Lapkas sinusitis

22
STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN Nama : An. A Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 4 tahun, 9 bulan Alamat : Pondok Kopi, Jakarta Timur Tanggal MRS : 28 April 2014 ANAMNESIS (Alloanamnesis tanggal 28 April 2014) Keluhan Utama : Pilek dan hidung tersumbat sejak 3 bulan yang lalu Keluhan Tambahan : Batuk disertai nyeri menelan, keluar ingus putih kekuningan Riw. Peny. Sekarang : Pasien datang ke poliklinik THT diantar ibunya dengan keluhan, pilek dan batuk yang sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh Pilek dan hidung tersumbat disertai dengan keluarnya ingus bewarna putih kekuning-kuningan, kental dan tidak berbau pada kedua hidung. Hidung tersumbat dirasakan pada kedua hidung secara bergantian, pilek terutama saat malam dan pagi hari. Pilek disertai sakit kepala. Pilek tidak disertai, mimisan, dan tidak ada gangguan pada penciuman. Saat yang bersamaan pasien mengeluh sering nyeri menelan dan sering batuk. Nyeri menelan dirasakan terutama saat 1

description

sinusitis

Transcript of Lapkas sinusitis

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIENNama:An. AJenis Kelamin:PerempuanUmur:4 tahun, 9 bulan Alamat:Pondok Kopi, Jakarta TimurTanggal MRS:28 April 2014

ANAMNESIS (Alloanamnesis tanggal 28 April 2014) Keluhan Utama: Pilek dan hidung tersumbat sejak 3 bulan yang lalu Keluhan Tambahan : Batuk disertai nyeri menelan, keluar ingus putih kekuningan Riw. Peny. Sekarang: Pasien datang ke poliklinik THT diantar ibunya dengan keluhan, pilek dan batuk yang sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengeluh Pilek dan hidung tersumbat disertai dengan keluarnya ingus bewarna putih kekuning-kuningan, kental dan tidak berbau pada kedua hidung. Hidung tersumbat dirasakan pada kedua hidung secara bergantian, pilek terutama saat malam dan pagi hari. Pilek disertai sakit kepala. Pilek tidak disertai, mimisan, dan tidak ada gangguan pada penciuman. Saat yang bersamaan pasien mengeluh sering nyeri menelan dan sering batuk. Nyeri menelan dirasakan terutama saat menelan makanan, nafsu makan jadi berkurang, keluhan disertai perasaan tidak enak di tenggorokan. Sebelumnya pasien juga mengeluh demam, bersamaan dengan batuk dan pilek. Ibu pasien mengatakan pasien ngorok saat tidur. Tidak ada keluhan pada gigi, seperti gigi berlubang. Pasien tidak mengeluh nyeri pada kedua telinga, tidak ada keluhan keluar sekret pada kedua telinga tidak ada gangguan pendengaran. Riw. Peny. Dahulu: Pasien memiliki riwayat Pilek dan batuk yang cukup lama dan hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Riw. Peny. Keluarga: Kaka pasien menderita keluhan yang sama. Riw. Pengobatan: Pasien sudah berobat ke Poli klinik THT sebanyak 5 kali, dan sudah dilakukan diatermi sebanyak 5 kali. Riw. Alergi: Pasien memiliki alergi dingin dan debu. Riwayat atopi pada keluarga. Ibu pasien (Urtikaria), Ayah Pasien (Dingin, dan asma), Kaka pasien (Asma). Riw. Psikososial: Ibu pasien mengatakan pasien sering ngorok jika sedang tidur.

PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 28 April 2014)Keadaan Umum : Tampak sakit ringanKesadaran : Composmentis, GCS : 15Tanda vitalNadi : 120 x/menitSuhu : 37.8 oC (subfebris)Berat badan: 17 KgTek. darah: Tidak dilakukanFrek. nafas: Tidak dilakukan

STATUS LOKALISTelingaBagianKelainanAuris

DextraSinistra

PreaurikulaKelainan kongenitalRadangTumorTraumaNyeri tekan----------

AurikulaNormotiaKelainan kongenitalRadangTumorTraumaNyeri tarik+-----+-----

RetroaurikulaEdemaHiperemisNyeri tekanRadangTumor----------

CanalisAcustikusExterna

SekretSerumenEdemaJaringan granulasiMassaTenang-----

Tenang-----

MembranaTimpaniIntakReflek cahayaPerforasiTenang++-

Tenang++-

Tes Pendengaran : Tidak dilakukan pasien tidak kooperatif

Hidung PemeriksaanDextraSinistra

Keadaan LuarWarna, bentuk, dan ukuranDalam batas normalDalam batas normal

Rhinoskopi anteriorMukosaSekretConcha inferior

SeptumPolip/tumorEpistaksisBlood clothHiperemis(+ ) PurulenHipertropi, HiperemisHiperemis (+ ) PurulenHipertropi, livid

Tidak ada deviasi

------

Rhinoskopi posterior : Tidak dilakukan pemeriksaan (Ibu pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan) Sinus Paranasal: Inspeksi pembengkakan pada wajah (-/-), nyeri tekan maksilaris (-/-), nyeri tekan frontalis (-/-), nyeri tekan pangkal hidung (-), nyeri tekan orbita (-/-)

TenggorokBagianKelainanKeterangan

MulutMukosa mulutLidahGigi geligiUvula LembabBersihCaries (-)Simetris

Tonsil MukosaBesarKriptaDetritusHiperemis (+)T3/T3-/--/-

Faring MukosaGranulaPost nasal drip Hiperemis (-) -+

Laringoskop indirek : Tidak dilakukan pemeriksaan (Ibu pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan)

Leher Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Permeriksaan PenunjangHasil Rountgen sinus paranasal pada tanggal 27 Januari 2015

Tampak penebalan dinding sinus maksilaris, etmoidalis, dan sphenoidalis dextra dan sinistra. Septum nasi masih tampak di tengah. Konka nasi normal. Tampak penebalan dinding nasofaring.Kesan : Pansinusitis

RESUME Anak uisa 4 tahun 9 bulan datang ke poliklinik THT dengan keluhan pilek dan hidung tersumbat yang sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu disertai keluarnya sekret purulen dari hidun. Hidung tersumbat dirasakan pada kedua hidung, pilek terutama pada pagi dan malam hari. Keluhan disertai nyeri menelan dirasakan terutama saat menelan makanan, nafsu makan jadi berkurang, keluhan disertai perasaan tidak enak di tenggorokan. Sebelumnya pasien juga mengeluh demam, bersamaan dengan batuk dan pilek. Ibu pasien mengatakan pasien ngorok saat tidur. Pasien sering berobat jalan dan sudah dilakukan diatermi, pasien memiliki riwayat atopi.Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit ringan dengan kesadaran composmentis, suhu 37.8oC (subfebris). Dari pemeriksaan status lokalis THT-KL di temukan :Hidung Rhinoskopi anteriorMukosaSekretConcha inferior

SeptumPolip/tumorEpistaksisBlood clothHiperemis(+ )PurulenHipertropi, HiperemisHiperemis (+ )PurulenHipertropi, livide

Tidak ada deviasi

------

TenggorokBagianKelainanKeterangan

Tonsil MukosaBesarKriptaDetritusHiperemis (+)T3/T3-/--/-

Faring Post nasal drip +

Hasil foto Rountgen sinus paranasal pada tanggal 27 Januari 2015 didapatkan kesan tampak penebalan dinding sinus maksilaris, etmoidalis, dan sphenoidalis dextra dan sinistra. Septum nasi masih tampak di tengah. Konka nasi normal. Tampak penebalan dinding nasofaring.

Diagnosis Kerja Pansinusitis Tonsilitis akut viral infeksi Sleep Apneu SyndromRencana Terapi Nonmedikamentosa : Edukasi kepada pasien Banyak istirahat Banyak minum Menjaga higiene mulut Untuk sementara hindari makanan yang berminyak, pedas, dan lainnya yang dapat mengiritasi tenggorokan. Begitu pula dengan minuman dingin Sebisa mungkin hindari faktor iritan dan pencetus alergi (debu, tempat dingin) Selalu menggunakan masker saat keluar rumah. Medikamentosa Antibiotik selama 2 minggu Dekongestan Analgetik Fisioterapi (Pemanasan /Diatermi) Rencana tindakan operasi : adenotonsilektomiPrognosis

Quo ad vitam: dubia ad bonam Quo ad fungsionam: dubia ad bonam Quo ad sanactionam: dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

A. SinusitisSinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia.

a. DefinsiSinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umunya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pensinusitis. Yang paling sering terkena ialah sinus etmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sfenoid lebih jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut sinusitis dentogen.Sinusitis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi orbita dan intrakranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati.

b. Etiologi dan faktor presdiposisiBeberapa faktor etilogi dan presdiposisi antara ISPA akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma kartagener.Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosis dengan foto polos leher posisi lateral.Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perunahan mukosa dan merusak silia.

c. PatofisiologiKesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikrobal dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernapasan.Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor presdiposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperluklan tindakan operasi.

d. Klasifikasi dan mikrobiologiKonsensus internasional tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 6 minggu dan kronik jika lebih dari 6 minggu. Konsensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antar 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan.Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya faktor presdiposisi harus dicari dan diobati secara tuntas.Menurut berbagai penelitian, bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah steptococcus pnemonia (30-5-%), hemophylus influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak M. Cattarhalis lebih banyak ditemukan (20%).Pada sinusitis kronik, faktor presdiposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri negatif gram dan anaerob.

e. Gejala sinusitis Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri / rasa tekanan pada muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri diantar atau dibelakang kedua bola mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Pada sinusinis sfenoid, nyeri dirasakan di verteks, oksipital, belakang bola mata dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan telinga.Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia / anosmia, halitosis, post-nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala dibawah ini yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius, gangguan ke paru seperti bronkitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalh serangan asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.

f. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior dan pemeriksaan naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinus etmoid posterior dan sfenoid). Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemesis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantue medius.Pemeriksaan transiluminasi, syaratnya adalah ruangan gelap. Alat yg digunakan berupa lampu listrik tegangan 6 volt dan bertangkai panjang. Digunakan untuk mengamati sinus frontalis dan sinus maksilaris. Cara pemeriksaan kedua sinus tersebut tentu saja berbeda. Cara melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) pada sinus frontalis yaitu kita menyinari dan menekan lantai sinus frontalis ke mediosuperior. Cahaya yang memancar ke depan kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya sinus frontalis normal bilamana dinding depan sinus frontalis tampak terang.Ada 2 cara melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) pada sinus maksilaris, yaitu :1. Cara I. Mulut pasien kita minta dibuka lebar-lebar. Lampu kita tekan pada margo inferior orbita ke arah inferior. Cahaya yang memancar ke depan kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya sinus maksilaris normal bilamana palatum durum homolateral berwarna terang. 2. Cara II. Mulut pasien kita minta dibuka. Kita masukkan lampu yang telah diselubungi dengan tabung gelas ke dalam mulut pasien. Mulut pasien kemudian kita tutup. Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas pasien, kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya dinding depan dibawah orbita tampak bayangan terang berbentuk bulan sabit. Penilaian pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) berdasarkan adanya perbedaan sinus kiri dan sinus kanan. Jika kedua sinus tampak terang, menandakan keduanya normal. Namun khusus pasien wanita, hal itu bisa menandakan adanya cairan karena tipisnya tulang mereka. Jika kedua sinus tampak gelap, menandakan keduanya normal. Khusus pasien pria, kedua sinus yang gelap bisa akibat pengaruh tebalnya tulang mereka.Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunannya.Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos atau CT Scan. Foto polos posisi waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan (air-fluid level) atau penebalan mukosa.CT Scan sinus merupakan gold standart diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra operasi sebagia panduan operator saat melakukan operasi sinus.Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus medius / superior, untuk mendapat antibiotik yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil sekret yang keluar dari fungsi sinus maksila.

g. Terapi Tujuan terapi sinusitis ialah :1. mempercepat penyembuhan2. mencegah komplikasi 3. mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drenase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.

Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial, untuk mengilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis sefalosforin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang.Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman negatif gram dan anaerob. Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, steroid oral / topikal, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan sekret jaadi lebih kental. Bila da alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang dapat bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergik yang berat.

h. Tindakan OperasiBedah sinus endoskopi fungsional (BSEF / FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal. Indikaisnya berupa sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang ireversibel, polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

i. Komplikasi Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial.Kelainan orbita, disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yag palin sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui troboplebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi trobosis sinus cavernosus.Kelainan intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.

Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis, berupa :Osteomielitis dan abses subperiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.Kelainan paru, seperti bronkitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronkial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan.

SINUSITIS DENTOGENMerupakan salah satu penyebab penting sinusitis kronik.Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas. Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi aatau inflamasi jaringan periodontal mudah menyebar langsung ke sinus, atau melalui pembuluh darah dan limfe.Harus curiga adanya sinusitis dentogen p-ada sinusitis kronik yang mengenai satu sisi dengan ingus purulen dan nafas berbau busuk. Untuk mengobati sinusitisnya, gigi yang terinfeksi harus dicabut atau dirawat, dan pemberian antibiotik yang mencakup bakteri anaerob seringkali juga perlu dilakukan irigasi sinus maksila.

SINUSITIS JAMURSinusitis jamur adalah infeksi jamur pada sinus paranasal, suati keadaan yang tidak jarang ditemukan. Angka kejadiannya meningkat dengan meningkatnya pemakaian antibiotik, kortikosteroid, obat-obat imunosupresan dan radioterapi. Kondisi yang merupakan predisposisi anatar lain diabetes melitus, neutropenia, penyakit AIDS dan perawatan yang lama di rumah sakit.Jenis jamur yang paling sering menyebabkan infeksi sinus paranasal ialah spesies Aspergillus dan Candida.Perlu diwaspadai adanya sinusitis jamur pada kasus sebagai berikut : sinusitis unilateral, yang sukar disembuhkan dengan terapi antibiotik. Adanya gambaran kerusakan tulang dinding sinus, atau bila ada membran berwarna putih keabu-abuan pada irigasi antrum.Para ahli membagi sinusitis jamur sebagai bentuk invasif dan non-invasif. Sinus jamur invasif terbagi menjadi Invasif Akut Fulminan dan Invasif Kronik Indolen.Sinusitis jamur invasif akut, ada invasi jamur ke jaringan dan vaskuler. Sering terjadi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol, pasien dengan imunosupresi seperti leukimia atau neutropenia, pemakaian steroid lama dan terapi imunosupresan. Imunitas yang rendah dan invasi pembuluh darah menyebabkan penyebaran jamur sangat cepat dan dapat merusak dinding sinus, jaringan orbita dan sinus kavernosus. Di kavum nasi, mukosa berwarna biru-kehitaman dan ada mukosa konka atau septum yang nekrotik. Sering berakhir dengan kematian.Sinusitis jamur invasif kronik, biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan imunologik atau metabolik seperti diabetes. Bersifat kronis progresif dan bisa juga menginvasi sampai ke orbita atau intrakranial, tetapi gambaran klinisnya tidak sehebat bentuk fulminan karena perjalanan penyakitnya lebih lambat. Gejalanya seperti sinusitis bakterial, tetapi sekret hidungnya kental dengan bercak-bercak kehitaman, yang bila dilihat dengan mikroskop merupakan koloni jamur.Sinusitis jamur non-invasif, atau misetoma, merupakan kumpulan jamur di dalam rongga sinus tanpa invasi ke dalam mukosa dan tidak mendestruksi tulang. Sering mengenai sinus maksila. Gejala klinis menyerupai sinusitis kronis berupa rinore purulen, post nasal drp, dan nafas bau. Kadang-kadang ada massa jamur juga di kavum nasi. Pada operasi bisa ditemukan materi jamur berwarna coklat kehitaman dan kotor dengan atau tanpa pus di dalam sinus.Terapi untuk sinusitis jamur invasif ialah pembedahan, debrideman, anti jamur sistemik dan pengobatan terhadap penyakit dasarnya. Obat standar ialah amfoterisin B, bisa ditambah rifampisin atau flusitosin agar lebih efektif. Pada misetoma hanya perlu terapi bedah untuk membersihkan massa jamur, menjaga drenase dan ventilasi sinus. Tidak diperlukan anti jamur sistemik.

REFERENSI

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Jakarta : BP-FKUI.Higler, Adam Boies. 2007. Boies : Buku Ajar Penyakit THT (Boies Fundamental of otolaryngology) Ed.6. Jakarta : EGC.Adam, Boies, Higler.1997.Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6 . Jakarta: EGC. Guyton,AC, Hall,JE, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 1997, editor: irawati setiawan, ed. 9, 1997, Jakarta: EGC.

9