Laporan a Blok 17 Fix
-
Upload
retno-tharra -
Category
Documents
-
view
145 -
download
3
description
Transcript of Laporan a Blok 17 Fix
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkanterimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
pembimbing yang telah membimbing tutorial pertama di blok 17 ini sehingga proses tutorial
dapat berlangsung dengan sangat baik.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua
orang tua, yang tela memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung
jumlahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario a di blok 17 ini
hingga selesai.
Ucapan terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya atas semua semangat dan dukungannya sehingga perjalanan blok per
blok yang seharusnya sulit dapat dilewati dengan mudah.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati
sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya.Mudah-mudahan laporan
inidapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
Palembang, Mei 2013
Penyusun Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..… 2
BAB I : Pendahuluan
1.1 LatarBelakang…………………………………………………..…….. 3
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial…………………………………………………….……. 4
2.2 SkenarioKasus…………………………………………..…………..... 5
2.3 Paparan
I. KlarifikasiIstilah.............…………………………………...... 6
II. Identifikasi Masalah...........………………………………….... 6
III. Analisis Masalah...............................……………………......... 8
IV. Learning Issues ...………………...……………………............. 29
V. Kerangka Konsep..................………………………………...... 51
BAB III : Penutup
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 53
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas blok gastrointestinal yang berada
dalam blok 17 pada semester 4 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan
Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem KBK di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisisdan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Data Tutorial
Tutor :dr.Siti Hildani
Moderator : M.Addien Prima Nanda
Sekretaris Papan : Muhammad Reyhan
Sekretaris Meja : Garina Rioska Savella
Hari, Tanggal : Senin, 6Mei 2013
Rabu,8 Mei 2013
Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan
2. Dilarang makan dan minum
4
2.2Skenario kasus
Budi, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea. Four days before admission, the
patient had non projectile vomiting 6 times a day. He vomited what he ate. Three days before
admission the patient got diarrhea 10 imes a day around half glass in every defecation, there
was no blood and mucous/pus in it. The frequency of vomiting decreased. Along those 4
days, he drank eagerly and as given plain water .he also got mild fever. Yesterday, he looked
worsening, still had diarrhea but no vomiting. The amount of urination in 8 hours ago was
less than usual. Budi’s family lives in slum area.
Physical Examination
Patient looks severely ill, compos mentis but weak (lethargic), BP 70/50mmHg, RR 38x/m,
HR 144x/m regullar but weak, body temperature 38,70C, BW 8,8 kg, BH 75cm
Head: Sunken eye, no tears drop, and dry mouth.
Thorax: similar movement on both side, retraction (-/-), vesicular breath sound, normal heart
sound.
Abdomen: flat, shuffle, bowel sound increases. Liver is palpable 1 cm below arcus costa and
xiphoid processus, spleen unpalpable. Pinch the skin of the abdomen: very slowly (longer
than 2 seconds). Redness skin surrounding anal orifice.
Extremities: cold hand and feet
Laboratory Examination
Hb 12,8 g/dl, WBC 9.000/mm3, differential count: 0/1/16/48/35/0.
Urine routine
Macroscopic: yellowish colour,
Microscopic: WBC (-), RBC (-), protein (-).
Faeces routine
Macroscopic: water more than waste material, blood (-), mucous (-)
WBC: 2-4/HPF, RBC 0-1/HPF
5
2.3Paparan
I. Klarifikasi Istilah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
.
11
.
12
.
13
.
14
.
Diarrhea
Projectile vomiting
Defecation
Mucous
Pus
Mild Fever
Slum area
Lethargic
Sunken eye
Dry mouth
Retraction
Vesicular breath sound
Bowel sound
Anal orifice
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
pengeluaran tinja berair lebih dari 3 kali
muntah yang menyemprot
pembuangan tinja dari rektum
lendir
Cairan berupa nanah
Demam sedang
Daerah yang kumuh
Lemas
Mata cekung
Mulut yang kering
Penarikan dari otot-otot sela iga
Suara nafas vesikuler , dimana inspirasi lebih panjang
dari pada ekspirasi
Bising usus
Lubang anus
II. Identifikasi Masalah
NO KENYATAAN KESESUAIAN KONSEN
1 Budi, a boy, 12 month, was hospitalized
due to diarrhea. TSH VVV
2 Four days before admission, the patient
had non projectile vomiting 6 times a day.
He vomited what he ate.
TSH
6
3 Three days before admission the patient
got diarrhea 10 imes a day around half
glass in every defecation, there was no
blood and mucous/pus in it.The frequency
of vomiting decreased.Along those 4 days,
he drank eagerly and as given plain
water .he also got mild fever.Yesterday, he
looked worsening, still had diarrhea but no
vomiting.The amount of urination in 8
hours ago was less than usual
TSH
4 Budi’s family lives in slum area.
TSH
5 Physical Examination
Patient looks severely ill, compos mentis
but weak (lethargic), BP 70/50mmHg, RR
38x/m, HR 144x/m regular but weak, body
temperature 38,70C, BW 8,8 kg, BH 75cm
Head: Sunken eye, no tears drop, and dry
mouth.
Thorax: similar movement on both side,
retraction (-/-), vesicular breath sound,
normal heart sound.
Abdomen: flat, shuffle, bowel sound
increases. Liver is palpable 1 cm below
arcus costa and xiphoid processus, spleen
unpalpable. Pinch the skin of the abdomen:
very slowly (longer than 2 seconds).
Redness skin surrounding anal orifice.
Extremities: cold hand and feet
TSH
7
6 Laboratory Examination
Hb 12,8 g/dl, WBC 9.000/mm3, differential
count: 0/1/16/48/35/0.
Urine routine
Macroscopic: yellowish colour,
Microscopic: WBC (-), RBC (-), protein
(-).
Faeces routine
Macroscopic: water more than waste
material, blood (-), mucous (-)WBC:
2-4/HPF, RBC 0-1/HPF
TSH
*TSH = Tidak Sesuai Harapan
SH = Sesuai harapan
III. Analisis Masalah
1. Budi, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea.
a. Apa saja etiologi dan klasifikasi diare ?
Etiologi :
Ditinjau dari sudut patofisiologi kehilangan cairan tubuh penyebab diareakut dapat
dibagi dalam :
1. Diare sekresi (secretory diarrhea) disebabkan oleh :
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen
b. Hiperperistaltik usus halus yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan (misalnya keracunan makanan, makanan pedas, sudah basi, dll),
gangguan syaraf, hawa dingin, alergi, dsb.
c. Defisiensi imun terutama SigA (secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan bakteri/jamur(overgrowth).
2. Diare Osmotik (osmotic diarrhea), disebabkan oleh :
a. Malabsorbsi makanan
b. KKP (Kekurangan Kalori Protein)
c. BBLR atau bayi baru lahir
8
Klasifikasi diare
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung
kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang
dapat atau tanpa disertai lendir dan darah
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare
akut dan kronik.
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap
gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare
kronik lebih dari 30 hari.
b. Bagaimana patofisiologi diare pasa kasus ?
Virussel villi memendekabsorbsi menurun dan cairan intra selular masuk ke
ekstraselularfeses banyak air (diare)
c. Bagaimana patogenesis diare ?
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus.Faktor kausal
yaitu daya penetrasi yang dapat meruska sel mukosa (invasif) kemampuan mmproduksi
toxin yang memepengaruhi sekresi cairan usus halus serta day lekat kuman.
Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan menyebabkan
40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak (Simatupang, 2004). Setelah terpapar
dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan
minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan akan
menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel yang rusak
akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng
yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini
menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan
9
makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan
meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke
dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan
makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor
kausal (agent) dan faktor penjamu (host).
diri terhadap mikroorganisme yang dapt menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-
faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna antara lain : keasaman
lambung, motilitas usus, imunitas, juga lingkungan mikroflora usus.
Inflamasi didnding usus (diare inflamatorik) : kerusakan mukosa usus karena
proses inflamasi sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan
elektrolit kedalam lumen, gangguan absorbsi air dan elektrolit
d. Apa saja faktor resiko diare ?
Faktor resiko diare :
Gizi
Hygiene dan sanitasi
Sosial – budaya
Terpapar penderita diare
Sosial – ekonomi rendah
Kepadatan penduduk
Riwayat kehamilan dan kelahiran yang mempengaruhi anatomi anak
e. Bagaimana hubungan dari umur dan jenis kelamin dengan keluhan ?
Ada hubungan umur dengan diare ,umur anak 6-24 bulan rentan terserang virus ,diare
tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin
2. Four days before admission, the patient had non projectile vomiting 6 times a day.
He vomited what he ate.
a. Apa saja etiologi dari muntah ?
1) Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan,
10
2) Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme
karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan metabolisme asam
amino/asam organic (misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria).
3) Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada struktur
(misalnya hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis),
maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil
samping metabolisme lainnya), juga karena
4) Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari
perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan
denganjaritelunjuknya.
b. Bagaimana klasifikasi dari muntah ?
Berdasarkan isi dari muntah :
Apa yang baru saja dimakan
Hematemesis, muntah yang bercampur darah
Cairan empedu, bisa ikut termuntah bila kontraksi duodenum yang terjadi pada
muntah yang parah
Muntah fekal, terjadi pada obstruksi saluran cerna atau fistula
Berdasarkan proses terjadinya :
Muntah non-proyektil ; muntah yang melalui 3 fase yaitu fase nausea , fase
retching , dan diakhiri fase ekspulsi
Muntah proyektil ; muntah yang tidak melalui ketiga fase diatas, langsung ke
fase ekspulsi
c. Bagaimana patofisiologi muntah?
Muntah merupakan suatu cara saluran
pencernaan membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir
semua bagian atas saluran pencernaan teriritasi secara luas,sangat
mengembung, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau
iritasiberlebihan dari duodenum menyebabkan
suatu rangsangan yang kuat untuk muntah.
11
Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari
faring, esofagus, perut, dan bagian atas dari usus halus. Dan impuls
saraf yang ditransmisikan oleh serabut saraf aferen vagal
dan saraf simpatis ke berbagai nuclei yang tersebar di batang
otak yang semuanya bersama-sama disebut "pusat muntah." Dari
sini,impuls motorik yang menyebabkan muntah sebenarnya
ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf cranial V, VII,
IX, X, dan XII ke saluran pencernaan bagian atas, melalui saraf vagal
dan simpatis ke saluran yang lebih bawah, dan melalui
saraf spinalis ke diafragma dan otot perut.
Antiperistalsis. Pada tahap awal dari iritasi atau distensi
berlebihan gastrointestinal, antiperistalsis mulai terjadi, sering
beberapa menit sebelum muntah terjadi. Antiperistalsis berarti
gerakan peristaltic kea rah atas saluran pencernaan, bukannya kea
rah bawah. Hal ini dapat dimulai sampai sejauh ileum di saluran
pencernaan, dan gelombang antiperistaltic bergerak mundur naik ke
halus dengan kecepatan 2 sampai 3 cm / detik; proses ini benar-
benar dapat mendorong sebagian besar isi usus halus bagian bawah
kembali ke duodenum dan lambung dalam waktu 3 sampai 5 menit.
Kemudian, pada saat bagian atas dari saluran pencernaan, terutama
duodenum, menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi
faktor pencetus yang menimbulkan tindakan muntah yang
sebenarnya.
Aksi muntah. Sekali pusat muntah telah cukup dirangsang dan
timbul perilaku, efek yang pertama adalah (1) napas dalam, (2)
naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter esofagus
bagian atas supaya terbuka, (3) penutupan glotis untuk mencegah
aliran muntah memasuki paru, dan (4) pengankatan palatum molek
untuk menutup nares posterior. Kemudian datang kontraksi
diafragma yang kuat ke bawah bersama dengan kontraksi semua
otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut di antara
diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan
intragastrik sampaik ke batas yang tinggi. Akhirnya, sfingter
12
Iritasi traktus gastrointestinal
Mendorong isi usus kembali ke duodenum
& lambung
Duodenum &lambung menjadi sangat meregang
Rangsangan emetik
Saraf afferent vagal Saraf simpatis
Pusat muntah pada postrema m.oblongata di dasar ventrikel ke4
Impuls motorik ke GIT atas (lewat saraf cranial V, VII, IX, X, XII) & ke otot diafragma dan abdomen (melalui saraf
spinalis)
Bernafas dalamNaiknya tulang lidah & laring untuk menarik sfingter esophagus atas supaya terbukaPenutupan glottisPengangkatan palatum mole untuk menutup nares posterior
Kontraksi yang kuat ke bawah diafragma bersama dengan rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen
Memeras perut, tekanan intragastrik sampai ke batas yang tinggi
Secara anatomis berdekatan dengan traktus
solitarius (pusat salivasi)
hipersalivasi
Timbulgerakan antiperistaltik sampai sejauh ileum
esophageal bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat
pengeluaran isi lambung ke atas melalui esophagus.
13
3. Three days before admission the patient got diarrhea 10 imes a day around halfglass in every defecation, there was no blood and mucous/pus in it.The frequency of vomiting decreased.Along those 4 days, he drank eagerly and as given plain water .he also got mild fever.Yesterday, he looked worsening, still had diarrhea but no vomiting.The amount of urination in 8 hours ago was less than usual.
a. Apa makna klinis dari diare 10 x sehari?
Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%) Pada keadaan ini, penderita sudah banyak
kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami
takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar,
tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak
ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis,
kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang detik)
dengan kulit yang dingin dan pucat.
b. Apa dampak dari diare ?
Kehilangan air dan elektrolit _ Dehidrasi, Hipokalemia, Asidosis
metabolik, Kejang, Alkalosis metabolik
Gangguan sirkulasi darah _ Syok hipovolemik
Gangguan gizi _Hipoglikemia, Malnutrisi energi protein,
Intolerasi laktosa sekunder
c. Bagaimana patogenesis demam pada penderita diare ?
Demam ringan merupakan respon sistemik terhadap terjadinya suatu infeksi,
dalam hal ini infeksi Rotavirus. Infeksi mengakibatkan peningkatan sekresi sitokin
14
(pirogen endogen) yang merupakan pemicu sekresi asam arakidonat yang
merupakan prekusor dari pembentukan prostaglandin.
Pembentukan prostaglandin E2 akan merubah set point di hipotalamus untuk
menaikkan suhu tubuh.
d. Bagaimana kondisi anak saat masuk rumah sakit ?
Kondisi anak saat masuk rumah sakit adalah diare akut dengan dehidrasi berat.
Untuk menilai derajat Dehidrasi (kekurangan cairan) dapat digunakan skor
WHOdibawah ini:
Yang dinilaiSKOR
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas, mengantuk
hingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan < 30 x/menit 30-40 x
/menit
> 40 x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi < 120 x/menit 120-140
x/menit
> 140 x/menit
Skor: 6 : tanpa dehidrasi 7 – 12 : dehidrasi ringan-sedang ≥ 13 : dehidrasi berat
e. Mengapa urinasi Budi 8 jam terakhir berkurang ?
Urinasi Budi 8 jam terakhir berkurang dikarenakan keadaan Budi yang sudah
dehidrasi berat. Akibatnya kompensasi tubuh untuk mencegah pengeluaran air yang
lebih banyak lagi adalah dengan melakukan perubahan fisiologis, diantaranya
dengan peningkatan sekresi hormon ADH dan Aldosteron sehingga meningkatkan
15
reabsorpsi air dan elektrolit di tubulus ginjal. Akibatnya output urine yang keluar
berkurang.
4. Budi’s family lives in slum area.
a. Apa hubungan antara diare dengan tinggal di perkampungan kumuh ?
Budi tinggal di daerah kumuh sehingga kemungkinan besar akan sulit bagi
keluarga budi untuk menjaga hygiene dari makanan, minuman , maupun dirinya
sendiri. Penularan rotavirus tidak dipengaruhi kebersihan, namun jalur transmisinya
yang fecal-oral dipengaruhi kebersihan dan sanitasi, terutama dari segi air yang
digunakan. Apabila makanan, minuman, atau bahkan tangan dari Budi
terkontaminasi, maka akan memudahkan transmisi ifeksi Rotavirus.
5. Physical Examination
a. Interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
No. Hasil Px. Fisik Normal Interpretasi
1. Tampak sakit berat NormalTampak sakit
parah2. Compos mentis Compos mentis normal
3. BP 70/50mmHgNeonatus: 80/45
6-12 bln: 80-100/55-651-5 thn: 95/65
↓( hipotensi )
4. RR 38x/m
< 1 th= 30-402-5 th= 20-305-12 th= 15-20>12 th= 12-16
normal
5.HR 144x/m regular,
lemah
100-190x/m (usia 3bln-
2tahun)normal
6. Temp. 38,7oC 36,5-37,5oC Febris
7.BW 8,8 kg;BH 75 cm
3x BB lahilPada budi normalnya BW
10,5 kgBB
8. Mata cekung - Tanda dehidrasi9. Tidak ada air mata - Tanda dehidrasi10. Mulut kering - Tanda dehidrasi
11.
Thoraks:- simetris
- retraction (-/-)- suara nafas vesicular- suara jantung normal
Normal
12. Abdomen: Normal
16
- datar- lemas
- Peningkatan suarabising usus
↑ motilitas usus
13.Hati teraba 1 cm di
bawah arcus aorta danprocessus xiphoid
1 – 2 jari dibawah arcuscosta untuk anak-anak
Normal
14. Limfa tidak teraba Tidak teraba Normal15. Turgor (+) - dehidrasi16. Kulit kemerahan di
sekitar anus-
Tanda iritasiakibat sering
BAB
17.Kedua ujung kaki dan
tangan dingin-
Pre syok (tanda-tanda sebelum syokdikarenakan dehidrasi)
b. Mekanisme abnormal pemeriksaan fisik ?
Kesadaran : Compos mentis tapi lemah
Kesadaran Budi yang melemah karena Budi mengalami dehidrasi berat akibat
diare dan muntah yang banyak, sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
berat, dan dapat mengakibatkan kesadaran Budi menurun perlahan.
BP : 70/50 mmHg
Normalnya pada usia 6-12 bulan = 96/65 mmHg
Tekanan darah Budi yang turun sudah menunjukkan kegagalan kompensasi tubuh
Budi.
HR : 144 x/menit, regular namun lemah
Normalnya pada usia 6-12 bulan = 115 x/menit
Nadi Budi yang meningkat merupakan kompensasi tubuh Budi.
Suhu tubuh : 38,7 derajat celcius
Normalnya 36-37,5oC
Demam ringan disebabkan oleh adanya infeksi Rotavirus di mukosa usus.Demam
juga dapat disebabkan oleh dehidrasi akibat terlalu banyaknya cairandan elektrolit
yang keluar
BW : 8,8 kg ; TB : 75 cm
17
Berat badan dibawah rata-rata, bisa diakibatkan oleh dehidrasi ( karena bayi 70%
tubuhnya berupa air ) , atau masih kategori normal
Turgor (+) , Mata cekung , Tidak ada air mata yang keluar , Mulut kering,
Ekstremitas dingin
dehidrasi mengakibatkan terjadinya hipoperfusi, terutama ke perifer tubuh.
Akibatnya terjadi penurunan elastisitas di daerah tersebut
Bising usus meningkat
diakibatkan hipermotilitas usus untuk mengeluarkan cairan yang berlebih di
lumen saluran cerna akibat diare
Eritema perianal
defekasi yang sering dapat mengakibatkan kerusakan kulit perianal, terutama
pada bayi. Feses yang keluar pada penderita diare sering kali bersifat asam
diakibatkan malabsorpsi karbohidrat
6. Laboratory Examination
a. Interpretasi dari pemeriksan laboratorium ?
Pemeriksaan Normal Pada kasus Interpretasi
Darah rutin
Hb (gr/dl) 6-12 bln : 11,5 –
15,5
12.8 Normal
Leukosit (/mm3) Bayi/anak: 9000-
12000
9.000 Normal, menunjukan
infeksi bukan berasal
dari bakteri
Differential count
Basofil
Eosinofil
Net. Batang
Net. Segmen
Limfosit
Monosit
0-1
0-4
0-10
53-79
25-33
3-9
0
1
16
48
35
0
Normal
Normal
Meningkat
Menurun
Meningkat
Menurun
Urin rutin
18
Warna Kuning muda-tua Kuning Normal
WBC - - Normal
RBC - - Normal
Protein - - Normal
Feses rutin
Komposisi 2/3 air &1/3 sisanya
adalah makanan
yang tidak dicerna,
epitel dinding usus,
bakteri apatogen,
gas (indol, skatol),
asam lemak.
Cair lebih
banyak dari
ampas
Tidak normal karena
mengalami diare
RBC, darah - Normal
WBC 2-5 2-4 / lpb Normal
b. Mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium ?
Peningkatan netrofil batang
Netrofil batang adalah netrofil immatur yang seringkali meningkat pada awal
infeksi akut akibat bakteri. Sebaiknya Budi dimonitor untuk tanda-tanda
terjadinya infeksi sekunder akibat keadaan tubuhny yang melemah.
WBC di feses
Invasi yang dilakukan rotavirus serta efeknya pada enterosit di intestinum tenue
yang tidak sangat destruktif mengakibatkan hanya sedikit WBC yg dibuang di
feses.
7. Bagaimana cara menegakkan diagnosis ?
Anamnesis
Data pasien:
nama
umur
jenis kelamin
19
nama orang tua
alamat
pekerjaan orang tua
Keluhan utama
Diare: berapa lama, berapa kali, berapa banyak, warna feses, kandungan feses
(darah, lendir,banyaknya cairan dan ampas)
Riwayat keluhan lain:
Muntah: berapa lama, barapa kali, berapa banyak, warna muntah, apa yang
dimuntahkan, menyemprot atau tidak. Apakah muntah terjadi mendahului diare ?
Demam: berapa lama, tinggi atau tidak
BAK sedikit: berapa lama, kapan terakhir BAK, berapa banyak, warna urine
Flatus : apakah anak dapat flatus dan bagaimana odour nya
Riwayat penyakit terdahulu:
Batuk dan pilek atau tidak, pernah mengalami diare atau tidak, pernah mengalami
campak atau tidak sebelumnya
Riwayat makanan:
Apa yang dimakan, masih ASI atau tidak
Riwayat pengobatan:
Pernah diobati atau tidak, jika ya diberi obat apa, gejala hilang atau tidak
Riwayat imunisasi:
Lengkap atau tidak
Riwayat pertumbuhan:
BB, sudah bisa berdiri atau tidak, BB turun atau tidak
Riwayat keluarga:
Ada keluarga yang mengalami gejala sama atau tidak
Riwayat kehamilan:
Sehat atau tidak
Riwayat kelahiran:
BB lahir , proses lahir ( normal atau sectio cesarea )
Pemeriksaan Fisik
Borborygmi : peningkatan aktivitas peristaltik sehingga mengakibatkan bowel
activity dapat diauskultasi dengan jelas dan/atau dipalpasi dengan jelas.
20
Nyeri perut, sering pada diare invasif dengan et causa bakteri enteropatogenik.
Rasa sakit biasanya tidak meningkat seiring dengan palpasi. Apabila terjadi
peningkatan dicurigai ada komplikasi lain seperti peritonitis.
Tampak malnutrisi akibat malabsorpsi
Perianal eritema akibat defekasi yang sering sehingga terjadi iritas
Tanda – tanda dehidrasi yang terjadi. Ini adalah hal terpenting yang harus
diperhatikan karenamenjadi penyebab lebih dari 90% mortalitas kasus diare.
SKOR/DERAJAT DEHIDRASI BERDASARKAN WHO
Untuk menilai derajat Dehidrasi (kekurangan cairan) dapat digunakan skor WHO
dibawah ini:
Yang dinilaiSKOR
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas,
mengantukhingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan < 30
x/menit
30-40 x
/menit
> 40 x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi < 120
x/menit
120-140
x/menit
> 140 x/menit
Skor: 6 : tanpa dehidrasi
7 – 12 : dehidrasi ringan-sedang
≥ 13 : dehidrasi berat
21
Anamnesis
- Muntah yang mendahului diare
- Demam
- Urinasi berkurang
Pemeriksaan Fisik
- Penurunan BP
- RR sudah ambang batas tinggi
- HR meningkat
- Peningkatan suhu tubuh
- Penurunan berat badan
- Eritema di perianal
Pemeriksaan Lab
- Feses mengandung
sedikit WBC
1. Apa Diagnosis banding pada kasus ?
Pembanding Diare Akut Disentri Kolera
Diare + ++ ; berbau
achasiaMuntah di permulaan jarang jarang
TINJA
Volume sedang sedikit banyakKonsistensi berair lebih kental Berair
Mucous Jarang sering flacksDarah - + -
Leukosit pada Tinja - + -
Demam +/- + +Tek. Darah ↓ ↓ ↓Hollow eye + + +
Turgor + + +Eritema di perianal
+ + +
22
Tanda Dehidrasi Berat
- Hollow eyed
- No tears drop
- Turgor (+)
- Ekstremitas dingin
Diare akut dengan komplikasi dehidrasi
berat suspect et causa Rotavirus
Tatalaksana:
Rencana Pengobatan C
2. Working diagnosis ?
Diare akut dengan dehidrasi berat.
3. Bagaimana patogenesis dan patofisiologi ?
Patofisiologi
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang terdiferensiasi yang
mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakharida dan fungsi penyerapan/
absorbsi seperti transport air dan elektrolit melalui pengangkut bersama ( co transpoter)
glukosa dan asam amino.
Enterosit kripta merupaka sel yang tidak terdiferensiasi yang tidak mempunyai
enzim hidrolitik tepi bersilia dan merupkan pensekresi/ sekretor air dan elektrolit.
Dengan demikian infeksi virus selektif sel-sel ujung vilus menyebabkan 1)
ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi, dan 2) malabsorbsi
karbohidrat kompleks, terutama laktosa. Dukungan paling nyata mekanisme pertaa
sebagi faktor yang paling penting pada terjadinya diare virus.
Patogenesis
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus.Virus ini
menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak (Simatupang, 2004). Setelah
terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan
makanan dan minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan
akan menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel yang
rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel
gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini
menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan
makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan
meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke
dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan
makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare .
4. Bagaimana manifestasi klinis ?
Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan
demamringan sampai sedang dan muntah yang disertai dengan mulainya tinja cair yang
23
sering. Muntah dan demam khas mereda selama hari kedua sakit, tapi diare sering
berlanjut selama 5-7 hari. Tinja tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata.
Dehidrasi mungkin terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun
kebanyakan neonatus yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala.
Dalam pandangan klinis infeksi rotavirus terus berkembang dari diare ringan sampai
diare berat yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit, shock dan kematian
pada bayi dan anak-anak. Pada anak berumur diatas tiga bulan akan menimbulkan
gastroenteritis, ketika terjadi reinfeksi akan gejalanya tidak muncul (asimptomatik).
Masa inkubasi dari rotavirus adalah 1-3 hari. Dengan serangan tiba-tiba dan memberikan
gejala demam, muntah dan diare berair (watery diarrhoea). Gejala gastrointestinal akan
hilang setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan infeksi rotavirus mungkin bisa sampai 2-3
minggu.
5. Bagaimana penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi?
a. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke
petugas atau sarana kesehatanuntuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat,
yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat,penderita harus segera diberikan cairan
intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapioral
Pengobatan yang terbaik dengan TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral).
Pasien yang masih dapt minum meskipun hanya sedikit harus diber oralit sampai
cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit selama pemberian
cairan intravena (+- 5ml/kgBB/jam), pemberian tersebut dilakukan untuk member
tambahan basa dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan
pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat
dengan dosis 100 ml/kgBB, cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama
30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70cc/kgBB. Diatas 1 tahun ½ jam pertama
30cc/kgBB dilanjutkan 2½ jam berikutnya 70cc/kgBB.
24
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik , tetesan I.V. dapat di
percepat , setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi
pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi
ringan sedang atau pengobatabn diare tanpa dehidrasi.(sumber :buku ajar
Gastroenterologi- Hepatologi)
25
b. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama
pada anak agar tetap kuat dantumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yangdianjurkan.
Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI.
Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi
sering.
Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan anak.
c.Obat anti-diare
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala a) yang paling efektif adalah derivat
opioid misal loperamide,difenoksilat-atropin dan tinktur opium.b) obat yang
mengeraskan tinja :atapulgite 4x2 tab/hari,smectite 3x1 saset diberikan tiap
diare/BAB encer sampai diare berhenti.c) Obat anti sekretori atau anti
enkephalinase:Hidrasec 3x1 tab/hari
d.Obat –obat lainnya
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai indikasi,dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
Suportif
26
Probiotik (Lactic acid bacteria) merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek
yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat
lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga kolonisasi
bakteri patogen tidak terjadi. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik
dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan
oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang
disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotic
associated diarrhea)
Mikroekologi yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat dinormalisir
kembali dengan pemberian bakteri probiotik. Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam
meregulasi kekacauan atau gangguan keseimbangan mikrobiota komensal melalui 2
model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan peningkatan respon imun dari sistem imun
mukosa untuk menjamin terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang
dapat menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen usus yang fungsi ini
dilakukan oleh secretory IgA (SIgA) .
Di samping itu suplemen zinc sebagai rencana terapi A sesegera mungkin setelah
anak dapatmakan setelah melewati 4 jam pertama periode rehidrasi.
6. Bagaimana Pencegahan pada kasus ?
Intervensi pencegahan diare yang efektif :
1. Edukasi
2. Pemberian ASI.
Asi turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada balita
karena antibody dan zat-zat lain yang terkandung di dalamnya memberikan
perlindungan secara imunologis.
3. Memperbaiki makanan pendamping ASI
Perilaku yang salah dalam memberikan makanan pendamping ASI dapat
menyebabkan resiko terjadinya diare, sehingga dalam pemberiannya harus
memperhatikan waktu dan jenis makanan yang diberikan. Pemberian makanan
pendamping ASI sebaiknya dimulai dengan memberikan makanan lunak ketika
27
anak berumur 6 bulan dan dapat diteruskan dengan pemberian ASI, setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih, dapat ditambahkan ragam makanan lain dengan
frekuensi pemberian makanan lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11
bulan anak dapat diberikan makanan yang dimasak dengan baik, frekuensi
pemberian 4-6 kali sehari.
4. Menggunakan air bersih yang cukup
Resiko untuk terkena diare dapat dikurangi dengan penggunaan air yang
bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya hingga
ke tempat penampungan. Meminum air minum yang sehat atau air yang telah
diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau
proses klorinasi.
5. Mencuci Tangan.
Berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dan harus di
biasakan sejak dini untuk mencegah penularan penyakit diare adalah mencuci
tangan. Sebelum dan setelah melakukan aktifitas sebaiknya dimulai dan diakhiri
dengan mencuci tangan.
6. Menggunakan Jamban
Upaya penggunaan jamban dengan septic tank mempunyai dampak yang besar
dalam penurunan resiko penularan diare karena penularan kuman penyebab diare
melalui tinja dapat dihindari.
7. Pemberian vaksin
Untuk mencegah diare akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus peroral
yaitu. Tetravalent-Rhesus based rotavirus vaccine (RRV-TV) telah diizinkan
digunakan untuk bayi di Amerika Serikat.
7. Prognosis pada kasus ?
Bonam apabila tindakan rehidrasi yang dilakukan tepat dan pasien merespon baik
terhadapterapi.
8. Apa komplikasi pada kasus ?
1. Dehidrasi
2. Hipokalemi
3. Hipokalsemi
4. Cardiac disrythmia
28
5. Hiponatremi
6. Syok Hipovolemik
7. Asidosis metabolik
8. Gagal ginjal
9. Penurunan kesadaran
9. Apa KDU pada kasus ?
Kompetensi level 3B
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
pemeriksaan tambahan yang diminta dokter ( misalnya pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-Ray ). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan,
serta merujuk ke spesialis yang relevan ( kasus gawat darurat ).
IV. Learning Issue
29
A.Anatomi dan Fisilogi Traktus Gastrointestinal
SISTEMA DIGESTIVUS
Cavum oris (rongga mulut)
Farink (tekak)
Oesofagus (kerongkongan)
Gaster (lambung)
Intestinum tinue (usus halus)
Intestinum crasum (usus besar)
Anus
ORIS
Philtrum: cekungan yang terletak di tengah di bibir atas
Labium superior: bibir atas
Labium inferior: bibir bawah
Rima oris: garis yang terbentuk pada tautan bibir atas dan bibir bawah
CAVUM ORIS
Palatum durum (langit-langit keras, terbuat dari tulang)
Palatum molle (langit-langit lunak, terbuat dari membran)
Uvula (Jawa: intil-intil)
Arcus palatofaringius anterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan farink,
bagian depan
Arcus palatofaringius posterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan farink,
bagian belakang
Tonsila palatine (amandel)
Lingua (lidah)
Dents (gigi)
DENTS
Dents dibagi menjadi empat kuadran: superior dextra, superior sinistra, inferior dextra
dan inferior sinistra. Dents diberi nomor mulai dari depan ke belakang, nomor 1 s/d 8
Dents permanent: gigi sulung, jumlahnya 32 buah
30
Dents deciduas: gigi susu, jumlahnya 20 buah (tidak ada geraham besar-molar)
Dents insicivus: gigi seri, nomor 1 dan 2
Dents caninus: gigi taring, nomor 3
Dents premolar: gigi geraham kecil, nomor 4, 5 dan 6
Dents molar: gigi geraham besar, nomor 7 dan 8
GLANDULA SALIVATORIUS
Glandula salivatorius: kelenjar ludah, terdiri 3 kelenjar
Glandula parotis: paling besar, terletak di bagian depan bawah telinga, jika infeksi
menimbulkan penyakit parotitis (gondongen)
Glandula sublingualis: terletak di bawah lidah
Glandula submandibularis: terletak di bawah tulang rahang bawah (os mandibula)
LINGUA
Permukaan lidah kasar karena ada tonjolan-tonjolan yang tersebar di permukaan lidah,
tonjolan ini merupakan tempat receptor gustatorius, tonjolan ini disebut: papilla lingualis,
diberi nama berdasarkan bertuknya:
Papilla lingualis sircumvalata: berbentuk bundar seperti sircuit
Papilla lingualis fungiformis: berbentuk seperti jamur
Papilla lingualis filiformis: mempunyai fili
Tonsila lingualis: tonsil duduk
ESOPHAGUS
Merupakan saluran yang menghubungkan farink dan gaster. Terdapat 3 tempat penyempitan
di oesofagus:
Atas: selalu menutup, karena ada sfinkter oesofagus superior
Tengah: pada percabangan bronkus
Bawah: selalu menutup, karena ada sfinkter oesofagus inferior
GASTER
Lambung merupakan tempat penyimpanan makanan, bagian dari lambung:
Kardia: tempat pertemuan antara gaster dan esofagus
Fundus: bagian dari lambung yang berbentuk seperti kubah (bagian atas)
Corpus: badan lambung
31
Pilorus: bagian ujung (ekor) lambung
Kurvatura major: lengkung lambung yang panjang
Kurvatura minor: lengkung lambung yang pendek
Antrum piloricum: ruangan dalam pilorus.
Pada kardia terdapat sfinkter oesofagus inferior berfungsi mencegah refluk makanan ke
oesofagus.Pada antrum pilorikum terdapat Sfinkter pilorikum yang berfungsi mengatur
makanan ke duodenum (satu porsi akan habis selama 6 jam). Plika gastrika merupakan
lapisan mucosa bagian dalam lambung yang berfungsi sebagai kelenjar yang menghasilkan
getah lambung
PLIKA GASTRIKA
Plika gastrika merupakan lipatan mukosa pada ruang dalam gaster yang berfungsi
sebagai kelenjar dan menghasilakan getah lambung.
Lapisan Lambung: terdiri 3 lapisan
Tunica mucosa
Tunica submucosa
Tunica muscularis (otot)
M. sircularis (internal) berfungsi untuk gerak menyempit
M. longitudinal (eksternal) berfungsi untuk gerak memendek
INTESTINUM TINUE
Usus halus dibagi 3 bagian
Duodenum
Jejunum
Ilium
Secara anatomis ketiganya sama, bedanya hanya ada pada besarnya lumen, makin
kebawah makin besar, dan setiap tambah besar diberi nama berbeda, secara fisiologis
ketiganya mempunyai fungsi yang sama.
SALURAN EMPEDU DAN PANKREAS
32
Empedu dan pancreas menghasilkan getah yang dialirkan kedalam duodenum, salurannya
adalah sbb:
Ductus hepaticus sinistra (saluran hati kiri)
Ductus hepaticus dextra (saluran hati kanan)
Ductus hepaticus communis (saluran gabungan antara ductus hepaticus dextra dan
sinistra)
Ductus sisticus (saluran empedu)
Ductus choleducus (saluran gabungan antara ductus sisticus dan ductus hepaticus
communis)
Vesica biliaris/felea (kandung empedu)
Ductus pancreaticus (saluran pancreas)
Ampula vateri (pertemuan antara ductus choleducus dan ductus pankreaticus)
Papilla vateri (tonjolan ampula Vateri, tempat bermuaranya getah empedu dan
pancreas kedalam duodenum
Duodenum (usus dua belas jari)
INTESTINUM CRASUM
Intestinum crasum atau colon adalah usus besar, permukaannya bergelombang yang
disebut Haustra, bagian dari usus besar adalah:
Caecum: bagian colon yang terletak dibawah ileum, didalam cecum terdapat appendix
vermicularis (usus buntu)
Colon ascenden: bagian colon yang naik keatas, diatas ileum
Colon transversum: bagian colon yang berjalan mendatar
Colon descenden: bagian colon yang berjalan menurun, terletak disebelah kiri
Colon sigmoid: bagian colon yang berbelok, membentuk huruf s (sigmoid)
Rectum; bagian terakhir dari colon yang terletak pada ujung coclon sebelum anus
Anus: merupakan pintu keluar dari colon
Permukaan colon yang menggembung disebut haustra, serta ada bentukan seperti
cacing pada permukaan colon yang disebut: taenia coli, ini merupakan kumpulan otot colon
longitudinal (tidak semua permukaan colon ada otot tsb, hanya ada di tiga tempat)
Sepanjang taenia coli terdapat tonjolan jaringan yang disebut: appendix epiploika
Tempat pertemuan antara ileum dan colon, terdapat sfinkter yang disebut: sfinkter ileosecal,
yang berfungsi mencegah refluk sisa makanan yang sudah masuk colon kembali ke ileum
33
ANUS
Anus merupakan pintu keluar dari colon, anus selalu tertutup karena dijaga oleh dua
sfinkter, yaitu:
Spincter ani internum, yang terletak sebelah dalam, sifatnya involunter (tidak sadar,
artinya diluar kendali otak) dan membuka secara reflek, jika ada feses masuk rectum,
terjadi reflek defekasi
Spincter ani eksternum, yang terletak disebelah luar sfinkter ani internum, sifatnya
volunter (sadar, artinya gerakannya atas perintah otak)
Hal yang terjadi di dalam saluran cerna adalah ingesti, proses mekanik, digesti,
sekresi, absorpsi, dan ekskresi. Proses gerakan saluran cerna disebut juga motilitas. Motilitas
dimulai dari ingesti (pemasukkan makanan melalui mulut), mastikasi (pengunyahan dan
pencampuran dengan bantuan saliva), deglutisi (penelanan) dan peristaltis (kontraksi yang
seperti gerakan ombak). Proses digesti sendiri menggubakan berbagai enzim yang
mempunyai fungsi
sendiri-sendiri. Enzim-enzim ini mempunyai tugas khusus untuk memecah
karbohidrat, lemat, protein dan asam nukleat.
Sedangkan fungsi sekresi sendiri masih terbagi menjadi 2, yaitu eksokrin dan
endokrin. Eksokrin adalah pengeluaran enzim menuju lumen saluran cerna. Ada berbagai
enzim dan zat kimia yang disekresikan diantaranya: HCl, H2O, HCO3,lipase, pepsin,
amilase, tripsin, histamin, dan lain-lain. Sedangkan eksokrin adalah pengeluaran enzim
menuju aliran darah. Beberapa diantaranya adalah gastrin, sekretin, guanilin, somatostatin,
dan lain-lain.
Gaster
1. Penyimpanan makanan
2. Produksi kimus.
3. Digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam klorida
4. Produksi mukus untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dari sekresinya
sendiri
5. Absorpsi, yang terjadi haya sebagian kecil terutama zat yang larut dalam lemak
diabsropsi di lambung.
Sekresi lambung
34
Tiga tahap sekresi lambung
1. Tahap sefalik, terjadi sebelum makanan mencapai lambung akibat dari stimulasi bau
makanan, atau melihat makanan, atau sedang mengunyah makanan
2. Tahap lambung, terjadi pada saat makanan memasuki lambung dan berlangsung
selama makanan masih ada
Peregangan dinding lambung merangsang reseptor saraf dan memicu refleks
lambung untuk menstimulasi produksi HCL, enzim-enzim pencernaan, dan
gastrin
Fungsi gastrin :
i. Merangsang sekresi lambung
ii. Meningkatkan motilitas usus dan lambung
iii. Konstriksi sphincter esofagus bawah dan relaksasi sphincter pilorus
3. Tahap usus, terjadi setelah kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus
yang kemudian memicu faktor saraf dan hormon.
Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi gastrin duodenum
Sekresi lambung dihambat olehhormon-hormon polipeptida yang dihasilkan
oleh duodenum, meliputi gastric inhibitory polypeptide (GIP), sekretin,
kolesistokinin, dan enterogastron.
Digesti pada lambung
1. Digesti protein. Pepsinogen diubah menjadi pepsin oleh asam lambung. Pepsin
merupakan enzim proteolitik, memecah protein menjadi polipeptida
2. Lemak. Lipase lambung menghidrolisis lemak susu menjadi asam lemak dan gliserol
Intestinum Tenue
Fungsi:
1. Meneruskan pencernaan dari mulut dan lambung yang dibantu oleh enzim usus, enzim
pankreas, dan empedu yang dihasilkan hati.
Digesti oleh enzim usus.
i. Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase mengurai
peptida menjadi asam amino bebas
ii. Amilase usus menghidrolisisi zat tepung menjadi disakarida (maltosa,
sukrosa , dan laktosa)
35
iii. Maltase, isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa,
laktosa, dan sukrosa menjadi monosakarida
iv. Lipase usus memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol
Enzim pankreas : tripsin, kemotripsin, lipase pankreas, amilase pankreas
Empedu yang dihasilkan oleh hati berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi
lemak.
2. Mengabsorpsi produk yang telah dicerna.
Air, elektrolit dan vitamin
Karbohidrat, lemak, dan protein
Intestinum Crassum
1. Mengabsorpsi 80 % sampai 90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa
2. Hanya memroduksi mukus, tidak terdapat enzim pencernaan
3. Terdapat sejumlah bakteri kolon yang mampu mencerna selulosa dalam jumlah kecil
dan memeproduksi vitamin K dan berbagai gas.
B. DIARE AKUT
Definisi
Buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari sejumlah 10 ml/kg pada bayi dan anak-
anak, atau 200g/hari pada dewasa muda dan dewasa selama kurang dari 14 hari yang
disebabkan oleh inflamasi pada lapisan membran gastrointestinal disebabkan oleh infeksi
( WHO )
Epidemiologi
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian
padaanak di negara-negara berkembang. Di Indonesia angka kesakitan mencapai 200–400
kejadian/1000 penduduk tahun, 70-80% adalah anak <5 tahun. Di Indonesia kematian
anakmencapai 240.000 orang per tahun. Kematian anak karena diare 50.400orang. Dari
jumlah itu10.088 anak di antaranya akibat rotavirus. Rotavirus menyebabkan diare berat.Jadi
jika pasien tidak dirawat di sarana kesehatan yang memadai, kemungkinan besar
iameninggal.
36
Etiologi
Diare akut pada bayi dapat disebabkan oleh beerbagai macam virus yaitu: Rotavirus,
virusNorwalk, Norwalklike virus, Astrovirus, Calcivirus, Adenovirus. Akan tetapi,
penyebabterbanyak diare karena virus adalah Rotavirus. Lebih kurang 85% diare
disebabkanRotavirus, sedangkan sekitar 15% penyebab lainnya seperti bakteri, virus,
parasit,malabsorpsi makanan, alergi makanan,keracunan makanan, imunodefisiensi, dan lain-
lain Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100 nanometer yang berbentuk roda yang
termasukdalam family Reoviridae. Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. Grup A
adalah tipe ditemukan pada 90% kasus, sementara grup lain terutama D,E , dan F biasanya
hanya menyerang hewan.
JENIS - JENIS DIARE
1. Diare akut : merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14
hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama
sebagai penyebab diare akut pada anak
2. Diare bermasalah: merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit,
intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral, kontak dari
orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali
oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun
tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya
nafsu makan dan badan terasa lemah.
3. Diare persisten: merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis
diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan
diare akut.(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat
Jenderal PPM& PL tahun 2007)
Berdasarkan waktu:
1. Diare akut: diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat.
37
2. Diare kronik: diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat
badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.
Klasifikasi berdasarkan temuan klinis:
1. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa
jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak
diberikan makan/minum
2. Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan usus halus
(intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan
komplikasi lain termasuk dehidrasi.
3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utama adalah
malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga bisa terjadi.
4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya utama adalah
infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi
(kekurangan) vitamin dan mineral.
Berdasarkan pathogenesis:
1. Diare osmotic
Adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan absorpsi karbohidrat, lemak,
protein. Feses berbentuk steatore. Makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Diare sekretorik
Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan TEKANAN intra lumen dengan
mukosa yang besar sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit ke lumen usus
dalam jumlah yang besar. Feses seperti air. Akibat rangsangan tertentu (misal olek
toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air danelektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena peningkatan isi rongga usus (sekresi
sel kripta yang berproliferasi bertambah sekresi cairan dalam lumen usus
3. Diare inflamasi (gangguan motilitas usus)
38
Iritasi traktus gastrointestinal
Mendorong isi usus kembali ke duodenum
& lambung
Duodenum &lambung menjadi sangat meregang
Rangsangan emetik
Saraf afferent vagal Saraf simpatis
Pusat muntah pada postrema m.oblongata di dasar ventrikel ke4
Impuls motorik ke GIT atas (lewat saraf cranial V, VII, IX, X, XII) & ke otot diafragma dan abdomen (melalui saraf
spinalis)
Bernafas dalamNaiknya tulang lidah & laring untuk menarik sfingter esophagus atas supaya terbukaPenutupan glottisPengangkatan palatum mole untuk menutup nares posterior
Kontraksi yang kuat ke bawah diafragma bersama dengan rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen
Memeras perut, tekanan intragastrik sampai ke batas yang tinggi
Sfingter esophagus bawah relaksasisecara lengkap
muntah
Secara anatomis berdekatan dengan traktus
solitarius (pusat salivasi)
hipersalivasi
Timbulgerakan antiperistaltik sampai sejauh ileum
Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai peradangan. Feses
berdarah.Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya menimbulkan diare
PATOGENESIS DIARE
C. Dehidrasi( Kekurangan Cairan Tubuh )
PengertianDehidrasi
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, terdiri dari :
1. Dehidrasi hipertonik yaitu : hilangnya air lebih banyak dari natrium.
39
2. Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145
mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter).
3. Dehidrasi isotonik yaitu : hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama.
Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145
mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter).
4. Dehidrasi hipotonik yaitu : hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air.
Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135
mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter).
5. Kekurangan cairan atau dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi
cairan yang masuk. Tentu, mekanisme tubuh manusia yang sangat dinamis menjaga
manusia untuk terhindar dari kekurangan banyak cairan.
Ketika keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu, misalnya rasa haus akan
muncul. Tubuh lalu menghasilkan hormon anti-diuretik (ADH) untuk mereduksi produksi
kencing di ginjal. Tujuannya menjaga agar cairan yang keluar tidak banyak. Nah, air yang
kita minum umumnya cukup untuk mengganti cairan yang hilang saat beraktivitas normal
seperti bernapas, berkeringat, buang air kecil, atau buang air besar.
Dehidrasi kebanyakan disebabkan kondisi tertentu. Misalnya penyakit macam diare,
muntah, dan diabetes, atau berkeringat berlebihan dan tidak segera menggantinya dengan
minum.
Saat dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air, tapi juga kehilangan elektrolit dan
glukosa. Tak heran tubuh akan langsung merespons dehidrasi awal (kehilangan sekitar 2
persen cairan tubuh). Mulanya adalah rasa haus yang teramat sangat. Mulut dan lidah kering,
air liur pun berkurang. Produksi kencing pun menurun.
Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4 persen dari berat badan, terjadi
penurunan gangguan performa tubuh. Suhu tubuh menjadi panas dan naik, biasanya diikuti
meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Nafsu makan hilang, kulit kering dan
memerah, dan muncul rasa mual.
Ketika cairan yang hilang mencapai 5 persen-6 persen dari berat badan, frekuensi nadi
meningkat, denyut jantung menjadi cepat. Frekuensi pernapasan juga makin tinggi, napas jadi
memburu. Yang terjadi selanjutnya adalah penurunan konsentrasi, sakit kepala, mual, dan
rasa mengantuk yang teramat sangat.
Kehilangan cairan tubuh 10 persen-15 persen dapat menyebabkan otot menjadi kaku,
kulit keriput, gangguan penglihatan, gangguan buang air kecil, dan gangguan kesadaran. Dan
40
apabila mencapai lebih dari 15 persen akan mengakibatkan kegagalan multi-organ dan
mengakibatkan kematian.
Gejala Dehidrasi
Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :
Dehidrasi ringan
Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
Dehidrasi sedang
Tekanan darah menurun
Pingsan
Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
Kejang
Perut kembung
Gagal jantung
Ubun-ubun cekung
Denyut nadi cepat dan lemah
Dehidrasi Berat
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
41
Tubuh balita terdiri dari 70-80% cairan. Kekurangan cairan akibat diare bisa
menyebabkandehidrasi. Pada dehidrasi menengah, bisa mengakibatkan hilangnya kesadaran.
Sedangkandehidrasi berat bisa menyebabkan kematian. Menurut penelitian, kematian balita
penderitadiare bukanlah akibat kuman yang menginfeksi tubuhnya, tapi akibat hilangnya
cairantubuhnya.Setiap anak yang menderita diare cair terancam bahaya dehidrasi. Beri
mereka banyak cairandan segera bawalah ke dokter anak kecil dengan tanda-tanda dehidrasi.
Berikut adalah tanda-tanda dehidrasi pada anak:
Mata cekung dan tidak berair
Mulut kering dan haus
Berat badan turun drastis
Air kencing sedikit atau tidak ada sama sekali atau berwarna kuning gelap
Kulit kehilangan elastisitasnya. Untuk mengetahuinya, cobalah cubit kulit di antara dua
jari, lalu lepaskan. Jika kulit tidak segera kembali normal, anak tersebut mengalami
dehidrasi.
Ubun-ubun bayi mengendur / terkulai
Penegakan Diagnosis pada Kasus
Anamnesis
Data pasien:
nama
umur
jenis kelamin
nama orang tua
alamat
pekerjaan orang tua
Keluhan utama
Diare: berapa lama, berapa kali, berapa banyak, warna feses, kandungan feses
(darah, lendir,banyaknya cairan dan ampas)
Riwayat keluhan lain:
Muntah: berapa lama, barapa kali, berapa banyak, warna muntah, apa yang
dimuntahkan, menyemprot atau tidak. Apakah muntah terjadi mendahului diare ?
Demam: berapa lama, tinggi atau tidak
42
BAK sedikit: berapa lama, kapan terakhir BAK, berapa banyak, warna urine
Flatus : apakah anak dapat flatus dan bagaimana odour nya
Riwayat penyakit terdahulu:
Batuk dan pilek atau tidak, pernah mengalami diare atau tidak, pernah mengalami
campak atau tidak sebelumnya
Riwayat makanan:
Apa yang dimakan, masih ASI atau tidak
Riwayat pengobatan:
Pernah diobati atau tidak, jika ya diberi obat apa, gejala hilang atau tidak
Riwayat imunisasi:
Lengkap atau tidak
Riwayat pertumbuhan:
BB, sudah bisa berdiri atau tidak, BB turun atau tidak
Riwayat keluarga:
Ada keluarga yang mengalami gejala sama atau tidak
Riwayat kehamilan:
Sehat atau tidak
Riwayat kelahiran:
BB lahir , proses lahir ( normal atau sectio cesarea )
Pemeriksaan Fisik
Borborygmi : peningkatan aktivitas peristaltik sehingga mengakibatkan bowel
activity dapat diauskultasi dengan jelas dan/atau dipalpasi dengan jelas.
Nyeri perut, sering pada diare invasif dengan et causa bakteri enteropatogenik.
Rasa sakit biasanya tidak meningkat seiring dengan palpasi. Apabila terjadi
peningkatan dicurigai ada komplikasi lain seperti peritonitis.
Tampak malnutrisi akibat malabsorpsi
Perianal eritema akibat defekasi yang sering sehingga terjadi iritas
Tanda – tanda dehidrasi yang terjadi. Ini adalah hal terpenting yang harus
diperhatikan karenamenjadi penyebab lebih dari 90% mortalitas kasus diare.
SKOR/DERAJAT DEHIDRASI BERDASARKAN WHO
Untuk menilai derajat Dehidrasi (kekurangan cairan) dapat digunakan skor WHO
dibawah ini:
43
Yang dinilaiSKOR
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah, lemas,
mengantukhingga syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan < 30
x/menit
30-40 x
/menit
> 40 x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi < 120
x/menit
120-140
x/menit
> 140 x/menit
Skor: 6 : tanpa dehidrasi
7 – 12 : dehidrasi ringan-sedang
≥ 13 : dehidrasi berat
PRINSIP TATALAKSANA PENDERITA DIARE
a. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas
atau sarana kesehatanuntuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu
dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat,penderita harus segera diberikan cairan
intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapioral
b. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada
anak agar tetap kuat dantumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan
cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yangdianjurkan.
- Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI.
- Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya.
- Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan
padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering.
- Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan anak.
44
c. Mengobati masalah lain
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan
pengobatan sesuai indikasi,dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
Pengobatan yang terbaik dengan TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral).
Pasien yang masih dapt minum meskipun hanya sedikit harus diber oralit sampai
cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit selama pemberian
cairan intravena (+- 5ml/kgBB/jam), pemberian tersebut dilakukan untuk member tambahan
basa dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan pemberian cairan
intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100
ml/kgBB, cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam
berikutnya 70cc/kgBB. Diatas 1 tahun ½ jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2½ jam
berikutnya 70cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik , tetesan I.V. dapat di
percepat , setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi pilih
pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang
atau pengobatabn diare tanpa dehidrasi.(sumber :buku ajar Gastroenterologi- Hepatologi)
45
Suportif
Probiotik (Lactic acid bacteria) merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik
46
dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotic associated diarrhea)
Mikroekologi yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri probiotik. Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau gangguan keseimbangan mikrobiota komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan peningkatan respon imun dari sistem imun mukosa untuk menjamin terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang dapat menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA (SIgA)
Di samping itu suplemen zinc sebagai rencana terapi A sesegera mungkin setelah anak dapatmakan setelah melewati 4 jam pertama periode rehidrasi.
Pencegahan
Intervensi pencegahan diare yang efektif :
1. Edukasi
2. Pemberian ASI.
Asi turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada balita karena
antibody dan zat-zat lain yang terkandung di dalamnya memberikan perlindungan
secara imunologis.
3. Memperbaiki makanan pendamping ASI
Perilaku yang salah dalam memberikan makanan pendamping ASI dapat
menyebabkan resiko terjadinya diare, sehingga dalam pemberiannya harus
memperhatikan waktu dan jenis makanan yang diberikan. Pemberian makanan
pendamping ASI sebaiknya dimulai dengan memberikan makanan lunak ketika anak
berumur 6 bulan dan dapat diteruskan dengan pemberian ASI, setelah anak berumur 9
bulan atau lebih, dapat ditambahkan ragam makanan lain dengan frekuensi pemberian
makanan lebih sering (4 kali sehari). Saat anak berumur 11 bulan anak dapat diberikan
makanan yang dimasak dengan baik, frekuensi pemberian 4-6 kali sehari.
4. Menggunakan air bersih yang cukup
Resiko untuk terkena diare dapat dikurangi dengan penggunaan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya hingga ke tempat
penampungan. Meminum air minum yang sehat atau air yang telah diolah, antara lain
dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi.
47
5. Mencuci Tangan.
Berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dan harus di biasakan
sejak dini untuk mencegah penularan penyakit diare adalah mencuci tangan. Sebelum
dan setelah melakukan aktifitas sebaiknya dimulai dan diakhiri dengan mencuci tangan.
6. Menggunakan Jamban
Upaya penggunaan jamban dengan septic tank mempunyai dampak yang besar
dalam penurunan resiko penularan diare karena penularan kuman penyebab diare
melalui tinja dapat dihindari.
7. Pemberian vaksin
Untuk mencegah diare akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus peroral yaitu.
Tetravalent-Rhesus based rotavirus vaccine (RRV-TV) telah diizinkan digunakan
untuk bayi di Amerika Serikat.
Epidemiologi
Di dunia, dehidrasi yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada
bayi dan balita (Huang et al, 2009). Data World Health Organization (WHO) pada tahun
2004 dalam WHO (2009), menunjukkan diare merupakan penyebab kedua kematian anak di
dunia dengan 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini. Di negara maju,
dehidrasi memiliki kemungkinan lebih kecil menyebabkan kematian, tetapi dehidrasi
menyebabkan morbiditas/kesakitan yang signifikan (Freedman et al, 2008). Menurut survei
kesehatan Indonesia, tingkat mortalitas diare pada bayi dan anak-anak dengan umur < 5 tahun
adalah sebagai berikut : 539.000 bayi dan 61.000 anak usia < 5tahun (1980); 368.000 bayi
dan 103.082 anak usia < 5tahun (1986); 268.700 bayi dan 76.400 anak usia < 5 tahun (1992);
301.000 bayi dan 39.000 anak usia< 5tahun (1995); 229.600 bayi dan 28.700 anak usia < 5
tahun (2001) (Depkes RI, 2002 dalam Marudut, dkk., 2006).
Anak-anak yang lebih kecil (balita) lebih rentan terhadap dehidrasi karena komposisi
cairan tubuh yang besar, fungsi ginjal yang belum matang, dan ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri secara bebas (independen) (Huang et al, 2009). Pada
sekitar 70 % penderita kehilangan air dan natrium sebanding sehingga terjadi dehidrasi
isonatremik. Dehidrasi hiponatremik dijumpai pada sekitar 10-15 % penderita diare.
Hilangnya sejumlah lebih besar air dibanding kehilangan elektrolit mengakibatkan dehidrasi
hipernatremik. Hal ini dapat dijumpai pada sekitar 15-20 % penderita diare (Behrman et al,
48
2000). Variasi serum natrium akan mencerminkan komposisi jumlah cairan yang hilang yang
memiliki efek patologik berbeda. Hiponatremik yang berat dapat mengakibatkan kejang
(Huang et al, 2009). Sedangkan hipernatremik menyebabkan hipertonsitas, sehingga
mengakibatkan pengkerutan sel otak dan kematian (Segeren, dkk., 2005).
Komplikasi
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
2. Gangguan keseimbangan asam – basa (asidosis metabolik)
Metabolik asisdosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga terjadi
penumpukan benda keton dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke cairan intrasluler.
Secara klinis, pada asidosis dapat ditemukan orang tersebut mengalami
pernafasan cepat, teratur, dan dalam (nafas Kusmaull). Kehilangan komponen
basa pada penderita dehidrasi berat mencapai 17,7 mEq/L.
Pernafasan Kusmaull merupakan homeostasis respiratorik untuk mempertahankan
pH darah. Dapat diterangkan dengan menggunakan ekwasi Henderson –
Hasselbach, pH tergantung pada ratio Bikarbonat dan karbonat, tidak tergantung
konsentrasi. Untuk mempertahankan ratio ini maka sebagian asam karbonat akan
diubah menjadi H2O dan CO2, kelebihan CO2 akan dikeluarkan dengan bernafas
lebih cepat dan dalam (pernafasan Kusmaull).
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak diare. Anak dengan gizi cukup/baik,
hipoglikemi jarang terjadi, lebih sering pada anak yang sebelumnya menderita KKP.
Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa.
Jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada
anak-anak, menimbulkan gejala lemah, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat,
pucat, syok, kejang sampai koma. Terjadinya hipoglikemia perlu dipertimbangkan
49
jika terjadi kejang tanpa panas atau penyakit lain atau penderita dipuasakan dalam
waktu lama.
4. Gangguan Gizi
Disebabkan oleh :
a. Makanan sering dihentikan orang tua karena takut diare dan muntah bertambah, dan
sering diganti air teh saja.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu encer
diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan diabsorpsi dengan baik dengan
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa
syok hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksi, asidosis
bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun
(soporokomateus) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
V.Kerangka Konsep
50
BAB III
PENUTUP
51
I. Kesimpulan
Budi ,12 bulan ,menderita diare akut disertai dehidrasi berat dikarenakan virus.
DAFTAR PUSTAKA
52
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. ed : Hartanto, Huriawati,
dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harryanto Reksodiputro…[et al]. Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. Aru W. Sudoyo…[et al] -
ed.5- Jakarta: Interna Publishing;2009
Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2 Edisi 15. Jakarta:EGC.
Jawetz, dkk. Mikrobiologi. Jakarta:EGC
Kumar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Patoligi Volume 2 Edisi 7. Jakarta:EGC
Staff Pengajar IKA UI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:FKUI
53