Proposal Tpp Katarak

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan juga masalah sosial. Berdasarkan hasil survey kesehatan indra penglihatan dan pendengaran oleh DEPKES menunjukan prevalensi angka kebutaan 1,5%. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia (0,84%) dan baru mendapat pelayanan operatif adalah 10% (penderita yang datang langsung ke rumah sakit), sedangkan 90% penderita masih bersifat menunggu datangnya pelayanan kesehatan akibatnya timbul penumpukan penderita katarak yang cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi serta keterbatasan tenaga dan fasilitas kesehatan mata, sementara itu sebagian besar penderita kebutaan di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi rendah.(Depkes, 2000) Survei kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 yang dilakukan di 8 (delapan) Propinsi, menunjukan bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia 1,5 %, Gangguan penglihatan berat 1,10 % dan gangguan penglihatan sedang 1.80 %. Penyebab kebutaan adalah katarak 0,78 % ; glaukoma 0,20; kelainan refraksi 0,14 %; retina 0,13 %; kornea 0,10 %; dan lain-lain 0,15 %. Menurut ketentuan WHO kebutaan N. Novi Kemala Sari (702010022)

Transcript of Proposal Tpp Katarak

Page 1: Proposal Tpp Katarak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

masyarakat dan juga masalah sosial. Berdasarkan hasil survey kesehatan indra penglihatan

dan pendengaran oleh DEPKES menunjukan prevalensi angka kebutaan 1,5%. Katarak

merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia (0,84%) dan baru mendapat pelayanan

operatif adalah 10% (penderita yang datang langsung ke rumah sakit), sedangkan 90%

penderita masih bersifat menunggu datangnya pelayanan kesehatan akibatnya timbul

penumpukan penderita katarak yang cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh daya jangkau

pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya

operasi serta keterbatasan tenaga dan fasilitas kesehatan mata, sementara itu sebagian besar

penderita kebutaan di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi

rendah.(Depkes, 2000)

Survei kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 yang

dilakukan di 8 (delapan) Propinsi, menunjukan bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia 1,5

%, Gangguan penglihatan berat 1,10 % dan gangguan penglihatan sedang 1.80 %. Penyebab

kebutaan adalah katarak 0,78 % ; glaukoma 0,20; kelainan refraksi 0,14 %; retina 0,13 %;

kornea 0,10 %; dan lain-lain 0,15 %. Menurut ketentuan WHO kebutaan yang cukup tinggi

tersebut (>1%) dinilai bukan hanya menjadi masalah medis ataupun masalah kesehatan

masyarakat semata, melainkan telah menjadi masalah sosial yang perlu ditangani secara lintas

program dan lintas sektor. Upaya pelayanan kesehatan mata ditiap jenjang pelayanan

diberikan secara komprehensif mulai dari promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif perlu

dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Kemampuan tenaga kesehatan di

Indonesia sudah memadai namun belum dibarengi dengan kuantitas. Alat deteksi dini katarak

dan glaukoma hanya ada di 20-30% rumah sakit dan belum menjangkau sarana pelayanan

kesehatan yang dekat dengan masyarakat seperti puskesmas. di dalam dan di luar negeri

untuk mewujudkan mata sehat 2020. (Bina Kesehatan Masyarakat Departemen kesehatan

R.I.(www.ditplb.or.id) )

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 2: Proposal Tpp Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya

(Ilyas, 2010). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa

sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak

adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit

sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan

studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini

meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat

mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab

kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya

terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia

sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab

kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.

Mengingat bahwa penyakit katarak merupakan salah satu penyebab utama

kebutaan di Indonesia sehingga perlu diketahui oleh mahasiswa kedokteran, maka penulis

akan melakukan tugas pengenalan profesi untuk mengidentifikasi penyakit katarak yang

dialami penderita di Puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor resiko yang dialami penderita penyakit katarak di Puskesmas?

2. Apa saja gejala klinis yang dialami penderita penyakit katarak di Puskesmas?

3. Apa saja klasifikasi penyakit katarak yang dialami penderita penyakit katarak di

Puskesmas?

4. Bagaimana penatalaksanaan penyakit katarak di Puskesmas?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi ini adalah agar

mahasiswa dapat melihat langsung keadaan umum penderita penyakit katarak di Puskesmas

.

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 3: Proposal Tpp Katarak

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi ini adalah

1. Untuk mengetahui faktor resiko yang dialami penderita penyakit katarak di

Puskesmas

2. Untuk mengetahui gejala klinis yang dialami penderita penyakit katarak di

Puskesmas

3. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit katarak yang dialami penderita penyakit

katarak di Puskesmas

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit katarak di Puskesmas

1.4 Manfaat Penelitian

1 Menambah ilmu tentang penyakit katarak khususnya di Puskesmas

2 Menambah pengalaman dalam mengidentifikasi penyakit katarak di Puskesmas

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 4: Proposal Tpp Katarak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

Pada dasarnya, anatomi mata dibagi menjadi tiga bagian, terdiri dari rongga orbita,

bola mata, dan adneksa yang terdiri atas kelopak mata dan sistem air mata. Rongga orbita

merupakan suatu rongga yang dibatasi dinding tulang dan berbentuk seperti piramida yang

menyelimuti bola mata. Isi rongga orbita terdiri atas bola mata dengan saraf-saraf optik,

pembuluh darah dan otot-otot penggerak bola mata.(Ilyas, 2010)

Gambar 2.1. Anatomi Bola MataSumber: Gray’s Anatomy for Students, Richard L. Drake

Bola mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata. Dinding bola mata

disusun atas sklera dan kornea. Sklera merupakan jaringan ikat kolagen, kenyal, tebalnya

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 5: Proposal Tpp Katarak

kira-kira 1 mm. bagian luar sklera berwarna putih dan halus, sedangkan dibagian dalamnya

berwrna coklat dan kasar dan berhubungan dengan koroid. Dinding bola mata bagian depan

ialah kornea yang merupakan jaringan jernih dan bening, bentuknya hampir setengah

lingkaran. Batas kornea dan sklera disebut limbus. (Ilyas, 2010)

Isi bola mata terdiri atas lensa, uvea, badan kaca dan retina. Lensa adalah struktur

transparan, bikonveks yang berfungsi untuk

Mengatur kejernihannya sendiri

Untuk merefraksikan cahaya

Akomodasi

Lensa tidak mempunyai asupan darah ataupun inervasi saraf dan bergantung

sepenuhnya pada aquos humor untuk metabolism dan pembuangan “limbahnya”. Terletak di

belakang iris dan di depan korpus vitreous. Posisinya ditopang oleh zonula zinnia, terdiri dari

serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan

tebalnya bervariasi dengan umur, mulai dari 3,5 mm (saat lahir) dan 5 mm (dewasa).

Beratnya juga bervariasi antara 135 mg (0-9 tahun) hingga 255 mg (usia 40-80 tahun).

(Hutauruk, 2004)

Lensa mempunyai dua permukaan yaitu permukaan anterior dan posterior, dimana

kelengkungan permukaan anterior dengan radius kurvatura 6 mm. Kedua permukaan ini

bertemu di ekuator. Lensa dapat merefraksikan cahaya karena memiliki indeks refraksi,

normalnya sekitar 1,4 di sentral dan 1,36 di perifer. Dalam keadaan nonakomodatif,

kekuatannya 15-20 dioptri (D).

Struktur lensa terdiri dari:

1. Kapsul

Tipis transparan, dikelilingi oleh membran hialin yang lebih tebal pada

permukaan anterior disbanding posterior. Kapsul lensa merupakan membran

basal yang dihasilkan oleh sel epitel lensa, dimana komposisi terbanyak adalah

kolagen tipe IV. Kapsul lensa paling tebal di zona preekuatorial anterior dan

posterior dan paling tipis pada bagian posterior sentral. Dengan pertambahan

umur, kapsul anterior menebal sekitar 2 lipatan. (Ilyas, 2010)

2. Serabut Zonular

Lensa disokong oleh serabut zonular berasal dari basal lamina

nonpigmented epithelium pars plana dan pars plikata daripada korpus siliaris.

Zonular ini masuk ke dalam lensa di region ekuator. Diameter serabut adalah 5-

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 6: Proposal Tpp Katarak

30 μm. Pada keadaan tidak berakomodasi, badan siliaris memegang zonula

sedemikian rupa sehingga zonula dalam keadaan tegang dan menyebabkan

kapsu lensa tertarik dan bentuknya kurang cembung (konveks). Saat

berakomodasi, kontraksi otot badan siliaris akan menyebabkan processus

ciliaris terdorong lebih jauh kea rah sentral, hal ini membuat zonula mengendur.

Dengan tidak adanya tarikan dari zonula, bentuk lensa menjadi lebih cembung

(diameter anterior posterior bertambah), sehingga kekuatan refraksinya juga

bertambah saat berakomodasi. (Ilyas, 2010)

3. Epitel

Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapisan sel epitel. Sel-

sel ini aktif dalam metabolisme dan melakukan aktivitas-aktivitas sel, termasuk

biosintesis DNA, RNA, protein, dan lemak, juga ATP untuk memberi energi

yang dibutuhkan lensa. Di bagian ekuator, sel ini aktif membelah dan

membentuk serabut lensa baru sepanjang kehidupan. Dengan pertambahan

umur, tinggi sel epitel berkurang dan lebarnya bertambah. Beberapa studi

menunjukan berkurangnya jumlah sel epitel terjadi pada pembentukan katarak.

(Vaughan, 2000)

4. Nukleus

Bagian sentralnya terdiri dari serabut-serabut tua. Terdiri beberapa zona

berbeda, yang menumpuk ke bawah sejalan dengan perkembangan. (Vaughan,

2000)

Epinukleus adalah bagian nukleus terluar atau bagian korteks terdalam

Nukleus dewasa adalah lapisan terdalam selanjutnya

Nukleus fetal mengacu kepada area cotyledonus pada daerah

penyebaran cahaya pada lensa dewasa yang jernih

Embrional nukleus adalah inti nukleus paling dalam

5. Korteks

Bagian perifer yang terdiri dari serabut-serabut lensa yang paling muda.

Bagian-bagian korteks dewasa :

Korteks perifer berada tepat dibawah epitel anterior atau kapsul

posterior

Korteks supranuklear dekat dengan nukleus

Epinukleus sama dengan region supranuklear

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 7: Proposal Tpp Katarak

Sutura adalah garis yang dibentuk oleh ujung serabut lensa.

2.2 Katarak

2.2.1 Definisi

Katarak merupakan penyebab terbanyak kebutaan di dunia. Meskipun

dapat terjadi katarak congenital, dan katarak pada anak-anak serta dewasa

muda bisa terjadi katarak oleh karena trauma, namun mayoritas penyebab

katarak adalah karena faktor usia. Deteksi dini, pemantauan ketat, dan

intervensi operasi harus diterapkan dalam penatalaksanaan katarak. Lensa

adalah suatu struktur transparan (jernih). Kejernihannya dapat terganggu oleh

karena proses degenerasi yang menyebabkan kekeruhan serabut lensa.

Terjadinya kekeruhan pada lensa disebut dengan katarak. (Vaughan, 2000)

2.2.2 Faktor Resiko

Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang

berpengaruh antara lain adalah umur, jenis kelamin, dan faktor genetik,

sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara lain adalah pendidikan

dan pekerjaan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status

kesehatan seseorang serta faktor lingkungan, dalam hubungannya dengan

paparan sinar ultra violet. Berikut ini beberapa faktor resiko yang dapat di

jelaskan:

1. Usia

Katarak sangat berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan

dengan proses penuaanyang terjadi dalam lensa. Perubahan yang tampk

adalah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan

korteks lensa. Secara klinik, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak

terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya

sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade ke-4 dalam bentuk keluhan

presbiopia. (Vaughan, 2000)

Penelitian-penelitian di Amerika, mengidentifikasi adanya katarak

pada sekitar 10% orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat

sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 8: Proposal Tpp Katarak

dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.

(Vaughan, 2000)

2. Gender

Tingginya resiko perempuan terkena katarak sebenarnya tidaklah

terlalu besar tapi secara konsisten dijumpai dalam berbagai penelitian-

penelitian. Tingginya prevalensi pada perempuan terutama untuk resiko

terjadinya katarak kortikal. (Herna, 2009)

2.2.3 Gejala Klinis

Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan

dijumpai pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan

adalah (Vaughan, 2000) :

1. Silau

Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi

keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan

yang terang hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu

mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini khususnya dijumpai

pada tipe katarak posterior subskapular. Pemeriksaan silau (test glare)

dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang

disebabkan oleh sumber cahaya yang diletakan didalam lapang pandang

pasien. (Vaughan, 2000)

2. Halo

Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya

sinar putih menjadi spectrum warna oleh karena meningkatnya kandungan

air dalam lensa.

3. Diplopia mononuklear atau poliopia

Terkadang, perubahan nuclear terletak pada lapisan dalam nukleus

lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa. Daerah

ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk.

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 9: Proposal Tpp Katarak

Tipe katarak ini kadang-kadang menyebabkan diplopia monocular atau

poliopia.

4. Distorsi

Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang,

sering dijumpai pada stadium awal katarak.

5. Penurunan tajam penglihatan

Katarak menyebabkan penurunan tajam penglihatan progresif tanpa

rasa nyeri. Umumnya pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya

langsung tepat sasaran, dan pasien menceritakan kepada dokter, aktivitas

apa saja yang terganggu. Dalam situasi lain, pasien hanya menyadari

adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Setiap tipe

katarak biasanya mempunyai gejala gangguan penglihatan yang berbeda-

beda, tergantung pada cahaya, ukuran pupil dan derajat myopia. Setelah

didapat riwayat penyakit, maka pasien harus dilakukan pemeriksaan

penglihatan lengkap, dimulai dengan refraksi. Perkembangan katarak

nuclear sklerotik dapat meningkatkan dioptri lensa, sehinggaterjadi

myopia ringan hingga sedang.

6. Sensitivitas Kontras

Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi

variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang

bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial. Sensitifitas

kontras dapat menunjukan penurunan fungsi penglihatan yang tidak

terdeteksi dengan snellen. Namun, hal tersebut bukanlah indicator spesifik

hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak.

7. Myopic shift

Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan

lensa, yang umumnya menyebabkan myopia ringan atau sedang.

Umumnya pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya

penglihatan dekat oleh karena meningkatnya miopia akibat peningkatan

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 10: Proposal Tpp Katarak

kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik, sehingga kacamata baca atau

bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut “second sight”.

Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan

tersebut akhirnya hilang juga. (Ilyas, 2010)

2.2.4 Klasifikasi Katarak

2.2.4.1 Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum

atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.

Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi

yangcukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.

Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan

oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia,

homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis,

penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa

penyakit- penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris,

keratokonus, iris heterokromia,lensa ektopik, displasia retina, dan

megalo kornea.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

1.Kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak

kapsular dan katarak   polaris.

2.Katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang

mengenai korteks atau nukleus saja.

Kekeruhan katarak kongenital dapat dijumpai dalam berbagai

bentuk dan gambaran morfologik. Dikenal bentuk-bentuk katarak

kongenital :katarak piramidalis atau polaris anterior, katarak  piramidalis

atau polaris posterior, katarak zonularis atau lamelaris, katarak pungtata

dan lain-lain.

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 11: Proposal Tpp Katarak

2.2.4.2 Katarak Juvenil

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang

mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.

Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.

(sesudah usia 1 tahun). Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit

penyakitsistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti:

i.Katarak metabolik 

a. Katarak diabetika dan galaktosemik (gula) 

b. Katarak hipokalsemik (tetanik)

c . Katarak defisiensi gizi

d. Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan

homosistinuria)

e . Penyakit Wilson

f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain

ii.Otot

a.Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)

iii.Katarak traumatik 

iv.Katarak komplikata

a.Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma,

mikroftalmia, aniridia, pembuluhhialoid persisten, heterokromia

iridis)

b. Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal),

seperti Wagner danretinitis pigmentosa, dan neoplasma)

c.Katarak anoksik 

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 12: Proposal Tpp Katarak

d. Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,

dinitrofenol,triparanol(MER-29),antikholinesterase,

klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi)

e. Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan

kulit (sindermatik),tulang (disostosis kraniofasial,

osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikan skongenita

pungtata), dan kromosom

f. Katarak radiasi

2.2.4.3 Katarak Senilis

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai

yaitu sekitar 90 % dari kasus katarak adalah katarak senilis. Telah

diketahui katarak senilis ada hubungan dengan bertambahnya usia dan

berkaitan dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan

yang tampak adalah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya

lapisan korteks lensa. Secara klinik, proses ketuaan lensa sudah tampak

sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai

terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk

keluhan presbiopia. (Ilyas, 2010)

Pengelompokan katarak senilis berdasarkan tingkat kematangan

dan berdasarkan bentuk kekeruhan lensa. Hubungan dengan derajat

gangguan penglihatan dan tingkat kematangan sangat diperlukan untuk

menentukan waktu pengambilan tindakan operasi. Berdasarkan tingkat

kematangan katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium yaitu, stadium

insipien, stadium immatur, stadium matur dan hipermatur, sedangkan

berdasarkan bentuk dikenal 3 bentuk katarak senilis, yaitu katarak

nuklear, kortikal dan kupuliform. (Ilyas, 2010)

Berdasarkan morfologinya katarak dibagi menjadi :

1. Katarak nuklear

Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi

sklerotik. Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 13: Proposal Tpp Katarak

kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-

hitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.

2. Katarak kortikal

Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa

menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks

refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan

kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.

3. Katarak kupuliform

Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak

kortikal atau nuklear. Kekeruhan terletak di lapis korteks posterior

dan dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya

terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini

sering sukar dibedakan dengan katarak komplikata. (Ilyas, 2010)

Berdasarkan tingkat kematangannya, katarak dibagi menjadi 4

stadium :

1. Katarak insipien

Kekeruhan tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk

gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya.

Kekeruhan biasanya terletak dikorteks anterior atau posterior.

Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan.

Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia oleh karena indeks

refraksi tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji

bayangan iris akan positif.

2. Katarak imatur

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih

tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 14: Proposal Tpp Katarak

terdapat bagian bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini

terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah

cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan indeks

perubahan refraksi dimana mata akan menjadi miopik.

Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan

sehingga bilik mata akan lebih sempit. Pada stadium intumesen ini

akan mudah terjadi penyulit glaukoma . Uji bayangan iris pada

keadaan ini positif.

3. Katarak matur

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi

pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Di

dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong

ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal

kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat

putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila

dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.

4. Katarak hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks

lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. Lensa

mengkerut dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan

mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah

(katarak Morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik

mata menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran

pseudopositif.

2.2.5 Patofisiologi

Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak

merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 15: Proposal Tpp Katarak

kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak larut.

Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami

peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan

oleh kompresi sentral serta lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru

diproduksi dikorteks, serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang

padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak terasa

nyeri dan sering bilateral. Selain itu berbagai penyebab katarak diatas

menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme

ini , menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa

yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat

berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar

yang masuk memalui kornea yang dihalangi oleh lensa yang keruh atau huram.

Kondisi ini memburamkan bayangan semu yang sampai pada retina.Akibat otak

mengiterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak

diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning , bahkan

menjadi coklat atau hitam dank klien mengalami kesulitan dalam membedakan

warna. (Indriana, 2005)

Katarak pada usia lanjut terjadi melalui dua proses, yaitu :

1. Penumpukan protein di lensa mata

Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein.

Penumpukan protein pada lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan

pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke retina.

Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga

padatahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau gangguan

penglihatan. Pada proses selanjutnya penumpukan protein ini akan

semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan semakin meluas

dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab

tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.

2. Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan- lahan

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 16: Proposal Tpp Katarak

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan

pertambahan usia, lensa mata dapat mengalami perubahan warna

menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan

gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi

tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina.

2.2.6 Penatalaksanaan

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu

dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau

kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan

tindakan operasi.

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk

memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan

operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan

penurunan tajam. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika

katarak terjadi bersamaan dengan penyakit mata lainnya, seperti

uveitis,glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat

setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi

yang mungkin terjadi.

Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa

yang katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa

dengan isi kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa

(korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang dirobek dengan

meninggalkan kapsul posterior.

1. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior

sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan

tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasiendengan

kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular,

kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 17: Proposal Tpp Katarak

untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi

retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk

mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps

badankaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat

terjadi katarak sekunder.

2.Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.

Dapat dilakukan pada zonulazinn telah rapuh atau berdegenerasi dan

mudah diputus. Pada tindakan ini tidak akan terjadi katarak sekunder.

Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan

mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat.

Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa

intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa di

dalam mata. Operasi katarak sering dilakukan dan biasanyaaman. Setelah

pembedahan jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang

bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah

infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan,

selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep.

Untuk melindungi matadari cedera, penderita sebaiknya menggunakan

kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka

pembedahan benar-benar sembuh.

3. Fakoemulsifikasi

Merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran

ultrasonic untuk  menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan

kortek dapat diaspirasi melalui insisi ±3 mm. Teknik operasi ini

menggunakan gelombang ultrasonik dan hanya perlu membuat lukairisan

sekitar 1,8 – 2,75 milimeter saja.. Dengan alat ini lensa dipecah dalam

beberapa bagian selanjutnya dihisap. Kemudian diteruskan dengan

pemasangan lensa tanam lipat (Foldable IntraOculer Lens). Keuntungan dari

teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko infeksi kecil, tanpa jahitan,

penyembuhan lebih cepat dan rehabilitasi visus/penglihatan lebih cepat

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 18: Proposal Tpp Katarak

sehingga pasienlebih puas. Dengan teknik ini seberapapun derajat ketipisan

katarak operasi dapat dilakukantanpa menunggu matang.

4. Rehabilitasi

Pilihan rehabilitasi bergantung pada keparahan

masalah, umur klien dan jenis pembedahan. Pilihan

rehabilitasi meliputi sebagai berikut :

1) Kacamata (aphakic spectacles)

Setelah ekstraksi katarak, mata klien tak mempunyai

lensa yang disebut afakia dengan tanda COA dalam, iris

tremulans, pupil hitam. Keadaan ini harus dikoreksi dengan

lensa sferis (+) 10D supaya dapat melihatjauh. Koreksi ini

harus diberikan 3 bulan pascaoperasi, sebab sebelum 3

bulan keadaan refraksi masih berubah-ubah karena

keadaan luka belum tenang dan astigmatismenya tidak

tetap. Lensa mengubah bayangan sebanyak 25-33% dan

menyebabkan distorsi sehingga garis vertikal seperti pintu

tampak melengkung, menyebabkan pandangan perifer

hilang, kedua mata tidak berfungsi bersama, sehingga

terjadi diplopia jika hanya satu mata yang dioperasi, dan

merupakan pilihan yang tidak mahal.

2) Lensa kontak

Keuntungan pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya

7% lebih besar daripada ukuran normal, sehingga kedua

mata berfungsi bersama. Lapang pandang tidak

berubah/konstriksi. Kerugiannya dapat terjadi lakrimasi,

perlu ketrampilan untuk memasang dan melepas,

potensial infeksi dan abrasi kornea, implantasi lensa

intraokuler, distorsi bayangan minimal 1-3%, segera

kembali ke binokular vision. Kerugiannya risiko tinggi

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 19: Proposal Tpp Katarak

komplikasi, kemungkinan penolakan lensa dan biaya

mahal. (Indriana, 2005)

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat Pelaksanaan

Puskesmas

3.2 Waktu Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : November 2012

Pukul :

3.3 Subjek Tugas Mandiri

Mengidentifikasi penyakit katarak di Puskesmas

3.4 Langkah Kerja

1. Membuat proposal

2. Melakukan konsultasi kepada pembimbing Tugas Pengenalan Profesi

3. Meminta surat jalan dari kampus untuk melaksanakan TPP di Puskesmas

4. Mengidentifikasi penyakit katarak di Puskesmas

5. Mengumpulkan hasil kerja lapangan untuk mendapatkan suatu kesimpulan

6. Membuat laporan hasil Tugas Pengenalan Profesi dari data yang sudah didapatkan

3.5 Pengumpulan data

Melakukan identifikasi langsung terhadap penderita penyakit katarak di PuskesmasN. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 20: Proposal Tpp Katarak

3.6 Pengolahan data

Analisis deskriptif yaitu pengolahan data yang dilakukan dengan cara

membandingkan teori dan data di lapangan

Palembang, November 2012

Mahasiswa Blok XV Kelompok 2

Diketahui dan Disetujui

Pembimbing

dr. Hj. Hasmeinah, Sp.M

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 21: Proposal Tpp Katarak

BAB IV

PENUTUP

Proposal ini disusun sebagai usaha melakukan penyelenggaraan kegiatan Tugas

Pengenalan Profesi supaya mahasiswa dapat mengamati lebih awal dan melihat secara

langsung penderita penyakit katarak di Puskesmas

Demikianlah proposal kami, semoga proposal ini menjadi bahan pertimbangan dan

perhatian dr. Hj. Hasmeinah, Sp.M, selaku pembimbing Tutorial 2 dalam mendukung

kegiatan Tugas Pengenalan Profesi yang kami laksanakan dalam rangka meningkatkan

Sumber Daya Manusia sekaligus untuk memenuhi tugas pada blok XV ini.

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 22: Proposal Tpp Katarak

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. & Kohn E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :

EGC

Hutauruk, Soekardi. 2004. Anatomi dan Fisiologi Lensa dalam Transmisi menuju

Fakoemulsifikasi. Jakarta : Granit, Kelompok Yayasan Obor Indonesia

Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Ed.6. Jakarta : EGC

Vaughan, Daniel, dkk. 2000. Oftalmology Umum Edisi 14. Jakarta : Widya Medika

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 23: Proposal Tpp Katarak

LAMPIRAN

QUESIONER

Identitas Pasien

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

Status :

Anamnesis (Autoanamnesis/ Alloanamnesis)

1. Apa keluhan yang dialami ibu/bapak?

2. Sejak kapan keluhan timbul?

3. Apakah keluhan tersebut semakin memburuk (perjalanan penyakit)?

4. Adakah keluhan tambahan lainnya misalnya :

- Penglihatan menjadi silau

- Mata merah

- Mata beair

- Penglihatan seperti ganda (diplopia)

- Melihat adanya lingkaran di sekeliling cahaya (halo)

- Lebih nyaman melihat ditempat yang teduh

- Distorsi/ garis lurus terlihat bergelombang

5. Apakah keluhan hanya terjadi pada satu mata atau keduanya?

6. Apakah pernah menggunakan obat mata atau belum?

7. Obat apa yang diberikan?

8. Setelah mengkonsumsi obat tersebut, keluhan berkurang atau tidak?

N. Novi Kemala Sari (702010022)

Page 24: Proposal Tpp Katarak

9. Apakah pernah terapi pengobatan (laser)?

10. Apakah pernah mengkonsumsi obat- obatan misalnya steroid/ reumatik?

11. Sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama?

12. Apakah pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur

(trauma)?

13. Apakah ada penyakit dahulu seperti :

- Diabetes melitus (sering makan, sering kencing, badan tambah kurus)

- Hipertensi (sakit di belakang kepala terutama pagi hari, pernah mendapat obat

anti hipertensi)

11. Apakah anggota keluarga pernah mengalami keluhan yang sama?

12. Apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit Diabetes Melitus/ Hipertensi?

13. Apa pengobatan yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan?

N. Novi Kemala Sari (702010022)