pelayanan emergensi

download pelayanan emergensi

of 13

Transcript of pelayanan emergensi

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    1/13

    PANDUAN PELAYANAN KASUS

    EMERGENSI

    PENDAHULUAN

    Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas

    yang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem Pelayanan

    Tanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini (early) karena trauma

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    2/13

    yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera

    (kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma. Perawatan kritis,

    intensif, ditujukan untuk menghambat kematian kemudian, late, karena trauma

    yang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah trauma).

    ematian dini diakibatkan gagalnya oksigenasi adekuat pada organ !ital

    (!entilasi tidak adekuat, gangguan oksigenisasi, gangguan sirkulasi, dan perfusi

    end"organ tidak memadai), cedera SSP masif (mengakibatkan !entilasi yang tidak 

    adekuat dan # atau rusaknya pusat regulasi batang otak), atau keduanya. $edera

     penyebab kematian dini mempunyai pola yang dapat diprediksi (mekanisme

    cedera, usia, se%, bentuk tubuh, atau kondisi lingkungan). Tujuan penilaian awal

    adalah untuk menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera # kelainan pengancam

     jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan

    efisiensi tindakan definitif atau transfer kefasilitas sesuai.

    Setiap bencana selalu menampilkan bahaya dan kesulitannya masing"

    masing. &ang akan dibicarakan berikut ini antara lain adalah petunjuk umum

    dalam mengelola korban bencana disamping untuk kegawatan sehari"hari.

    'ungkin diperlukan modifikasi oleh pemegang komando bila dianggap diperlukan

     perubahan.encana adalah setiap keadaan dimana jumlah pasien sakit atau cedera

    melebihi kemampuan sistem gawat darurat yang tersedia dalam memberikan

     perawatan adekuat secara cepat dalam usaha meminimalkan kecacadan atau

    kematian (korban massal), dengan terjadinya gangguan tatanan sosial, sarana, prasarana (encana kompleks bila disertai ancaman keamanan). encana mungkin

    disebabkan oleh ulah manusia atau alam. eberhasilan pengelolaan bencana

    memerlukan perencanaan sistem pelayanan gawat darurat lokal, regional dan

    nasional, pemadam kebakaran # rescue, petugas hukum dan masyarakat.

    esiapan rumah sakit serta kesiapan pelayanan spesialistik harus disertakan

    dalam mempersiapkan   perencanaan bencana.  Secara nasional kegiatan

     penanggulangan gawat darurat sehari"hari maupun dalam bencana diatur dalam

    Sistem Penanggulangan awat Darurat Terpadu (SPDT S#) yang harus

    diterapkan oleh semua fihak termasuk masyarakat awam, dibagi kedalam

    subsistem   pra rumah sakit, rumah sakit dan antar rumah sakit.

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    3/13

    Proses pengelolaan bencana diatur dalam Sistem omando encana. endali

     biasanya ditangan akornas"P (anas) # Satkorlak"P # Satlak"P, namun bisa

     juga pada penegak hukum seperti   pada kasus kriminal # terorisme atau

     penyanderaan. elompok lain bisa membantu pemegang  kendali. *aringan

    transportasi dan komunikasi antar instansi harus sudah dimiliki untuk mendapatkan

     pengelolaan bencana yang berhasil.

    Tingkat respons atas bencana.

    +kan menentukan petugas dan sarana apa yang diperlukan ditempat kejadian

    -espons Tingkat encana terbatas yang dapat dikelola oleh petugas sistim

    gawat darurat dan penyelamat lokal tanpa memerlukan bantuan dari luar

    organisasi.

    -espons Tingkat encana yang melebihi atau sangat membebani petugas sistim

    gawat darurat dan penyelamat lokal hingga membutuhkan pendukung sejenis serta

    koordinasi antar instansi. has dengan banyaknya jumlah korban.

    -espons Tingkat encana yang melebihi kemampuan sumber sistim gawat

    darurat dan penyelamat baik lokal atau regional. orban yang tersebar pada

     banyak lokasi sering terjadi. Diperlukan koordinasi luas antar instansi.

    TRIASE.

    Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau

     penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis

    segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas

    transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan). +rtinya memilih

     berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan

     prioritas +$D/ yang merupakan proses yang sinambung sepanjang pengelolaan

    gawat darurat medik.

    Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba # berada ditempat dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status

    triase pasien dapat berubah. ila kondisi memburuk atau membaik, lakukan

    retriase. Triase harus mencatat tanda !ital, perjalanan penyakit pra -S, mekanisme

    cedera, usia, dan keadaan yang diketahui atau diduga membawa maut. Temuan

    yang mengharuskan peningkatan pelayanan antaranya cedera multipel, usia

    ekstrim, cedera neurologis berat, tanda !ital tidak stabil, dan kelainan jatung"paru

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    4/13

    yang diderita sebelumnya. Sur!ei primer membantu menentukan kasus mana yang

    harus diutamakan dalam satu kelompok triase (misal pasien obstruksi jalan nafas

    dapat perhatian lebih dibanding amputasi traumatik yang stabil).

    Di 0D, disaat menilai pasien, saat bersamaan juga dilakukan tindakan

    diagnostik, hingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan pasien

     berkurang.Di institusi kecil, pra -S, atau bencana, sumber daya dan tenaga tidak 

    memadai hingga berpengaruh pada sistem triase. Tujuan triase berubah menjadi

     bagaimana memaksimalkan jumlah pasien yang bisa diselamatkan sesuai dengan

    kondisi. Proses ini berakibat pasien cedera serius harus diabaikan hingga pasien

    yang kurang kritis distabilkan.

    Triase dalam keterbatasan sumber daya sulit dilaksanakan dengan baik.

    Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. 'etode triase yang

    dianjurkan bisa secara '/TT+ (Triage tagging system) atau sistim triasePenuntun 1apangan ST+-T (Simple Triage +nd -apid Transportation).

    Terbatasnya tenaga dan sarana transportasi saat bencana mengakibatkan kombinasi

    keduanya lebih layak digunakan.

    Tag Triase

    Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas

    triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap

    korban.

    Triase an penge!o"pokan berasar Tagging.Prioritas 2ol (3itam) Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak 

    mungkin diresusitasi.

    Prioritas Pertama ('erah) Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian

    cepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal gagal

    nafas, cedera torako"abdominal, cedera kepala atau maksilo"fasial berat, shok atau

     perdarahan berat, luka bakar berat).

    Prioritas edua (uning) Pasien memerlukan bantuan, namun dengan

    cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa

    dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang

    luas (misal cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi,

    fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat,

    serta luka bakar ringan).

    Prioritas etiga (3ijau) Pasien degan cedera minor yang tidak

    membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    5/13

    memerlukan penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi

    ekstremitas, cedera maksilo"fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat

     psikologis).Sebagian protokol yang kurang praktis membedakakan prioritas 4

    sebagai.

    Prioritas eempat (iru) yaitu kelompok korban dengan cedera atau

     penyaki kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan dan

    transportasi, dan Prioritas elima (Putih)yaitu kelompok yang sudah pasti tewas.

    ila pada -etriase ditemukan perubahan kelas, ganti tag # label yang sesuai dan

     pindahkan kekelompok sesuai.

    Triase Sisti" METTAG.

    Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas

    korban. -esusitasi ditempat.

    Triase Siste" Pen#nt#n Lapangan START.

    erupa penilaian pasien 54 detik dengan mengamati !entilasi, perfusi, dan

    status mental (-P' -6 status -espirasi 7 P 6 status Perfusi 7 ' 6 status 'ental)

    untuk memastikan kelompok korban (la8imnya juga dengan tagging) yang

    memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan

    atau mati. ni memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban

    yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan

    transport segera. -esusitasi diambulans.

    Triase Siste" Ko"binasi METTAG an START.Sistim '/TT+ atau sistim tagging dengan kode warna yang sejenis bisa

    digunakan sebagai bagian dari Penuntun 1apangan ST+-T. -esusitasi di

    ambulans atau di +rea Tindakan 0tama sesuai keadaan.

    PENILAIAN DITEMPAT DAN PRI$RITAS TRIASE

    ila jumlah korban serta parahnya cedera tidak melebihi kemampuan pusat pelayanan, pasien dengan masalah mengancam jiwa dan cedera sistem berganda

    ditindak lebih dulu. ila jumlah korban serta parahnya cedera melebihi

    kemampuan 9) dst dibawah algoritma

    A!gorit"a Siste" START %

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    6/13

    3itam 6 Deceased (Tewas) 7 'erah 6 mmediate (Segera), uning 6 Delayed

    (Tunda) 7 3ijau 6 'inor.

    Semua korban diluar algoritma diatas uning.

    Disini tidak ada resusitasi dan $"spine control.

    Satu pasien maks. 54 detik. Segera pindah kepasien berikut setelah tagging.

    Pada sistem ini tag tidak diisi, kecuali jam dan tanggal. Diisi petugas berikutnya.

    9) tenaga dan fasilitas pusat pelayanan, pasien dengan peluang hidup terbesardengan paling sedikit manghabiskan waktu, peralatan dan persediaan, ditindak

    lebih dulu. etua Tim 'edik mengatur Sub Tim Triase dari Tim Tanggap Pertama

    (:irst -esponders) untuk secara cepat menilai dan men tag korban. Setelah

     pemilahan selesai, Tim Tanggap Pertama melakukan tindakan sesuai kode pada

    tag.

    (0mumnya tim tidak mempunyai tugas hanya sebagai petugas triase, namun juga

    melakukan tindakan pasca triase setelah triase selesai).

    ;. Pertahankan keberadaan darah uni!ersal dan cairan.

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    7/13

    >. enali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu tersedia

    " Petugas omando encana.

    " Petugas omunikasi.

    " Petugas /kstrikasi#ahaya.

    " Petugas Triase Primer.

    " Petugas Triase Sekunder.

    " Petugas Perawatan.

    " Petugas +ngkut atau Transportasi.

    ?. enali dan tunjuk area sektor bencana

    " Sektor omando # omunikasi encana.

    " Sektor Pendukung (ebutuhan dan Tenaga).

    " Sektor encana.

    " Sektor /kstrikasi # ahaya.

    " Sektor Triase.

    " Sektor Tindakan Primer." Sektor Tindakan Sekunder.

    " Sektor Transportasi.

    5. -encana Pasca ejadian encana

    @. ritik Pasca 'usibah.

    A. $SD ($ritical nsident Stress Debriefing).

    Sektor Tindakan Sekunder bisa berupa Sektor Tindakan 0tama dimana korban

    kelompok merah dan kuning yang menunggu transport dikumpulkan untuk lebih

    mengefisienkan persedian dan tenaga medis dalam resusitasi"stabilisasi.

    TINDAKAN DAN E&AKUASI MEDIK 

    Tim 'edik dari Tim Tanggap Pertama (bisa saja petugas yang selesai

    melakukan triase) mulai melakukan stabilisasi dan tindakan bagi korban berdasar 

     prioritas triase, dan kemudian menge!akuasi mereka ke +rea Tindakan 0tama

    sesuai kode prioritas. ode merah dipindahkan ke +rea Tindakan 0tama terlebihdahulu.

    TRANSP$RTASI K$R'AN

    oodinator Transportasi mengatur kedatangan dan keberangkatan serta

    transportasi yang sesuai. oordinator Transportasi bekerjasama dengan

    oordinator 'edik menentukan rumah sakit tujuan, agar pasien trauma serius

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    8/13

    sampai kerumah sakit yang sesuai dalam periode emas hingga tindakan definitif

    dilaksanakan pada saatnya. ngat untuk tidak membebani -S rujukan melebihi

    kemampuannya. $egah pasien yang kurang serius dikirim ke -S utama. (*angan

     pindahkan bencana ke -S).

    PERIMETER 

    Perimeter Terluar.

    'engontrol kegiatan keluar masuk lokasi. Petugas keamanan mengatur perimeter 

    sekitar lokasi untuk mencegah masyarakat dan kendaraan masuk kedaerah

     berbahaya. Perimeter seluas mungkin untuk mencegah yang tidak berkepentingan

    masuk dan memudahkan kendaraan gawat darurat masuk dan keluar.

    (a!#r #nt#k Transport Korban

    Petugas keamanan bersama petugas medis menetapkan perimeter sekitar

    lokasi bencana yang disebut Bona Panas. Ditentukan jalur yang dinyatakan amanuntuk memindahkan korban ke perimeter kedua atau 8ona dimana berada +rea

    Tindakan 0tama. Tidak seorangpun dii8inkan melewati perimeter Bona Panas

    untuk mencegah salah menempatkan atau memindahkan pasien secara tidak aman

    tanpa i8in. :aktor lain yang mempengaruhi kemantapan Bona Panas antaranya

    lontaran material, api, jalur listrik, bangunan atau kendaraan yang tidak stabil atau

     berbahaya.

    Kea"anan.

    'engamankan penolong dan korban. Petugas keamanan mengatur semua

    kegiatan dalam keadaan aman bagi petugas rescue, pemadaman api, e!akuasi,

     bahan berbahaya dll. ila petugas keamanan melihat keadaan berpotensi bahaya

    yang bisa membunuh penolong atau korban, ia punya wewenang menghentikanatau merubah operasi untuk mecegah risiko lebih lanjut.

    Semua anggota Tim Tanggap Pertama dapat bekerja bersama secara cepat dan

    efektif dibawah satu sistem komando yang digunakan dan dimengerti, untuk

    menyelamatkan hidup, untuk meminimalkan risiko cedera serta kerusakan.

    PENILAIAN A)AL.

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    9/13

    esuai D agnos k absolut dak d butuhkan un uk menindak keadaan kl ni k 

    ang diketakui pada awal proses a enaga e batas angan akukan u utan

    angkah" angkah ur!ei p mer ondi pengancam wa diutamakan.

    Penilaian awal mencakup protokol persiapan, triase, sur!ei primer,

    r esusitasi"stabilisasi, sur!ei sekunder dan tindakan definitif atau transfer ke -S

    s . i ti ti i t 

    i s ritis

    y . il t t r j l r  

    l l s ri . si ji

    S#r*ei Pri"er.

    1angkah"langkahnya sebagai +$D/ (airway and $"spine control,

     breathing, circulation and hemorrhage control, disability, e%posure#en!ironment).

    *alan nafas merupakan prioritas pertama. Pastikan udara menuju paru"paru tidak

    terhambat. Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera langsung, edema, benda

    asing dan akibat penurunan kesadaran. Tindakan bisa hanya membersihkan jalan

    nafas hingga intubasi atau krikotiroidotomi atau trakheostomi. 2ilai pernafasan atas kemampuan pasien akan !entilasi dan oksigenasi.

    Temuan kritis bisa tiadanya !entilasi spontan, tiadanya atau asimetriknya bunyi

    nafas, dispnea, perkusi dada yang hipperresonans atau pekak, dan tampaknya

    instabilitas dinding dada atau adanya defek yang mengganggu pernafasan.

    Tindakan bisa mulai pemberian oksigen hingga pemasangan torakostomi pipa dan

    !entilasi mekanik.

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    10/13

     2ilai sirkulasi dengan mencari hipo!olemia, tamponade kardiak, sumber

     perdarahan eksternal. 1ihat !ena leher apakah terbendung atau kolaps, apakah

     bunyi jantung terdengar, pastikan sumber perdarahan eksternal sudah diatasi.

    Tindakan pertama atas hipo!olemia adalah memberikan -1 secara cepat melalui <

    kateter C besar secara perifer di ekstremitas atas. ontrol perdarahan eksternal

    dengan penekanan langsung atau pembedahan, dan tindakan bedah lain sesuai

    indikasi.

    Tetapkan status mental pasien dengan $S dan lakukan pemeriksaan

    motorik. Tentukan adakah cedera kepala atau kord spinal serius. Periksa ukuran

     pupil, reaksi terhadap cahaya, kesimetrisannya. $edera spinal bisa diperiksa

    dengan mengamati gerak ekstremitas spontan dan usaha bernafas spontan. Pupil

    yang tidak simetris dengan refleks cahaya terganggu atau hilang serta adanya

    hemiparesis memerlukan tindakan atas herniasi otak dan hipertensi intrakranial

    yang memerlukan konsultasi bedah saraf segera.

    Tidak adanya gangguan kesadaran, adanya paraplegia atau kuadriplegiamenunjukkan cedera kord spinal hingga memerlukan kewaspadaan spinal dan

     pemberian metilprednisolon bila masih A jam sejak cedera (kontro!ersial). ila

    usaha inspirasi terganggu atau diduga lesi tinggi kord leher, lakukan intubasi

    endotrakheal.

    Tahap akhir sur!ei primer adalah eksposur pasien dan mengontrol

    lingkungan segera. uka seluruh pakaian untuk pemeriksaan lengkap. Pada saat

    yang sama mulai tindakan pencegahan hipotermia yang iatrogenik biasa terjadi

    diruang ber +$, dengan memberikan infus hangat, selimut, lampu pemanas, bila

     perlu selimut dengan pemanas.

    Prosedur lain adalah tindakan monitoring dan diagnostik yang dilakukan

     bersama sur!ei primer. Pasang lead /$ dan monitor !entilator, segera pasang

    oksimeter denyut. 'onitor memberi data penuntun resusitasi. Setelah jalan nafas

    aman, pasang pipa nasogastrik untuk dekompresi lambung serta mengurangi

    kemungkinan aspirasi cairan lambung. atater :oley kontraindikasi bila urethra

    cedera (darah pada meatus, ekimosis skrotum # labia major, prostat terdorong

    keatas). 1akukan urethrogram untuk menyingkirkan cedera urethral sebelumkateterisasi.

    RESUSITASI DAN PENILAIAN K$MPREHENSI+

    +ase Res#sitasi.

    Sepanjang sur!ei primer, saat menegakkan diagnosis dan melakukan

    inter!ensi, lanjutkan sampai kondisi pasien stabil, tindakan diagnosis sudah

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    11/13

    lengkap, dan prosedur resusitatif serta tindakan bedah sudah selesai. 0saha ini

    termasuk kedalamnya monitoring tanda !ital, merawat jalan nafas serta bantuan

     pernafasan dan oksigenasi bila perlu, serta memberikan resusitasi cairan atau

     produk darah.Pasien dengan cedera multipel perlu beberapa liter kristaloid dalam

    jam untuk mempertahankan !olume intra!askuler, perfusi jaringan dan organ

    !ital, serta keluaran urin. erikan darah bila hipo!olemia tidak terkontrol oleh

    cairan. Perdarahan yang tidak terkontrol dengan penekanan dan pemberian produk 

    darah, operasi. Titik capai resusitasi adalah tanda !ital normal, tidak ada lagi

    kehilangan darah, keluaran urin normal 4,?"; cc#kg#jam, dan tidak ada bukti

    disfungsi end"organ. Parameter (kadar laktat darah, defisit basa pada gas darah

    arteri) bisa membantu.

    S#r*ei Sek#ner.

    :ormalnya dimulai setelah melengkapi sur!ei primer dan setelah memulai fase

    resusitasi. Pada saat ini kenali semua cedera dengan memeriksa dari kepala hingga jari kaki. 2ilai lagi tanda !ital, lakukan sur!ei primer ulangan secara cepat untuk

    menilai respons atas resusitasi dan untuk mengetahui perburukan. Selanjutnya cari

    riwayat, termasuk laporan petugas pra -S, keluarga, atau korban lain.

    ila pasien sadar, kumpulkan data penting termasuk masalah medis sebelumnya,

    alergi dan medikasi sebelumnya, status immunisasi tetanus, saat makan terakhir,

    kejadian sekitar kecelakaan. Data ini membantu mengarahkan sur!ei sekunder

    mengetahui mekanisme cedera, kemungkinan luka bakar atau cedera karena suhu

    dingin (cold injury), dan kondisi fisiologis pasien secara umum.

    Pe"eriksaan +isik 'er#r#tan.Diktum jari atau pipa dalam setiap lubang mengarahkan pemeriksaan. Periksa

    setiap bagian tubuh atas adanya cedera, instabilitas tulang, dan nyeri pada palpasi.

    Periksa lengkap dari kepala hingga jari kaki termasuk status neurologisnya.

    PEMERIKSAAN PEN,ITRAAN DAN LA'$RAT$RIUM. Pemeriksaan

    radiologis memberikan data diagnostik penting yang menuntun penilaian awal.

    Saat serta urutan pemeriksaan adalah penting namun tidak boleh mengganggu

    sur!ei primer dan resusitasi. Pastikan hemodinamik cukup stabil saat membawa

     pasien keruang radiologi.

    Pe"eriksaan Laboratori#" saat peni!aian a-a!.

    Paling penting adalah jenis dan %"match darah yang harus selesai dalam

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    12/13

    mungkin tidak tampak hingga mobilisasi otogen cairan ekstra!askuler atau

     pemberian cairan resusitasi C dimulai.

    0rinalisis dipstick untuk menyingkirkan hematuria tersembunyi. Skrining urin

    untuk penyalahguna obat dan alkohol, serta glukosa, untuk mengetahui penyebab

     penurunan kesadaran yang dapat diperbaiki. Pada kebanyakan trauma, elektrolit

    serum, parameter koagulasi, hitung jenis darah, dan pemeriksaan laboratorium

    umum lainnya kurang berguna saat ;"< jam pertama dibanding setelah stabilisasi

    dan resusitasi.

    PENUTUP.

    ndonesia adalah super market bencana. Semua petugas medis bisa terlibat dalam

     pengelolaan bencana. Semua petugas wajib melaksanakan Sistim omando

    encana dan berpegang pada SPDT"S# pada semua keadaan gawat darurat

    medis baik dalam keadaan bencana atau sehari"hari. Semua petugas harus waspada

    dan memiliki pengetahuan sempurna dalam peran khusus dan pertanggung" jawabannya dalam usaha penyelamatan pasien.

    arena banyak keadaan bencana yang kompleks, dianjurkan bahwa semua petugas

    harus berperan"serta dan menerima pelatihan tambahan dalam pengelolaan

     bencana agar lebih terampil dan mampu saat bencana sebenarnya.

    RU(UKAN.

    ;. Seri PPD. Penanggulangan Penderita awat Darurat # eneral /mergency 1ife

    Support (/1S). Sistem Penanggulangan awat Darurat Terpadu (SPDT).

    $etakan etiga. Direktorat *enderal ina Pelayanan 'edik Departemen esehatan

    -..

  • 8/17/2019 pelayanan emergensi

    13/13

    5. 'ultiple $asualty nsidents. +!ailable at 

    http##www.!gernet.net#bkand# s tate#multiple.html.

    http://www.vgernet.net/bkand/state/multiple.htmlhttp://www.vgernet.net/bkand/state/multiple.htmlhttp://www.vgernet.net/bkand/state/multiple.htmlhttp://www.vgernet.net/bkand/state/multiple.html