Laporan Kasus Ht Emergensi

18
LAPORAN KASUS HIPERTENSI EMERGENSI Disusun oleh: Mutiara Dara Ratih, S. Ked Fakultas Kedokteran Universitas Palangkaraya Kepaniteraan Klinik Rehabilitasi Medik dan Kedokteran Emergensi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya 2015

description

tatalaksana HT emergensi

Transcript of Laporan Kasus Ht Emergensi

LAPORAN KASUS HIPERTENSI EMERGENSI

LAPORAN KASUSHIPERTENSI EMERGENSIDisusun oleh:Mutiara Dara Ratih, S. KedFakultas Kedokteran Universitas PalangkarayaKepaniteraan Klinik Rehabilitasi Medik dan Kedokteran EmergensiRSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya2015

PENDAHULUANHipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang neurovaskular yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat.Hipertensi emergensi adalah kondisi klinis yang terdiri dari kelompok penderita dengan kondisi medis yang membutuhkan penurunan segera tekanan darah untuk mencegah komplikasi lebih serius.LAPORAN KASUSIdentitas pasienNama: Tn. KDSUsia: 57 tahunAgama: KristenPekerjan: PNSAlamat: Jl. Sangga BuanaAnamnesis dilakukan pada hari Senin, 11 Mei 2015 Pkl 19.30 WIB

AnamnesisKeluhan utama: badanh terasa melayangRiwayat penyakit sekarangOs. Datang dengan keluhan badan terasa melayang sejak 6 jam SMRS. Badan terasa lemas namun tidak ditemukan adanya kelemahan anggota gerak, maupun bagian wajah. Pusing berputar dan sakit kepala di sangkal, perdarahan dari hidung/gusi (-), pandangan mata kabur dikeluhkan. Kabur pandangan mata sudah terjadi 1,5 tahun, semakin lama keluhan semakin parah, pandangan berkabut seperti awan disangkal, os masih bisa melihat wajah. Namun saat ini pandangan menjadi berkunang-kunang bersamaan dengan badan yang terasa melayang. Mual dan muntah disangkal. Napas terasa sesak (-), dada terasa nyeri (-), dada berdebar (-), keringat dingin (-), nyeri ulu hati (-).

RPD: DM dan Hipertensi berobat tidak teratur.RPK: riwayat DM dan Hipertensi pada kedua orang tua

Pemeriksaan FisikKeadaan umum: tampak sakit sedang; kesadaran: compos mentis; GCS: eye (4), verbal (5), motorik (6)

Tanda vital: tensi 240/120 mmHg, nadi 90x/m reguler, isi dan tegangan cukup; suhu 36,7oC; respirasi 20x/m reguler.

kulit: turgor < 2 detik, kelembaban cukup, pucat (-).

Kepalamata: konjungtiva anemis (-/-), seklera ikterik (-/-),diameter pupil 3mm/3mm, isokor, refleks cahaya (+/+), shadow test (-/-) kelumpuhan wajah (-)

Leher: JVP tidak meningkat

Toraks: Dada tampak simetris, retraksi suprasternal(-/-), fremitus taktil normal simetris , sonor, vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-). Ictus cordis terlihat dan teraba pada garis midklavikula sinistra, SIC IV, S1-S2 tunggal, gallop (-),murmur (-).

Abdomen: supel, datar, bising usus (+) normal, timpani, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba.

Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), kekuatan motorik eks. Superior 5/5, eks inferior 5/5.

Hasil laboratorium:Hb: 9,4 g/dl. Hct: 28,0%, Leukosit: 8.060/uL, eritrosit: 3,46x106/uL, trombosit: 246.000/uL. GDS 286 mg/dl, cr: 1,30; SGPT 22.

Diagnosis bandingHipertensi emergensiHipertensi urgensiDiagnosis kerja: hipertensi emergensi, DM dan Anemia.

Tatalaksana:Oksigen nasal kanul 2 LPMInfus NaCl: 20 tpmPO: glimepirid 2 mg 2x1/2, amlodipin 1x10 mg, micardis 1x80 mg.

Usulan pemeriksaan:Funduskopi, Foto torak, cek GDN2JPP

Prognosis:Quo ad vitam: dubia Ad bonamQuo ad functionam: dubia Ad bonamQuo ad sanationam: dubia Ad bonam

PEMBAHASANHipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ target. Hipertensi emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi intravena.

Pada kasus HT emergensi ditegakkan dengan ditemukannya tensi 240/120 mmHg disertai pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan pandangan mata menjadi lebih kabur.

Tatalaksana Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu tergantung pada kerusakan organ target. Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat. Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah bisa dikontrol dan dengan pemantauan yang tepat. Tingkat ideal penurunan tekanan darah masih belum jelas, tetapi penurunanMeanArterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal dan 15% pada 2-3 jamberikutnya.

Pada kasus pasien mendapatkan amlodipin 10 mg saat di IGD. Terapi anti HT oral kurang tepat bila diberikan pada pasein HT emergensi, kecuali diberikan pada pasein HT urgensi. Glimiperide merupakan golongan sulfonilurea meningkatkan kerja insulin dalam proses pengambilan glukosa perifer.

KesimpulanTelah dilaporkan pasien laki-laki Tn. KDS usia 57 Tahun datang dengan keluhan badan terasa melayang dan pandangan mata mengabur, dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 240/120 mmHg. Keluhan disertai tekanan darah demikian menunjukkan bahwa pasien mengalami hipertensi emergensi. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS sebesar 286 mg/dL. Terapi hipertensi emergensi yang diberikan berupa pemberian amlodipin dan telmisartan. Kurang tepat bila HT emergensi diberikan terapi antihipertensi oral, harusnya pasien mendapatkan terapi antihipertensi intravena. Pasien juga mendapatkan glimiperide yang merupakan sulfonilurea sebagai terapia DM.Daftar PustakaSuryawan R. Krisis Hipertensi. SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FK Uniar-RSU. Dr. Soetomo, Surabaya.Devicaesaria A. Hipertensi Krisis. Medicinus. Vol. 27, No.3, Desember 2014.Vaidya CK, Ouellette JR. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician. 2007. available www.turner-white.comCline DM, Amin A. Drug Treatment for Hypetensive Emergencies. Emergency Medicine Cardiac Research and Educaiton Group. Januari 2008.