K1. ASKEP NEONATUS

35
i

description

keperawatan anak

Transcript of K1. ASKEP NEONATUS

Page 1: K1. ASKEP NEONATUS

i

Page 2: K1. ASKEP NEONATUS

i

KATA PENGANTAR

Assallamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah kepada seluruh mahluk-Nya. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

tersebut akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat

waktu. Tidak lupa pula shalawat serta salam selalu kita limpahkan kepada

junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Pembuatan makalah ini berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan pada

Neonatus” merupakan salah satu prasyarat penilaian untuk mata pelajaran

Keperawatan Anak pada Pendidikan Program Studi S.1 Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Pontianak. Pada penyusunan makalah ini penulis

banyak mendapatkan masalah, tetapi setelah mendapat bimbingan, dorongan,

arahan serta bantuan dari Ibu Martina Ekacahyaningtyas, S.Kep., Ns. selaku dosen

pembimbing, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah, ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih, baik bagi

pambaca maupun penulis. Amin.

Pontianak, Oktober 2012

Penulis

Page 3: K1. ASKEP NEONATUS

ii

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................................. 1

Tujuan Penulisan ............................................................................................. 1

Metode Penulisan ............................................................................................. 1

Sistematika Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Tumbuh Kembang Fisik Masa Neonatus ..................................... 3

B. Perkembangan Kognitif ............................................................................. 6

C. Perkembangan Psikososial ......................................................................... 7

D. Perkembangan Motorik ............................................................................. 8

E. Perkembangan Psikoseksual ...................................................................... 9

F. Nutrisi ........................................................................................................ 9

G. Masalah Bayi Baru Lahir ........................................................................... 9

H. Bimbingan Antisipasi ................................................................................ 18

I. Asuhan Keperawatan Neonatus .................................................................. 20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 31

B. Saran ........................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 32

Page 4: K1. ASKEP NEONATUS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Periode neonatus adalah masa bulan pertama kehidupan. Selama tahapan

ini, fungsi fisik bayi baru lahir kebanyakan reflektif, dan stabilisasi system

organ utama adalah tugas tubuh yang utama. Perawat dapat menerapkan

pengetahuan mereka tentang tahapan pertumbuhan dan perkembangan ini

untuk meningnkatkan kesehatan bayi baru lahir dan orang tua. Jika perawat

memahami misalnya, bahwa tangisan bayi baru lahir secara umum merupakan

refleksi respon kebutuhan yang tidak terpenuhi, orang tua dapat dibantu dalam

cara mengidentifikasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya memberi

konseling kepada orang tua untuk sebaiknya menyusui bayi mereka

berdasarkan kebutuhan bukan dengan menggunakan jadwal yang kaku.

2. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Setelah membahas makalah “Konsep Asuhan Keperawatan pada

Neonatus”, mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan mereka tentang

tahapan pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan kesehatan

bayi baru lahir dan orang tua.

b. Tujuan Khusus

Setelah membahas makalah “Konsep Asuhan Keperawatan pada

Neonatus”, mahasiswa mampu :

- Memahami Konsep Tumbuh Kembang pada Neonatus

- Memahami masalah kesehatan pada neonatus

- Memahami dan mengetahui bimbingan antisipasi

- Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada neonatus

Page 5: K1. ASKEP NEONATUS

2

3. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif yang

menggambarkan bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Neonatus.

4. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN. Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan

Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORI, Terdiri dari Konsep tumbang, Masalah pada

Neonatus, dan Asuhan keperawatan Neonatus

BAB III : PENUTUP. Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

Page 6: K1. ASKEP NEONATUS

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Tumbuh Kembang Fisik Masa Neonatus

Periode neonatus adalah masa bulan pertama kehidupan. Selama

tahapan ini, fungsi fisik bayi baru lahir kebanyakan reflektif, dan stabilisasi

sistem organ utama adalah tugas tubuh yang utama. Perilaku sangat

mempengaruhi interaksi antara bayi baru lahir dan lingkungan serta pengaruh.

Misalnya, rata-rata anak usia 2 minggu tersenyum secara spontan dan mampu

mengenali wajah ibunya. Pengaruh perilaku refleksi ini secara umum

melambungkan perasaan cinta ibu segera memeluk bayi tersebut.

Perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang tahapan

pertumbuhan dan perkembangan ini untuk meningnkatkan kesehatan bayi

baru lahir dan orang tua. Jika perawat memahami misalnya, bahwa tangisan

bayi baru lahir secara umum merupakan refleksi respon kebutuhan yang tidak

terpenuhi (mis. lapar), orang tua dapat dibantu dalam cara mengidentifikasi

untuk memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya memberi konseling kepada

orang tua untuk sebaiknya menyusui bayi mereka berdasarkan kebutuhan

bukan dengan menggunakan jadwal yang kaku.

Pengkajian keperawatan menyeluruh dilakukan segera pada saat fungsi

fisiologis neonatus stabil, secara umum dalam beberapa jam setelah lahir.

Pada saat ini perawat mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar kepala,

temperature, nadi dan pernafasan serta mengobservasi penampilan umum

fungsi tubuh, kemampuan sensori dan kemampuan berespons.

Page 7: K1. ASKEP NEONATUS

4

a. Tinggi Badan

Antara usia 0 dan 6 bulan, bayi tumbuh 2,5 cm per bulan hingga panjang

tubuh rata-rata 63,8 cm. Antara usia 6 dan 12 bulan, panjang bayi baru

lahir meningkat 50 % hingga ukuran rata2 usia 12 bulan, yaitu 72,5 cm.

b. Berat Badan

Antara usia 0-6 bulan berat bayi bertambah 682 g per bulan . berat badan

lahir bayi meningkat dua kali ketika usia 5 bulan. Berat badan rata-rata

usia 6 bulan adalah 7,3 kg. Antara usia 6 sampai 12 bulan berat bayi

bertambah 341 g per bulan. Berat badan rata-rata bayi usia 12 bulan adalah

9,8 kg.

c. Lingkar kepala (LK) atau Lingkar fronto-oksipital (LFO)

Antara usia 0-6 bulan , Lk bertambah 1,32 cm per bulan hingga ukuran

rata-rata 37,4 cm. Antara usia 6 sampai 12 bulan, LK meningkat 0,04 cm

per bulan hingga mencapai ukuran rata-rata 45 m. Pada usia 12 bulan, LK

meningkat sepertiganya dan berta otak bertambah 2,5 kali dari berat lahir.

d. Lingkaran dada

Ukuran normal sekitar 2 cm lebih kecil dari LK. Ukurlah lingkaran dada

sejajar dengan puting.

e. Perubahan fontanel

Saat lahir, bagian terlebar fontanel anterior yang berbentuk berlian

brukuran sekitar 4-5 cm, fontanel ini menutup pada usia 12 dan 18 bulan.

Saat lahir, bagian terlebar fontanel posterior yang berbentuk sgi tga sekitar

0,5 - 1 cm, fontanel ini menutup pada usia 2 bulan.

Denyut jantung neonatus secara bertahap menurun dari denyut jantung

janin 130 sampai 160 kali per menit turun menjadi 120 sampai 140 kali per

menit. Systole dan diastole dalam keadaan durasi yang lebih pendek,

intensitas lebih besar, dan bunyi yang lebih tinggi. Rata-rata tekanan darah

adalah 74/46 mmHg. Gerak pernafasan bayi baru lahirterutama denga perut

dan bervariasi dalam waktu dan iramanya, tetapi rata-rata waktu pernafasan

Page 8: K1. ASKEP NEONATUS

5

adalah 30 sampai 50 kali per menit. Karena neonatus bernafas melalui

hidung, penting untuk menjaga saluran hidung bersih. Temperatur aksila

berada dalam rentang antara 36C sampai 37,5C dan secara umum menjadi

stabil dalam 24 jam setelah lahir.

Karakteristik perilaku bayi baru lahir yang normal meliputi periode

menghisap, menangis, tidur, dan beraktivitas. Gerakan umum sporadic, tetapi

gerakan tersebut simetris dan melibatkan seluruh ekstremitas. Posisi relative

fleksi selama kehidupan intrauterine berlanjut pada saat neonatus berusaha

untuk mempertahankan perasaan menutup dan rasa aman. Bayi baru lahir

normalnya melihat wajah pengasuh, secara refleksif tersenyum, dan

berespons terhadap stimulus sensori, khususnya wajah pengasuh utama, suara

dan sentuhan.

Jam pertama kehidupan bayi baru lahir tanpa pemberian obat utamanya

dihabiskan dalam keadaan diam-waspada dengan mata terbuka lebar dan

aktivitas mengisap kuat. Setelah itu bayi tidur terus selama 2 sampai 3 hari

berikutnya untuk pulih dari proses kelahiran yang melelahkan. Setelah itu

periode tidur bervariasi dari 20 menit sampai 6 jam denga perbedaan siang-

malam yang sempit. Perilaku bayi ditandai dengan lima kondisi berbeda yang

sangat dipengaruhi oleh stimulus lingkungan. Penting bagi orang tua untuk

memahami kondisi ini dan implikasi kondisi tersebut untuk interaksi parental.

Bayi yang yditempatkan untuk tidur harus diposisikan pada sisi mereka atau

bagian belakang menurut American Academy of Pediatrics.

Perawat mengatur pemeriksaan skrining dan pemeriksaan laboratorium

lain yang diindikasikan oleh kondisi kesehatan neonatus. Pemeriksaan darah

dapat digunakan untuk menentukan kesalahan metabolism saat (inborn errors

of metabolism, IEM). Bentuk ini digunakan utnuk gangguan genetic yang

disebabkan oleh tidak adanya atau defisiensi substansi, biasanya enzim, yang

penting untk metabolism sel yang mengakibatkan etabbolisme protein,

karbohidrat, atau lemak abnormal. Walaupun IEM jarang sekali, mereka

terhitung sebagai proporsi yang berarti dari masalah kesehatan pada anak-

anak. Skrining neonatus dapat mendeteksi fenil keton urea (PKU),

Page 9: K1. ASKEP NEONATUS

6

hipotiroidisme, dan galaktosemia sehingga dengan demikian member

tindakank sesuai yang dapat mencegah retardasi mental permanen dan

masalah kesehatan lain. Pemeriksaan in diwajibkan di Amerika Serikat.

B. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif yang awal mulai dengan perilaku bawaan,

reflex dan fungsi sensori. Bayi baru lahir memulai aktivitas reflex,

menyesuaikan benda-benda yang baru ke dalam perilaku, dan

mengakomodasikan perilaku ini untuk mencapai keinginan mereka. Misalnya,

neonatus belajar untuk menoleh kearah putting susu. Walaupun bayi

berperilaku sesuai kehendak mereka, pembelajaran aktivitas terbatas pada

reflex dan fungsi sensori.

Fungsi sensori membantu perkembangan kognitif pada bayi baru lahir.

Pada saat lahir, anak-anak dapat berfokus pada benda berjarak kira-kira 8

sampai 10 inci dari wajah mereka dan dapat melihat benda. Kesukaan untuk

wajah orang muncul. System auditorius dan vestibular berfungsi dari lahir.

Kemampuan sensori ini memberikan neonatus untuk mengeluarkan stimulus

lebih daripada hanya menerima stimulus. Orang tua harus diajarkan

pentingnya memberikan stimulus sensori, mislnya berbicara dengan bayi

mereka dan memegang mereka untuk melihat wajah mereka. Hal ini

memungkinkan bayi untuk mencari stimulus, dengan demikian memperbesar

pembelajaran dan peningkatan perkembangan kognitif.

Belum ada kepastian apakah bayi menagis meriupakan precursor

terhadap penyempurnaan bahasa. Namun, menangis menunjukkan respon,

dan pemberi perawatan membedakan pola menangis tersebut. Karena itu

menangis mempunyai arti untuk bayi baru lahir dan orang tua. Untuk

neonatus, menangis berarti komunikasi. Mereka menangis untuk satu alas an,

walaupun pada saatnya alasan ini sulit untuk ditentukan. Beberapa bayi

menangis karena popok mereka basah atau mereka lapar atau mereka ingin

dipeluk. Bayi lain menangis hanya untuk membuat keributan atau karena

ingin berganti posisi atau aktivitas.

Page 10: K1. ASKEP NEONATUS

7

C. Perkembangan Psikososial

Selama sebulan pertama kehidupan, orang tua dan bayi baru lahir

normalnya membangun hubungan kuat yang tumbuh kedalam kedekatan yang

dalam. Interaksi selama perawatan rutin memperbesar atau memperkecil

proses kedekatan. Tindakan menyusui, kebersihan, keberhasilan, dan

membebrikan rasa nyamansebanyak mungkin ketika bayi terjaga.

Pengalaman interaksi ini member dasar untuk terjadi bentuk kedekatan yang

dalam. Neonatus merupakan partisipan yang akif dalam proses ini.

Jika orang tua atau anak-anak mengalami komplikasi kesehatan setelah

lahir, hubungan dapat terganggu. Isyarat perilaku bayi mungkin lemah atau

tidak ada. Perawatan dan pengasuh secara bersamaan kurang memuaskan.

Rasa lelah, orang tua yang sakit memiliki kesulitan untuk mengartikan dan

merespons bayi mereka. Anak-anak yang memiliki anomaly congenital sering

terlalu lemah untuk berespons terhadap isyarat orang tua dan membutuhkan

dukungan khusus dari tindakan keperawatan. Misalnya, bayi yang lahir

dengan gangguan jantung mungkin lebih mudah merasa lelah selama

menyusui. Mereka mungkin istirahat lebih sering setelah beberapa isapan

yang kuat dan tertidur setelah mendapat 30 cc sampai 45 cc. Bayi mungkin

bangun setelah satu setengah jam, menangis karena mereka lapar kembali.

Ibu, tidak memahami bahwa tangisan tersebut adalah perintah secara

fisiologis untuk rangkaian dari suatu kejadian, mungkin mereka berpikir

bahwa bayi tersebut sedang rewel atua bahwa mereka tidak adekuat.

Keduanya, baik ibu dn bayi memperoleh penurunan kesenangan dari

pengalaman menyusui. Dalam kasus ini, bagaimana pun juga, hubungan tidak

menignkat dan bahkan mungkin berkurang kecuali tindakan keperawatan

memutuskan rangkaian kejadian tersebut.

Menurut Erick Erickson :

Erikson menyebutkan bahwa krisis masa bayi adalah “percaya vs tidak

percaya”

Kemampuan bayi mempercayai orang lain yang berkembang pada tahun

pertama membentuk dasar untuk seluruh tugas psikososial selanjutnya.

Page 11: K1. ASKEP NEONATUS

8

a. Rasa takut

- Bayi yang memperihatkan respon terkejut yang refleksif terhadap

suara keras , benda yang jatuh dan gerakan yg tiba-tia

- Ansietas terhadap orang asig biasanya muncul pada usia 6 bulan .

- Pelukan dan kehangatan pengasuh dapat menenangkan rasa takut .

- Seorang bayi biasanya mencari kenyamanan dari benda yang

menimbulkan rasa aman.

b. Sosialisasi

- Rasa sayang terhadap orang yang berarti di mulai pada saat lahir dan

meningkat dengan jelas setelah usia 6 bulan .

- Tanda-tanda kemajuan sosialisasi hampir terjadi setiap bulan :

Bayi memperlihatkan senyum sosial pada usia 2 bulan.

Bayi mengenali wajah-wajah yang familier pada usia 3 bulan.

Bayi menikmati interaksi sosial pada usia 4 bulan.

Bayi tersenyum pada bayangan di cermin pada usia 5 bulan.

Bayi mulai takut pada orang asing pada usia 6 bulan.

D. Perkembangan Motorik

a. Motorik Kasar

Bayi baru lahir dapat memutar kepalanya dari sisi yang satu ke sisi yang

lain pada posisi tengkurap.

Bayi memperlihatkan hampir tidak ada keterlambatan dalam

kemampuan mengangkat kepala di usia sekitar 3 bulan .

Bayi berguling dari depan ke belakang kira-kira pada usia 5 bulan ,

Bayi duduk bersandar pada usia 7 bulan .

Bayi duduk tanpa di topang pada usia 8 bulan .

Bayi mulai naik untuk berdiri pada usia 9 bulan .

Bayi merambat pada usia 10 bulan .

Page 12: K1. ASKEP NEONATUS

9

Bayi berjalan sambil memegang tangan seseorang pada usia sekitr 12

bulan.

b. Motorik Halus

Bayi memiliki genggaman yang kuat pada usia sekitar satu bulan .

Refleks menggenggam bayi memudar dan bayi dapat memegang

mainan pada usia sekitar 3 bulan .

Bayi dapat menggenggam secara sadar pada usia 5 bulan .

Bayi dapat memindahkan jar tangan ke tangan pada usia sekitar 5 bulan

.

Bayi dapat menggenggam dengan ibu jari dan jari lain pada usia 7,5

sampai 8,5 bulan .

Bayi mengembangkan gerakan menjepit pada usia sekitar 9-10 bulan .

Bayi mencoba untuk membangun menara dua blok pada sekitar usia 12

bulan.

E. Perkembangan Psikoseksual

Menurut Sigmund Freud :

Tahap oral pada perkembangan dimulai dari lahir sampai usia 18 bulan .

Bayi mengisap untuk kesenangan.

a. Manifestasi

- Pada tahap ini bayi memenuhi kebutuhan oral nya dengan

menangis, mengecap, dan bersuara dini .

- Bayi menggunakan gigitan untuk mengrendalikan lingkungan dan

untuk mencapai rasa kontrol yang lebih besar.

- Bayi menggunakan genggaman dan sentuhan untuk menggali

variasi di lingkungan.

Page 13: K1. ASKEP NEONATUS

10

F. Nutrisi

1. Sumber makanan awal

Air susu ibu adalah sumber makanan lengkap yang paling di senangi

selama 6 bulan pertama . air susu ibu secara gizi adalah yang paling

unggul, aman dari bakteri.

2. Produk susu formula

Adalah pilihan selain asi yang dapat di terima bayi.

G. Masalah Bayi Baru Lahir

1. Asfiksia

Definisi

Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat

dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan

menjadi stabil pada frekuensi 120 sampai 140 per menit dan sianosis

sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi beberapa bayi mengalami

depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang

menururn dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang

wajar. Bayi-bayi ini dapat mengalami apnea atau menunjukkan upaya

pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru. Kondisi

ini menyebabkan kurangnya pengambilan O2 dan pengeluaran CO2.

a. Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup :

Asfiksia intrauterine

Bayi kurang bulan

Obat-obat yang diberikan atau diminum oleh ibu

Penyakit neuromuscular bawaan (congenital)

Hipoksia intrapartum

b. Manifestasi Klinis

Page 14: K1. ASKEP NEONATUS

11

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan

asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan

kerusakan otak atau kematian. Asfiksis juga dapat mempengaruhi

fungsi organ vital lainnya.

Pada bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan

yang cepat dalam periode yang singkat. Aabila asfiksia berlanjut,

gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menururn,

sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-angsur dan

bayi memasuki periode apnea yang dikenal sebagai apnea primer.

Perlu diketahui bahwa kondisi pernafasan megap-megap dan tonus otot

yang turun juga dapat terjadi akibat obat-obat yang diberikan kepada

ibunya. Biasanya pemberian perangsang dan oksigen selama periode

apnea primer dapat merangsang jadinya pernafasan spontan.

Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan

megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan

darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid).

Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode

apnea yang disebut apnea sekunder. Selama apnea sekunder ini,

denyut jantung, tekanan darah dan kadar oksigen di dalam darah (PaO2)

terus menurun. Bayi sekarang sudah tidak bereaksi terhadap rangsangan

dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.

Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan

buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan segera.

Sangat penting buat diperhatikan bahwa sebagai akibat hipoksia

janin, janin dapat pulih dari apnea primer ke apnea sekunder di dalam

rahim. Urutan perkembangan apnea, termasuk apnea primer dan apnea

sekunder dapat dimulai intrauterine dan berkelanjutan sesudah bayi

dilahirkan. Dengan demikian bayi mungkin dilahirkan dalam apnea

primer atau pun apnea sekunder. Dalam kenyataannya, apnea primer

dan apnea sekunder sulit sekali untuk dibedakan.pada kedua keadaan

Page 15: K1. ASKEP NEONATUS

12

tersebut, bayi tidak bernafas dan denyut jantung dapat menurun sampai

<100 denyut per nadi.

Pada saat bayi dilahirkan, alveoli bayi diisi dengan “cairan paru-

paru janin”. Cairan paru-paru janin harus dihentikan terlebih dahulu

apabila udara harus masuk ke dalam paru-paru bayi baru lahir. Dalam

kondisi demikian, paru-paru memerlukan tekanan yang cukup besar

untuk mengeluarkan cairan tersebut agar alveoli dapat berkembang

untuk pertama kalinya. Untuk mengembangkan paru-paru, upaya

pernafasan pertama memerlukan tekanan 2 sampai 3 kali lebih tinggi

daripada tekanan untuk pernafasan berikutnya agar berhasil.

Menghadapi bayi yang tidak pernah mengambil nafas pertama dapat

diasumsikan bahwa pengembangan alveoli tidak terjadi dan paru-paru

tetap berisi cairan. Melakukan pernafasan buatan pada bayi seperti ini

diperlukan tekanan tambahan untuk membuka alveoli dan

mengeluarkan cairan paru-paru.

Masalah yang dihadapi dalam mengeluarkan cairan dari paru-paru

adalah :

Bayi sudah menderita apnea saat dilahirkan.

Bayi dengan upaya pernafasan yang lemah dan tidak efektif pada :

- Bayi kurang bulan.

- Bayi yang dilahirkan dengan depresi karena asfiksia, pengaruh

obat-obat pada ibu, anesthesia dan lain-lain sebab.

Upaya pernafasan seperti pernafasan megap-megap atau tidak

teratur tidak cukup untuk mengembangkan paru-paru. Hal ini berarti

bahwa anda tidak bisa mengandalkan pada upaya pernafasan spontan

sebagai satu-satunya indicator untuk pernafasan yang efektif.

Pada kelahiran, peredaran darah di paru-paru harus meningkat

untuk memungkinkan proses oksigenisasi yang cukup. Keadaan ini

akan dicapai dengan terbukanya arterioli dan diisi darah yang

Page 16: K1. ASKEP NEONATUS

13

sebelumnya dialirkan akan mempertahankan pola sirkulasi janin dengan

menurunnya peredaran paru-paru.

Pada awal asfiksia, darah lebih banyak dialirkan ke otak dan

jantung. Dengan adanya hipoksia dan asidosis maka fungsi miokardium

menurun, curah jantung menurun dan aliran darah ke alaat-alat vital

juga berkurang.

2. Hipotermia dan Hipertermia

a. Mengeringkan bayi baru lahir segera setelah lahir

Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran darah melalui

jendela/pintu yang akan terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan

dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul

serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi

kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena

control suhunya belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal

hipotermia seringkali tidak terdeteksi oleh ibu/keluarga bayi atau penolong

persalinan.

Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5C – 37,5C (suhu aksila).

Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36C atau kedua kaki dan tangan

teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah

mengalami hipotermia sedang (suhu 32C - 36C). Disebut hipotermia

kuat bila suhu tubuh < 32C. Untuk mengukur suhu hipotermia diperlukan

thermometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat

mengukur sampai 25C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat

merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Hipotermia

menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang

mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian.

Gejala hipotermia terjadi apabila suhu tubuh (aksila) bayi turun dibawah 36C.

Nilai normal 36,5C – 37,5C

Page 17: K1. ASKEP NEONATUS

14

Mekanisme kehilangan panas pada bayi bauru lahir :

Radiasi : Dari objek ke panas bayi.

Contoh : Timbangan bayi dingin tanpa alas.

Evaporasi : Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit.

Contoh : Air ketuban pada tubuh bayi baru lahir, tidak cepat

dikeringkan.

Konduksi : Panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat

di tubuh.

Contoh : Pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.

Konveksi : Penguapan dari tubuh ke udara,

Contoh : Angin disekitar tubuh bayi baru lahir.

b. Gejala hipotermia bayi baru lahir

Bayi tidak mau minum/menetek

Bayi tampak lesu atau mengantuk saja

Tubuh bayi teraba dingin

Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh

bayi mengeras (skelera)

c. Tanda-tanda hipotermia

1. Tanda-tanda hipotermia sedang (stress dingin) :

Aktivitas berkurang, letargis.

Tangisan lemah

Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)

Kemampuan menghisap lemah

Kaki teraba dingin

2. Tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin) :

Sama dengan hipotermia sedang

Bibir dan kuku kebiruan

Pernafasan lambat

Pernafasan tidak teratur

Page 18: K1. ASKEP NEONATUS

15

Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolic

3. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :

Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

Bagian tubuh lainnya pucat

Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung

, kaki dan tangan (sklerema).

Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya

berbeda dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan

karena ketidak matangan organisasi korteks pada bayi baru lahir.

Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif,

tiba-tiba menangis melengking. Oleh karena itu manifestasi klinik yang

berbeda-beda dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahirtidak

dikenali oleh yang belum berpengalaman.

Etiologi

Komplikasi pranatal :

- Hipoksi-iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 24

jam pertama kelahiran.

- Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan

presentasi bokong.

Kelainan metabolisme :

- Hipoglikemia

- Hipokalsemia

- Hipomagnesemia

- Hiponatremia

- Hipernatremia

Infeksi

Ketergantungan Obat

Polisitemia

Penyebab yang tidak diketahui

Page 19: K1. ASKEP NEONATUS

16

Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan

ini terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau dalam ruangan yang

berudara panas.

Gejala hipertermia bayi baru lahir :

Suhu tubuh bayi > 37,5C

Frekuensi pernafasan bayi > 60/menit

Tanda-tanda dehidrasi, yaitu berat badan menurun, turgor kulit

kurang, banyaknya air kemih berkurang.

3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir

rendah dibedakan dalam :

Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gram

Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram

Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram

4. Ikterus

Prinsip Dasar

Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50 % neonatus cukup

bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru

lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau dapat merupakan hal

yang patologis, misalnya pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis,

penyumbatan saluran empedu dan sebagainya.

Ikterus fisiologis ialah :

- Ikterus yang timbul pada hari ke 2 dan ke 3.

- Tidak mempunyai dasar patologis.

- Kadarnya tidak melampaui kada yang membahayakan.

- Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus.

Page 20: K1. ASKEP NEONATUS

17

- Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.

Ikterus Patologis, ialah :

- Ikterus yang mempunyai dasar patologis.

- Kadar bilirubinnya mencapai hiperbilirubinemia.

Ikterus baru dapat di katakan fisiologis apabila sesudah pengamatan

dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukan dasar patologis dan tidak

mempunyai potensi berkembang menjadi kerrn-icterus. Kerrn-icterus (

ensefalopati biliaris ) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak.

5. Infeksi / Sepsis

Prinsip Dasar

Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR.

Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit

dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Bayi baru lahir

mendapat kekebalan ( imunitas ) transplasenta terhadap kuman yang

berasal daribunya. Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga

berasal dari orang lain dan terhadap kuman dari orang lain, dalam hal ini

bayi tidak mempunyai imunitas.

6. Tetanus Neonatorum

Tidak Prinsip Dasar

Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi

pada neonatus ( bayi berusia kurang 1 bulan ) yang disebabkan oleh

clostridium tetni, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin ( raacun ) dan

menyerang sistem saraf pusat.

Spora kuman tersebut masuk ke dalam tubuh bbayi melalui pintu

masuk satu-satunya yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat

pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya

Page 21: K1. ASKEP NEONATUS

18

sebelum puput ( terlepasnya tali pusat ). Masa inkubasi 3 sampai 28 hari,

rata-rata 6 hari.

Faktor resiko untuk terjadinya Tetenus neonatorum :

Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil tidak

dilakukan, atau tidak lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan

program.

Perawatan tali pusat tidak memenuhi persayaratan kesehatan.

Kekebalan terhadp tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi

TT. Sembuh dari penyakit tetanus tidak berarti seseorang/bayi selanjutnya

kebal terhadap tetanus. Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali.

Jarak pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT ke 2 dengan

saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam darah

bayi. TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita

hamil.

H. Bimbingan antisipasi ( Anticipatory Guide )

1. Pencegahan infeksi

a. Cuci tangan dengan seksama sebelun dan sesudah bersentuhan dengan

neonatus.

b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani neonatus yang belum

dimandikan.

c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,

gunting, penghisap lender DeeLee dan benang tali pusar telah

didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang dugunakan

untuk neonatus sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula dengan

timbangan, pita pengukur, thermometer dan stetoskop.

2. Melakukan penilaian

a. Apakah bayi menangis atau bernafas tanpa kesulitan.

Page 22: K1. ASKEP NEONATUS

19

b. Apakah bayi bergrak dengan aktif atau lemas.

c. Jika bayi tidak bernafas atau bernafas dengan megap-megap atau

lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

3. Mencegah kehilangan panas

a. Keringkan bayi dengan seksama.

b. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan

rangsangan taktil untuk membantu neonatus memulai pernafasannya.

c. Selimuti neonatus dengan selimut atau kain bersih yang hangat.

d. Ganti handuk atau kain yang telah basah, oleh cairan ketuban dengan

selimut atau kain yang baru ( hangat, bersih dan kering ).

e. Selimuti bagian kepala neonatus.

f. Bagian kepala neonatus memiliki luas permukaan yang relative luas

dan neonatus akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut

tidak tertutup.

g. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui neonatus.

h. Pelukan pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan

mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian asi harus dimulai

pada waktu satu jam pertama kelahiran.

i. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi yang baru lahir.

j. Karena neonatus cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya,

sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti neonatus

dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan neonatus

dapat dinilai dari selisih berat neonatus pada saat berpakaian atau

diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut. Neonatus

dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir.

4. Praktik memandikan neonatus yag dianjurkan

a. Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan neoatus

(lebih lama jika neonatus mengalami aspiksia atau hipotermi).

b. Sebelum memandikan neonatus, periksa bahwa suhu tubuh stabil

(suhu aksila antara 36,50 C – 37 0 C).

Page 23: K1. ASKEP NEONATUS

20

c. Tunda untuk memandikan neonatus yang mengalami masalah

pernafasan.

d. Sebelum memandikan neonatus pastikan ruangan mandinya hangat

dan tidak ada tiupan angin.

e. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh

neonatus dan siapkan beberapa lembar kain bersih dan kering untuk

menyelimuti tubuh bayi yang telah dimandikan.

f. Setelah mandi tempatkan neonatus dilingkungan yang hangat, untuk

menjaga neonatus tetap hangat segera anjurkan ibu untuk memberika

asi.

5. Merawat tali pusar

a. Anjurkan ibu untuk melakukan sendiri perawatan tali pusat neonatus.

b. Bersihkan tali pusat setiap habis mandi.

c. Selimuti ulang neonatus dengan kain bersih dan kering, pastikan

bagian kepala neonatus tertutup dengan baik.

6. Mempertahankan suhu tubuh neonatus

a. Neonatus belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan

membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.

b. Anjurkan untuk membungkus neonatus dengan kain yang bersih dan

hangat. Suhu tubuh neonatus merupakan tolak ukur kebutuhan akan

tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil.

c. Tempatkan neoatus selalu dilingkungan yang hangat.

I. Asuhan Keperawatan Neonatus

1. Asuhan Keperawatan Sepsis pada Neonatus

a. Definisi

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar

melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi

baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi

Page 24: K1. ASKEP NEONATUS

21

baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir

yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering

menyerang bayi laki-laki.

Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6

jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam aktu 72 jam

setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih

kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat

di rumah sakit).

b. Pembagian Sepsis:

1. Sepsis dini –> terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik :

sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,

biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial –> terjadi setelah minggu pertama

kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik :

Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme

yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering

mengalami komplikasi.

c. Etiologi

Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai

macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada

bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko

terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :

• Perdarahan

• Demam yang terjadi pada ibu

• Infeksi pada uterus atau plasenta

• Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

• Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih

sebelum melahirkan)

• Proses kelahiran yang lama dan sulit

Page 25: K1. ASKEP NEONATUS

22

d. Patofisiologi

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai

neonatus melalui beberapa cara yaitu :

- Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman

dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam

tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi

adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus

rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.

Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan

toksoplasma.

- Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan

terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik

mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan

korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh

bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah

terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus

dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi

tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat

terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati

jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis,

candida albican dan gonorrea).

- Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi

sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari

lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir,

selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau

dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat

menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial, infeksi juga dapat

terjadi melalui luka umbilikus.

e. Tanda dan Gejala

Page 26: K1. ASKEP NEONATUS

23

Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan:

• Bayi tampak lesu

• Tidak kuat menghisap

• denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-naik

• gangguan pernafasan

• kejang

• jaundice (sakit kuning)

• muntah

• diare

• perut kembung

f. Faktor Resiko

1. Sepsis Dini

• Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal

• Malnutrisi pada ibu

• Prematuritas, BBLR

2. Sepsis Nosokomial

• BBLR–>berhubungan dengan pertahanan imun

• Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang

• Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)

g. Pencegahan

Pada masa Antenatal –> Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan

kesehatanibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap

penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,

penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan

kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

Pada masa Persalinan –> Perawatan ibu selama persalinan dilakukan

secara aseptik.

Pada masa pasca Persalinan –> Rawat gabung bila bayi normal,

pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap

bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

Page 27: K1. ASKEP NEONATUS

24

h. Prognosis

25% bayi meninggal walaupun telah diberikan antibiotik dan perawatan

intensif.

Asuhan Keperawatan

- Pengkajian :

• Status sosial ekonomi

• Riwayat parawatan antenatal

• Riwayat penyakit menular seksual

• Riwayat penyakit infeksi selama kehamilan dan saat persalinan

(toksoplasma, rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis)

• Pemeriksaan fisik

Diagnosa Keperawatan

1. Infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum dan sesudah kelahiran

Tujuan : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai risiko menderita

infeksi

Intervensi :

Kaji bayi yang berisiko menderita infeksi

Rasional : Mengetahui sejak dini infeksi

Kaji tanda2 infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea,

ikterus, refleks menghisap, minum sedikit, distensi abdomen.

Rasional : Mengetahui tanda2 infeksi

Kaji tanda2 infeksi yang berhubungan dengan sistem organ

Rasional : Mengetahui tanda2 infeksi yang ada di organ

2. Kebutuhan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan b.d intoleransi terhadap

minuman

Tujuan : Memelihara kebutuhan nutrisi bayi, BB bayi normal,

terhindar dari dehidrasi

Intervensi :

Kaji intoleransi terhadap minuman

Page 28: K1. ASKEP NEONATUS

25

Rasional : Memberi asupan intake secara normal

Hitung kebutuhan minum bayi

Rasional : Mengontrol adanya kelebihan atau kekurangan minum

Ukur intake dan output

Rasional : Mengetahui asupan intake dan output

Timbang BB bayi secara berkala

Rasional : Mengetahui keadaan umum bayi

Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat

Rasional : Mengetahui aktifitas yang berlebihan

2. Asuhan Keperawatan Hipertermia pada Neonatus

a. Definisi

Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi.

Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas,

dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan

selimut.

b. Gejala hipertermia pada bayi baru lahir :

Suhu tubuh bayi > 37,5 0C

Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit

Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit

kurang, jumlah urine berkurang

Asuhan Keperawatan

Pengkajian hipotermia & hipertermia

1. Riwayat kehamilan

Kesulitan persalinan dengan trauma infant

Penyalahgunaan obat-obatan

Penggunaan anestesia atau analgesia pada ibu

2. Status bayi saat lahir

Prematuritas

APGAR score yang rendah

Asfiksia dengan rescucitasi

Page 29: K1. ASKEP NEONATUS

26

Kelainan CNS atau kerusakan

Suhu tubuh dibawah 36,5 C atau diatas 37,5 C

Demam pada ibu yang mempresipitasi sepsis neonatal

3. Kardiovaskular

Bradikardi

Takikardi pada hipertermia

4. Gastrointestinal

Asupan makanan yang buruk

Vomiting atau distensi abdomen

Kehilangan berat badan yang berarti

5. Integumen

Cyanosis central atau pallor (hipotermia)

Kulit kemerahan (hipertermia)

Edema pada muka, bahu dan lengan

Dingin pada dada dan ekstremitas(hipotermia)

Perspiration (hipertermia)

6. Neurologic

Tangisan yang lemah

Penurunan reflek dan aktivitas

Fluktuasi suhu diatas atau dibawah batas normal sesuai umur dan

berat badan

7. Pulmonary

Nasal flaring atau penurunan nafas, iregguler

Retraksi dada

Ekspirasi grunting

Episode apnea atau takipnea (hipertermia)

8. Renal

Oliguria

9. Study diagnostik

Page 30: K1. ASKEP NEONATUS

27

Kadar glukosa serum, untuk mengidentifikasi penurunan yang

disebabkan energi yang digunakan untuk respon terhadap dingin

atau panas

Analisa gas darah, untuk menentukan peningkatan karbondoksida

dan penurunan kadar oksigen, mengindikasikan resiko acidosis

Kadar Blood Urea Nitrogen, peningkatan mengindikasikan

kerusakan fungsi ginjal dan potensila oliguri

Study elektrolit, untuk mengidentifikasi peningkatan potasium

yang berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal

Kultur cairan tubuh, untuk mengidentifikasi adanya infeksi

Diagnosa keperawatan

1. Suhu tubuh abnormal b.d kelahiran abnormal, paparan suhu lingkungan

yang dingin atau panas.

Tujuan 1 : Mengidentifikasi bayi dengan resiko atau aktual

ketidakstabilan suhu tubuh

Intervensi :

Kaji faktor yang berhubungan dengan resiko fluktuasi suhu tubuh

pada bayi seperti prematuritas, sepsis dan infeksi, aspiksia atau

hipoksia, trauma CNS, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,

suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin, trauma lahir dan

riwayat penyalahgunaan obat pada ibu

Kaji potensial dan aktual hipotermia atau hipertermia :

Monitor suhu tubuh, lakukan pengukuran secara teratur

Monitor suhu lingkungan

Cegah kondisi yang menyebabkan kehilangan panas pada bayi

seperti baju basah atau bayi tidak kering, paparan uadara luar

atau pendingin ruangan

Cek respiratory rate (takipnea), kedalaman dan polanya

Observasi warna kulit

Monitor adanya iritabilitas, tremor dan aktivitas seizure

Page 31: K1. ASKEP NEONATUS

28

Monitor adanya flushing, distress pernafasan, episode apnea,

kelembaban kulit, dan kehilangan cairan.

Tujuan 2 : Mencegah kondisi yang dapat mencetuskan fluktuasi suhu

tubuh.

Intervensi :

Lindungi dinding inkubator dengan cara :

Meletakkan inkubator ditempat yang tepat

Suhu kamar perawatan/kamar operasi dipertahankan + 24 C

Gunakan alas atau pelindung panas dalam inkubator

Keringkan bayi baru lahir segera dibawah pemanas

Air mandi diatas 37 C dan memandikannnya sesudah bayi stabil

dan 6 – 12 jam postnatal, keringkan segera.

Pergunakan alas pada meja resusitasi atau pemanas

Tutup permukaan meja resusitasi dengan selimut hangat,

inkubator dihangatkan dulu

Pertahankan suhu kulit 36 – 36,5 0C

Sesedikit mungkin membuka inkubator

Hangatkan selalu inkubator sebelum dipakai

Gendong bayi dengan kulit menempel ke kulit ibu (metode

kangguru)

Beri topi dan bungkus dengan selimut

Tujuan 3 : Mencegah komplikasi dingin

Intervensi :

Kaji tanda stress dingin pada bayi :

Penurunan suhu tubuh sampai < 32,2 C

Kelemahan dan iritabilitas

Feeding yang buruk dan lethargy

Pallor, cyanosis central atau mottling

Kulit teraba dingin

Page 32: K1. ASKEP NEONATUS

29

Warna kemerahan pada kulit

Bradikardia

Pernafasan lambat, ireguler disertai grunting

Penurunan aktivitas dan reflek

Distesi abdomen dan vomiting

Berikan treatment pada aktual atau resiko injury karena dingin

sebagai berikut:

Berikan therapy panas secara perlahan dan catat suhu tubuh

setiap 15 menit

Pertimbangkan pemberian plasma protein (Plasmanate) setelah

30 menit

Berikan oksigen yang telah diatur kelembabannya

Monitor serum glukosa

Berikan sodium bikarbonat untuk acidosis metabolik

Untuk menggantikan asupan makanan dan cairan, berikan

dekstrose 10% sampai temeperatur naik diatas 350 C.

2. Defisit pengetahuan (orangtua) b.d kondisi bayi baru lahir dan cara

mempertahankan suhu tubuh bayi.

Tujuan : Memberikan informasi yang cukup kepada orangtua tentang

kondisi bayi dan perawatan yang diberikan untuk mempertahankan

suhu tubuh bayi

Intervensi :

Beri informasi pada orangtua tentang :

Penyebab fluktuasi suhu tubuh

Kondisi bayi

Treatment untuk menstabilkan suhu tubuh

Perlunya membungkus/menyelimuti bayi saat menggendong

dan bepergian

Ajari orangtua cara mengukur suhu tubuh aksila pada bayi dan

minta mereka untuk mendemontrasikannya

Page 33: K1. ASKEP NEONATUS

30

Informasikan kepada orangtua tentang perawatan saat bayi di

inkubator

Anjurkan pasien bertanya, mengklarifikasi yang belum jelas dan

menunjukkan prilaku seperti diajarkan

Page 34: K1. ASKEP NEONATUS

31

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan manusia menghasilkan beberapa teori

perkembangan. Pengkajian keperawatan menyeluruh dilakukan segera pada

saat fungsi fisiologis neonates stabil, secara umum dalam beberapa jam

setelah lahir. Karakteristik fisik normal termasuk tetap adanya lanugo pada

kulit di bagian belakang; sianosis pada tangan dan kaki, khususnya selama

aktivitas; dan abdomen yang lembut dan menonjol dan tulang kepala lembut

yang saling bertumpuk, merupakan hal yang umum selama kelahiran.

Selama sebulan pertama kehidupan, orang tua dan bayi baru lahir

normalnya membangun hubungan kuat yang tumbuh kedalam kedekatan yang

dalam. Interaksi selama perawatan rutin memperbesar atau memperkecil

proses kedekatan. Tindakan menyusui, kebersihan, keberhasilan, dan

memberikan rasa nyaman sebanyak mungkin ketika bayi terjaga. Pengalaman

interaksi ini member dasar untuk terjadi bentuk kedekatan yang dalam.

B. Saran

Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang

tahapan pertumbuhan dan perkembangan masa neonatus ini untuk

meningkatkan kesehatan bayi baru lahir dan orang tua. Dan diharapkan pula

perawat dapat membantu orang tua dalam cara mengidentifikasi masalah

untuk memenuhi kebutuhan anaknya, misalnya memberikan konseling

kepada orang tua untuk sebaiknya menyusui bayi mereka berdasarkan

kebutuhan anaknya.

Page 35: K1. ASKEP NEONATUS

32

DAFTAR PUSTAKA

- Thomas R & D Harvey. 1993. Atlas Bantu Neonatologi. Jakarta: Hipokrates.

- Prawirohardjo Sarwono. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal &

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

- Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

- Ladeig Patricia , dkk. 2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru

Lahir, Edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

- Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

- Maryanti Dwi, dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :

Penerbit Buku Kesehatan.

- Pillitteri Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu & Anak. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

- L. Wong Donna. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.