dayyyyus tpp 8
Click here to load reader
-
Upload
dayyus-assegaf -
Category
Documents
-
view
70 -
download
0
Transcript of dayyyyus tpp 8
Laporan
Teknik Penyimpanan dan Penggudangan
Hari/Tanggal : Senin/24Maret 2012
Gol : P2
Dosen : Ir. Sugiarto, MSi.
Asisten :
1. Dyah Ayu Larasati (F34080054)
2. Citra Dewi W. Putri (F34080067)
PENYIMPANAN KOMODITI CAMPURAN
Oleh:
Dayyus Assegaf F34100047
Fleni Ayu Kenia Haque F34100065
Maya Zalena F34100073
2012
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyimpanan dan penggudangan merupakan suatu tahapan penting
dalam menjaga mutu dari suatu komoditas pertanian. Dalam suatu ruang
penyimpanan hanya diisi oleh satu jenis saja. Proses penyimpanan umunya
dilakukan didalam gudang yang memiliki kondisi dan atsmosfer lingkungn
yang sesuai dengan komoditi yang disimpan. Penyimpanan suatu komoditi
bercampur dengan komoditi lainnya menyebabkan terjadinya kontaminasi
silang. Hal tersebut tentu saja menyebabkan penurunan mutu baik dari segi
rasa, aroma, tekstur, kekerasan, warna dan lainnya.
Karna itu diperlukan suatu pengujian atau penelitian tentang
penyimpanan suatu produk guna mengetahui produk mana yang dapat
disimpan secara bercampur dan yang tidak dapat disimpan secara bercampur
serta perubahan perubahan yang terjadi dalam produk tersebut.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan pengaruh suatu komoditi pada komoditi yang ada disekitarnya dan menentukan komoditi mana yang dapat disimpan secara bersamaan dan secara terpisah.
II. METODOLOGI
A. Alat dan bahan
Bahan yang akan digunkan pada praktikum kali ini adalah keripik buah, sosis, biskuit, minuman beraroma dalam kemasan, juice buah, mie instant, rempah-rempah bubuk, minuman herbal instan, tepung-tepungan, pati. Sedangakan alat yang akan digunakan adalah toples.
B. Metodelogi
Kemaslah komoditi yang ada dalam kemasan kantong plastik dengan satu kantong berisi satu komoditi
Amati komoditi mana yang dapat disimpan bersama dan komoditi yang harus disimpan.
Amati satu minggu sekali dengan mencatat perubahan warna, aroma, dan rasa.
Simpan toples yang berisi komoditi dalam suhukamar
Masukkan beberapa komoditi dalam toples
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil[Terlampir]
B. Pembahasan
Mutu suatu bahan komoditi sangat bersangkutan dengan umur simpan suatu
produk tersebut. Umur simpan suatu produk dapat didefinisikan sebagai selang
waktu antara saat produksi hingga saat konsumsi, sehingga produk didalam kemasan
terjaga mutunya dengan keadaan memuaskan pada beberapa sifat-sifatnya antaranya
penampakan, aroma, rasa, tekstur, dan nilai gizi. Umur simpan adalah suatu produk
dianggap berada pada kisaran umur simpannya bila kualitas produk secara umum
dapat diterima untuk tujuan seperti yang diinginkan oleh konsumen dan selama
bahan pengemas masih memiliki integritas serta memproteksi isi kemasan.
Terjadinya penurunan mutu dan kerusakan bahan pangan pada suatu produk
dapat dilihat dari beberapa faktor antaranya, massa oksigen, uap air, cahaya,
mikroorganisme, kompresi atau bantingan dan bahan kimia toksik. Faktor-faktor ini
yang dapat menyebabkan penururunan dan kerusakan mutu lanjutan pada suatu
produk yang pada akhirnya dapat mengakibatkan oksidasi lipida, kerusakan vitamin,
kerusakan protein, terjadinya perubahan bau, perubahan unsur-unsur organoleptik,
dan memungkinkan terjadinya pembentukan racun didalam suatu produk. Selain itu
juga dapat terjadi penurunan dan kerusakan mutu pada bahan pangan yang sudah
dikemas, antaranya keadaan alamiah atau sifat makanan dan mekanisme
berlangsungnya perubahan seperti kepekaan terhadap air dan oksigen atau
kemungkinan terjadinya perubahan kimia internal dan fisik, ukuran kemasaan
berhubungan dengan volume, kondisi atmosfer terutama suhu dan kelembaban, dan
kekuatan seluruhnya kemasan yang berhubungan dengan air, gas, dan bau termasuk
juga perekatan penutup kemasan serta bagian-bagian yang terlipat .
Faktor faktor yang mempegaruhi daya simpan dari suatu komoditi adalah
seperti suhu, kelembapan udara, komposisi udara dan kualitas dari bahan yang
digunakan. Hal yang mendasari terjadiya suatu migrasi dalam baha adalah
ketidaktahanan dari kemasan yang tidak mampu mempertahankan kualitasnya
sehingga mempegaruhi kualitas dari produk tersebut. suhu misalnya suhu yang sesuai
dengan kemasan, maka kemasan tidak akan mempengaruhi kualitas dari produk,
akan tetapi kalau suhu tinggi, misal suhu lebih dari 40 derajat celcius, maka aka
mempegaruhi kualitas dari produk. Sama halnya dengan kelembapan udara, faktor
ini berhubungan dengan suhu, suhu yang tinggi menyebabkan kelembapan udara
menjadi tinggi pula, semakin lembab maka kemasan mempengaruhi produknya.
Komposisi udara atau atmosfir tempat atau ruangan penyimpanan sebaiknya
dikendalikan agar komoditi yang disimpan tidak menghasilkan maupun
mengonsumsi gas. Jenis gas yang tidak dikehendaki berada dalam konsentrasi yang
tinggi dapat dibuang atau dikurangi dengan cara menyerapnya menggunakan air atau
kapur. Etilen dan senyawa volatile lainnya dapat dibuang dari ruang simpan dengan
menggunakan KmnO4, katalisator oksidasi atau cahaya UV. Oksigen dapat dibuang
dengan menggunakan proses pembakaran atau penyaringan molekular.
Bahan baku sendiri dari produk dapat mempengaruhi daya simpan dari suatu
produksi, setiap bahan baku dari produk mempunyai karakteristik tersendiri yang
dapat mempengaruhi daya simpan dari produk, misalnya kripik pisang, yang bahan
bakunya dari tidak tahan disuhu tinggi maka cara pengolahanya harus
menghilangkan kadar air yang dikandung pisang, sehingga pada saat pengemasan
dapat dengan mudah dikemas, dan disimpan ditempat yang bersuhu tinggi tidak
begitu merusak bahan, akan tetapi apabila bahan dan kemasa tidak sesuai maka, akan
mempengaruhi daya simpan. Selain hal diatas, faktor ekternal dari proses
pengemasan juga dapat mempegaruhi daya simpan dari suatu produk. Apabila
seorang pekerja, mengemas produk dengan tidak memperhatikan kestrerilan dari
kemasan, maka daya tahan dari produk akan menjadi menurun. Serta bahan yang
digunakan dalam pengemasan, harus sesuai denga bahan baku yang digunakan.
Pekerja dan faktor internal harus seimbang dan tidak mengindahkan hal lain, karena
pengaruhnya dapat merusak daya simpan dan kualitas produk.
Produk yang dibuat sering kali menambahkan suatu bahan kimia yang
digunakan untuk menambahkan rasa, bau, aroma. Hal ini dialkukan untuk menambah
nilai dari produk tersebut dan meningkatkan daya jual dari produk tersebut. Akan
tetapi hal ini juga mempengaruhi daya simpan dari suatu komoditi. Bahan kimia
yang dipakai dalam produk, akan menguap dan bercampur dengan bahan dari
kemasan, sehingga mempengaruhi kualitas serta produk tercemar oleh gas dari bahn
kimia tersebut.
Perisa merupakan gabungan karakteristik dari makanan yang dikonsumsi,
yang menimbulkan sensasi dari rasa bau, dan juga oleh tanggapan trigeminal dalam
mulut, diingat kembali dan diinterpretasikan oleh otak. Perisa dalam makanan
memiliki makna berbeda dengan perisa sebagai bahan tambahan makanan atau yang
dikenal dengan perisaing. Perisa dalam makanan dihasilkan oleh komponen kimia
beraroma yang terbentukpada saat metabolisme di dalam tumbuh-tumbuhan dan
hewan, dapat pula terjadi pada saat pemasakan atau pengolahan. Perisa sebagai
bahan tambahan makanan dibuat oleh manusia, dengan cara mencampurkan
komponen kimia beraroma alami atau sintetis, yang tidak ada di alam. Tujuannya
adalah menghasilkan berbagai alternatif perisa, memodifikasi perisa, atau untuk
menutupi perisa yang tidak diinginkan sehingga meningkatkan penerimaan produk
akhir.
Definisi perisa menurut SNI-01-7152-2006 adalah bahan tambahan pangan
berupa preparat konsentrat, dengan atau tanpa ajudan perisa (flavouring adjunct)
yang digunakan untuk memberi flavor, dengan pengecualian rasa asin, manis dan
asam, tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan tidak diperlakukan
sebagai bahan pangan. perisa dibedakan menjadi tujuh jenis yaitu senyawa perisa
alami, bahan baku aromatik alami, preparat perisa, perisa asap, senyawa perisa
identik alami, senyawa perisa artifisial, dan perisa hasil proses panas.
Definisi tersebut akan mempengaruhi kualitas dari bahan baku tersebut. Suatu
produk yang disimpan dalam suatu wadah yang bersamaan mempunyai beberapa
faktor yang mempengaruhi daya simpan yaitu komposisi bahan atau bahan baku dari
produk tersebut, kemasan yag digunakan dari berbagai produk tersebut, lamanya
waktu peyimpanan, suhu, kelembapan, dan ruang peyimpanan. Berbagai faktor ini
mempengaruhi baik kualitas dan daya simpan dari produk dan bahan yang
digunakan. Bahan baku yang digunakan seperti yang telah dijelaskan mempunyai
karakteristik yang berbeda sehingga mempengaruhi daya simpan dari produk
tersebut. kemasan yang digunakan juga mempengaruhi daya simpan dari suatu
produk yang disimpan bersamaan. Kemasan ini mempunyai hubungan dengan suhu
lingkungan, apabila suhu meningkat akan meningkatkan atau menguapkan komposisi
kimiawi dari kemasan, sehingga dari berbagai kemasan yang disimpan, dan saling
bercampur satu sama lainnya. Lama penyimpana juga mempengaruhi semakin lama
beberapa produk disimpan dalam wadah yang sama, maka interaksinya kan semakin
lama serta semakin banyak senyawa kimia yang saling berinteraksi.ruang interaksi
antar produk juga berpengaruh, semakin dekat ruang interaksi semakin cepat
senyawa kimia yang bercampur, sehingga ruang yang sempit membuat interaksi
semakin cepat berpindah.
Bahan atau produk yang dapat dimasukkan kedalam wadah yang sama adalah
produk dan kemasan yang sama. Akan tetapi dalam praktikum ini, produk yang
digunakan berbeda, sehingga interaksinya juga berbeda. Hasil dari praktikum
menunjukan bahwa sangat kecil perubahan yang terjadi, hal ini dikarenakan kemasan
yang digunakan adalah kemasan dari bahan yang sama dan karakteristik bahan baku
merupakan karakteristik kering, yang tidak mengalami atau sedikit mengalami
penguapan, penguapan yang sedikit akan sedikit mempengaruhi migrasi bahan
kedalam kemasan, meskipun ruangan yang sempit.
Dari hasil pengamatan minggu pertama dengan menggunakan komoditi
biskuit, tepung gula, sosis, keripik pisang, dan teh kemasan, semua komiditi yang
tidak memakai kemasan dikemas dengan plastik PP dan semua komoditi dimasukkan
kedalam toples dan disimpan selama dua minggu. Parameter pengujian yang
dilakukan adalah warna, bau, rasa, dan keterangan dari bahan komoditi yang dipakai.
Berdasarkan pengamatan dari masing-masing kelompok menghasilkan data
pengamatan yang berbeda-beda.
Hasil pengamatan biskuit yang dikemas dengan menggunakan kemasan
plastic PP, pada minggu pertama masih berwarna coklat dan masih utuh, bau yang
ditimbulkan dari selama penyimpanan seminggu masih beraroma coklat yang
bercampur dengan bau plastik, setelah menguji rasa biskuit mengahasilkan rasa
manis dan rasa coklat, tetapi teksturnya sudah tidak renyah (alot). Pada pengamatan
minggu kedua warna biskuit sudah berubah menjadi coklat pucat serta berbau apek,
saat pengujian rasa biskuit sudah tidak gurih lagi tetapi masih menghasilkan rasa
manis dan rasa coklat dengan tekstur biskuit yang sudah lembek atau alot.
Biskuit merupakan kue kering tipis yang, renyah, dan keras yang diperoleh
dengan pemanggangan adonan tepung dengan penambahan makanan lain dan dengan
atau tanpa penambahan pangan yang diizinkan, dibuat tanpa peragian dengan
kandungan air yang rendah kurang dari 5%. Biskuit pada umumnya ditambah dengan
bahan-bahan seperti lemak, gula, garam, serta pengembang.
Mutu biskuit menurun seiring dengan bertambahnya umur simpan. Masalah
utama pada kerusakan biskuit adalah tekstur biskuit yang sudah tidah renyah atau
menjadi alot. Selama penyimpanan, produk mengalami berbagai interaksi dengan
berbagai faktor. Reaksi penurunan suatu mutu produk dapat disebabkan oleh dua
faktor, yaiti faktor ekstrinstik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik (lingkungan)
meliputi udara, oksigen, uap air, cahaya, dan suhu. Sedangkan faktor intrinsik
meliputi komposisi produk. Keadaan lingkungan akan memicu reaksi dalam produk,
sepert reaksi kimia, raksi enzimatis, dan penyerapan uap air atau gas.
Biskuit memiliki kadar air dan aw yang rendah sehingga teksturnya menjadi
renyah. Faktor utama yang menyebabkan penurunan mutu produk biskuit adalah
meningkatnya kadar air yang sangat erat kaitannya dengan tingkat kerenyahan
produk. Biskuit mempunyai kadar air awal sebesar 1.5-2.5% (Apriyantono, 1989).
Karena mutu biskuit sangat dipengaruhi oleh kadar air dalam bahan, maka dalam
pengemasannya harus diperhatikan jenis dan kerapatannya. Dalam percobaan ini
digunakan plastik PP sebagai kemasan, plastik ini memiliki permabilitas yang cukup
tinggi sehingga terdapat uap air dan udara yang dapat keluar masuk, yang akhirnya
menyebabkan kadar air biskuit meningkat. Selain kemasan, kondisi penyimpanan
juga harus diperhatikan. Biskuit tidak cocok apabila disimpan dengan bahan atau
produk yang mengandung kadar air tinggi atau bahan yang basah.
Tepung gula dikemas dengan menggunakan kemasan plastic PP pada minggu
pertama dan kedua pengujian warna tepung masih putih, bau yang diujikan pada
tepung gula pada pengamatan minggu pertama menghasilkan bau gula sedangkan
pada minggu kedua sudah bercampur dengan bau plastik serta rasanya manis, tidak
ada perubahan struktur yang terjadi pada tepung gula selama pengamatan dua
minggu.
Tepung gula adalah gula yang dihancurkan sehingga berukuran 100-200
mesh. Dalam industri makanan, biasanya digunakan sukrosa dalam bentuk kristal
halus atau kasar dan dalam jumlah banyak digunakan bentuk cairan atau sirup.
Fungsi utama tepung gula adalah sebagai pemanis, pengawet, meningkatkan rasa,
aroma dan sumber energi. Tepung gula merupakan produk yng berbentuk bubuk.
Produk ini dapat dengan mudah menyerap air yang akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya pengerasan dan bahkan larut dalam air tersebut. Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan, tepung gula tdak mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini
terjadi karena bahan tersebut terlindungi oleh bahan kemasan PP. Walaupun kadar
air dalam tepung gula bertambah, tetapi perubahannya tidak akaan telihat karena
teksturnya yang berbentuk bubuk. Tepung gula dapat di simpan bersama produk lain
asalkan kemasan terjaga rapat dan tidak bocor untuk mencegah masuknya air dalah
produk tersebut.
Hasil pengamatan sosis yang didapatkan dari pengamatan selama dua minggu
warna sosis sudah mengalami perubahan dari warna coklat menjadi coklat pucat
hingga berwarna krem kecoklatan, sedangkan bau sosis selama masa penyimpanan
masih terasa bau ayam, rasa sosis masih tetap sama dengan rasa aslinya yaitu gurih
dan sangat terasa daging ayam, dan tidak mengalami perubahan tekstur pada sosis
karena sosis dikemas dengan kemasan aslinya.
Sosis adalah salah satu bahan pangan olahan daging yang dibuat dari daging
yang digiling (dihaluskan), diberi bumbu lalu dimasukkan kedalam selongsong
(casing)berbentuk bulat panjang simetris dan kemudian diolah lebih lanjut. Sosis
umumnya dibungkus dengan bahan sintetik seperti plastik. Jenis sosis dapat
dibedakan menjadi enam kategori apabila didasarkan pada metode pembuatannya,
yaitu: sosis segar, sosis asap-tidak dimasak, sosis asap dimasak, sosis masak, sosis
fermentasi, dan daging giling masak (Soeparno, 1998).
Komponen utama sosis terdiri atas daging, lemak, dan air. Selain itu, pada
sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (nitrit atau
nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat. Lemak ditambahkan
sebagai pembentuk permukaan aktif, mencegah pengerutan protein, mengatur
konsistensi produk, meningkatkan cita rasa, dan mencegah denaturasi protein.
Penambahan garam pada pembuatan sosis bertujuan untuk meningkatkan cita rasa,
pengembang protein daging, pelarut protein daging, meningkatkan kapasitas
pengikatan air (water holding capacity = WHC), serta sebagai pengawet.
Penambahan fosfat akan bersinergi dengan garam untuk meningkatkan WHC pada
sosis. Tanpa garam dan fosfat, sosis akan sulit untuk dibuat. Asam askorbat sering
ditambahkan dalam bentuk asam askorbat maupun natrium askorbat untuk membantu
pemerahan daging. Selain itu, asam askorbat juga berfungsi sebagai antioksidan agar
produk tidak mudah tengik. Untuk mensubtitusi daging, pada pembuatan sosis sering
juga ditambahkan isolat protein. Selain itu, pada pembuatan sosis juga ditambahkan
karbohidrat sebagai bahan pengisi sosis (Kramlich, 1971).
Sosis rentan akan kerusakan mikrobiologis dan oksidatif. Pada umumya sosis
dikemas dengan menggunakan plastik nonbiodegredable yang cenderung berisiko
toksik dan off flavour terhadap produk yang dikemas. Berdasarkan pengamatan,
komoditas lain didlam toples tidak memberikan dampak yang signifikan pada sosis.
Hal ini dapat dilihat dari tidak ada perubahan yang terjadi, kecuali pada warna. Tidak
adanya perubahan terjadi karena sosis masih terbungkus dengan kemasan aslinya.
Sedangkan perubahan warna disebabkan karena adanya kelebihan nitrit dan akibat
aktivitas Lactobacillus viriclescens. Sosis merupakan produk yang dapat disimpan
bersama produk lain.
Hasil pengamatan penyimpanan keripik pisang pada minggu pertama sudah
terjadi perubahan. Pada warna keripik masih tetap berwarna kuning pisang, bau dari
kerpik juga masih berbau pisang dan rasa masih terasa manis dan sangat terasa
pisang. Tetapi pada tekstur dari keripik pisang sudah terjadi perubahan yaitu dari
kerenyahannya, pada pengamatan beberapa kelompok keripik sudah memiliki tekstur
yang tidak renyah lagi atau dapat dikatakan keripik sudah lembek (alot). Sedangkan
pada minggu kedua warna dari keripik sudah memudar menjadi warna kuning
kecoklatan, serta aroma dari keripik juga pisang dan tengik atau apek. Rasa dari
keripik juga mengalami perubahan rasa sehingga rasa pisang yang awalnya manis
menjadi tidak manis lagi, dan tekstur keripik terjadi adanya perubahan dari
kerenyahan keripik tersebut sehingga keripik bertekstur lembek setelah penyimpanan
selama dua minggu, hal ini dapat berpengaruh dengan rapat atau tidaknya penutup
kemasan yang digunakan.
Keripik adalah irisan tipis buah, umbi atau yang digoreng sampai kering dan
garing. Keripik mempunyai kadar air rendah sehingga dapat disimpan lama. Keripik
memiliki pori-pori dan memiliki kadar air yang sangat rendah. Semakin lama
penyimpanan, kadar air dalam keripik semakin meningkat, hal ini disebabkan karena
uap air diudara terserap masuk melewati pori-pori ditandai dengan kerenyahan
keripik yang berkurang. Hal ini disebabkan karena air akan melarutkan dan
melunakan matriks pati atau protein yang ada pada sebagian besar bahan pangan
yang mengakibatkan perubahan kekuatan mekanik termasuk kerenyahan (Katz dan
Labuza, 1981). Keripik seharusnya disimpan pada tempat yang kering dan jauh dari
produk-produk yang mengandung kadar air yang tinggi.
Pengujian komoditi terakhir yaitu teh didalam kemasan, pengujian selama
dua minggu menghasilkan data warna pada teh masih tetap dalam warna awalnya
yaitu berwarna coklat teh, aroma teh sangat pekat berbau jambu serta rasa yang
ditimbulkan juga sangat terasa jambu pada teh tersebut dan teh terasa manis saat diuji
rasanya. Pada minuman teh ini tidak mengalami perubahan tekstur. Teh dalam
kemasan tidak megalami perubahan karena masih tertutup rapat oleh kemasan
aslinya. Sehingga isi dari teh tidak terkontaminasi dan tidak terjadi perubahan
apapun. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa teh dalam kemasan dapat
disimpan dengan komoditas lain.
IV. PENUTUP
A. KesimpulanPenyimpanan merupakan salah satu cara untuk memperpanjang umur
suatu komoditi. Umur simpan sangat mempengaruhi kualitas dari produk. Umur
simpan dari suatu komoditi akan menurun apabila faktor faktor seperti suhu,
kelembapan, bahan baku tidakmendukung dari penyimpanan produk. Perubahan
yang menunjukan adanya penurunan seperti aroma, bau bentuk akan memebusuk,
atau aromanya sudah berubah. Senyawa yang terkandung didalam kemasan dapat
mempengaruhi produk yang ada didalamnya.
Penyimpanan secara bersamaan dengan bahan yang berbeda dapat
menyebabkan perubahan yang dialami, baik dari aroma, bau maupun umur dari
komoditi tersebut. umur yang disimpan bersamaan akan menurun bila semua
faktor meningkat sehingga umur dari produk menurun. Produk yang digunakan
seperti keripik dan biskuit mengalami perubahan pada teksture yang disebabkan
karena uap air dapat masuk melewati pori-pori kemasan plastik PP. Sehingga
produk ini seharusnya disimpan ditempat yang kering dan tidak dicampur dengan
bahan yang mengandung banyak air. Sosis mengalami perubahan warna saja, hal
ini terjadi karena adanya aktivitas bahan kimia dan mikroba. Tepung gula tidak
mengalami perubahan karena kadar uap air tidak terlalu tinggi dan kemasannya
rapat. Dalam penyimpanannya, tepung gula harus dipisahkan dari bahan berair
karena dapat menyebabkan gula menggumpal bahkan larut. Teh dalam kemasan
tidak mengalami perubahan apapun, sehingga dalam penyimpanannya dapat
dicampur dengan produk lain.
B. Saran
Untuk para praktikan harus semakin serius dalam melakukan praktikum.
Untuk para praktikan harus mengaku siapa yang menghilngan alat, dan sebelum
praktikum harus ada penjelasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L., Sedarnawati, Budiyanto, S. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.
Katz, E. E. dan Labuza, T. P. 1981. Effect of Water Activity on the Sensory Cripnessand Mechanical Deformation of Snack Food Products. J. Food. Sci. 46 : 403.
Kramlich. 1971. Sausage Product. W.H. Freeman and Co.San Fansisco: The science of Meat an meat Product.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: UGM.
LAMPIRAN
A. HASIL PENGAMATANPengamatan Minggu I
Kelompok Komoditi Warna Bau Rasa Keterangan1 Biskuit Coklat Plastik (+) Manis, rasa coklat Tekstur melempem
Tepung gula Putih Plastik (++) ManisSosis Coklat pucat Sosis Sosis
Keripik pisang Kuning kecoklatan Pisang Manis, gurihTeh kemasan Coklat teh Jambu Jambu
2 Biskuit Coklat Biskuit coklat Manis, rasa coklat Tekstur melempemTepung gula Putih Gula Manis
Sosis Coklat Daging Daging Keripik pisang Kuning kecoklatan Pisang Manis Tekstur renyahTeh kemasan Coklat teh Teh jambu Teh jambu
3 Biskuit Coklat Coklat Manis, rasa coklatTepung gula Putih Gula Manis
Sosis Coklat pucat Ayam Daging ayamKeripik pisang Kuning Pisang Manis, rasa pisangTeh kemasan Coklat teh Jambu Teh jambu, manis
4 Biskuit Coklat Aroma coklat Rasa coklat Tekstur melempemTepung gula Putih Tidak berbau Tidak berbau
Sosis Coklat pucat Anyir (amis) Daging ayamKeripik pisang Kuning Pisang Pisang Tekstur melempem,
alotTeh kemasan Coklat kemerahan Jambu Jambu
5 Biskuit Coklat Aroma biskuit Manis Melempem, alot Tepung gula Putih Aroma gula Manis
Sosis Krem kecoklatan Daging ayam Sosis Keripik pisang Kuning keemasan Pisang Pisang Kerenyahan berkurangTeh kemasan Coklat Tehjambu Teh manis
Pengamatan Minggu II
Kelompok
Komoditi Warna Bau Rasa Keterangan
1 Biskuit Coklat pucat Apek Tidak gurihTepung gula Putih Plastik (++) Manis
Sosis Kuning tua Sosis SosisKeripik pisang Kuning muda Pisang, apek Tidak gurihTeh kemasan Coklat teh Teh Jambu Teh Jambu
2 Biskuit Coklat Biskuit coklat Manis, rasa coklat Tekstur lembek
Tepung gula Putih Gula Manis Sosis Coklat Daging ayam Daging ayam
Keripik pisang Kuning kecoklatan Pisang Manis Tekstur lembek, alotTeh kemasan Coklat teh Teh jambu Teh jambu
3 Biskuit Coklat Tidak beraroma
Manis, rasa coklat
Tepung gula Putih Gula Manis Sosis Coklat pucat Ayam Daging ayam
Keripik pisang Kuning Agak tengik Manis berkurangTeh kemasan Coklat teh Jambu Teh jambu, manis
4 Biskuit Coklat Agak apek Manis berkurang Tekstur melempemTepung gula Putih Gula Manis
Sosis Coklat pucat Daging ayam Daging ayamKeripik pisang Kuning kecoklatan Pisang Pisang Tekstur melempem,
alotTeh kemasan Coklat teh Teh jambu Jambu
5 Biskuit Coklat Agak apek Agak lembek Tekstur lunakTepung gula Putih Tepung gula Manis
Sosis Krem kecoklatan Daging ayam Sosis Tidak berubahKeripik pisang Kuning keemasan Pisang Pisang Tidak berubahTeh kemasan Coklat kekuningan Jambu Teh jambu