Refrat Sinusitis

22
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sinusitis merupakan suatu proses keradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maxilaris, ethmoidalis, frontalis, atau sfenoidalis). Penyakit sinus menimbulkan kumpulan gejala yang agak karakteristik yang hanya bervariasi sesuai beratnya penyakit dan lokasinya. Prinsip utama dalam menangani infeksi sinus adalah menyadari bahwa hidung dan sinus paranasalis hanyalah sebagian dari sistem pernapasan total. Penyakit yang bronkus dan aru-paru dapat menyerang hidung dan sinus paranasalis. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan proses infeksi, seluruh saluran nafas dengan perluasan-perluasan anatomi harus dianggap sebagai satu kesatuan. Infeksi mula-mula dapat menyerang seluruh sistem pernafasan, namun dalam derajat yang berbeda-beda, dan perubahan patologis dan kondisi klinis yang ditimbulkannya, tergantung pda predominasi infeksi pada daerah tertentu, sehingga timbul sinusitis, laringitis, pneumonitis, dan seterusnya. Hubungan iii

description

Refrat Sinusitis

Transcript of Refrat Sinusitis

Page 1: Refrat Sinusitis

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Sinusitis merupakan suatu proses keradangan pada sinus yang terjadi karena

alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari

keempat sinus yang ada (maxilaris, ethmoidalis, frontalis, atau sfenoidalis). Penyakit

sinus menimbulkan kumpulan gejala yang agak karakteristik yang hanya bervariasi sesuai

beratnya penyakit dan lokasinya.

Prinsip utama dalam menangani infeksi sinus adalah menyadari bahwa hidung

dan sinus paranasalis hanyalah sebagian dari sistem pernapasan total. Penyakit yang

bronkus dan aru-paru dapat menyerang hidung dan sinus paranasalis. Oleh karena itu,

dalam kaitannya dengan proses infeksi, seluruh saluran nafas dengan perluasan-perluasan

anatomi harus dianggap sebagai satu kesatuan. Infeksi mula-mula dapat menyerang

seluruh sistem pernafasan, namun dalam derajat yang berbeda-beda, dan perubahan

patologis dan kondisi klinis yang ditimbulkannya, tergantung pda predominasi infeksi

pada daerah tertentu, sehingga timbul sinusitis, laringitis, pneumonitis, dan seterusnya.

Hubungan antara saluran pernafasan atas dan bawah ini menyebabkan apa yang

disebabkan dengan sindrom sinobronkial.

I. 2 Tujuan Penulisan

Tujuan kami menyusun makalah ini :

Mengetahui definisi, Epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,

diagnosis dan penatalaksanaan dari Sinusitis.

iii

Page 2: Refrat Sinusitis

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI

Sinusitis merupakan suatu proses keradangan pada sinus yang terjadi karena

alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari

keempat sinus yang ada (maxilaris, ethmoidalis, frontalis, atau sfenoidalis).

Sinus Frontal, terletak diatas mata dibagia tengah dari masing-masing alis.

Sinus maxillaris, terletak dintara tulang pipi, tepat disamping hidung.

Sinus ethmoidalis, terletak dintara mata, tepat dibelakang yulang hidung.

Sinus spheinoidalis, terletak dibelakang sinus ethmoidallis yang dibelakang mata.

Didalam rongga snus terdapt lapisan yang terdiri dari bulu-bulu halus yang disebu

dengan sillia. Fungsi dari sillia untyuk mendorong lendir yang diproduksi didalam sinus

menuju ke saluran pernafasan. Gerakan sillia mendorong lendir ini berfungsi

membersihkan saluran nafas dari kotoran ataupun organisme yang mmungkin ada. Ketika

lapisan rongga sinus ini membengkak maka cairan lendir yang ada tidak dapat dapat

bergerk keluar dan tererangkap di dalam rongga sinus. Hal ini menjadi tempat yang baik

untuk be4rtumbuhnya bakteri.

iii

Page 3: Refrat Sinusitis

Sinusitis dibedakan menjadi 2 jenis :

1. Sinusitis akut : gejalanya dirasakan selama 2 sampai 8 minggu

2. Sinusitis kronis : gejlanya dirasakan sampai > 8 minggu

Sinusitis Akut

1. Sinusitis maksilaris

Sinus sitis maksilaris akut biasanya menyusul suatu infeksi saluran napas atas

yang ringan. Alergi hidung kronik , benda asing , deviasi septum nasi merupakan

faktor – faktor prredisposisi lokal yang paling sering ditemukan . deformitas

rahang wajah , terutama palatokisis , dapat menimbulkan masalah pada anak ,

anak – anak ini cenderung menderita infeksi nasofaring atau sinus kronik dengan

angka insidens yang lebih tinggi . Sedangkan gangguan gigi bertanggung jawab

atas sekitar 10 % dari infeksi sinus maksilaris akut .

Gejala :

1. Demam

2. Malaise

3. Wajah terasa bengkak , penuh

4. Gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak , misalnya sewaktu

naik turun tangga

5. Nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk , serta nyeri pada palpasi

dan perkusi

6. Sekret mukopurulen dari hidung dan terkadang berbau busuk

7. Batuk , iritatif non produktif

Pemeriksaan fisik :

1. Didapatkan pus dalam hidung , biasanya dari meautus media , atau pus

atau sekret mukopurulen dari nasofaring.

2. Sinus maksilaris nyeri pada palpasi dan perkusi

3. Transiluminasi berkurang bila sinus penuh cairan

Pemeriksaan radiologi ;

1. Mula –mula penebalan mukosa , selanjutnya diikuti opasifikasi sinus

lengkap akibat mukosa yang membangkak hebat atau akumulasi cairan

yang memenuhi sinus

iii

Page 4: Refrat Sinusitis

2. Gambaran air fliud level yang khas akibat akumulasi pus

3. Biakan sinus maksilaris mengungkapkan organisme dalam vestibulum

nasi , termasuk stapylococcus flora normal dan beberapa coccus gram

positif

2. Sinisitus Eitmoidalis

Lebih lazim pada anak , sering kali bermanifestasi sebagai selulitis orbita . Pada

dewasa sering kali ditemukan bersama sinusitis maksilaris , serta di anggap

sebagai penyerta sinusitis frontalis.

Gejala :

1. Nyeri dan nyeri tekan diantara kedua mata dan diatas jembatan hidung

2. Drainase

3. Sumbatan hidung

4. Pada anak dinding lateral labirin eitmoidalis ( lmina papirasea )

seringkali merekah.

3. `Sinusitis frontalis

Hampir selalu bersama sama dengan infeksi sinus etmoidalis anterior. Penyakit

ini dterutama ditemukan pada dewasa.

Gejala :

1. Tanda patoknomonik adalah nyeri hebat pada palpasi atau perkusi ditas daerah

sinus yang terinfeksi .

2. Nyeri kepala yang khas

3. Nyeri di atas alis mata , biasanya pada pagi hari , dan memburuk menjelang

tengah hari , kemudian perlahan lahan mereda menjelang malam.

4. Dahi terasa nyeri bila di sentuh

5. Pembengkakan supraorbital

Pemeriksaan Radiologi ;

Penebalan dari periosteum atau kekeruyhan sinus menyeluruh atau suatu air fluid

level.

4. Sinusitis Sfenoidalis

Amat jarang . penyakit ini lebih lazim mnjadi bagian dari pansinusitis , oley

karenanya gejalanya menjadi satu dengan gejala infeksi sinuys lain nya.

iii

Page 5: Refrat Sinusitis

Ciri khasnya adalah nyeri kepala yang mengarah pada vertex cranium .

Sinusitis Kronis

Berlangsung selama beberapa bulan atau tahun. Gambaran patologis sinusitis kronis

komplex dan irreversible. Mukosa umumnya menebal, membentuk lipatan-lipatan atau

pseudopolip eitel ermukaan tampak deskuamasi, regenerasi, metaplasi, atau epitel biasa

dengan jumlah bervariasi pada suatu irisan histologis yang sama. Terdapat infiltrat sel

bundar dan poliformonuklear dalam lapisan submukosa.

Etiologi dan faktor predisposisinya cukup beragam, antara lain :

1. Faktor anatomi atau faali yang meyebabkan kegagalan drainase dan ventilasi

sinus.

2. Kegagalan mengobati sinusitis akut atau berulang secara adekuat.

3. Lesi dalam rongga hidung, misalnya hipertrofi adenoid, tumor hidung dan

nasofaring dan devisi septum.

4. Poliposis nasal pada rhinitis alergika.

Gejala sinusitis kronis tidak jelas. Selama eksaserbasi akut, gjalanya mirip dengan

sinusitis akut. Diluar masa eksaserbasi tersebut ditemukan suatu perasaan penuh

wajah dan hidung, hipersekresi yang sering mukopurulent. Kadang terdapatnyeri

keala. Hidung sedikit tersumbat. Terdpat gejala – gejala fakktor predisposisi seperti

rhinitis alergika yang menetap, dan keluhan-keluhan yang menonjol. Batuk kronik

dengan laringtis kronik ringan atau dengan faringitis seringkali menyertai sinusitis

kronis.

Sinusitis lainnya :

1. Sinusitis pada anak

Pada anak-anak yang paling berperan adalh sinus maxillaris dnethmoidalis. Hal ini

karena kedua sinus terbentuk sejak lahir, sedanngkan sinus frontalis dan sphenoidalis

terbentuk adaakhir anak-anak dan masa remaja.

Pada anak-anak lebih mudah terinfeksi sekunder bakteri, karena setelah ostium

terbentuk, udara dalam sinus diabsorbsi dan diganti oleh suatu efusi. Pada anak-anak,

cacat imunologis kongenital, sindrom kartagener, sindrom down, sindrom hurler

iii

Page 6: Refrat Sinusitis

berbagai disglobuinemia, imunodefisiensi ada leukemia dan imunosupresi ada obat-

obatan berkitan erat dengan sinusitis. Gejala sinusitis yang digambarkan sebelumnya

juga terjadi ada anak-anak, namun anak-anak tidak terganggu oleh nyeri tekan

dibandingkan dewasa. Sekret hidug mukopurulen, laringitis berulng atau menetap dan

batuk kronis terutama di malam hri merupakan keluhn utama padasinusitis anak.

2. Sinusitis non infeksiosa

- Barosinusitis

Homeostatis sinus aranasais tergnatung pada kebutuhan ostium. Tiap kondisi

patologis yang menyebabkan odema mukosa dekat ostium sins merupkan faktor

predisposisi.Degan Berubnya tekanan atmosfer lingkngan

,ostium yang erganggu akan mencegah terjadinya keseimbangan tekanan dlam

sinus.sehingga bilamana perubhan lingkungan menimbulkan tekanan negatif intra

sinus yang bermakna.erubahan biasnya diserti nyeri dn epiktasis ringan>suatu

sinus yang tidak kompeten dan berisi cairan meruakan lingkungan yang ideal

untyk perkembangan sinusitis sueratif aku>Radiogram didapatkan kekeruhan

menyeluruh atau suati air fluid level.

- Sinusitis alergika

Perubahan pada sinus serupa dengn yang ditemukan ada hidung. Perubahan

polipoid mengubah mekanisme homeostasis nrmal dalam sinus meruakan faktor

redisposisi sinus.

3. Penyakit sinus kongenital

a.Variasi ukuran sinus yang diserti asimetri dapat ditemukan,sinus bhkan gagal untuk

berkembang.yng agak sering terjadi adalah tidak adanya sinus frontais atu hanya

berupa saluran udara yang kecil.terkadang juga dapat dialami oleh sinus spenoidalis

b.Sindrom kartagener diturunkan secara autosomal resesif.Manifestasi sindrom

kartaglener klasik berupa situs infersus,bronkiektasis,sinusitis,tidak adanya atau

hipoflasi satu atau lebih sinus,infeksi berulang<poliosis hidung.Dilaporkan juga

adanya hilang penedengnran sekunder pada infeksi berulang dan infertilitas berulang.

c.Fibrosis Kistik diurunkan secara autosomal resesif dengan kimlikasi dan manifestasi

yang beruba>disebut juga mukofisidosis yaitu adanya roduksi mukus kental abnormal

dengan sumbatan jalan nafasyang dapat menyebabkan infeksi sekunder.Disamimg itu

iii

Page 7: Refrat Sinusitis

ukos hidung jua menebal kronik dan sering terbentuk polip hidung.Sebagian besar

kematian disebabkn oleh infeksiparu kronis dan insufiensi paru atauefek gabungan

muks yang lengket dengan hasil hasil pross infeksi.

4. Penyakit sinus traumatik

Enting dirhatikan fraktur sibus fronalis ,fraktur nsoetmoidalis,frakturtulang pipi,dan

semua fraktur maxila selalu berhubungan dengan sinus paranasalis,dengan demikian

merupakan fraktur terbuka.pembengkakan mukosa paska trauma dapat mengganggu

ostium sinus,dan bersama dengan darah yang berkumpul didlam sinus merupakan

predisposissi infeksi akut.enyakit sinus kronik berupa sinusitis kronis atu mukokel

daat terjadi akibat fraktur yang meruba asitektur ostum sinus normal.

5. Penyakit sinus neoplastik

Dapat ditemukan osteoma yaitu tunor jinak yang berkembang didalam sinus paling

sering ada sinus frontalis.Jika suatu osteoma encapai ostium sinus maka tumor perlu

dilakukan olbritasi atau retreksi sinus bila yang diserang adalh sinus frontlis.

II.2 EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat setiap tahunnya didapatkan 24-31 juta kasus sinusitis. Data

lain menunjukkan di Amerika Serikat,dari pasien yang datang ke rumah sakit

terdapat sekitar 0.4% terdiagnosis dengan sinusitis.

II.3 ETIOLOGI

1. ISPA akibat virus

2. Rhinitis alergi

3. Rhinitis hormonal pada wanita hmil

4. Polip hidung

5. Kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka\

6. Sumbatan kompleks osteo meatal (KOM )

7. Infeski tonsil

8. Infeksi gigi

9. Kelainan imunologis

10. Diskinesia silia seperti pada syndrome kartagener dan fibrosis kistik

11. Pada anak hipertrofi adenoid

iii

Page 8: Refrat Sinusitis

12. Lingkungan berpolusi

13. Udara dingin kering

14. Kebiasaan merokok

II.4 PATOFISIOLOGI

Kelainan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium ostium sinus dan lancarnya

clearance mukosilier di dalam KOM. Mukusjuga mengandung substansi antimikrobial

dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang

masuk bersama pernafasan.

Organ organ yang mengandung KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi odema

mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga tidak dapat bergerak dan ostium

tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yangn menyebabkan

terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa diangga sebagai rhinosinusitis

non bakterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.

Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi

berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa odema makin

membengkak dan ini merupakan rantai sikus yang terus berputar sampai akhirnya

perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan

kista, pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.

II.5 DIAGNOSIS

A. Anamnesa

Sinusitis Akut

Gejala hidung tersumbat, nyeri atau rasa tertekan pada muka, ingusnya

kental,tidak berbau, kadang seringkali tertelan turun di tenggorokan (post nasal drip),

terasa demam, lesu.

- Nyeri

Nyeri di daerah sinus merupakan ciri khas sinusitis akut, kadang-kadang nyeri

juga ditemat lain (reffered pain). Nyeri pipi mendandakan sinusitis maxilla

kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan telinga, nyeri diantara atau dibelakang

kedua bola mata menandakan sinusitis ethmoidali, nyeri di daerah vertex oksipial

iii

Page 9: Refrat Sinusitis

belakang bola mata dan daerah mastoid menandakan sinusitis sphenoid. Nyeri di

daerah dahi dan seluruh kepala menandakan sinusitis frontalis.

Sinusitis kronis

Pada sinusistis kronis gejala tidak khas, tidak didapatkan demam,nyeri daerah

sinus seperti pada sinusitis akut. Ingus kental dan berbau. Kadang kadang hanya satu

atau 2 dari gejala gejala dibawah ini yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip,

gangguan tenggorokan, gangguan telinga akibat syumbatan kronis muara tuba

eustachius, gangguan paru-paru seperti bronkitis (sino bronkitis), bronkiektasis, dan

yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak,

mukus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.

B. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan inspeksi rhinsoskopi anterior-posterior adanya pus di meatus

medius pada sinusitis maxilla ethmoidlis anterior dan frontal. Pus pada meatus superior

(pada sinutis sphenoidalis dan ethmoidalis posterior). Pada rhinosinusitis akut mukosa

odem dan hiperemi, pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan ada konka

medius.

Pada pemeriksaan palpasi didapatkan nyeri tekan di daerah sinus maxilla ketika

fossa canina diteka pada sinusitis maxillaris. Didapatkan nyeri tekan didaerah supraorbita

pada sinusitis frontalis.

Pada perkusi didapatkan nyeri perkusi yang sangat pada sinusitis maxillaris dan

frontalis.

Transiluminasi pada sinusitis maxillaris didapatkan area yang gelap di daerah pipi

setelah di sente, normalnya terang. Hal ini sama dengan sinusitis frontalis.

C. Pemeriksaan penunjang

- Foto polos posisi Water’s PA dan Lateral.

- CT Scan

II.7 KOMPLIKASI

- Kelainan orbita

iii

Page 10: Refrat Sinusitis

- Kelainan intrakranial (meningitis, abses ekstradural, abses subdural, abses otak

dan trhombosis sinus cavernosus)

- Osteomyelitis

- Abses subperiostal

- Kelainan paru (bronkitis kronik dan bronkiektasis)

II.8 PROGNOSIS

Penderita dengan sinusitis akut tanpa komplikasi dapat mengharapkan pemulihan

penuh dan kembali bekerja. Sekitar 70% dari sinusitis bakteri akut sembuh spontan tanpa

antibiotik, penggunaan antibiotik meningkat ini persentase pemulihan sampai 85% .

sinusitis yang jarang yaitu dengan komplikasi penyebaran infeksi ke tulang wajah atau

otak akan memperpanjang waktu pengobatan dan membutuhkan pemulihan yang lebih

panjang. Sinusitis jamur jarang tetapi dapat menyebar dengan cepat dan mengakibatkan

kematian pada individu immunocompromised (misalnya, pasien kanker, pasien HIV /

AIDS, atau diabetes yang tidak terkontrol atau pasien dialisis).

Sinusitis kronis bervariasi dalam ketajaman antara individu-individu yang sedang

berlangsung tetapi membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk peradangan dan

pengobatan periodik untuk eksaserbasi akut. Individu dengan tidak ada penyakit yang

mendasari signifikan dapat pulih sepenuhnya. Individu dengan penyakit inflamasi,

immunosupresan, atau kondisi alergi mengarah pada sinusitis bakteri akut.

penderita yang membutuhkan pembedahan sinus bisa berharap untuk kembali ke aktivitas

normal dalam waktu 5 sampai 7 hari pasca operasi dan untuk mencapai pemulihan penuh

di sekitar 4 sampai 6 minggu.

Pengobatan gagal dalam sekitar 10% sampai 25% dari pasien.

II.9 PENATALAKSANAAN

1. Mempercepat penyembuhan2. Mencegah komplikasi

iii

Page 11: Refrat Sinusitis

3. Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus terbuka dan pulih secara alami. Antibiotik lini pertama golongan penicillin (amoxcillinn, cotrimoxazol dan erytromycine) lini kedua bila kuman ditemukan kuman menghasilkan enzim beta laktamase diberikan amoxcillin + clavulanic acid atau cephalosphorin generasi 2 atau 3. Antibiotkik diberikan minimal 10 – 14 hari. Decongestan topikal diberikan Sol.ephedrine 1% tetes hidung, oxymethazoline 0,025% tetes hidunguntuk anak atau 0,05 % semrot hidung. Jangan digunakan lebih dari 5 hari. Decongestan sistemik yaitu fenil proanolamin, pseudo-ephedrine. Mukolityik (N-cetylcystein, bromhexine), analgesik/antiiretik bila perlu, antihistamin diberikan pada penderita dengan latar belakang alergi, irigasi sinus maxilla bila resorbsi sekret sinus maxilla tidak adekut, dan erawatan gigi bila pada sinusitis maxilla dentogen.

Tindakan operasi yaitu bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF atau FESS). Indikasinya berupa sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversibel, polip ekstensi, komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

iii

Page 12: Refrat Sinusitis

DAFTAR PUSTAKA

1. http://wiki.ask.com/Sinusitis#cite_note-44 2. http://www.mdguidelines.com/sinusitis/prognosis 3.

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar belakang 1

I.2 Tujuan penulisan 1

iii

Page 13: Refrat Sinusitis

Bab II Pembahasan

II. 1 Definisi 2

II. 2 Epidemiologi 2 – 3

II. 3 Etiologi 3 – 4

II. 4 Patofisiologi 4 – 5

II. 5 Manifestasi klinis 5 – 6

II. 6 Diagnosis 6 – 8

II. 7 Komplikasi 8

II. 8 Prognosis 9

II. 9 Penatalaksanaan 9 – 12

Bab III Penutup

III.1 Kesimpulan 13

Daftar Pustaka iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah dengan judul "GASTROENTERITIS AKUT" pada UPF ilmu

penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah Gresik.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kendala yang

dihadapi, namun tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak berupa

materi maupun spiritual yang akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Gusti Rizaniansyah R, spPd, selaku koordinator dan pembimbing ilmu penyakit

dalam

2. dr. Judhi Eko, spPd, selaku pembimbing ilmu peyakit dalam

iii

Page 14: Refrat Sinusitis

3. dr. R. Ekawati ,spPd, selaku pembimbing ilmu penyakit dalam

4. Ibu Sri Muharni, Amk, selaku kepala ruangan Cempaka

5. Bapak H. Harianto, S.Kep.Ns, selaku kepala ruangan Gardena

6. Ibu Hj. Erlik Rohana, Amk, selaku kepala ruangan heliconia

7. Serta semua pihak yang membantu pembuatan makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan

dan mengingat kemampuan kami yang terbatas untuk itu kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

Akhirnya kami tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua fihak

bila mana kami membuat kesalahan dan kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak

disengaja selama pembuatan makalah ini.

Gresik, .... desember 2006

DIAGNOSIS DAN TERAPI

GASTROENTERITIS AKUT

iii

Page 15: Refrat Sinusitis

Pembimbing :

Dr. Gusti Rizaniansyah R, Sp.PDDr. Judhy Eko S, Sp.PD

Dr. Rusdiyana Ekawati, Sp.PD

Oleh:1. Narda Wahyuning Ari 01700192

2. Hyndra Satria 01700204

FAKULTAS KEDOKTERAN UWK SURABAYA RSUD GRESIK 2006

iii