KDK KING

17
THEORY OF GOAL ATTAINMENT A. PENDAHULUAN Perkembangan keperawatan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan keperawatan secara global. Dengan jelas dapat diamati bahwa secara berkelanjutan keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, baik dibidang pendidikan maupun di tatanan praktek keperawatan. Pada masa lalu keperawatan dilakukan lebih berdasarkan intuisi dan tradisi sehingga keperawatan dianggap hanya sebagai kiat tanpa komponen ilmiah dan landasan keilmuan yang kokoh. Salah satu komponen penting pengembangan disiplin keperawatan adalah riset keperawatan, karena riset keperawatan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan atau menvalidasi teori yang sangat dibutuhkan sebagai landasan dalam praktek keperawatan serta pengembangan tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge). Masalah yang muncul adalah apabila peneliti kurang tepat dalam menyusun kerangka kerja teori/konsep sesuai dengan variabel yang akan diteliti, sehingga hasil penelitian akan kurang bermakna dalam perkembangan tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge) dan akan mempengaruhi penerapannya dalam praktek keperawatan. 1

description

teori king

Transcript of KDK KING

THEORY OF GOAL ATTAINMENT

A. PENDAHULUAN

Perkembangan keperawatan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan keperawatan secara global. Dengan jelas dapat diamati bahwa secara berkelanjutan keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, baik dibidang pendidikan maupun di tatanan praktek keperawatan. Pada masa lalu keperawatan dilakukan lebih berdasarkan intuisi dan tradisi sehingga keperawatan dianggap hanya sebagai kiat tanpa komponen ilmiah dan landasan keilmuan yang kokoh.

Salah satu komponen penting pengembangan disiplin keperawatan adalah riset keperawatan, karena riset keperawatan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan atau menvalidasi teori yang sangat dibutuhkan sebagai landasan dalam praktek keperawatan serta pengembangan tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge).

Masalah yang muncul adalah apabila peneliti kurang tepat dalam menyusun kerangka kerja teori/konsep sesuai dengan variabel yang akan diteliti, sehingga hasil penelitian akan kurang bermakna dalam perkembangan tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge) dan akan mempengaruhi penerapannya dalam praktek keperawatan.

Untuk menghindari hal tersebut, sebelum suatu teori diterapkan pada praktek keperawatan tertentu dan dipergunakan peneliti sebagai kerangka kerja teori/konsep dari suatu riset keperawatan, sangat perlu terlebih dahulu dilakukan Theory Analysis. Pada dasarnya Theory Analysis mempunyai prosedur antara lain origins, meaning, logical adequacy, usefulness, generalizability, parsimony dan testability yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan, keterbatasan dan manfaat dari teori tersebut sehingga dapat dipertimbangkan untuk tambahan pengujian atau validasi.

Dalam makalah ini, kami mencoba untuk menyajikan hasil analisa Theory of Goal Attainment yang diperkenalkan oleh Imogene M. King pada tahun 1971. Teori pencapaian tujuan merupakan teori yang bersifat terbuka dan dinamis, dengan sembilan konsep utama yang meliputi interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu dan ruang (Marriner, A. 1986).

B. THEORY OF GOAL ATTAINMENT (1971)

Theory of goal attainment (Teori Pencapaian Tujuan) adalah:

Unsur yang terdapat pada interpersonal systems antara 2 orang, yang biasanya asing, berkumpul bersama dalam organisasi kesehatan untuk membantu dan dibantu dalam memelihara kesehatan yang mempengaruhi fungsi peran. Menggambarkan kepercayaan King bahwa praktek keperawatan berbeda dari profesi kesehatan lain dengan apa yang perawat lakukan bersama dan untuk individu (klien). Perawat dan klien menyampaikan informasi, saling mengatur tujuan, dan bertindak untuk mencapai tujuan tersebut.

King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa teman sejawat dan menghadiri beberapa konferensi serta alasan-alasan induktif dan deduktif dari beberapa pemikiran-pemikiran kritis. Dari informasi yang terkumpul tersebut, kemudian King memformulasikan kedalam suatu kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) pada tahun 1971. King mengidentifikasi kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) sebagai sebuah kerangka kerja sistem terbuka, dan teori ini sebagai suatu pencapaian tujuan. King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) sebagai sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi yang lain bahwa keperawatan berfokus pada interaksi manusia dengan lingkungannya dan tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu dan kelompok dalam memelihara kesehatannya. Kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) terdiri dari tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll).

Asumsi dasar King tentang manusia seutuhnya (Human Being) meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu. Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivat asumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat klien:

1. Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.

2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.

3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.

4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan hal tersebut mempengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka serta pelayanan masyarakat

5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi sehingga membantu individu dalam membuat keputusan tentang pelayanan kesehatannya.

6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.

7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat berbeda.

Human being mempunyai tiga dasar kebutuhan kesehatan yang fundamental:

1. Kebutuhan terhadap informasi kesehatan dan dapat dipergunakan pada saat dibutuhkan.

2. Kebutuhan terhadap palayanan kesehatan bertujuan untuk pencegahan penyakit.

3. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan ketika individu tidak mampu untuk membantu dirinya sendiri.

Perawat dalam posisinya, membantu: apa yang mereka ketahui, apa yang mereka pikirkan, bagaimana mereka merasakan dan bagaimana mereka melakukan kegiatan untuk memelihara kesehatannya.

Berdasarkan kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar tentang human being, King menderivatnya menjadi teori Pencapaian Tujuan (Theory of Goal Attainment). Elemen utama dari teori pencapaian tujuan adalah interpersonal systems, dimana dua orang (perawat-klien) yang tidak saling mengenal berada bersama-sama di organisasi pelayanan kesehatan untuk membantu dan dibantu dalam mempertahankan status kesehatan sesuai dengan fungsi dan perannya. Dalam interpersonal systems perawat-klien berinteraksi dalam suatu area (space). Menurut King intensitas dari interpersonal systems sangat menentukan dalam menetapkan dan pencapaian tujuan keperawatan. Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan konsep utama, dimana konsep-konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap situasi praktek keperawatan, meliputi:

1. Interaksi, King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.

2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latarbelakang pendidikan.

3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung.

4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam pencapaian tujuan. Yang termasuk dalam transaksi adalah pengamatan perilaku dari interaksi manusia dengan lingkungannya.

5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan kewajiban sesuai dengan posisinya. Jika terjadi konflik dan kebingungan peran maka akan mengurangi efektifitas pelayanan keperawatan.

6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan lingkungannya. Stress melibatkan pertukaran energi dan informasi antara manusia dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.

7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri individu. Tumbuh kembang mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai kematangan.

8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang akan datang. Waktu adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai pengalaman yang unik dari setiap manusia.

9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama. Ruang adalah area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan klien.C. ANALISA TEORI

1. Sumber Teori (Origins)Dalam menemukan teori, King secara bertahap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang dimulai pada periode 1961-1966, yaitu tentang Konsep Umum dari Perilaku Manusia (General Concepts of Human Behavior). Ini merupakan konseptual yang dihasilkan melalui penelaahan literatur. Pada tahun 1966- 1968, ia mengeluarkan artikel yang berjudul Kerangka Kerja Konseptual Keperawatan (A Conceptual Framework for Nursing). Selanjutnya pada tahun 1968-1972 King menyimpulkan teori keperawatan sebagai berikut:

Gambaran yang sistematis dari keperawatan adalah syarat mutlak untuk mengembangkan keperawatan.

Pada periode ini pula (1971) ia mengatakan, perawat adalah individual dan professional tetapi keperawatan belum sebagai ilmu. Pada tahun 1980-1981 mempublikasikan teori keperawatannya sebagai suatu sistem, konsep dan proses.

Pada suatu pertemuan King mengatakan teori sistem dari ilmu perilaku mendukung pengembangan interaksi yang dinamis. King megidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi: personal systems (individuals), interpersonal systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll) yang disebut dengan Dynamic Interacting Systems. Hal ini timbul dari asumsi dasar King bahwa jika tujuan keperawatan concern terhadap pencapaian tujuan dari setiap individu dan kelompok serta suatu alasan yang dapat diterima, berarti hal ini merupakan suatu sistem yang terbuka dan pada akhirnya kerangka kerja konseptual harus diorganisir untuk menggabungkan ide-ide. Menurut King sistem interaksi yang dinamis digambarkan sebagai proses interaksi manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat dengan lingkungannya sebagai sistem yang terbuka dan berorientasi pada pencapaian tujuan (Goal Attainment). Konsep utama dari teori Goal Attainment meliputi: interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu dan ruang (Marriner,A. 1986). Teori King merupakan model teori induktif yang memformulasikan teorinya melalui studi leteratur, diskusi, penelitian dan lain-lain. 2. Makna (Meaning).

King mendefenisikan teorinya sebagai serangkaian konsep yang saling berhubungan dengan jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan. Teori ini membangun tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge), yang diperkuat oleh dua metode:

Teori keperawatan King dapat dikembangkan dan diuji melalui riset.

Prosedur lain dapat juga dengan menelusuri ulang dan dapat diteliti dengan pengembangan sembilan konsep utama teori Goal Attainment.Manfaat dari teori ini adalah:

Mengkontribusi pada pengembangan tubuh ilmu pengetahuan.

Dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperbaiki praktek keperawatan.

Konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga peneliti dan praktisi untuk menganalisa dan mengidentifikasi kejadian dalam situasi keperawatan yang sepesifik.

Sebagai pendekatan untuk menyeleksi dan memilih konsep yang dijadikan dasar praktek keperawatan profesional.Keterkaitan dari beberapa pernyataan King dan konsepnya:

Beberapa penjelasan konsep cukup konsisten.

Konsep yang satu dengan konsep yang lainnya cukup jelas dalam membentuk suatu teori.3. Kecukupan Logis (Logical Adeguacy)

Konsep teori ini diprediksi dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, perkembangan iptek, sosial, ekonomi dan politik, karena sistem ini terbuka dan dinamis. Teori ini cukup adekuat dan logis karena beberapa konsep yang ada didukung oleh beberapa riset.4. Manfaat (Usefulness).

Banyak riset dan studi yang mendukung teori ini berpusat pada aspek teknis perawatan klien dan system pelayanan keperawatan. Walaupun teorinya bersifat abstrak dan tidak dapat segera diaplikasikan secara konkrit pada praktek keperawatan dan program pendidikan keperawatan, namun bila berkenaan dengan situasi nyata maka teori ini harus terlebih dahulu didefenisikan, diidentifikasi dan diuraikan baru dapat diaplikasikan.

Perawat-perawat yang ingin mengaplikasikan teori ini pada praktek keperawatan, harus mempunyai pengetahuan dari konsep-konsep yang ada dalam teori pencapaian tujuan (Goal Attainment) dan memiliki kemampuan untuk membuat perencanaan keperawatan individu sambil mendorong partisipasi aktif pasien dalam fase pengambilan keputusan. Teori ini merupakan hasil riset dan dapat dikembangkan kembali melalui riset, sehingga teori ini masuk dalam desain kurikulum pendidikan keperawatan.5. Generalisasi (Generalizability).

Teori pencapaian tujuan dapat dipergunakan dan menjelaskan atau memprediksi sebagian besar phenomena dalam keperawatan, tetapi teori ini juga mempunyai keterbatasan khususnya penerapan pada keperawatan klien yang tidak mampu berinteraksi dengan perawat, contohnya: Klien koma, bayi baru lahir dan pada kasus-kasus psikiatri.6. Kelebihan (Parsimony).

Konsep-konsep dari teori pencapaian tujuan dapat dijelaskan secara mudah dan dapat dipahami meskipun cukup komplek dan defenisi yang dikemukakan cukup jelas.7. Testability.

Teori ini dapat memprediksi suatu kejadian/phenomena dalam keperawatan melalui penetapan hypothesis dalam penelitian.D. APLIKASI TEORI KING

Tuan Sy 74 tahun, menikah, telah dirawat di ruang L3 rumah sakit pada 27 Maret 2008 dengan diagnosis hernia inguinal indirek/lateral, setelah menjalani herniorrappy dengan jala prolene pada 3 Maret 2008.1. ASSESSMENT Informasi lain yang dibutuhkan: Identifikasi riwayat hidup Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat penyakit sekarang Riwayat keluarga Status sosial ekonomi Gaya Hidup Pemeriksaan Fisik Hasil laboratorim pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lain Informasi yang didapat : Pasien mengabaikan masalah kesehatan selama 35 tahun Pasien telah akut nyeri di tempat luka bedah Pasien mempunyai riwayat keluarga hernia inguinalis dan memiliki resiko untuk kambuh karena sembelit Pasien beresiko terinfeksi karena kurangnya pengetahuan dan usia Pasien menghadapi resiko komplikasi hipertensi sehingga memerluka edukasi tentang perawatan kesehatan2. PERSEPSI Persepsi pasien: Saya telah menjalani operasi untuk hernia Luka itu mulai sembuh dan aku tidak memiliki masalah lain Aku mempunyai rasa sakit di daerah operasi ketika bergerak Aku membawa obat-obatan utuk hipertensi selama 7 tahun terakhir dari sini Aku punya masalah penglihatan mata kiri. Aku telah menjalani operasi untuk mata kanan sekitar 10 tahun yang lalu. Persepsi perawat: Pasien menjalani operasi herniorraphy pada tanggal 30 Maret untuk hernia inguinalis indirek yang terus menerus tidak diobati selama 35 tahun Pasien memiliki masalah yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan Pasien resiko infeksi berkembang Pasien sakit berhubungan dengan insisi bedah Pasien bisa mengalami komplikasi yang terkait hipertensi di masa yang akan datang3. PENILAIAN Kesimpulan yang pasien buat: Pasien membutuhkan manajemen untk rasa sakitnya Pasien memahami kebutuhan untuk mengurus resiko kesehatan dan bersedia menjalaninya Penilaian perawat(penilaian klinis tentang pasien aktual dan potensi masalah): Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah Beresiko terinfeksi berhungan dengan insisi bedah Resiko untuk sembelit yang berkaitan dengan istirahat, nyeri pengobatan, dan NPO(diet lunak) Kekurangan pengetahuan mengenai pengobatan dan perawatan rumah Pemeliharaan kesehatan tidak efektif4. TUJUAN

a. Tujuan yang ingin dicapai perawat pada pasien adalah

1. Klien mengalami peningkatan status kesehatan dengan d buktikan oleh:

Penurunan rasa sakit

Kemampuan untuk beristirahat dan tidur dengan nyaman

Klien akan bebas dari infeksi, suhu kembali normal, tanda-tanda vital normal

2. Klien akan mengalami peningkatan eliminasi usus, ditandai oleh:

Eliminasi dengan cara duduk tanpa disertai rasa nyeri.

Klien memperoleh pengetahuan mengenai pengobatan dan perawatan yang dilakukan dirumah

Klien akan merawat masalah kesehatan dengan tepat

b. Tujuan pasien adalah

Bebas dari rasa sakit

Penyembuhan

Buang air besar secara teratur

Mendapatkan pengetahuan tentang masalah kesehatan yang dialami (penyakitnya)

c. Apakah tujuan pasien dengan tujuan perawat sama? ya

d. Apa yang harus dilakukan pasien untuk pencapaian tujuan?

Bekerja sama dengan perawat

Memperoleh pengetahuan

Mengungkapkan informasi yang memadai mengenai masalah kesehatan

e. Apakah pasien bersedia bekerja sama dalam pencapaian tujuan? ya

5. PELAKSANAAN

a. Apakah kita telah melakukan tindakan keperawatan dengan sabar dan sesuai dengan kesepakatan? ya

b. Bagaimana saya melakukannya? Pada cara yang dapat diterima bersama sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

c. Kapan saya melakukan tindakan? mendahulukan prioritas beberapa intervensi yang membutuhkan perhatian dengan segera. intervensi yang lain dilakukan selama periode rawat inap, sampai 5 April.

d. Mengapa saya melakukan tindakan keperawatan? karena berdasarkan kondisi pasien yang dirawat.

e. Apakah masuk akal untuk memikirkan tujuan yang telah diidentifikasi akan tercapai dengan melakukan tindakan keperawatan? ya

6. EVALUASI

a. Apakah tindakan yang telah saya lakukan terhadap pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan? ya

b. Seberapa banyak tujuan yang telah tercapai? Tujuan jangka pendek sebaiknya telah terpenuhi sebelum keluar dari rumah sakit dan tujuan jangka panjang, diharapkan dapat terpenuhi karena pasien termotivasi untuk melanjutkan perawatannya dirumah.

c. Apa tanggapan pasien terhadap tindakan yang kita lakukan? puas atau tidak.

d. Apakah ada faktor- faktor yang menghambat pencapaian tujuan? usia pasien merupakan salah satu faktor penghambat dalam pencapaian tujuan mengenai pemeliharaan kesehatan.

e. Bagaimana seharusnya rencana diubah untuk mencapai tujuan? pendidikan tentang kesehatan dapat dimodifikasi sesuai tahap perkembangan. keterlibatan anggota keluarga juga dibutuhkan dalam perawatan pasien.1