HUB C H & Ca MAMAE

38
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyakit kanker merupakan masalah kesehatan di berbagai Negara termasuk Indonesia. Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2002, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insidence rate 38 per 100 000 perempuan). Di Indonesia, hasil pemeriksaan patologi menyatakan lima kanker terbanyak adalah kanker leher rahim, payudara, kelenjar getah bening, kulit dan nasofaring. Insidens kanker payudara di Indonesia belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi. Tetapi berdasarkan Globocan, IARC 2002, didapatkan estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100 000 perempuan. Sampai saat ini belum ditemukan data pasti yang menjadi faktor penyebab utama penyakit tumor/kanker payudara. Penyebab tumor/kanker payudara sampai saat ini diduga akibat interaksi yang rumit dari 1

Transcript of HUB C H & Ca MAMAE

Page 1: HUB C H & Ca MAMAE

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyakit kanker merupakan

masalah kesehatan di berbagai Negara termasuk Indonesia. Berdasarkan data

Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2002, kanker

payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insidence

rate 38 per 100 000 perempuan). Di Indonesia, hasil pemeriksaan patologi

menyatakan lima kanker terbanyak adalah kanker leher rahim, payudara, kelenjar

getah bening, kulit dan nasofaring. Insidens kanker payudara di Indonesia belum

diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi. Tetapi

berdasarkan Globocan, IARC 2002, didapatkan estimasi insidens kanker payudara di

Indonesia sebesar 26 per 100 000 perempuan. Sampai saat ini belum ditemukan data

pasti yang menjadi faktor penyebab utama penyakit tumor/kanker payudara. Penyebab

tumor/kanker payudara sampai saat ini diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak

faktor. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko tumor/kanker payudara adalah usia

tua, menarche (pertama kali menstruasi) dini, usia makin tua saat menopause, usia

makin tua saat pertama kali melahirkan, tidak pernah hamil, riwayat keluarga

menderita kanker payudara (terutama ibu, saudara perempuan), riwayat pernah

menderita tumor jinak payudara, mengkonsumsi obat kontrasepsi hormonal dalam

jangka panjang, mengkonsumsi alkohol serta pajanan radiasi pada payudara terutama

saat periode pembentukan payudara. Beberapa kajian literature menyebutkan bahwa

pemakaian hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, hamil pertama di usia tua, asupan

lemak, khususnya lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara.

1

Page 2: HUB C H & Ca MAMAE

Pertumbuhan jaringan payudara sangat sensitive terhadap estrogen, maka perempuan

yang terpajan estrogen dalam waktu jangka panjang akan memiliki risiko yang besar

terhadap terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health

menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para

pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa

walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, akan

tetapi perempuan yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai

risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Pajanan estrogen

dapat disebabkan oleh penggunaan kontrasepsi pil yang mengandung kombinasi

hormon estrogen dan progesteron. Di Indonesia penggunaan hormone sebagai alat

kontrasepsi sudah populer di masyarakat. Pemakaian kontrasepsi hormonal terbanyak

adalah jenis suntikan dan pil. Kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan,

yaitu kombinasi estrogen dan progestin. Hasil analisis Ariawan menunjukkan

pemakaian alat kontasepsi hormonal di Indonesia adalah pil (31%), suntikan (38,5%)

dan implan (12,3%). Hasil penelitian Harianto et al, membuktikan bahwa pengguna

pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1,8 kali lebih tinggi untuk terkena kanker

payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi, namun

secara statistik tidak bermakna1.

II. Tujuan Penulisan

1. Untuk untuk mengkaji hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal

dengan tumor/kanker payudara.

2. Memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian Program Pendidikan Profesi di

Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Panembahan Senopati Bantul

2

Page 3: HUB C H & Ca MAMAE

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONTRASEPSI HORMONAL2

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat

estrogen dan progesterone. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga

macam kontrasepsi hormonal yaitu : Kontrasepsi Suntikan, Kontrasepsi Oral (Pil) dan

Kontrasepsi Implant.

Kontrasepsi Suntikan

a. Jenisnya antara lain

1. Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg

2. Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.

3. Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate

testosteron.

b. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan (Hartanto H.2004)

1. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum

untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor

dari hipotalamus.

2. Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa.

3. Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk

implantasi dari hasil konsepsi.

c. Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan ( Hartanto.H,2004 )

3

Page 4: HUB C H & Ca MAMAE

1. Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu

untuk 6 bulan pertama 3 x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap

12 minggu.

2. DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150

mg.

3. Tingkat efektifitasnya tinggi

4. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi

5. Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.

6. Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.

7. Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak

disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant yang non-bioderdable harus

dikeluarkan oleh orang lain.

8. Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa perlu

memberitahukan kepada siapapun termasuk suami atau keluarga lain.

9. Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang disebabkan

estrogen, antara lain mual atau efek samping yang lebih serius seperti

timbulnya bekuan darah disamping estrogen juga dapat menekan produksi

ASI.

Kerugian (Hartanto,2004).

1. Perdarahan yang tidak menentu

2. Terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan

3. Berat badan yang bertambah

4. Sakit kepala

5. Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan

6. Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.

4

Page 5: HUB C H & Ca MAMAE

7. Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan 0.7%.

8. Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.

9. Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan

10. Memerlukan biaya yang cukup tinggi.

d. Saat Pemberian Yang Tepat (Wiknjosastro,2001)

1. Pasca persalinan

2. Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu post

partum dan sebelum berkumpul dengan suami.

3. Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.

4. Pasca Abortus

5. Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.

6. Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan. Interval : Hari kelima menstruasi,

Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.

e. Kontra Indikasi ( Saifuddin A.B,2003)

1. Tersangka hamil

2. Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui

penyebabnya

3. Tumor/keganasan

4. Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paru-paru hebat.

Cara Penggunaan ( Saifuddin AB,2003). Depo provera atau Depo progestin

disuntikan secara intra muscular tiap 12 minggu dengan kelonggaran batas waktu

suntik, biasa diberikan kurang satu minggu.

f. Efek Samping dan Penanggulangannya ( Hartanto,H.2004)

Efek samping

5

Page 6: HUB C H & Ca MAMAE

1. Gangguan Haid : Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama

menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem.

2. Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama

menggunakan kontrasepsi suntikan

3. Metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya

4. Keputihan

5. Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa

mengganggu ( jarang terjadi)

6. Perubahan berat badan : Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam

beberapa bulan setelah menggunakan kontrasepsi suntikan

7. Pusing dan sakit kepala : Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada

satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari bagian kepala . Ini biasanya bersifat

sementara.

8. Hematoma

Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah

kulit.

Penanggulangannya (Saifuddin,A.B,2003)

1. Gangguan haid

Konseling : Memberikan penjelasan kepada calon akseptor bahwa pada

pemakaian kontrasepsi suntikan dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut

adalah akibat pengaruh hormonal suntikan dan biasanya gejala-gejala

perdarahan tidak berlangsung lama

Pengobatan : Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat diberikan pemberian

Pil KB hari I sampai ke II masing masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV

diberikan 1 x 1 selama 3 – 5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan

6

Page 7: HUB C H & Ca MAMAE

preparat estrogen misalnya: Lymoral 2 x 1 sehari sampai perdarahan berhenti.

Setelah perdarahan berhenti, dapat dilaksanakan “tepering off” ( 1 x 1 tablet )

2. Keputihan

Konseling : Menjelaskan kepada akseptor bahwa kontrasepsi suntikan jarang

terjadi keputihan. Bila hal ini terjadi juga, harus dicari penyebabnya dan

segera di berikan pengobatan.

Pengobatan : Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan. Pada kasus dimana

cairan berlebihan dapat diberikan preparat Anti Cholinergis seperti

extrabelladona 10 mg dosis 2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang

berlebihan. Perubahan warna dan bau biasanya disebabkan oleh adanya infeksi

3. Perubahan Berat Badan

Konseling : Menjelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan berat badan adalah

salah satu efek samping kontrasepsi suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga

disebabkan hal-hal lain. Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat

pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan

lebih banyak dari biasanya. Disamping itu dapat pula terjadi penurunan berat

badan.

Pengobatan : Pengobatan diet merupakan pilihan utama. Dianjurkan untuk

melaksanakan diet rendah kalori serta olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus,

dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil dianjurkan untuk ganti

cara kontrasepsi non hormonal.

4. Pusing dan Sakit Kepala

Konseling : Menjelaskan kepada akseptor bahwa efek samping tersebut

mungkin ada tetapi jarang terjadi dan biasanya bersifat sementara.

7

Page 8: HUB C H & Ca MAMAE

Pengobatan : Pemberian anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan acetosal

500mg, 3 x 1 tablet/hari

5. Hematoma

Konseling : Menjelaskan kepada calon akseptor mengenai kemungkinan efek

samping

Pengobatan : Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari.

Setelah itu diubah menjadi kompres hangat sehingga warna biru/kuning

menjadi hilang.

g. Komplikasi dan Penanggulangannya ( Saifuddin A.B,2003)

Komplikasi.

Abses : Rasa sakit dan panas didaerah suntikan. Bila terdapat abses teraba adanya

benjolan yang nyeri di daerah suntikan. Biasanya diakibatkan karena pemakaian

jarum suntik yang berulang dan tidak suci hama.

Penanggulangan : Pemberian antibiotic dosis tinggi (Ampicilin 500 mg, 3 x 1

tablet / hari). Bila abses: Berikan kompres untuk mendinginkan infeksi /

mematangkan abses misalnya kompres permanganas atau rivanol. Bila ada

fluktuasi pada abses, dapat dilakukan insisi abses, setelah itu diberikan tampon

dan drain jangan lupa berikan antibiotic sperti penatalaksanaan pada infeksi.

h. Tempat Pelayanan ( Wijono Wibisono, 2001)

1. Rumah Sakit / Rumah Sakit Bersalin / Rumah Bersalin

2. Puskesmas / Balai kesehatan Masyarakat / Poliklinik Swasta / Poliklinik

Pemerintah.

3. Poliklinik Keliling

4. Dokter / Bidan Praktek Swasta

8

Page 9: HUB C H & Ca MAMAE

Kontrasepsi Oral ( Pil )

Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet,

mengandung hormon estrogen dan progestrone yang digunakan untuk mencegah

hamil.

Kontrasepsi oral terdiri atas lima macam yaitu :

a. Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone sintetik yang

diminum 3 kali seminggu.

b. Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan urutan

hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan

hormon tersebut,estrogen hanya diberikan selama 14 – 16 hari pertama di ikuti

oleh kombinasi progestrone dan estrogen selama 5 – 7 hari terakhir.

c. Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung progestrone dalam dosis

mini ( kurang dari 0,5 mg) yang harus diminum setiap hari termasuk pada saat

haid.

d. Once a moth pil, pil hormon yang mengandung estrogen yang” Long acting ”

yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai

Biological Half Life panjang

e. Morning after pil, merupakan pil hormon yang mengandung estrogen dosis tinggi

yang hanya diberikan untuk keadan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan

kondom bocor.

Efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi Oral ( Pil )

a. Nousea

b. Nyeri payudara

c. Gangguan Haid

d. Hipertensi

9

Page 10: HUB C H & Ca MAMAE

e. Acne

f. Penambahan berat badan.

Keuntungan Kontrasepsi Oral ( Pil )

a. Mudah menggunakannya

b. Cocok untuk menunda kehamilan pertama dari pasangan usia subur muda.

c. Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi

d. Dapat mencegah defesiensi zat besi (Fe)

e. Mengurangi resiko kanker ovarium.

f. Tidak mempengaruhi produksi ASI pada saat pemakaian pil yang mengandung

estrogen.

Kontrasepsi Implant.

Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi membuat getah

serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak sempat menerima hasil

konsepsi.

Efek samping Implant

Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak berbahaya. Yang paling

sering ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya bervariasi pada setiap

pemakaian, seperti pendarahan haid yang banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian

yang tidak haid sama sekali. Keadaan ini biasanya terjadi 3 – 6 bulan pertama sesudah

beberapa bulan kemudian. Efek samping lain yang mungkin timbul, tetapi jarang

adalah sakit kepala, mual, mulut kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera

makan dan perubahan berat badan.

Keuntungan Implant.

10

Page 11: HUB C H & Ca MAMAE

a. Efektifitas tinggi setelah dipasang

b. Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun.

c. Tidak mengandung estrogen

d. Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan

e. Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan konstant, sehingga

terhindar dari dosis awal yang tinggi.

f. Dapat mencegah terjadinya anemia

Kerugian Implant.

a. Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga terlatih.

b. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan

implant.

c. Lebih mahal

d. Sering timbul perubahan pola haid

e. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.

II. KANKER PAYUDARA

Kanker payudara adalah pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang etiologinya

belum diketahui dengan pasti. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor

resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker

payudara, beberapa faktor resiko tersebut adalah:

11

Page 12: HUB C H & Ca MAMAE

1. Usia.

sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. resiko terbesar

ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.

2. Pernah menderita kanker payudara. Wanita yang pernah menderita kanker in situ

atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara.

setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada

payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.

3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara. Wanita yang ibu, saudara

perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar

untuk menderita kanker payudara.

4. Faktor genetik dan hormonal. Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya

berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu brca1 dan brca2. Jika seorang

mwanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita

kanker payudara sangat besar. gen lainnya yang juga diduga berperan dalam

terjadinya kanker payudara adalah p53, bard1, brca3 dan noey2. Kenyataan ini

menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-

sel yang secara genetik mengalami kerusakan. Faktor hormonal juga penting karena

hormon memicu pertumbuhan sel. kadar hormon yang tinggi selama masa

reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena

kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara

genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.

5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker. Resiko menderita kanker

payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara

12

Page 13: HUB C H & Ca MAMAE

non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluarn air susu dan

terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik).

6. menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah

usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.

semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. resiko

menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang

mengalami menarke sebelum usia 12 tahun. demikian pula halnya dengan

menopause ataupun kehamilan pertama. semakin lambat menopause dan

kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara

7. Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen. Pil kb bisa sedikit meningkatkan

resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya

pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap

ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama

lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara

dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.

8. Obesitas pasca menopause. Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih

diperdebatkan. beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko

kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang

obes.

9. Pemakaian alkohol. Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan

resiko terjadinya kanker payudara.

13

Page 14: HUB C H & Ca MAMAE

10. Bahan kimia. Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia

yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri

lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

11. Des (dietilstilbestrol). Wanita yang mengkonsumsi des untuk mencegah keguguran

memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara.

12. Penyinaran. Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada),

pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

13. Faktor resiko lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim,

ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa

meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

Gejala

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan

payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran

yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa

digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya

melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa

terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. kadang kulit

diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk. Pada stadium lanjut bisa

timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

1. benjolan atau massa di ketiak

2. perubahan ukuran atau bentuk payudara

3. keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna

14

Page 15: HUB C H & Ca MAMAE

kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)

4. perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun

areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)

5. payudara tampak kemerahan

6. kulit di sekitar puting susu bersisik

7. puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal

8. nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .

Diagnosis

Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi riwayat kehamilan dan

ginekologi.

Inspeksi, pasien diminta duduk tegak atau berbaring, atau keduanya.

Perhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, retraksi, adanya

kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Dengan lengan terangkat lurus

ke atas, kelainan terlihat lebih jelas.

Palpasi dilakukan dengan posisi pasien berbaringdengan bantal tipis di

punggung. Palpasi dilakukan dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan –

lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara. Dengan memijat punting susu

dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, darah, atau nanah.

Pemeriksaan Penunjang

Mammografi dapt menentukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa

mikrokalsifiksi tidak khas untuk kanker. Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan

pada mammografi tidak ditemukan apa-apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan

biopsi sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya bila

15

Page 16: HUB C H & Ca MAMAE

mamografi positif dan secara klinis tidak teraba tumor, pemeriksaan harus dilanjutkan

dengan pungsi atau biopsi di tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut. Mamografi

pada masa pramenopouse kurang bermanfaat karena ganbaran kanker dinatara

jaringan kelenjar kuarng tampak.

Ultrasonografi berguna untuk menentukan adanya kista.

Pemeriksaan sitologi pada sediaan yang diperoleh dari pungsi dengan jarum

halus ( FNA = Fine Needle Aspiration biopsi ) dapat dipakai untuk menentukan

apakah akan segera dipersiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau akan

dilanjutkan dengan pemeriksaan lain atau langsung dilakukan ekstirpasi. Hasil positif

pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal karen hasil positif palsu

selalu dapat terjadi, sementara hasil negatif palsu sering terjadi.

Sediaan jaringan untuk pemeriksaan histologik dapat diperoleh secara pungsi

jarum besar yang menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan

termasuk teknik biokimia. Biopsi secara ini yang biasa disebut care biopsy, dapat

digunakan untuk biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada foto

mamma. Digunakan pendekatan secara stereofakasi USG atau pencitraan lain yang

juga digunakan pada FNA 4.

III. Hubungan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker Payudara

a. Mekanisme

Kanker payudara adalah pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang

etiologinya belum diketahui dengan pasti. Salah satu faktor risiko kanker payudara

ialah penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang yang mengandung kombinasi

estrogen dan progesteron3

16

Page 17: HUB C H & Ca MAMAE

Studi kanker payudara secara konsisten menemukan peningkatan risiko yang

berkaitan dengan tingkat estrogen endogen darah yang tinggi. Indikator klinis yakni

peningkatan level estrogen darah, dan terpapar estrogen plus progestin eksogen

melalui terapi penggantian hormon dan penggunaan oral kontrasepsi. Pada hewan

percobaan, terapi estrogen mengarah pada perkembangan tumor payudara.

Pengamatan ini mendukung hipotesis bahwa estrogen adalah karsinogen-kelenjar

payudara. Mekanisme melalui mana estrogen berkontribusi untuk setiap tahap proses

karsinogenik (Inisiasi, promosi, dan kemajuan) yang kompleks. Bukti menunjukkan

partisipasi genotoksik metabolit estrogen dan estrogen-Receptor-dimediator genom

dan sinyal nongenomic yang memengaruhi proliferasi sel dan apoptosis dalam

jaringan payudara. Sejauh mana kedua jalur berkontribusi terhadap karsinogenesis

dan faktor lingkungan memodifikasi dampak dari jalur memerlukan penelitian lebih

lanjut. Meskipun demikian, pengetahuan tentang peran sentral estrogen di kanker

payudara telah menyebabkan perkembangan baru intervensi pencegahan dan terapi

yang mengganjal fungsi reseptor atau secara drastis mengurangi tingkat estrogen

endogen melalui penghambatan nya sintesis4.

Faktor Genetik dan lingkungan berpengaruh pada homeostasis estrogen dan

jaringan khusus untuk mengeksposure estrogen dan metabolitnya. Pengaruh relatif

dari fluktuasi konsentrasi estrogen serum terkait dengan siklus haid pada wanita

premenopause dan konsentrasi yang lebih stabil saat pascamenopause. Secara data

analisis estrogen dan metabolitnya terkait dengan baik inisiasi dan promosi kanker

payudara tetapi hubungan tersebut tidak bisa dijelaskan secara simpel atau sangat

rumit/kompleks. Bukti lebih lanjut hubungan antara estrogen dan risiko kanker

payudara baru-baru ini berasal dari Hasil uji klinis estrogen-receptor-selektif-

modulator. Pengaruh antiestrogenik dari tamoxifen mengakibatkan pengurangan

17

Page 18: HUB C H & Ca MAMAE

risiko payudara kanker pada premenopause sehat dan perempuan pascamenopause

pada peningkatan risiko untuk penyakit, dan raloxifene mengurangi risiko kanker

payudara pada pascamenopause wanita dengan osteoporosis. Meskipun hubungan

antara pajanan terhadap estrogen dan risiko kanker payudara telah teridentifikasi di

kelompok perempuan spesifik, tidak dapat memprediksi secara akurat risiko pada

seorang wanita individual. Laboratorium klinik penanda paparan estrogen, seperti

konsentrasi estrogen serum, kepadatan payudara pada mamografi, dan tulang

kepadatan mineral, mungkin terbukti menjadi alat yang berguna untuk menilai

seorang wanita risiko kanker payudara. berdasarkan risiko tersebut serta faktor risiko

lainnya, seperti keluarga dan riwayat reproduksi, dapat menyebabkan tidak hanya

untuk penilaian lebih akurat risiko pada wanita individu tetapi juga untuk pemahaman

yang lebih baik peran estrogen pada patogenesis kanker payudara5.

b. Hasil dari beberapa Penelitian

Walaupun telah terbukti adanya hubungan kadar estrogen dengan kejadian

kanker payudara, namun dalam dalam beberapa hasil penelitian ditemukan fakta

berlaianan tentang penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker

payudara. Penelitian itu diantaranya :

1. Penelitian yang menemukan adanya hubungan bermakna antara penggunaan

kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker payudara

Evi Ludfiana,dengan FAKTOR RISIKO LAMA PENGGUNAAN PIL

KONTRASEPSI KOMBINASI TERHADAP KANKER PAYUDARA di RSUP Dr.

Kariadi Semarang, merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional

menyatakan bahwa lama penggunaan pil kontrasepsi kombinasi merupakan faktor

risiko untuk terjadinya kanker payudara, yaitu pasien yang menggunakan pil

kontrasepsi kombinasi lebih dari 12 tahun mempunyai risiko menderita kanker

payudara 1,6 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang menggunakan pil

18

Page 19: HUB C H & Ca MAMAE

kontrasepsi kombinasi kurang dari 12 tahun3. Hasil perhitungan rasio prevalensi

sebesar 1,6 (RP>1) dengan interval kepercayaan 95% antara 1,1 – 2,3 (tidak

mencakup angka 1), maka rasio prevalensi dinyatakan bermakna, Berdasar penelitian

yang dilakukan, Frekwensi pasien yang menggunakan pil kontrasepsi kombinasi lebih

dari 12 tahun sebanyak 75 orang atau 51 % dan yang menggunakan pil kontrasepsi

kombinasi kurang dari 12 tahun sebanyak 72 orang atau 49%. Frekwensi pasien yang

menderita kanker payudara sebanyak 67 orang atau 45,6 % dan yang tidak menderita

kanker payudara sebanyak 80 orang atau 54,4 %.3

J Natl, dkk dalam Oral Contraceptives and Breast Cancer Risk Among Younger

Women dengan a population-based case-control study, menyatakan bahwa di antara

wanita yang lebih muda dari 45 tahun, penggunaan alat kontrasepsi oral selama 6

bulan atau lebih dikaitkan dengan RR untuk kanker payudara sebesar 13 (95% CI =

1,1-1,5). Risiko meningkat untuk kanker payudara yang terjadi sebelum usia 35 tahun

(RR = 1,7; 95% CI = 1,2-2,6), dengan RR naik menjadi 2,2 (95% CI = 1,2-4,1) untuk

pengguna 10 tahun atau lebih. RR untuk kanker payudara bagi mereka yang

menggunakan kontrasepsi oral mulai awal (sebelum usia 18 tahun) dan dilanjutkan

jangka panjang (> 10 tahun) bahkan lebih tinggi (RR = 3,1; 95% CI = 1,4-6,7). Bagi

mereka yang menggunakan kontrasepsi oral dalam waktu 5 tahun diagnosa kanker

lebih tinggi daripada mereka yang tidak, dengan efek yang paling ditandai untuk

wanita lebih muda dari usia 35 tahun.

Harianto,dkk dalam RISIKO PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI KOMBINASI

TERHADAP KEJADIAN KANKER PAYUDARA PADA RESEPTOR KB DI

PERJAN RS DR. CIPTO MANGUNKUSUMO. Penelitian di Perjan RS Dr Cipto

Mangunkusumo, menggunakan metode kasus kontrol berbasis di rumah sakit dengan

periode September-Desember 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para

pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko untuk menderita kanker payudara

1.864 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak minum pil itu. Namun,

19

Page 20: HUB C H & Ca MAMAE

pil kontrasepsi kombinasi bukan merupakan faktor risiko utama tapi hanya faktor

pencetus untuk meningkatkan risiko kanker payudara6.

France,dkk dalam jurnal Use of Oral Contraceptives and Breast Cancer Risk The

Norwegian-Swedish Women’s Lifestyle and Health Cohort Study, sebuah studi kohort

prospektif yang dirancang khusus untuk meneliti peran kontrasepsi hormonal dalam

hubungannya dengan kanker payudara dilakukan di Norwegia dan Swedia,

menyatakan bahwa pengguna jangka panjang dari kontrasepsi oral yang beresiko

tinggi terhadap kanker payudara dibanding tidak pernah menggunakan (uji untuk tren,

P = 0,005). Penggunaan kontrasepsi oral baru-baru ini dikaitkan dengan risiko kanker

payudara meningkat. Penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi dan progestin

meningkatkan resiko pada tingkat yang sama.

Oral-contraceptive use and the risk of breast cancer. The Cancer and Steroid

Hormone Study of the Centers for Disease Control and the National Institute of Child

Health and Human Development oleh steve,dkk dalam Penelitian di Studi Centers for

Disease Control dengan metode case contol. Dibandingkan dengan wanita yang tidak

pernah menggunakan kontrasepsi oral, wanita yang telah menggunakan mereka

memiliki risiko relatif kanker payudara 1,0. Di antara perempuan yang digunakan

hanya satu formulasi oral kontrasepsi, ini perkiraan risiko relatif tidak berubah

menurut formulasi yang digunakan. Baik estrogen maupun jenis jenis progestin yang

terkandung dalam kontrasepsi oral yang digunakan adalah berhubungan dengan

peningkatan risiko kanker payudara mempunyai taraf yang sama.

M Althuis,dkk dalam jurnal Hormonal content and potency of oral contraceptives and

breast cancer risk among young women (2003) berbasis kasus kontrol. Wanita yang

menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung lebih dari 35 g estradiol ethinyl per

pil yang berisiko tinggi kanker payudara dibandingkan pengguna sediaan dosis lebih

rendah bila dibandingkan dengan tidak pernah pengguna. Ditemukan tren signifikan

20

Page 21: HUB C H & Ca MAMAE

meningkatkan resiko kanker payudara untuk pil dengan progestin yang lebih tinggi

dan potensi estrogen (Ptrend <0,05), yang paling menonjol di kalangan wanita berusia

<35 tahun (Ptrend <0,01).

2. Hasil yang menunjukkan tidak ada hubungan hubungan kontrasepsi dengan

kejadian kanker

Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara pil kontrasepsi

pil dengan tumor/kanker payudara. Namun ditemukan hubungan antara

umur, pendidikan dan jumlah anak dengan tumor/kanker payudara1

Di antara perempuan 35-64 tahun umur, atau mantan menggunakan

kontrasepsi oral tidak terkait dengan peningkatan risiko signifikan kanker

payudara

21

Page 22: HUB C H & Ca MAMAE

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan

progesterone.

2. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi hormonal

yaitu : Kontrasepsi Suntikan, Kontrasepsi Oral (Pil) dan Kontrasepsi Implant

3. Kanker payudara adalah pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang etiologinya

belum diketahui dengan pasti. Salah satu faktor risiko kanker payudara ialah

penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang yang mengandung kombinasi estrogen dan

progesteron

4. Walaupun telah terbukti adanya hubungan kadar estrogen dengan kejadian kanker

payudara, namun dalam dalam beberapa hasil penelitian ditemukan fakta berlaianan

tentang penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker payudara

22

Page 23: HUB C H & Ca MAMAE

Daftar Pustaka

1Sirait Anna dkk. Hubungan Kontrasepsi Pil dengan Tumor/Kanker Payudara di Indonesia.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi, Badan Penelitian dan

Pengembangan, Departemen Kesehatan RI

2BKKBN, 1996, Apa Yang Anda Harus Ketahui Tentang Alat Kontrasepsi, Hartono hanifa,

Keluarga Berencana dan Kontrasepsi

3Ludfiana, Evi. Faktor Resiko Lama Penggunaan Pil Kontrasepsi Kombinasi Terhadap Kanker

Payudara.

4Diana B. Petitti, Combination Estrogen–Progestin Oral Contraceptives, clinical practice, The

new england journal of medicine. n engl j med 349;15 www.nejm.org October 9, 2003.

Downloaded from www.nejm.org on April 28, 2010

23

Page 24: HUB C H & Ca MAMAE

5Franklin H. Mecanism of Disease. Estrogen and Risk of Breast Cancer. The New England

Journal of Medicine. N Engl J Med, Vol. 344, No. 4 January 25, 2001 www.nejm.org.

Downloaded from www.nejm.org on April 28, 2010

6Harianto dkk. Resiko Penggunaan Kontrasepsi Kombinasi terhadap Kejadian Kanker Payudara

Pada Reseptor KB di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Indonesia.

7Slamet, Lestari. Hubungan Karakteristik Ibu dan Lama Pemakaian Kontrasepsi Hormonal

Terhadap Kejadian Pra Kanker Leher Rahim di Puskesmas Kepil 2 Tahun 2009.

8Pratiwi, Muthiah. Pengaruh pemakaian alat kontrasepsi kombinasi progesteron estrogen

terhadap kejadian kanker leher rahim di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

9Polly et al. Oral Contraseptives and Risk of Breast Cancer . The New England Journal of

Medicine. N Engl J Med, Vol. 346, No. 26 June 27, 2002. www.nejm.org. Downloaded from

www.nejm.org on April 28, 2010

10James et al. mechanisms of disease Estrogen Carcinogenesis in Breast Cancer. The

New England Journal of Medicine. n engl j med 354;3. www.nejm.org January 19, 2006.

Downloaded from www.nejm.org on April 28, 2010.

11Andrew. Clinical Practice : Hormonal Contraception in Women of Older Reproductive Age.

The new england journal of medicine. n engl j med 358;12 www.nejm.1262 org. march 20,

2008. Downloaded from www.nejm.org on April 28, 2010.

24

Page 25: HUB C H & Ca MAMAE

12Obstetri Williams Ed. 22

25