Makalah Fix Blok 4

download Makalah Fix Blok 4

of 39

Transcript of Makalah Fix Blok 4

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    1/39

    GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA

    Oleh:

    Kelompok I

    Maria de Fatima Carvallo 10610025

    Siti Liana Erawati 10610036

    Agung Setyo Budi 10610001

    Sondy Wildan A. 10610037

    Djunaedy Watu Wetan 10610011

    M. Effrin 10610026

    Maria Angelina Goan 10610024

    Jamila Jamaludin 10610020

    Laetitia E. A. Tukan 10610023

    Florin Alviolita 10610015

    Elinda Wulan febriyanti 10610013

    PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

    INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

    KEDIRI

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    2/39

    2012

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

    segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan

    Problem Based Learning kasus 1 dengan membuat makalah dengan judul

    GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA tanpa halangan suatu

    apapun.Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

    berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu

    pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada :

    1. drg. Ernita dan drg. Niswatun chasanah sebagai dosen

    pembimbing makalah yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

    makalah ini

    2. Seluruh staf dosen FKG IIK yang tidak dapat penulis sebutkan

    namanya satu persatu karena keterbatasan hal.

    3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya

    penyusunan makalah ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila

    diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan

    pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini.

    Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para

    pembaca pada umumnya.

    Kediri, Maret 2012

    ii

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    3/39

    Penulis

    iii

    ii

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    4/39

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

    KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

    DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

    BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

    1.2 Hipotesa..................................................................................................... 1

    1.3 Rumusan Masalah...................................................................................... 2

    1.4 Tujuan........................................................................................................ 2

    BAB 2 KAJIAN TEORI............................................................................. 3

    2.1 Temporo Mandibular Joint........................................................................ 3

    2.2 Kelainan Sendi Temporo Mandibula......................................................... 15

    2.3 Etiologi...................................................................................................... 19

    2.4 Gejala Gangguan Sendi Rahang................................................................ 20

    2.5 Pemeriksaan............................................................................................... 22

    2.6 Perawatan Gangguan Sendi Rahang.......................................................... 25

    BAB 3 KONSEP MAPPING ..................................................................... 30

    BAB 4 PEMBAHASAN MAPPING.......................................................... 31

    BAB 5 PENUTUP...................................................................................... 33

    5.1 Kesimpulan................................................................................................ 33

    5.2 Saran.......................................................................................................... 34

    DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 35

    iv

    iii

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    5/39

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Gangguan artikulasi adalah suatu gangguan yang sering ditemukan

    dalam praktek dokter gigi. Pada hasil studi epidemiologi, lebih dari 75 % orang

    dewasa memperlihatkan gejala gangguan artikulasi seperti kliking dan bentuk

    yang abnormal dari mandibula pada saat dilakukan pemeriksaan secara klinis.

    Kelainan pada sendi temporomandibula ini diantaranya adalah

    ankilosis, dislokasi mandibula, hiperplasia kondiloideus, hipoplasia

    kondiloideus dan fraktur mandibula. Tanda-tanda yang ditimbulkan pada setiap

    kelainan berbeda, misalnya pada ankilosis penderita tidak dapat menggerakkan

    mandibulanya, dislokasi mandibula penderita akan merasa giginya tidak dapat

    beroklusi sempurna, pada hyperplasia dan hipoplasia kondiloideus penderita

    akan mengalami wajah yang asimetri, sedangkan fraktur mandibula biasanya

    penderita akan mengalami pembengkakan disekitar wajah jika faktor

    penyebabnya adalah trauma. Kondisi ini dapat langsung kita ketahui melalui

    pemeriksaan secara klinis, akan tetapi untuk mengetahui secara pasti harus

    dilakukan pemeriksaan radiografi.

    Gangguan artikulasi merupakan penyakit yang menimbulkan banyak

    gajala, namun diperkirakan jumlah penderitanya akan bertambah parah jika

    perawatan yang dilakukan tidak tepat. Apabila kelainan artikulasi dapat

    diketahui lebih awal maka perawatan akan lebih mudah sedangkan jikaterlambat harus dilakukan tindakan yang lebih lanjut.

    1.2. HIPOTESA

    Gangguan sendi rahang mempengaruhi normalitas aktivitas rongga

    mulut.

    1

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    6/39

    1.3. RUMUSAN MASALAH

    1. Apa yang dimaksud dengan gangguan sendi rahang?

    2. Apa saja gejala yang ditimbulkan akibat gangguan pada sendi rahang?

    3. Apa saja penyabab dari gangguan sendi rahang?

    4. Apa saja jenis-jenis gangguan sendi rahang?

    5. Bagaimana perawatan yang tepat apabila terjadi gangguan sendi rahang?

    1.4. TUJUAN

    1. Memahami maksud dari gangguan sendi rahang.

    2. Memahami gejala-gejala apa saja yang ditimbulkan akibat adanya

    gangguan sendi rahang.

    3. Untuk mengetahui penyabab-penyebab terjadinya gangguan sendi rahang.

    4. Mengetahui jenis-jenis gangguan dari sendi rahang.

    5. Memahami cara-cara perawatan yang tepat terhadap pasien apabila terjadi

    gangguan sendi rahang.

    2

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    7/39

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Temporo Mandibular Joint

    2.1.1 Definisi Temporomandibular Joint (TMJ)

    Sendi rahang atau Temporomandibular Joint (TMJ) belum banyak

    dikenal orang awam, padahal bila sendi ini terganggu dapat memberi dampak

    yang cukup besar terhadap kualitas hidup (Pedersen, 1996).

    TMJ adalah sendi yang kompleks, yang dapat melakukan gerakan

    meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Mekanismenya unik karena

    sendi kiri dan kanan harus bergerak secara sinkron pada saat berfungsi. Tidak

    seperti sendi pada bagian tubuh lain seperti bahu, tangan atau kaki yang dapat

    berfungsi sendiri-sendiri. Gerakan yang terjadi secara simultan ini dapat terjadi

    bila otot-otot yang mengendalikannya dalam keadaan sehat dan berfungsi

    dengan baik (Pedersen, 1996).

    Istilah Temporomandibular Disorders (TMD) diusulkan oleh Bell pada

    tahun 1982, yang dapat diterima oleh banyak pakar. Gangguan sendi rahang

    atau TMD adalah sekumpulan gejala klinik yang melibatkan otot pengunyahan,

    sendi rahang, atau keduanya (Pedersen, 1996).

    2.1.2 Anatomi Temporo Mandibulae Joint (TMJ).

    Sendi temporomandibular (sendi rahang) merupakan salah satu organ

    yang berperan penting dalam sistem stomatognatik(Pedersen, 1996).

    3

    3

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    8/39

    Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap

    pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang

    letaknya dibawah depan telinga.Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini,

    maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut brupa nyeri

    saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat

    menyebabkan mulut terkunci . Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada

    tepat dibawah telinga yang menghubungkan rahang bawah (mandibula)

    dengan maksila (pada tulang temporal). Sendi temporomandibular ini unik

    karena bilateral dan merupakan sendi yang paling banyak digunakan serta

    paling kompleks (Pedersen, 1996).

    Kondil tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang temporal,

    tetapi dipisahkan oleh diskus yang halus, disebut meniskus atau diskus

    artikulare. Diskus ini tidak hanya perperan sebagai pembatas tulang keras tetapi

    juga sebagai bantalan yang menyerap getaran dan tekanan yang ditransmisikan

    melalui sendi. Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fossa articulare

    dan eminensia artikulare. Seperti yang lain, sendi temporomandibular juga

    4

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    9/39

    dikontrol oleh otot, terutama otot penguyahan, yang terletak disekitar rahang

    dan sendi temporomandibular. Otot-otot ini termasuk otot pterygoid interna,

    pterygoid externa, mylomyoid, geniohyoid dan otot digastrikus. Otot-otot lain

    dapat juga memberikan pengaruh terhadap fungsi sendi temporomandibular,

    seperti otot leher, bahu, dan otot punggung (Pedersen, 1996).

    Ligamen dan tendon berfungsi sebagai pelekat tulang dengan otot dan

    dengan tulang lain. Kerusakan pada ligamen dan tendon dapat mengubah kerja

    sendi temporomandibular, yaitu mempengaruhi gerak membuka dan menutup

    mulut (Pedersen, 1996).

    Sendi temporomandibular, atau TMJ, adalah artikulasi antara kondilus

    mandibula dan bagian skuamosa tulang temporal (Pedersen, 1996).

    kondilus ini berbentuk eliptik dengan sumbu panjang berorientasi

    mediolaterally (Pedersen, 1996).

    Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fosa artikular cekung dan

    cembung eminensia artikularis (Pedersen, 1996).

    5

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    10/39

    Meniskus adalah pelana, struktur berserat yang memisahkan kondilus dan

    tulang temporal. Meniskus bervariasi dalam ketebalan: pusat, zona antara

    tipis tebal memisahkan bagian-bagian yang disebut band anterior dan

    posterior band. Posterior, meniskus yang berdekatan dengan jaringan

    lampiran posterior disebut zona bilaminar. Zona bilaminar adalah

    diinervasi, jaringan pembuluh darah yang memainkan peran penting dalam

    memungkinkan kondilus untuk memindahkan foreward. Para meniskus dan

    lampirannya membagi bersama ke dalam ruang superior dan inferior. Ruang

    bersama superior dibatasi di atas oleh fosa artikular dan eminensia

    artikularis. Ruang bersama inferior dibatasi di bawah oleh kondilus

    tersebut. Kedua ruang bersama memiliki kapasitas kecil, umumnya 1cc atau

    kurang (Pedersen, 1996).

    6

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    11/39

    Mandibula memiliki dua cabang.

    1. Cabang posterior (tersembunyi pada gambar di atas belakang beberapa

    ligamen yang memegang tulang rahang kuat di tempat) sesuai snuggly

    menjadi berongga pada tulang Temporal, tepat di depan telinga.

    7

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    12/39

    2. Cabang anterior adalah untuk lampiran dari otot temporalis (Pedersen,

    1996).

    2.1.3 Otot-otot yang berperan di Temporo Mandibulae Joint

    M. Masseter

    M. Pterygoideus Externa et Interna

    M. Mylohyoid

    M. Temporalis

    M. Geniohyoid

    M. Digastricus Venter anterior et posterior (Pedersen, 1996).

    2.1.4 Nervus yang mempersarafi Temporo Mandibulae Joint

    Nervus Mandibularis.

    Nervus Aurikutemporal.

    Nervus maseterikus.

    Nervus Fascialis (Pedersen, 1996).

    Persyarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting

    dilakukan oleh nervus aurikutemporal yang merupakan cabang pertama

    posterior dari nervus mandibularis. Saraf lain yang berperan adalah nervus

    maseterikus dan nervus temporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan

    kapsul dan meniskus. Nervus aurikutemporal dan nervus maseterikus

    merupakan serabut serabut properioseptif dari implus sakit nervus temporal

    anterior dan posterior melewati bagian lateral muskulus pterigoideus, yang

    selanjutnya masuk ke permukaan dari muskulus temporalis, saluran spinal dari

    nervus trigeminus. Permukaan fibrous artikular, fibrokartilago, daerah sentral

    meniskus dan membran sinovial tidak ada persyarafannya (Pedersen, 1996).

    2.1.5 Fisiologi Pergerakan Sendi Temporo Maandibula

    Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam

    hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

    8

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    13/39

    1. Gerak membuka

    Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya

    lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus

    pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan

    menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior

    muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan

    relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan

    muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar.

    Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu

    horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan

    angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini

    berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus

    digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang

    berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada

    tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya

    (Pedersen, 1996).

    a. Gerak membuka

    b. Gerak menutup

    c. Protrusi

    d. Retusi

    e. Gerak lateral

    Mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun

    akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada

    keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis

    mandibularis (Pedersen, 1996).

    2. Gerak menutup

    Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis,

    dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai

    posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada

    keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam

    fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi

    9

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    14/39

    muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus

    medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia

    artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus

    temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk

    mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga

    gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal (Pedersen, 1996).

    Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot

    pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah

    bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus

    temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada

    saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput

    selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta

    bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah

    manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih

    diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan

    sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir

    dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada

    berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung

    berperan dalam mekanisme stress (Pedersen, 1996).

    3. Protrusi

    Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak

    ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap

    pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini

    adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus

    medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari

    kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus

    pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan

    berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi

    dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus

    pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke

    depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik

    10

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    15/39

    posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis

    akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini (Pedersen, 1996).

    4. Retrusi

    Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus

    artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi

    serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis

    adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut (Pedersen,

    1996).

    Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan

    tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur.

    Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio

    temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada

    hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus

    kondiloideus bergerak ke belakang (Pedersen, 1996).

    5. Gerak lateral

    Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk

    mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan

    molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang

    bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior

    muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap

    dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi

    tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis

    akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi

    muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan

    relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari

    sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot

    pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak

    protrusi dan retrusi Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral,

    ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat

    bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak

    translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di

    11

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    16/39

    sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat,

    tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan

    bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak

    Bennett (Pedersen, 1996).

    Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga

    mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi

    mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi

    istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau

    freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior (Pedersen,

    1996).

    2.1.6 Keabnormalan pada proses TMJ diantara:

    1. Dislokasi misalnya luksasi terjadi bila kapsul dan ligamen

    temporomandibula mengalami gangguan sehingga memungkinkan

    processus condylaris untuk bergerak lebih kedepan dari eminentia

    articularis dan ke superior pada saat membuka mulut. Kontriksi otot dan

    spasme yang terjadi selanjutnya akan mengunci processus condylaris dalam

    posisi ini, sehingga mengakibatkan gerakan menutup. Dislokasi dapat

    terjadi satu sisi atau dua sisi, dan kadang terjadi secara sepontan bila mulut

    dubuka lebar, misalnya pada saat makan atau mengunyah. Dislokasi dapat

    juga ditimbulkan oleh trauma saat penahanan mandibula waktu dilakukan

    anestesi umum atau akibat pukulan. Dislokasi dapat bersifat kronis dan

    kambuh, dimana pasien akan mengalami serangkaian serangan yang

    menyebabkan kelemahan abnormal kapsul pendukung dan

    ligamen(subluksasi kronis) (Pedersen, 1996).

    2. Kelainan internal ini jika perlekatan meniscus pada kutub processus

    condylaris lateral mengendur atau terputus, atau jika zona bilaminar

    mengalami kerusakan atau degenerasi akibat trauma atau penyakit sendi

    ataupun keduanya, maka stabilitas sendi akan terganggu. Akibatnya akan

    terjadi pergeseran discus kearah anteromedial akibat tidak adanya

    penahanan terhadap pergerakan musculus pterygoideus lateralis superior.

    12

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    17/39

    Berkurangnya pergeseran kearah anterior yang spontan dari discus ini akan

    menimbulkan kliking yang khas, yang akan terjadi bila jarak antara

    insisal meningkat. Sumber klikingsendi ini berhubungan dengan

    pergeseran prosescus condylaris melewati pita posterior meniscus yang

    tebal. Dengan memendeknya pergeseran anterior dari meniscus, terjadi

    kliking berikutnya. Pada tahap inilah discus akan bersifat

    fibrokartilagenus, yang mendorong terbentuknya konfirgurasi cembung-

    cembung (Pedersen, 1996).

    Closed lock merupakan akibat dari pergeseran discus ke anterior

    yang terus bertahan. Bila pita posterior dari discus yang mengalami

    deformasi tertahan di anterior processus condylaris, akan terbentuk barier

    mekanis untuk pergeseran processus condylaris yang normal. Jarak antar

    insisial jarang melebihi 25 mm, tidak terjadi translasi, dan fenomena

    clicking hilang. Closed lockdapat terjadi sebentar-sebentar dengan disela

    oleh clicking dan locking, atau bisa juga bersifat permanen. Pada

    kondisi parsisten, jarak antar insisal secara bertahap akan meningkat akibat

    peregangan dari perlekatan posterior discus, dan bukannya oleh karena

    pengurangan pergeseran yang terjadi. Keadaan ini dapat berkembang ke

    arah perforasi discus yang disertai dengan osteoarthritis pada processus

    condylaris dan eminentia articularis (Pedersen, 1996).

    3. Closed lock akut merupakan keadaan closed lock yang akut biasanya

    diakibatkan oleh trauma yang menyebabkan processus condylaris terdorong

    ke posterior dan akibat terjadi cedera pada perlekatan posterior. Rasa sakit

    atau tidak enak yang ditimbulkan dapat sangat parah dan keadaan ini

    kadang disebut sebagai discitis. Discitis ini lebih menggambarkan

    keradangan pada perlekatan discus daripada keadaan discus yang

    avaskular/aneural (Pedersen, 1996).

    4. Artritis. Keradangan sendi temporomandibula yang disebabkan oleh

    trauma, atritis tertentu, dan infeksi disebut sebagai artritis. Trauma, baik

    akut atau pun kronis, menyebabkan suatu keadaan progresif yang ditandai

    13

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    18/39

    dengan pembekaan, rasa sakit yang timbul hilang dan keterbatasan luas

    pergerakan sendi yang terlibat (Pedersen, 1996).

    5. Spasme otot. Miospasme atau kekejangan otot yaitu kontraksi tak sadar

    dari satu atau kelompok otot yang terjadi secara tiba-tiba, biasanya nyeri

    dan sering kali dapat menimbulkan gangguan fungsi. Devisiasi mandibula

    saat membuka mulut dan berbagai macam gangguan/keterbatasan

    pergerakan merupakan tanda obyektif dari miospasme. Bila musculus

    maseter dan temporalis mengalami kekejangan satu sisi, maka pergerakan

    membuka dari mandibula akan tertahan, dan akan terjadi deviasi mandibula

    ke arah sisi yang kejang. Pada saat membuka mulut mengunyah dan

    menutupkan gerakan akan timbul rasa nyeri ekstraartikular. Bila musculus

    pterygoideus lateralis inferior mengalami spasme akan terjadi maloklusi

    akut, yang ditunjukkan dengan tidak beroklusinya gigi-gigi posterior pada

    sisi yang sama dengan musculus tersebut dan terjadi kontak prematur gigi-

    gigi anterior pada sisi yang berlawanan. Nyeri akibat spasme pterygoideus

    lateralis kadang terasa pada sendi itu sendiri. Bila terjadi kekejangan pada

    musculus masseter, temporalis dan musculus pterygoideus lateralis inferior

    terjadi secara berurutan, baik unilateral ataupun bilateral, maka dapat

    timbul maloklusi akut (Pedersen, 1996).

    6. Oklusi. Pemeriksan gigi secara menyeluruh dengan memperhatikan

    khususnya faktor oklusi, merupakan awal yamg tepat. Gangguan oklusi

    secara umum bisa langsung diperiksa, yaitu misalnya gigitan silang, gigitan

    dalam, gigi supraerupsi dan daerah tak bergigi yang tidak direstorasi.

    Abrasi ekstrem dan aus karena pemakain seringakali merupakan tanda khas

    penderita bruxism, yang bisa langsung dikenali. Protesa yang digunakan

    diperiksa stabilitas, fungsi dan abrasi/aus pada oklusal (Pedersen, 1996).

    7. Stres. Walaupun stres dikatakan memiliki peranan etiologis yang penting

    dalam dialami penderita atau reaksi penderita dalam menghadapinya.

    Beberapa penderita akan mengalami kualitas tidurnya menjadi rendah

    dengan mulai timbulnya bruxism dengan keadaan sters (Pedersen, 1996).

    14

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    19/39

    2.2. Kelainan sendi temporomandibula

    Kelainan TMJ dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu : gangguan

    fungsi akibat adanya kelainan struktural dan dangguan fungsi akibat adanya

    penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi

    (disfungsi). Kelainan TMJ akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan

    terbanyak dijumpai adalah disfungsi.

    TMJ yang diberikan beban berlebihan akan menyebabkan kerusakan

    pada strukturnya ataun mengganggu hubungan fungsional yang normal antara

    kondilus, diskus dan eminensia yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan

    fungsi tubuh, atau kedua-keduanya. Idealnya, semua pergerakan TMJ harus

    dipenuhi tanpa rasa sakit dan bunyi pada sendi.

    2.2.1 Kelainan Struktural

    Kelainan struktural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan

    struktur persendian akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit

    infeksi atau neoplasma dan umumnya jarang dijumpai.

    Gangguan pertumbuhan konginetal berkaitan dengan hal-hal yang

    terjadi sebelum kelahiran yang menyebabkan kelainan perkembangan yang

    muncul setelah kelahiran. Umumnya gangguan tersebut terjadi pada kondilus

    yang menyebabkan kelainan selain pada bentuk wajah yang menimbulkan

    masalah estetika juga masalah fungsional.

    Cacat juga dapat terjadi pada permukaan artikular, yang maana cacat

    ini dapat menyebabkan masalah pada saat sendi berputar yang dapat pula

    melibatkan permukaan diskus. Cacat dapat disebabkan karena trauma pada

    rahang bawah, peradangan, dan kelainan struktural. Perubahan di dalam

    artikular juga dapat terjadi kerena variasi dari tekanan emosional. Oleh karena

    itu, ketika tekanan emosional meningkat, maka tekanan pada artikular

    berlebihan, menyebabkan terjadinya perubahan pergerakan.

    Tekanan yang berlebihan pada sendi dapat mengakibatkan penipisan

    pada diskus. Tekanan berlebihan yang terus menrus pada akhirnya

    15

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    20/39

    menyebabkan perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang

    dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada permukaan artikular

    Kelainan trauma akibat perubahan pada TMJ dapat menyebabkan

    kerusakan pada jaringan, kondilus ataupun keduanya. Konsekuensi yang

    mungkin terjadi adlah dislokasi, hemartrosisi dan fraktur kondilus. Pasien yang

    mengalami dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terjadi open bite anterior,

    serta dapat tekanan pada satu atau dua saluran pendengaran.

    Kelainan struktural akibat trauma TMJ juga dapat menyebabkan edema

    atau hemorage di dalam sendi. Jika trauma belum menyebabkan fraktur

    mandibula, pada umumnya pasien mengalami pembengkakan pada daerah TMJ

    , sakit bila digerakaan dan pergerakan sendi berkurang. Kondisi ini kadang

    kadang dikenal sebagai radang sendi traumatis.

    Kelainan struktural yang dipengaruhi penyakit infeksi akan melibatkan

    sistem muskuluskeletal yang banyak terdapat pada TMJ, penyakit-penyakit

    tersebut antara lain yaitu osteoarthritis dan reumatoid arthritis adalah suatu

    penyakit peradangan sistemik yang melibatkan sekililing TMJ

    2.2.2 Gangguan Fungsional

    Gangguan fungsional adalah masalah-masalah TMJ yang timbul akibat

    fungsi yang menyimpang kerena adanya kelainan pada posisi dan fungsi gigi-

    geligi, atau otot-otot kunyah.

    Suatu keadaan fisiologis atau yang biasa disebut orthofunction yakni

    batas toleransi tiap individu saat melakukan pergeseran mandibula saat

    melakukan pergeseran mmandibula tanpa menimbulakan keluhan otot ditandai

    dengan adanya keserasian antara morfologi oklusi dan fungsi neuromuskular.

    Istilah keadaan ini dikenal dengan zona toleransi fisiologik. Apabila ada

    rangsangan yang menyimpang dari biasanya akibat oklusi gigi yang

    menimbulkan kontak prematur, respon yang timbul berfariasi akibat biologis

    yang umumnya merupakan respon adaptif atau periode adaptasi. Disini terjadi

    perubahan-perubahan adaptif pada jaringan yang terlibat sebagai upaya

    menerima rangsangan yang menyimpang tersebut contoh dari perubahan

    16

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    21/39

    adaptif adalah ausnya permukaan oklusal gigi, timbulnya perubahan membran

    periodontal, resorbsi alveolar setempat. Periode oklusi ini akan jalan terus

    menerus sampai batas toleransi fisiologis otoy-otot atau jaringan sekitar telah

    terlampaui. Berapa lama adatasi ini akan berlangsung berbeda antara individu

    yang satu dengan yang lain, dan dipengaruhi oleh keadaan patologi. Setelah

    batas psikologis ini terlampaui respon jaringan mengalami perubahann yang

    bersifat lebih patologis. Keluhan dirasakan pada otot-otot pergerakan

    mandibula, atau dapat pula pada sendi temporo mandibula.

    2.2.3 Tanda dan gejala gangguan sendi rahang

    A. Tanda-tanda dan gejala gangguan TMJ adalah :

    1. Sakit atau perih di sekitar sendi rahang

    2. Rasa sakit di sekitar telinga

    3. Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan

    4. Rasa sakit di wajah

    5. Suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau

    membuka mulut anda.

    6. Rahang terkunci, kaku, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup.

    7. Sakit kepala

    8. Gigitan yang rasanya tidak pas

    9. Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian

    gigi yang mengalami kontak prematur (lebih awal dari yang lain.

    Bisa saja anda merasakan sakit ketika tidak menggerakkan rahang

    anda sekalipun. Tapi pada kebanyakan kasus, rasa sakit baru terasa ketika

    rahang mulai digerakkan.

    Clicking rahang sering juga terjadi pada rahang normal dan belum

    tentu menandakan sebuah masalah. Jika tidak ada nyeri atau kekakuan yang

    membatasi pergerakan rahang, bisa jadi anda memang tidak mengalami

    gangguan TMJ.

    B. Penyebab

    17

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    22/39

    Beberapa kasus TMJ ditelusuri lewat trauma yang dialami rahang,

    degenerasi jaringan di sekitar sendi rahang, osteoartritis, reumatoid artritis

    atau inflamasi. Kebanyakan kasus gangguan TMJ, belum jelas

    penyebabnya. Beberapa ahli percaya respon terhadap stress dan kecemasan

    adalah hal utama yang berkontribusi terhadap terjadinya gangguan TMJ.

    Jika anda sering menggemertakkan rahang anda ketika stress,

    merasa sakit atau sedang berkonsentrasi, otot-otot TMJ tetap dalam keadaan

    berkontraksi. Hal ini membuat otot mulut terganggu.

    Kebiasaan lain yang mungkin juga mengganggu kondisi otot rahang

    adalah suka menggigit-gigit pulpen atau permen karet.

    Posisi kepala, leher dan bahu yang tidak bagus, misalnya

    mendorong badan ke depan saat di depan komputer atau membaca sambil

    tiduran, akan memberi tekanan yang tidak ideal pada otot dan rangka tubuh

    yang percaya atau tidak juga berkaitan erat dengan otot rahang dan sendi

    rahang.

    C. Diagnosis

    Beberapa tes yang dilakukan untuk menetapkan bahwa anda

    mengalami gangguan TMJ adalah :

    1. Riwayat kesehatan anda. Seperti berapa lama anda merasakan sakit

    pada rahang, apakah anda pernah mengalami cedera di rahang, atau

    apakah anda pernah mendapatkan perawatan gigi baru-baru ini.

    2. Mendengarkan pergerakan rahang anda dan merasakan pergerakannya

    saat membuka atau menutup mulut.

    3. Mengamati seberapa besar pergerakan rahang anda.

    4. Menguji pengunyahan anda untuk melihat apakah ada sesuatu yang

    abnormal.

    5. Memeriksa kondisi tambalan gigi apakah terlalu tinggi, gigi yang

    miring, gigi yang tanggal sebelum waktunya dan lain-lain yang bisa

    menimbulkan gangguan pergerakan rahang.

    6. Memeriksa tanda-tanda bruxism pada gigi anda

    18

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    23/39

    7. Menekan-nekan daerah sekitar rahang anda untuk menemukan lokasi

    ketidaknyamanan.

    8. Menanyakan apakah anda sedang stress atau mengalami anxietas

    (kecemasan)

    Dokter anda juga akan memerintahkan foto rontgen kepala anda

    untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di rahang.

    2.3. Etiologi

    1. Kondisi oklusi.

    Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama terjadinya TMD,

    namun akhir-akhir ini banyak diperdebatkan

    2. Trauma

    Trauma dapat dibagi menjadi dua :

    1. Macrotrauma : Trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan

    perubahan struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan.

    2. Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang

    lama, seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat

    menyebabkan microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi,

    sendi rahang, atau otot.

    3. Stress emosional

    Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan

    adalah peningkatan stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi

    fungsi otot. Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbic adalah yang

    paling bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu. Stres sering

    memiliki peran yang sangat penting pada TMD.

    Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul

    akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat

    mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti hipertensi, asma,

    sakit jantung, dan/atau peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga

    terjadi peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti bruxism atau

    clenching yang merupakan salah satu etiologi TMD.

    19

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    24/39

    4. Deep pain input (Aktivitas parafungsional)

    Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi

    normal (seperti mengunyah, bicara, dan menelan) dan tidak mempunyai

    tujuan fungsional. Contohnya adalah bruxism dan kebiasaan-kebiasaan lain

    seperti menggigit-gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue

    thrust, dan bertopang dagu. Aktivitas yang paling berat dan sering

    menimbulkan masalah adalah bruxism, termasuk clenching dan grinding.

    Beberapa literatur membedakan antara bruxism dan clenching. Bruxism

    adalah mengerat gigi atau grinding terutama pada malam hari, sedangkan

    clenching adalah mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang

    dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.

    2.4. Gejala Gangguan Sendi Rahang

    Kelainan-kelainan sakit sendi rahang umumnya terjadi karena aktivitas

    yang tidak berimbang dari otot-otot rahang dan/atau spasme otot rahang dan

    pemakaian berlebihan. Gejala-gejala bertendensi menjadi kronis dan perawatan

    ditujukan pada eliminasi faktor-faktor yang mempercepatnya. Banyak gejala-

    gejala mungkin terlihat tidak berhubungan dengan TMJ sendiri. Berikut adalah

    gejala-gejala yang umum:

    1. Sakit Telinga: Kira-kira 50% pasien dengan gangguan sendi rahang

    merasakan sakit telinga namun tidak ada tanda-tanda infeksi. Sakit

    telinganya umumnya digambarkan sepertinya berada di muka atau bawah

    telinga. Seringkali, pasien-pasien dirawat berulangkali untuk penyakit yang

    dikirakan infeksi telinga, yang seringkali dapat dibedakan dari TMJ oleh

    suatu yang berhubungan dengan kehilangan pendengaran (hearing loss)

    atau drainase telinga (yang dapat diharapkan jika memang ada infeksi

    telinga). Karena sakit telinga terjadi begitu umum, spesialis-spesialis

    kuping sering diminta bantuannya untuk membuat diagnosis dari gangguan

    sendi rahang.

    2. Kepenuhan Telinga: Kira-kira 30% pasien dengan gangguan sendi rahang

    menggambarkan telinga-telinga yang teredam (muffled), tersumbat

    20

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    25/39

    (clogged) atau penuh (full). Mereka dapat merasakan kepenuhan telinga dan

    sakit sewaktu pesawat terbang berangkat (takeoffs) dan mendarat

    (landings). Gejala-gejala ini umumnya disebabkan oleh kelainan fungsi dari

    tabung Eustachian (Eustachian tube), struktur yang bertanggung jawab

    untuk pengaturan tekanan ditelinga tengah. Diperkirakan pasien dengan

    gangguan sendi rahang mempunyai aktivitas hiper (spasme) dari otot-otot

    yang bertanggung jawab untuk pengaturan pembukaan dan penutupan

    tabung eustachian.

    3. Dengung Dalam Telinga (Tinnitus): Untuk penyebab-penyebab yang

    tidak diketahui, 33% pasien dengan gangguan sendi rahang mengalami

    suara bising (noise) atau dengung (tinnitus). Dari pasien-pasien itu,

    separuhnya akan hilang tinnitusnya setelah perawatan TMJnya yang sukses.

    4. Bunyi-Bunyi: Bunyi-bunyi kertakan (grinding), klik ( clicking) dan

    meletus (popping), secara medis diistilahkan crepitus, adalah umum pada

    pasien-pasien dengan gangguan sendi rahang. Bunyi-bunyi ini dapat atau

    tidak disertai dengan sakit yang meningkat.

    5. Sakit Kepala: Hampir 80% pasien dengan gangguan sendi rahang

    mengeluh tentang sakit kepala, dan 40% melaporkan sakit muka. Sakitnya

    seringkal menjadi lebih ketika membuka dan menutup rahang. Paparan

    kepada udara dingin atau udara AC dapat meningkatkan kontraksi otot dan

    sakit muka.

    6. Pusing: Dari pasien-pasien dengan gangguan sendi rahang, 40%

    melaporkan pusing yang samar atau ketidakseimbangan (umumnya bukan

    suatu spinning type vertigo). Penyebab dari tipe pusing ini belum diketahui.

    7. Penelanan : Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan

    8. Rahang Terkunci : Rahang terasa terkunci atau kaku, sehingga sulit

    membuka atau menutup mulut

    9. Gigi: Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian

    gigi yang mengalami kontak prematur dan bisa d sebabkan karena

    maloklusi atau merasa gigitan tidak pas

    21

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    26/39

    2.5. Pemeriksaan

    2.5.1.Pemeriksaan klinis

    1. Inspeksi

    Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu

    diperhatikan gigi,sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah.

    Apakah pasien menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara

    atau pasien seperti menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang

    pasien memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama

    interview seperti bruxism.

    2. Palpasi :

    a. Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi

    kanan dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan

    daerah kepala.

    b. Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media,

    dan posterior.

    c. Zygomatic arch (arkus zigomatikus).

    d. Masseter muscle

    e. Digastric muscle

    f. Sternocleidomastoid muscle

    g. Cervical spine

    h. Trapezeus muscle, merupakanMuscular trigger pointserta menjalarkan

    nyeri ke dasar tengkorang dan bagian temporal

    i. Lateral pterygoid muscle

    j. Medial pterygoid muscle

    k. Coronoid process

    l. Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu

    mencari lokasi nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu :

    1. Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang

    inferior m.pterigoideus lateral)

    2. Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.

    temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus medial)

    22

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    27/39

    3. Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri

    pada m. pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral)

    4. Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.

    pterigoideus lateral)

    5. Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada

    bagian posterior m. temporalis)

    3. Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk memperkirakan

    bahwa pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala pada

    cervikal. Pada kecelakaan kendaraan bermotor kenyataannya menunjukkan

    kelainan pada cervikal maupun TMJ. Evaluasi pada cervikal dilakukan

    dengan cara :

    a. Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter

    menilai apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher

    b. Menyuruh pasien untuk menghadap kesamping untuk melihat postur

    leher yang terlalu ke depan

    c. Menyuruh pasien untuk memutar (rotasi) kepalanya ke setiap sisi,

    dimana pasien seharusnya mampu untuk memutar kepala sekitar 80

    derajat ke setiap sisi.

    d. Menyuruh pasien mengangkat kepala ke atas (ekstensi) dan ke bawah

    (fleksi), normalnya pergerakan ini sekitar 60 derajat

    e. Menyuruh pasien menekuk kepala kesamping kiri dan kanan,

    normalnya pergerakan ini 45 derajat

    4. Auskultasi : Joint sounds

    Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. Clicking

    adalah bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut,

    bahkan keduanya. Krepitus adalah bersifat difus, yang biasanya berupa

    suara yang dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut

    bahkan keduanya. Krepitus menandakan perubahan dari kontur tulang

    seperti pada osteoartrosis. Clicking dapat terjadi pada awal, pertengahan,

    dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi click yang terjadi pada

    akhir membuka mulut menandakan adanya suatu pergeseran yang berat.

    23

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    28/39

    TMJ clickingsulit didengar karena bunyinya halus, maka dapat didengar

    dengan menggunakan stetoskop.

    5. Range of motion:

    Pemeriksaan pergerakan Range of Motion dilakukan dengan

    pembukaan mulut secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya

    lembut tanpa bunyi atau nyeri.Mandibular range of motion diukur dengan :

    a. Maximal interticisal opening (active and passive range of motion)

    b. Lateral movement

    c. Protrusio movement

    2.5.2.Pemeriksaan Penunjang

    1. Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai

    kelainan, yang harus diperhatikan antara lain:

    a. Condyle pada TMJ dan bagian pinggir kortex harus diperhatikan

    b. Garis kortex dari fossa glenoid dan sendi harus dilihat.

    c. Struktur condyle mulus, rata, dan bulat, pinggiran kortex rata.

    d. Persendian tidak terlihat karena bersifat radiolusen.

    e. Perubahan patologis yang dapat terlihat pada condyle diantaranya

    flattening, lipping.

    2. Panoramik Radiografi : Menggunakan sinar X, dapat digunakan untuk

    melihat hampir seluruh regio maxilomandibular dan TMJ. Kelemahan dari

    pemeriksaan ini antara lain :

    a. Terdapatnya bayangan atau struktur lain pada foto X ray.

    b. Fenomena distorsi, dimana terjadi penyimpangan bentuk yang

    sebenarnya yang terjadi akibat goyang saat pengambilan gambar.

    c. Gambar yang kurang tajam. Kelainan yang dapat dilihat antara lain

    fraktur, dislokasi, osteoatritis, neoplasma, kelainan pertumbuhan pada

    TMJ.

    3. CT Scan : Menggunakan sinar X, merupakan pemeriksaan yang akurat

    untuk melihat kelainan tulang pada TMJ.

    24

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    29/39

    2.6. Perawatan Ganggguan Sendi Rahang

    Dukungan utama dari perawatan untuk sakit sendi rahang akut adalah

    panas dan es, makanan lunak (soft diet) dan obat-obatan anti peradangan

    ( Suryonegoro H, 2009 ).

    1. Jaw Rest (Istirahat Rahang)

    Sangat menguntungkan jika membiarkan gigi-gigi terpisah sebanyak

    mungkin. Adalah juga sangat penting mengenali jika kertak gigi (grinding)

    terjadi dan menggunakan metode-metode untuk mengakhiri aktivitas-

    aktivitas ini. Pasien dianjurkan untuk menghindari mengunyah permen

    karet atau makan makanan yang keras, kenyal (chewy) dan garing

    (crunchy), seperti sayuran mentah, permen-permen atau kacang-kacangan.

    Makanan-makanan yang memerlukan pembukaan mulut yang lebar, seperti

    hamburger, tidak dianjurkan ( Suryonegoro H, 2009 ).

    2. Terapi Panas dan Dingin

    Terapi ini membantu mengurangi tegangan dan spasme otot-otot.

    Bagaimanapun, segera setelah suatu luka pada sendi rahang, perawatan

    dengan penggunaan dingin adalah yang terbaik. Bungkusan dingin (cold

    packs) dapat membantu meringankan sakit (Suryonegoro H, 2009 ).

    3. Obat-obatan

    Obat-obatan anti peradangan seperti aspirin, ibuprofen (Advil dan

    lainnya), naproxen (Aleve dan lainnya), atau steroids dapat membantu

    mengontrol peradangan. Perelaksasi otot seperti diazepam (Valium),

    membantu dalam mengurangi spasme-spasme otot (Suryonegoro H, 2009).

    4. Terapi Fisik

    Pembukaan dan penutupan rahang secara pasiv, urut (massage) dan

    stimulasi listrik membantu mengurangi sakit dan meningkatkan batasan

    pergerakan dan kekuatan dari rahang ( Suryonegoro H, 2009 ).

    5. Managemen stres

    Kelompok-kelompok penunjang stres, konsultasi psikologi, dan

    obat-obatan juga dapat membantu mengurangi tegangan otot. Umpan balik

    25

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    30/39

    bio (bio feed back) membantu pasien mengenali waktu-waktu dari aktivitas

    otot yang meningkat dan spasme dan menyediakan metode-metode untuk

    membantu mengontrol mereka ( Suryonegoro H, 2009 ).

    6. Terapi Occlusal

    Pada umumnya suatu alat acrylic yang dibuat sesuai pesanan

    dipasang pada gigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari namun mungkin

    diperlukan sepanjang hari. Ia bertindak untuk mengimbangi gigitan dan

    mengurangi atau mengeliminasi kertakan gigi (grinding) atau bruxism

    ( Suryonegoro H, 2009 ).

    26

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    31/39

    7. Koreksi Kelainan Gigitan

    Terapi koreksi gigi, seperti orthodontics, mungkin diperlukan untuk

    mengkoreksi gigitan yang abnormal. Restorasi gigi membantu menciptakan

    suatu gigitan yang lebih stabil. Penyesuaian dari bridges atau crowns

    bertindak untuk memastikan kesejajaran yang tepat dari gigi-gigi

    ( Suryonegoro H, 2009 ).

    8. Operasi

    Operasi diindikasikan pada kasus-kasus dimana terapi medis gagal.

    Ini dilakukan sebagai jalan terakhir. TMJ arthroscopy, ligament tightening,

    restrukturisasi rahang (joint restructuring), dan penggantian rahang (joint

    replacement) dipertimbangkan pada kebanyakan kasus yang berat dari

    kerusakan rahang atau perburukan rahang (Suryonegoro H, 2009 ).

    9. Perawatan Tanpa bedah

    Beberapa kasus gangguan TMJ akan berakhir dengan perawatan

    biasa yang bahkan mungkin tidak membutuhkan kehadiran dokter gigi di

    samping anda. Di antaranya :

    a. Mengubah kebiasaan buruk. Dokter gigi anda akan mengingatkan

    anda untuk lebih memperhatikan kebiasaan-kebiasaan anda sehari-hari.

    Misalnya kebiasaan menggemertakkan gigi, bruxism, atau menggigit-

    gigit sesuatu. Kebiasaan ini harus digantikan dengan kebiasaan baik

    seperti membiarkan otot mulut dalam kondisi rilex dengan gigi atas dan

    bawah tidak terlalu rapat, lidah menyentuh langit-langit dan berada

    tepat di belakang gigi atas anda.

    b. Mengurangi kelelahan otot rahang. Dokter gigi anda akan meminta

    anda tidak membuka mulut terlalu lebar dalam berbagai kesempatan.

    Contohnya jangan tertawa berlebihan.

    c. Peregangan dan pijatan. Dokter gigi akan memberikan latihan

    bagaimana caranya meregangkan atau memijat otot rahang anda.

    Sebagai tambahan juga mungkin akan diberikan petunjuk bagaimana

    posisi kepala, leher, dan bahu yang tepat dalam melakukan aktivitas

    sehari-hari.

    27

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    32/39

    d. Kompres panas atau dingin. Dengan mengompress kedua sisi wajah

    anda baik dengan kompres panas atau dingin akan membantu relaksasi

    otot rahang.

    e. Obat anti inflamasi. Untuk mengurangi inflamasi (peradangan) dan

    rasa sakit, dokter gigi anda mungkin akan menyarankan aspirin atau

    obat anti inflamasi nonsteroid lainnya, misalkan ibuprofen (Advil,

    Motrin, dll)

    f. Biteplate. Jika TMJ anda mengalami kelainan pada posisi mengunyah,

    sebuah biteplate (pemandu gigitan) akan diberikan. Biteplate dipasang

    di gigi untuk menyesuaikan rahang atas dengan rahang bawah. Dengan

    posisi mengunyah yang benar tentunya akan membantu mengurangi

    tekanan di struktur sendi.

    g. Penggunaan night guard. Alat ini berguna untuk mengatasi kebiasaan

    bruxism di malam hari.

    h. Terapi kognitif. Jika TMJ anda mengalami gangguan karena stress atau

    anxietas, dokter gigi anda akan menyarankan untuk menemui psikiater

    untuk mengatasinya.

    10. Perawatan lanjutan

    Jika perawatan non bedah tidak berhasil mengurangi gejala

    gangguan TMJ, dokter gigi anda akan merekomendasikan perawatan

    berikut :

    a. Perawatan gigi. Dokter gigi anda akan memperbaiki gigitan dengan

    menyeimbangkan permukaan gigi anda. Caranya bisa dengan

    mengganti gigi yang hilang atau tanggal, memperbaiki tambalan atau

    membuat mahkota tiruan baru.

    b. Obat kortikosteroid. Untuk sakit dan peradangan pada sendi, obat

    kortikosteroid akan diinjeksikan ke dalam sendi.

    c. Arthrocentesis. Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan

    cairan ke dalam sendi untuk membuang kotoran atau sisa peradangan

    yang mengganggu rahang.

    28

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    33/39

    d. Pembedahan. Jika semua perawatan tidak berhasil juga, dokter gigi

    akan merujuk anda ke dokter gigi spesialis bedah mulut.

    29

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    34/39

    BAB 3

    KONSEP MAPPING

    30

    SENDI TEMPOROMANDIBULA

    Anatomi dan Fisiologi

    Normal abnormal

    Strukturalfungsional

    etiologi

    Gejala klinis

    pemeriksaan

    klinis Penunjang

    Perawatan

    30

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    35/39

    BAB 4

    PEMBAHASAN MAPPING

    Sendi merupakan penghubung antara tulang yang satu dengan yang lainnya.

    Dengan adanya sendilah maka dimungkinkannya terjadi gerakan (bersama sama

    dengan otot sebagai penggerak). Ada banyak sendi didalam tubuh manusia

    diantaranya adalah temporo mandibula joint yang merupakan salah satu sendi yang

    kompleks pada manusia. sendi yang kompleks, yang dapat melakukan gerakan

    meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Mekanismenya unik karena

    sendi kiri dan kanan harus bergerak secara sinkron pada saat berfungsi.

    Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan

    membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah

    depan telinga.Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala,

    sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami

    masalah yang serius. Masalah tersebut brupa nyeri saat membuka, menutup mulut,

    makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. Lokasi

    sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang menghubungkan

    rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang temporal). Sendi

    temporomandibular ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling

    banyak digunakan serta paling kompleks.

    Gangguan pada sendi rahang sering dijumpai pada masyarakat umum.

    Gangguan pada sendi rahang ada yang secara struktural ada yang secara fungsional.

    Kelainan secara struktural disebabkan oleh perubahan struktur persendian akibat

    gangguan tubuh, trauma eksternal, penyakit infeksi, atau neoplasma dan umumnya

    jarang dijumpai. Sedangkan pada kelainan fungsional timbul akibat fungsi yang

    menyimpang karena adanya kelainan pada posisi dan atau fungsi gigi-geligi, atau

    otot-otot pengunyah. Gangguan sendi rahang dapat terjadi jika disk terkikis atau

    bergerak keluar dari keselarasan yang tepat, tulang rawan sendi yang rusak oleh

    karena arthritis, sendi rusak oleh pukulan atau dampak lainnya, otot-otot yang

    menstabilkan sendi menjadi lelah karena terlalu banyak pekerjaan, bruksism. Dalam

    banyak kasus, penyebab gangguan sendi rahang tidak jelas. Gejala yang terjadi

    28

    31

    31

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    36/39

    apabila terdapat gangguan sendi rahang adalah sakit atau perih di sekitar sendi

    rahang, rasa sakit di sekitar telinga, Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman

    ketika menelan, rasa sakit di wajah, suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika

    mengunyah atau membuka mulut anda, rahang terkunci, kaku sehingga mulut sulit

    dibuka atau ditutup, sakit kepala, gigitan yang rasanya tidak pas, gigi-gigi tidak

    mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami kontak

    prematur (lebih awal dari yang lain. Bisa saja anda merasakan sakit ketika tidak

    menggerakkan rahang anda sekalipun. Tapi pada kebanyakan kasus, rasa sakit baru

    terasa ketika rahang mulai digerakkan.

    Beberapa kasus gangguan TMJ akan berakhir dengan perawatan biasa yang

    bahkan mungkin tidak membutuhkan kehadiran dokter gigi di samping anda. Di

    antaranya mengubah kebiasaan buruk, mengurangi kelelahan otot rahang. dokter

    gigi anda akan meminta anda tidak membuka mulut terlalu lebar dalam berbagai

    kesempatan contohnya jangan tertawa berlebihan, peregangan dan pijatan, kompres

    panas atau dingin, obat anti inflamasi, biteplate, penggunaan night guard, terapi

    kognitif. Jika perawatan non bedah tidak berhasil mengurangi gejala gangguan TMJ,

    dokter gigi anda akan merekomendasikan perawatan berikut perawatan gigi, dokter

    gigi akan memperbaiki gigitan dengan menyeimbangkan permukaan gigi anda.

    Caranya bisa dengan mengganti gigi yang hilang atau tanggal, memperbaiki

    tambalan atau membuat mahkota tiruan baru, obat kortikosteroid. Untuk sakit dan

    peradangan pada sendi, obat kortikosteroid akan diinjeksikan ke dalam sendi,

    Arthrocentesis. Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan cairan ke dalam

    sendi untuk membuang kotoran atau sisa peradangan yang mengganggu rahang,

    Pembedahan. Jika semua perawatan tidak berhasil juga, dokter gigi akan merujuk

    anda ke dokter gigi spesialis bedah mulut.

    32

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    37/39

    BAB 5

    KESIMPULAN dan SARAN

    5.1. Kesimpulan

    1. TMJ adalah sendi yang kompleks, yang dapat melakukan gerakan

    meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi.

    2. Kelainan TMJ dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu : gangguan

    fungsi akibat adanya kelainan struktural dan gangguan fungsi akibat

    adanya penyimpangan dalam aktifitas salah satu komponen fungsi sistem

    mastikasi (disfungsi).

    3. Tanda-tanda dan gejala gangguan TMJ diantaranya adalah nyeri di

    sekitar sendi rahang, rasa sakit di sekitar telinga, kesulitan menelan atau

    perasaan tidak nyaman ketika menelan, rasa sakit di wajah, suara

    clicking ketika mengunyah atau membuka mulut anda, rahang terkunci,

    kaku, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup, sakit kepala, gigitan yang

    rasanya tidak pas, gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena

    ada sebagian gigi yang mengalami kontak prematur (lebih awal dari yang

    lain).

    5.2 Saran

    1. Dokter gigi umum perlu mengetahui kelainan temporomandibular.

    2. Terapi yang tepat bagi gangguan nyeri pada TMJ dapat membantu pasien

    baik secara emosional, waktu, maupun materi.

    3. Pertimbangkan gangguan teporomandibular dalam menghadapi kasus nyeri

    kronik.

    4. Perlu kerjasama yang baik antara berbagai bidang keilmuan dalam

    tatalaksana nyeri pada TMJ.

    33

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    38/39

    33

    34

  • 7/30/2019 Makalah Fix Blok 4

    39/39

    DAFTAR PUSTAKA

    Dixon, D, D.Anatomi untuk Kedokteran Gigi. 1993. Jakarta: Hipokrates

    Gordon W and Pedersen. 1996.Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC

    http://assep.wordpress.com/2008/07/05/gangguan-sendi-rahang-tmj (01 Mei 2012)

    Ogus, H. D. Gangguan Sendi Temporomandibula. 1990. Jakarta: Hipokrates

    Suryonegoro H. Pencitraan temporomandibular disorder .(http://www.pdgi-online.com) (1 Oktober 2009)

    Thomson and Hamish. 2007. Oklusi Edisi II. Jakarta: EGC

    35

    http://assep.wordpress.com/2008/07/05/gangguan-sendi-rahang-tmjhttp://www.pdgi-online.com/http://www.pdgi-online.com/http://assep.wordpress.com/2008/07/05/gangguan-sendi-rahang-tmjhttp://www.pdgi-online.com/http://www.pdgi-online.com/