurkan bahan tersebu. Setelah itu dilakukan penambahan larutan

EM4 40 ml yang dicampur dengan air.

Page 17: Laporan Besar TPP K1

Suhu awal pupuk saat pembuatan adalah 28o C. Pembalikan

kompos dilakukan secara berkala yakni, setiap satu minggu sekali. Dari data

hasil pengamatan suhu (baik sebelum maupun sesudah pembalikan) yang

dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2013 hingga 20 November 2013,

didapatkan 10 kali pengamatan suhu. Pengukuran suhu tertinggi mencapai

55o C. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Handayani (2009) bahwa

untuk menghasilkan suatu kompos yang baik maka pengaturan suhu sangat

diperhatikan jika suhu pada kompos mencapai 400C, maka mikroorganisme

mesofil akan di gantikan dengan mikroorganisme thermofil, jika suhu

mencapai 600 C maka fungi akan berhenti bekerja dan akan digantikan

dengan aktinomisetes serta strain bakteri pembentuk spora. Kemudian panas

yang dihasilkan pada awal proses pengomposan, panas ini disebabkan oleh

kegiatan mikroorganisme yang sedang merombak bahan organik. Pada

tahap ini, mikrorganisme memperbanyak diri secara cepat, namun setelah

itu, suhu pengomposan akan turun kembali hingga 250-300C yang

menandakan kompos matang.Dapat kita perhatikan bahwa sejak tanggal 10

Oktober 2013 suhu kompos terus mengalami kenaikan, namun terus turun

sejak tanggal 4 November 2013. Ini menandakan bahwa kompos mulai

proses pematangan. Selain perubahan suhu, jumlah volume kompos juga

berkurang sampai pada hari terakhir pengamatan. Volume menyusut sampai

hamper 50% dari volume awal.

Dari pengukuran suhu setiap minggunya dapat diketahui bahwa

suhu sebelum dilakukan pembalikan lebih tinggi dibandingkan setelah

pembalikan.Hal ini terjadi karena saat sebelum dilakukan pembalikan aerasi

di dalam box kompos tidak baik sehingga suhu menjadi tinggi, sedangkan

setelah dilakukan pembalikan aerasi menjadi baik dan suhu menurun. Aerasi

sangat mempengaruhi kecepatan proses pengomposan. Menurut Handayani

(2009) bahwa pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang

cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi

peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang

lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh

porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat,

Page 18: Laporan Besar TPP K1

maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak

sedap. Setelah kompos menunjukan ciri-ciri matang maka diambil sample

dan dibawa ke Laboraturium untuk diukur kadar C-Organik, PH, Kadar Air,

N total dan lain-lain.

4.2 Hasil Pengamatan

4.2.1 Hasil pengamatan tiap minggu

4.2.1.1 Tabel Pengamatan Pengukuran Suhu

07-Okt-

13

10-Okt-

13

21-Okt-

13

24-Okt-

13

28-Okt-

13

4 november

2013

14 november

2013

20 november

20130

1020304050

Suhu Kompos

Suhu Kompos

Tanggal Pengamatan

Suhu

(cel

cius

)

Tanggal Suhu

Kompos

7 Oktober 2013 46℃

10 Oktober 2013 28℃

21 Oktober 2013 34℃

24 Oktober 2013 28℃

28 Oktober 2013 36℃

4 November 2013 29℃

14 November 2013 27℃

20 November 2013 36℃

Page 19: Laporan Besar TPP K1

Menurut Miller (1991), suhu merupakan penentu dalam aktivitas

pengomposan. Pengontrolan suhu dalam timbunan kompos penting untuk

mengoptimumkan penguraian bahan organik dan mematikan

mikroorganisme patogen.

Dari hasil praktikum di atas bahwa pengamatan dilakukan harian dengan

hasil suhu yang berbeda-beda.Suhu minimal 27℃ dan suhu maksimal 46

℃.Pada hari pertama pengukuran suhu mencapai 46℃ saat itu

mikroorganisme masih menyesuaikan diri.Kemudian hari selanjutnya

mengalami penurunan.Suhu mengalami fluktuasi.Pada hari terakhir

pengukuran suhu yang diperoleh yaitu 36℃. Menurut Bach et al. (1987)

penguraian dengan suhu berada dalam range 35-60℃ masih memenuhi

persyaratan optimum.Terjadinya fluktuasi suhudipengaruhi beberapa

faktor. Proses pembalikan kompos ini juga bisa berpengaruh terhadap

penurunan suhu. Aktivitas mikroorganisme yang masih aktif juga

berpengaruh terhadap suhu kompos.

4.2. 2 Hasil Uji Lab

Data pengukuran pH

Pengamatan ke- 1 2 3 4 5

pH 8.256 8.56

2

8.608 7.8 8.015

Pembahasan

pH dari pengukuran pupuk dengan bahan campuran guano :

kotoran ayam : daun legume = 15 : 20 : 15, memperoleh hasil yang

fluktuatif dan nilai paling menonjol pada pengamatan ke empat. Pada

pengamatan pertama hingga ke tiga terlihat pH pupuk semakin naik, hal ini

dapat dikarenakan suhu pada pupuk masih relative tinggi.Terlihat dari

aktivitas dan sifat mikroorganisme. Pengaruh dari proses koposting juga

dikarenakan oleh pengaruh populasi mikroorganisme dalam pupuk karena

Page 20: Laporan Besar TPP K1

pada tahap pertama penguraian dilakukan oleh bakteri penghasil asam. Hal

ini sama di sampaikan oleh (Sutanto, 2012), penguraia bahan organic yang

terjadi pada kondisi anaerob, terdapat tahap pertama, bakteri fakultatif

penghasil asam menguraikan bahan organic menjadi asam lemak, aldehida,

dan lain-lain. Proses selanjutnya bakteri dari kelompok lain akan

mengubah asam lemak menjadi gas metan, amoniak, CO2, dan hydrogen.

Pada proses aerob energy yang dilepas hanya sebesar 25 kcal mole glukosa -1.dan factor kedua adalah kontroling pemberian nutrisi pada pupuk (Tetes

tebu), tetes tebu yang merupakan limbah tebu juga mempunyai sifat agak

masam.

Untuk pengamatan ke empat dimana pH turun drastic, hal ini di

karenakan bakteri banyak yang mati terbukti dengan turunnya suhu yang

cukup drastic karena proses dekomposisi terhenti. Bakteri mati dapat

dikarenakan bahan dasar yang terlalu kering dan kelembapan turun di

bawah batas ambang yang dibutuhkan mikroba karena suhu yang

meningkat (Sutanto, 2002).Pada pengamatan k enam pH kompos kemabli

naik menjadi 8.015, kenaikan pH di barengi dengan penambahan

mikroorganisme dan juga tetes tebu sehingga mikroorganisme dapat

kembali bekerja. Pengukuran ke lima merupakan pengukuran terkahir

yang dilakukan dan pH 8.015 menunjukan bahwa kompos telah matang.

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH 5.5 - 9. Proses

pengomposan akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH

bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam secara temporer

atau lokal akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan

produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan

meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. Kadar pH kompos

yang sudah matang biasanya mendekati netral.Kondisi kompos yang

terkontaminasi air hujan juga dapat menimbulkan masalah pH tinggi

(Epstein, 1997).

Pembahasan C-Organik

Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa kompos

memiliki kandungan C organik 8%. C organik ini kurang baik karena

Page 21: Laporan Besar TPP K1

menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN)(2004), kandungan C organik

yang sesuai adalah 9.80,-32%, sedangkan C organik pada hasil

perhitungan sebesar 8%. Hal ini dapat disebabkan karena bahan organik

dalam campuran pupuk seperti kotoran ayam, sekam, bekatul, dan molase

memiliki kadar C-organik antara 32-30% (Prima dkk, 2013). Proses

pengomposan menyebabkan kadar bahan organik pada bahan kompos

yang semula tinggi menjadi rendah, hal ini terjadi karena lamanya waktu

pengomposan dan juga penggunaan starter EM4. Dimana bakteri

menggunakan sebagian unsur karbon yang ada dalam campuran pupuk

kotoran ayam sebagai sumber makanan untuk berkembang biak dan

menghasilkan energi, sehingga unsur karbon dalam bahan akan menjadi

lebih kecil ketika difermentasi dengan EM4. Selain itu terjadi perombakan

protein pada kotoran ayam menjadi asam amino yang kemudian menjadi

gas amoniak yang mengakibatkan munculnya aroma busuk.

Pembahasan N Total

Hasil N total yang didapat dari hasil uji laboratorium 10,43%, hasil

ini telah sesuai dengan standrat sebesar 1,6%. Menurut Etika (2007),

tingginya kadar N-total tersebut dapat disebabkan karena adanya tambahan

bahan-bahan organik seperti sekam, molase, dan larutan EM4 yang

menambah kadar protein kasar dalam kompos kotoran ayam. Kadar

protein kasar dalam sekam adalah 3,03%, sedangkan kadar protein kasar

dalam molase dan larutan EM4 sekitar 4-3%. Selain itu juga disebabkan

karena kadar N total yang terukur sebagai nitrogen adalah asam-asam

amino hasil dekomposisi protein pada kotoran ayam. Asam amino

merupakan salah satu nutrisi bagi mikroorganisme tanah yang berupa

nitrogen organik.Nitrogen organik merupakan bentuk cadangan N di

dalam tanah.N organik tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman

yang hanyamenghisap N dalam bentuk mineral. Kadar nitrogen yang

tinggi menunjukkan bahwa keadaan asam amino juga tinggi, akan tetapi

jumlah mikroorganisme yang memanfaatkan sebagai sumber nutrisi masih

sedikit, sehingga jumlah asam amino yang terukur sebagai nitrogen tinggi.

Page 22: Laporan Besar TPP K1

Sebaliknya, jika kadar nitrogen menurun pada perlakuan kompos hal ini

diduga karena kadar nitrogen pada perlakuan kompos telah berada dalam

dua bentuk yakni sebagai asam amino dan NH4+, dimana asam amino

digunakan oleh bakteri sebagai energi dan operasional sel, sedangkan NH4+

mengalami nitrifikasi yang hasilnya dapat diserap oleh tumbuhan.

Pembahasan C/N Rasio

C/N rasio didapatkan dari hasil bagi antara C organik dengan N

total. Hasil pada pupuk yang di komposkan sebesar 0,76%. Hasil ini

berbeda nyata dengan standrat C/N rasio yang telah ditentukan, yaitu

sebesar 10-20% (Etika, 2007). Penurunan nisbah C/N tersebut

menunjukkan proses dekomposisi telah terjadi. Penurunan nisbah C/N

dikarenakan terjadi penurunan karbon dan peningkatan nitrogen sehingga

bahan organik akan mudah terurai lebih cepat. Hal ini dikarenakan selama

proses dekomposisi, karbon dibebaskan oleh mikroorganisme dalam

bentuk CO2 dan CH4 yang mudah menguap

Pembahasan Kadar Air

Kadar air dari pupuk campuran guano, kotoran ayam dan daun

lamtoro sebesar 62,54%. Kadar air ini tergolong tinggi karena kelembaban

udara yang ada pada ruangan pembuatan kompos.Kandungan air berkaitan

dengan ketersediaan oksigen untuk aktivitas mikroorganisme aerobik, bila

kadar air bahan berada pada kisaran 40%–62,5%, maka mikroorganisme

pengurai akan bekerja optimal. Sehingga pada pupuk yang kami buat ini

mikroorganisme bekerja secara optimal untuk mengurai bahan – bahan

organik kompos.

Page 23: Laporan Besar TPP K1

BAB V

KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan

Pupuk adalah senyawa kimia anorganik / organik yang dijumpai di

alam atau dibuat manusia yang memiliki nilai hara langsung atau tidak

langsung bagi tanaman, pemberian pupuk yang tepat akan menghasilkan

perubahan pertumbuhan yang sifatnya positif bagi tanaman. Kompos adalah

hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik

yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba

dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.

Pada pembuatan pupuk ini digunakan bahan sebanyak 20 kg kotoran

ayam, 15 kg kotoran kelelawar dan 15 kg daun lamtoro yang jumlah total

semua adalah 50 kg. Pada proses hingga matang pupuk menyusut hingga 30

kg dengan berat bersih setelah diayak dengan ayakan 0,5 cm menjadi 15 kg.

Pada pengukuran suhu awal pupuk adalah 28˚C dan mengalami puncak suhu

pada suhu 55˚C atau dapat di katakan pupuk pada fase termofilik. Masuk

pada proses pematangan (mesofilik II) mulai tanggal 4 November 2013. Pada

pembuatan pupuk cair bahan campuran yang digunakan adalah 2 kg pupuk

sampel dan 1 liter air.Sedangkan pada pembuatan pupuk granular bahan

campuran yang digunakan adalah abu supaya pupuk tidak lengket.

Kadar air kompos sebesar 62,54% yang artinya Nilai yang dihasilkan

tidak memenuhi standar kualitas kompos menurut SNI, dimana kadar

maksimum yang diperbolehkan 50%. Kandungan air berkaitan dengan

ketersediaan oksigen untuk aktivitas mikroorganisme aerobik, bila kadar air

bahan berada pada kisaran 40%–62,5%, maka mikroorganisme pengurai akan

bekerja optimal.

Hasil data yang diperoleh dari pengukuran C-Organik adalah 8

%.Kadar C-organik pada bahan ini tidak memenuhi standar kualitas kompos

menurut SNI, dimana kadar minimum 27% dan maksimum yang

diperbolehkan 58%. Karbon dibutuhkan mikroorganisme untuk proses

Page 24: Laporan Besar TPP K1

pengomposan. Kadar C di dalam kompos menunjukkan kemampuannya

untuk memperbaiki sifat tanah.

Pada hasil pengujian pH menunjukkan bahwa nilai pH pupuk sebesar

8,08. Nilai ini dapat dikatakan kurang memenuhi standar kualitas menurut

SNI. Menurut standart kualitas SNI, pH yang optimum untuk proses

pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. Berdasarkan hasil akhir

pembuatan pupuk kompos dapat disimpulkan bahwa pupuk belum memenuhi

standart nasional yang telah ditentukan. Mulai dari C-Organik, pH hanya

kandungan N total dan kadar air yang sesuai dengan apa yang disyaratkan

oleh departemen pertanian. Ketidak sesuaian inibisa diakibatkan oleh bahan

yang telah lama bukan bahan baru serta kondisi lingkungan tempat

penyimpanan komposnya. Semestinya tempat penyimpanan pupuk

mempunyai fentilasi udara namun, pada kelompok kami pembuatan media

dari box kayu tanpa ventilasi membuat pematangan pupuk juga belum bisa

secara optimal sehingga hasil yang didapatkan belum maksimal.

5.2. Saran

Semoga dalam praktikum pembuatan pupuk ini bisa dapat

dimanfaatkan mahasiswa untuk menerapkan cara yang lebih sederhana dan

memperoleh hasil yang maksimal.

Page 25: Laporan Besar TPP K1

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., Y. E. Widyastuti.2008. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan

Kering, Sawah dan Pasang Surut. Jakarta:Penebar Swadaya.

Aribawa, I. B. 2008. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Organik dan Pupuk Urea

Terhadap sifat Tanah dan Hasil Kacang Panjang di Lahan Kering

Pinggiran Perkotaan Denpasar Bali. Bali : Pengkajian Teknologi Pertanian

Bali.

Guntoro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos

Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman

Tebu (Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen

Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Halliday, D. J. and M. E. Trenkel.1992. IFA World Fertilizer Use Manual. Paris :

International Fertilizer Industry Association

Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap

Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 8

Desember 2011

Laboratorium Faperta. 2009. Hasil Uji Kandungan Hara Tanah di Laboratorium

Faperta. Manado : Universitas Sam Ratulangi Manado.

Mazurak,APL Chesnin and A.A. Thijeel.1977.Ef-fect of beef castle manure on

water stability of soil ag-gregates.Soil Sci.Soc.Am.J.41:613-615

Nyanjang, R., A. A. Salim., Y.Rahmiati. 2003. Penggunaan Pupuk Majemuk NPK

25-7-7 Terhadap Peningkatan Produksi Mutu Pada Tanaman The

Menghasilkan di Tanah Andisols. . Gambung : PT. Perkebunan Nusantara

XII. Prosiding Teh Nasional.

Soedibyo, Anang. 2003. Pedoman Pelaksanaan Pertemuan Masyarakat

Agribisnis Jagung. Jakarta : Direktorat Serealia

Toharisman, A. 1991. Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Industri Gula Sebagai

Sumber Bahan Organik Tanah.Bandung :C.V. Pustaka Buana

Page 26: Laporan Besar TPP K1

Bach, P.D, K. Nalasaki, M. Shoda & H. Kubota. 1987. Thermal Balance in

Composting Operation. J. Ferment, Technol.

Miller, F. 1991. Biodegration of Solid Wastes by Composting.London : Elsevier.

Miftakhul Hidayatus Sholikah, Suyono, dan Prima Retno Wikandari. 2013. efektivitas

kandungan unsur hara n pada pupuk kandang hasilfermentasi kotoran ayam

terhadap pertumbuhan tanaman terung(solanum melongena l.)the

effectiveness of nutrient rate n in dung fertilizer fromfermented chicken

manure on the growth of eggplant (Solanum melongena l.). Prodi Kimia,

Jurusan Kimia, Universitas Negeri Surabaya. U N E S A J o u r n a l

o f C h e m i s t r y V o l . 2 , N o . 1

Yuhanti Vidha Etika. 2007. pengaruh pemberian kompos kulit kopi, kotoran

ayam dan kombinasinya terhadapketersediaan unsur n, p dan k pada

inceptisol. Universitas Brawijaya Fakultas Pertanian Jurusan Tanah

Program Studi Ilmu Tanah Malang

Epstein, E. 1997.The Science of Composting.Technomic Publishing Inc.

Pensylvania.83p dalam Yulianto, A.B, dkk. 2009. Pengolahan Sampah

Terpadu : Konversi Sampah Pasar Menjadi Kompos Berkualitas Tinggi.

Yayasan Danamon Peduli.)