Gerontik 1 Ntie Fix Editttttt

download Gerontik 1 Ntie Fix Editttttt

of 30

description

sdf

Transcript of Gerontik 1 Ntie Fix Editttttt

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangKelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang beresiko mengalami gangguan kesehatan. Hal ini dikarenakan pada lansia mengalami perubahan-perubahan fisiologis meliputi perubahan pada sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem cardiovascular, sistem pengaturan tubuh, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem integumen, dan sistem muskuloskeletal. Perubahan fisiologis pada sistem perkemihan dapat menyebabkan dan mempermudah lansia mengalami gangguan urinari seperti,disuriya, poliuria dan salah satunya adalahinkontinensia urine.

Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia. Inkontinenensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yangcukupsehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial. (Waston,1991) Variasi dari inkontinensia urine meliputi dari kadang-kadang keluar hanya berupa tetes urine saja, sampai benar- benar banyak, bahkan disertai inkontinensial alvi.Inkontinensia urinemerupakanmasalah kesehatan yang sering terjadi pada laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak, dewasa, maupun orang tua.Berbagaikomplikasidapat menyertai Inkontinensia Urine seperti infeksi saluran kencing, gangguan tidur, masalah sosial higiene yang pada akhirnya mengakibatkan isolasi sosial, stress, luka, lecet, dan tak kalah pentingnya biaya perawatan yang tinggi.Secara tidak langsung masalah tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, karena umumnya pasien mengurangi minum, karena kawatir terjadi Inkontinensia Urine, pada pasien yang kurang aktifitas hanya berbaring di tempat tidur dapat menyebabkan ulkus dekubitus dan dapat meningkatkan resiko infeksi lokal termasuk osteomyelitis dan sepsis. Dampak negatif dariInkontinensiaUrine adalah dijahui orang lain karena berbau pesing, minder, tidak percaya diri, timbul infeksi didaerah kemaluan, pemborosan uang untuk pemeliharaan kesehatan, tidak bisa beraktifitas dengan baik sehingga pendapatan menurun, tidak nyaman dalam hubungan seksual akhirnya dapat menurunkan kualitas hidupnya.(Potter & Perry, 2005)Berbagai cara untukmengurangimasalah Inkonotinensia urine adalah : megajarkan caraLatihan Bledder Trainingtujuannya adalah untuk memperpanjang jarak berkemih yang terkedali dengan tehnik relaksasi atau distraksi (mengalihkan pikiran dari keinginan berkemih) sehingga kelayan dapat menahan atau menghambat keinginan berkemih, megajarkanLatihan Kandung Kemihtujuannya adalah untuk menghidari terjadinya distensi berlebih. dan selain itu kita juga bisa mengajarkanLatihan Kegeltujuannya adalah untuk mengkontraksikan otot dasar panggul dengan cara seolah-olah sedang menahan keluarnya flatus atau feses.(Roger Waston,2003)Berdasarkan uraian diatas penulis akan membahas Perubahan Fisiologis Lansia Pada Sistem Perkemihan.

1.2 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisanmakalahiniadalah sebagai berikut:1.2.1TujuanUmum :Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan sistem perkemihan.1.2.2TujuanKhusus :Penulis mampu :a. Menjelaskan konsepdasar Inkontinensia Urine mulai dari pengertian,klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi.b. Melakukan pengkajian pada klien lansia dengan gangguan sistem perkemihan.c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien lansia dengan gangguan sistem perkemihan.d. Menyusun rencana keperawatan pada klien lansia dengan gangguan sistem perkemihan.e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan sistem perkemihan.f. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan.

1.3 Sistematika PenulisanBAB 1 berisiPendahuluanmeliputilatarbelakang,tujuan penulisan serta sistematika penulisan .BAB 2 berisi Tinjauan Teori yang menguraikan tentang konsep dasar penyakit yang terdiridari pengertian, inkontinensia, anatomi fisiologi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi/pathways, tanda dan gejala penatalaksanaan, komplikasi serta konsep asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, penatalaksanaan, evaluasiBAB 3 adalah kesimpulan dan saran.

BAB 2TINJAUAN TEORI2.1Konsep Dasar ProsesMenua2.1.1PengertianProsesmenuaadalahKonsekwensi yang tidak dapat di hindari (rojer waston, 2003). Suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita(H.Handi Martono, 2004).Dan proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahjudi, 2003).

2.1.2Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia.a.Sel1. Lebih sedikit jumlahnya2. Lebih besar ukurannya3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan instraselluler4. Menurunnya proporsi di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.5. Jumlahsel otak menurun.b.Sistem kardiovaskulerElastisitas dinding aorta menurun ;a) Katup jantung menebal dan menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal inimenyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.b) Kehilangan elastisitas pembuluh darah kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi tidur, duduk menyebabkan tekanan darah menurun yaitu menjadi 65 mmhg, dapat mengakibatkan pusing mendadak.c) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer : sistolis normal+170 mmhg dan diastolnya normal+90 mmhg.c.Sistem pernapasan1) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan untuk menjadi kaku2) Menurunya aktifitas dari silia.3) Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kedalaman pernafasan menurun.4) Alveoli ukuran melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.5) O2 pada arteri menuru menjadi 75 mmhg.6) Co2 pada arteri tidak berganti.7) Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurunseiring dengan bertambahnya usia.d.Sistem persyarafan1) Berat otak menurun10-20% (setiap orang berkurang sel syarafotaknya dalam setiap harinya).2) Cepatnyamenurun hubungan persyarafan.3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya denganstress.4) Mengecilnya syaraf panca indera, berkurangnya penglihatan, hilangnya pedengaran mengecilnya syaraf penciuman dan perasa.5) Kurang sensitiveterhadap sentuhane.Sistem gastrointestinal1) kehilangan gigi : penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun2) Indera pengecap menurun : adanya iritasi kronis pada selaput lendir, atropi indera pengecap (+80%) sensitivitas dari indera pengecap dilidah bersamarasa asin, asam, pahit.3) Esofagus melebar.4) Lambung : rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.5) Peristaltik lemah, biasanya timbul konstipasi6) Fungsi absorbsi melemah7) Liver (hati) : makin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darahf.Sistem Genitourinaria1)GinjalMerupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine. Darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal disebut nefron (tepatnya di glomerulus).Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya berkurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urinmenurun, proteinuria (biasanya +1) BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg% nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.2)Vesika urinariaOtot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urine sedangkan pada wanita lansia, terjadi penurunan produksi estrogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar panggul dapat mengakibatkan terjadinya Inkontinensia urine.3)VaginaOrang-orangyangmakin menuasexual intercoursemasih juga membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi sexual seseorang berhenti sexual intercourse cendrung menurun secara bertahap tiap tahun, pembesaran prostat+75% dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.g.Sistem endokrin1) Produksi dari hampir semua hormone menurun2) fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah3) pituitari : pertumbuhan hormon ada tapi lebih rendah4) menurunya aktifitas tiroid, menurunnya daya pertukaran zat5) menurunya produksi hormon kelamin, misalnya :progesterone, esterogenh.Sistem penginderaan : Pendengaran, Penglihatan, Peraba, Pengecap dan Penghidu1)Sistem pendengarana) Presbiakuisis (gangguan pendengaran) hilangnya kemampuan/ daya pendengaran pada telinga dalam,50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.b) Membrantimpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.c) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin.2)Sistem penglihatana) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.b) Karenalebih berbentuk sfesis (bola).c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).d) Susah melihat dalam cahaya gelap.e) Hilangnya daya akomodasi.f) Menurunnya daya membedakan warna.3)PerabaIndera perabaan memberikan perasaan paling intim dan paling mudah untuk menerjemahkan. Bila indra yang lain hilang, rabaan dapat mengurangi perasaan sejahtera.4)Pengecap dan penghiduEmpatrasa yaitumanis, asem asin, dan pahit.Diantaranya rasa manis yang paling tumpul.i.Sistem integumen1) Kulit mengkerut/keriput akibat hilangnya jaringan lemak.2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses kreatinisasi serta perubahan bentuk-bentuk sel epidermis).3) Menurunnya respon terhadap trauma.4) Mekanisme proteksi kulit menurun :a. Produksi serum menurun.b. Penurunan serum menurun.c. Gangguan pigmen kulit.5)Rambutdalam hidung dan telinga menebal.6)Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.7)Pertumbuhan kuku lebih lambat.8)Kuku jari menjadi keras dan rapuh.9)Kuku kaki tumbuh secara berlebihan seperti tanduk.10)Kelenjar keringat berkurangnya jumlah dan fungsinya.11)Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.j.Sistemmuskuluskeletal1) Penurunan progresif dan grandual masa tulang mulai terjadi sebelum 40 tahun.2) Tulangkehilangandensiti (cairan) dan makin rapuh dan osteoporosis.3) Kifosis4) Pinggang lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.5) Persendian membesar dan menjadi kaku.6) Tendon mengkerut dan mengalami sklorosis.7) Serabut-serabutotot mengecil sehingga orang bergerak menjadi lamban otot-otot kram dan menjadi tremor.(Nugroho wahyudi, 2003)

2.2Konsep Dasar Inkontinensia Urine2.2.1PengertianInkontinensia urine (beser) adalah kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu dikontrol oleh sfingter ekternal. (Mubarak wahit iqbal & chayatin Nurul, 2007)Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan otot sfingter ekternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekresi urine. (Wartonah Tarwoto, 2003)Inkontinensia urine adalah keluarnya urin secara tidak terkendali atau tidak pada tempatnya. (Soeparman &Waspadji Sarwono, 2001)Inkontinensia urine adalah eliminasi urine dari kandung kemih tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan (Brunner & Sudarth, 2002)

2.2.2Anatomi dan Fisiologi SistemPerkemihanSistem perkemihan terdiri dari :a. dua ginjal (renal) yang menghasilkan urine,b. dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),c. satu vesikaurinaria(VU), tempat urin dikumpulkan, dand. satu urethra, urindikeluarkandari vesika urinaria Gambar 2.1 Anatomi Sistem Perkemihan

1)Ginjal (Renal)Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena adanya hepar pada sisi kanan. Sebuahgrandula adrenalisterletak pada bagian atas setiap ginjal. Setiap ginjal memiliki ujung atas dan bawah membulat (ujung superior dan inferior), margo lateral membulat konvers, dan pada margo medialis terdapat cekungan yang disebut hilum.Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.Pelvis renalisberbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua sampai tigakalik mayoryang masing-masing akan bercabang menjadi beberapa (8-18)kalik minor.Struktur nefron : ginjal mengandung 1-4 juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine.Tahap pembentukan urin :a)Proses Filtrasi di glomerulusTerjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.

b)Proses ReabsorbsiPada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligatorreabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.c)Proses sekresi.Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan kepapilla renalisselanjutnyaditeruskan ke luar.Ginjal merupakanorganterpenting dari tubuh manusia maka dari itu ginjal mempunyai beberapa fungsi antara lain :a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,b) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dand) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.SetiapNefronterdiri dariTubulus renalis, Glomerulusdan pembuluh darah yang menyertainya.Tubulus renalisadalah tabung panjang yang bengkok, dilapisi oleh sel kuboid.Suplai darah : Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri aorta.Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk keGlomerulusadalah pusaran kapiler yang tertutup dalam kapsula bowmen. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebutarteriolae eferengromerulusyang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.2)UreterTerdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.Lapisan dinding ureter terdiri dari:a)Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)b)Lapisantengah lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam lapisan mukosac)Lapisan dindinguretermenimbulkan gerakan-gerakanperistaltikyang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.3)Vesika Urinaria (Kandung Kemih)Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin.Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakangsimfisis pubisdi dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.Dinding kandung kemih terdiri dari :a)Lapisan sebelah luar (peritoneum)b)Tunika muskularis (lapisan berotot).c)Tunika submukosa dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)4)UrethraMerupakan saluransempityang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:a)Urethra pars Prostaticab)Urethra pars membranosa (terdapat spinchter urethra externa)c)Urethra pars spongiosa.d)Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:(a)Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.mengandungjaringanelastisdan otot polos.(b)Sphincterurethramenjaga agar urethra tetap tertutup.(c)Lapisansubmukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.(d)Lapisanmukosa.

2.2.3KlasifikasiKlasifikasiInkontinensia Urine menurut (H. Alimun Azis, 2006)a. Inkontinensia Doronganb. Inkontinensia Dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengluaran urin tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.c. Inkontinensia Totald. Inkontinensia Total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.e. Inkontinensia Stresf. Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan urin kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.g. Inkontinensia refleksh. Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluran urin yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bilala volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.i. Inkontinensia fungsionalj. Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin tanpa disadari dan tidk dapat diperkirakan.

2.2.4EtiologiEtiologiInkontinensia Urine menurut(Soeparman & WaspadjiSarwono, 2001)a. Poliuria, nokturiab. Gagal jantungc. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun.d. Lebihbanyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan olehpenurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan dapat mgengakibatkan penurunan otot-otot dasar panggul.e. Perokok, Minum alkohol.f. Obesitasg. Infeksi saluran kemih (ISK)

2.2.5Tanda dan Gejalaa.Tanda-tandaInkontinensia Urine menurut (H.Alimun Azis, 2006)1)Inkontinensia Dorongana)Sering miksib)Spasme kandung kemih2)Inkontinensia totala)Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan.b)Tidak ada distensi kandung kemih.c)Nokturiadan Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil.3)Inkontinensia stresa)Adanya urin menetes dan peningkatan tekanan abdomen.b)Adanya dorongan berkemih.c)Sering miksi.d)Otot pelvis dan struktur penunjang lemah.4)Inkontinensia refleksa) Tidak dorongan untuk berkemih.b) Merasa bahwa kandung kemih penuh.c) Kontraksi atau spesme kandung kemih tidak dihambat pada interval.5)Inkontinensia fungsional1) Adanya dorongan berkemih.2) Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin.b.GejalaInkontinensiaUrine menurut (Potter & Perry, 2005)a) Inkontinensia dorongangejalanya adalahberkemih sering disertai oleh tingginya frekuensi berkemih (lebih sering dari 2 jam sekali). Spasme kandung kemih atau kontraktur berkemih dalam jumlah kecil (kurang dari 100 ml) atau dalam jumlah besar (lebih dari 500 ml).b) Inkontinensia totalgejalanya adalahurine tetap mengalir pada waktu-waktu yang tidak dapat diperkirakan nokturia, tidak menyadari bahwa kandung kemihnya berisi.c) Inkontinensia stress gejalanya adalah keluarnya urine pada saat tekanan intra abdomen meningkat dan seringnya berkemih.d) Inkontinensia refleks gejalanya adalah Tidak menyadari bahwa kandung kemihnya sudah terisi, kurangnya untuk berkemih, kontraksi spasme kandung kemih yang tidak dicegah.e) Inkontinensia fungsional gejalanya adalah mendesaknya keinginan untuk berkemihmenyebabkan urin keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai.2.2.7PatofisiologiInkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:a.Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem PerkemihanVesika Urinaria (Kandung Kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml.Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter internal dan sfingter ekternal relaksasi,yang membuka uretra. pada orang dewasa muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses ini.Padalansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml mengindikasikan adanya retensi urine.Perubahan yang lainnya pada peroses penuaan adalah terjadinya kontrasi kandungkemih tanpa disadari.Wanita lansia,terjadi penurunan produksi estrogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan padaotot-otot dasar (Stanley M & Beare G Patricia, 2006).b.Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksikandung kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin.

2.2.8Pemeriksaan penunjangPemeriksaan PenunjangInkontinensia Urine menurut (Soeparman & Waspadji S, 2001). Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat mahal.Sisa-sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis. Pengukuran yang spesifik dapat dilakukan dengan ultrasound atau kateterisasi urin. Merembesnya urin pada saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan. Evaluasi tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan keinginan untuk berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi litotomi atau berdiri. Merembesnya urin seringkali dapat dilihat. Informasi yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih tak terkendali, dan kapasitas kandung kemih.a.Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria.Tes laboratorium tambahan seperti kultur urin, blood urea nitrogen, creatinin, kalsium glukosasitologi.b.Catatan berkemihCatatan Berkemih dilakukan untuk mengetahui pola berkemih. Catatan ini digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami inkontinensia urine dan tidak inkontinensia urine, dan gejala berkaitan denga inkontinensia urine. Pencatatanpola berkemih tersebut dilakukan selam 1-3 hari. Catatan tersebut dapat digunakan untuk memantau respons terapi dan juga dapat dipakai sebagai intervensi terapiutik karena dapat menyadarkan pasien faktor pemicu.

2.2.9PenatalaksanaanPenatalaksanaaninkontinensia urin menurut Muller adalah mengurangi faktor resiko, mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan.Dari beberapa hal tersebut di atas, dapat dilakukan sebagai berikut :a.Pemanfaatan kartu catatan berkemihyang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah urin yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar karena tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum.b.Terapi non farmakologiDilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain.Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah : Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya.Lansia dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam, selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3 jam.Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan lansia. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif (berpikir). Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang.Adapun cara-cara mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah dengan cara:Berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian pinggul digoyangkan ke kanan dan ke kiri 10 kali, ke depan ke belakang 10 kali. Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan 10 kali. Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra dapat tertutup dengan baik.c.Terapi farmakologiObat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik sepertiOxybutinin,Propantteine,Dicylomine, flavoxate, Imipramine. Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra. Padasfingter relaxdiberikankolinergik agonisseperti Bethanecholataualfakolinergikantagonis sepertiprazosinuntuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat.d.Terapi pembedahanTerapi ini dapatdipertimbangkanpada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipeoverflowumumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita).e.Modalitas lainSambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter, danalat bantu toilet seperti urinal, pispot dan bedpan.

2.3Asuhan Keperawatan Inkontinensia UrinePerawatanadalahpelayananesensialyangdiberikanolehperawat terhadap individu, keluargadanmasyarakatyangmempunyaimasalah kesehatan (Nasrul Efendi, 1995).Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan padapraktik keperawatanyangdiberikansecaralangsungkepadaklien di berbagai tatananpelayanankesehatanberdasarkankaidah-kaidahkeperawatan sebagaiprofesiyangberdasarkanpadakebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapiklien(Ali Zaidin, 2001).Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respon manusia terhadap masalahmasalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah- masalahkesehatandapatberhubungandenganklien,keluarga,orang terdekat, dan masyarakat (Carol Vestal Allen, 1998).Langkahlangkahdalampenerapanasuhankeperawatanmeliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

2.3.1PengkajianPengkajianadalahtahapawaldariproseskeperawatandan merupakansuatuproses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Lyer et al, 1996).Pada tahap pertama (pengkajian) ini kegiatan yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data.a.Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi sistematik tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. (Carol Vestal Allen, 1998)Adapun data-data yang akan dikumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan kelayan dengan diagnosa medis Inkontinensia Urine.1)Identitas KlienMeliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis.2)Keluhan UtamaPada kelayan Inkontinensia Urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia, urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan staguri.3)Riwakat Penyakit SekarangMemuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.4)Riwakat Penyakit DahuluAdanya penyakit yang berhubungan dengan ISK (Infeksi Saluran Kemih) yang berulang. penyakit kronis yang pernah diderita.5)Riwayat Penyakit keluargaApakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit Inkontinensia Urine, adakah anggota keluarga yang menderita DM, Hipertensi.6)Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik yang digunakan adalah : B1-B6a)B1(breathing)Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.b)B2(blood)Terjadipeningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisahc)B3(brain)Kesadaran biasanya sadar penuhd)B4(bladder)Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya darahapabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat berkemih menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah klien terpasang katetersebelumnya.Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing.

e)B5(bowel)Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi pada ginjal.f)B6(bone)Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian.b.Pengelompokan DataPengelompokan data adalah data yang telah dikelompokan, selanjutnya dikelompokan menurut data subyektif adalah menunjukan persepsi dan sensasi kelayan tentang masalah kesehatan dan data obyektif adalah informasi dimana perawat dapat melihat, merasakan, mendengar atau menghidu. (Carol Vestal Allen, 1998) .

2.3.2Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskanresponmanusia(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu ataukelompokdimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito, 2000 ) .Diagnosa keperawatan ada dua yaitu :a. Aktual yaitu masalah yang ditemukan pada saat pengkajianb. Potensial yaitu kemungkinan masalah akan timbul bila tindakan keperawatan tidak dilakukan.Komponen diagnosa keperawatan yaitu :a. Sign/ symptom (tanda/ gejala) adalah ciri, tanda, gejala yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatanb. Etiologi (penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebeb keadaan/ masalah kesehatan yang memberikan keterangan terhadap terapi keperawatan.c. Problem (masalah) adalah gambaran keadaan pasien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan(Carol Vestal Allen, 1998).

DiagnosaKeperawatanpada Inkontinensia Urine menurut (Roger Waston, 2003) sebagai berikut :a. Inkontinensia Stresberhubungan dengan kurang pengetahuan tentang latihan dasar pelvis.b. Inkontinensia refleks berhubungan dengan lesi medula spinalis diatas arkus refleks.c. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan penurunan tonus kandung kemihd. Inkontinensia urgensi berhubungan dengan penurunan fungsi persarafan kandung kemihe. Inkontinenia overflow berhubungan dengan obtruksi pada kandung kemh

2.3.3Perencanaan KeperawatanRencana tindakan keperawatanadalah suatu prroses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang di butuhkan untuk mencegah,atau mengurangi masalah-masalah kelayan (Hidayat A. aziz, 2004)Langkah-langkah dalam rencana tindakana.Menentukan prioritas masalahMenentukan prioritas diagnosis pada tahap perencanaan setelah tahap diagnosis keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan maka dapat diketahuui diagnosis mana yang dapt di lakukan atau yang dapat di atasi pertama kali atau yang segera di lakukan.dalam menentukan prioritas terdapat pendapat urutan prioritas, diantaranya :1)Berdasarkan tingkat kegawatan (memngancam jiwa)Menentukan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang di latar belakangi dari prinsip perrtolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas diantaranya tertinggi,sedang dan rendah.2)Berdasarkan kebutuhan Maslow.Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkaan kebutuhandiantaranya kebutuhan fisiologis,keselamatan dan keamanan ,mencintai dan memiliki,harga diri dan aktualisasi diri .b.Menentukan tujuanTujuan merupakan hasil yang ingin dicapaiuntuk mengatasi diagnosis keperwatan dengan kata lain tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil.c.Menentukan kriteria hasilKriteria hasil (hasil yang di harapkan) merupakan standar evaluasiyang merupakan ganmbarantentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujua telah tercapai dan digunakan untuk membuat pertimbangan dengan cirri-ciri sebagai berikut : setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah di tetapkan ,hasil yang telah di tetapkan dalam kriteria hasil memungkinkan untuk di capai,setiap kriteria hasil adalah pernyataan sesuatu yang spesifik, harus yang sekonkrit mungkinuntuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat di ukur ,hasilya dapat dilihat,dan kriteria menggunakan kata-kata yang positif bukan menggunakan kata yang negatif.Pedoman penulisan kriteria hasil dapat menggunakan SMART :S : Specific(tujuan harus specific dan tidak menimbulkan artiganda)M :Measurable(tujuankeperawanharusdapatdiukur, khususnya pada prilaku kelayan, dapatdilihat, didengar diraba dan dirasakan dan dibau)A : Achieble(tujuan harus dapat di capai)R :Reasonable(dapat dipertanggugjawabkan secara ilmiah)T : Times(tujuan keperawatan harus ada batasan waktu yangditentukan )d.Penentuan rencana tindakanLangkah dalam penentuan tahap perencanaan ini di laksanakan setelah menentukan tujuan kriteria hasil yang diharapkan dengan menentukan tindakan apa yang akan di laksanakan dalam mengatasi masalah klien.

Tabel2.1Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan dengan Masalah Utama Inkontinensia UrineNoDiagnosa keperawatanRencana tindakan

TujuanIntervensiRasional

(1)(2)(3)(4)(5)

1.1.Inkontinensia Stresberhubungan dengan kurang pengetahuan tentang latihan dasar pelvisDiharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat pegetahui tentang latihan dasar pelvis dengan kriteria :1.melaporkan pengurangan inkontinensia2.mampu mengukapkan penyebab inkontinensia dan alasan untuk perawatan1.pantau dan catat masukan dan haluaran karakteristik urine kaji kehilangan tonus otot karena :a.Melahirkanb.Kegemukanc.Proses penuaan2.Minta perwat atau bidan untuk latihan lebih efektif3.ajarkan untuk mengidentifikasiotot otot dasar pelvis dan kekuatan saat melakukan latihan kegel

1.Deteksi masalah Untuk dapat mengetahui apa penyebab inkontinensia

2.Melatih kekuatan kandung kemih

3.Latihan kegel adalah untuk menguatkan dan mempertahankan tonus otot pubokogsigeal yang menyangga organ-organ pelvis

2.

(1)2.Inkontinensia refleks berhubungan dengan lesi medula spinalis diatas arkus refleks

(2)Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mencapai penerapan seperti ditunjukan oleh hal- hal berikut :1.mengekspresi kan keinginan untuk mencoba tehnik manual berkemih2.proses berkemih bisa terkontrol

(3)1.Latih kelayan mengoongkan kandung kemih

2.Lakukan perawatan kulit dan pakaian pada kelayan

3.awasi bila ada tanda gejala infeksi saluran kemih

(4)1.Melatih kelayan untuk miksi

2.Memberikan rasa nyaman pada kelayan

3.Infeksi saluran kemih dapat memperburuk keadaan klien

(5)

3.

4.

5.

Inkontinensia fungsional berhubungan dengan penurunan tonus kandung kemih

nkontinensia urgensi berhubungan dengan penurunan fungsi persarafan kandung kemih

Inkontinenia overflow berhubungan dengan obtruksi pada kandung kemih

Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatanklien dapat pegetahuan tentang faktor penyebab penurunan tonus kandung kemih dengan kriteria :1.meminimalkan atau mengurangi episode inkontinensia2.mengambarkan faktor penyebabinkontinensia

Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatanklien dapat pegetahui cara mengoftimalkan kandung kemihdengan kriteria :3.kelayan mampu mengungkapkan miksi kalau mau berkemih4.mengetahi faktor penyebab inkontinensia urgensi

Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatanklien dapat pegetahui penyebab obstruksi kandung kemih,dengan kriteria :1.kelayan mau berkerja sama dalam proses pengobatan

2.inkontinensia bisa di atasi1.Berikan keempatan pada keleyan untuk miksi.

2.Modifikasi linkungan tempat berkemih.

3.Kolaborasi pemberian obat dengan dokter

1.Kolaborai pemberian obat dengan dokter

2.Ajarkan kelayan bladder training

3.Minta kelayan untuk menunda waktu ke toilet

1.Kaji obstruksi pada kandung kemih

2.Lakukan pembedahan jika terjadi pembesaran prostad

3.Lakukan kateterisasi,bila perlu secara intermiten,dan kalau tidak mungkin secara menetap1.Memberikan kenyamanan pada kelayan.

2.Menjaga privasi dan kenyamanan kelayan.

3.Untuk merelaksasi kandung kemih.

1.Untuk merelakasi kandung kemih

2.Melatih kelayan mengembalikan kontrol miki

3.Agar dapat menehan miksi dalam waktu yang lebih lama

1.Mengetahui penyebab obstruksi

2.Melancarkan proses berkemih

3.Memberikan rasa nyaman pada klien

(Roger Watson, 2003)2.3.4PelaksanaanKeperawatanTahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dan merupakan tahapan dimana perawat merealisasikan rencana keperawatan ke dalam tindakan keperawatan nyata, langsung pada klien.Tindakan keperawatan itu sendiri merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah diktentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal (Nasrul Efendy, 1999).2.3.5EvaluasiKeperawatanEvaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkanperawat memonitorkealpaanyangterjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan(Ignatavicus dan Bayne, 1994).Tolak ukur yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan pada tahap evaluasi adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap perencanaan selanjutnya berpatokan pada kriteria tersebut dinilai apakah masalah telah teratasi, teratasi sebagian, atau belum sama sekali atau justru timbul masalah baru.Selanjutnya perkembangan respon klien dituangkan dalam catatan perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan uraian SOAP:S ( subyektif)Keluhan- keluhan klienO ( obyektif )Apa yang dapat di lihat, di cium, di raba, dan di ukur perawat.A ( analisa )Kesimpulan perawat tentang kondisi klien.P (plan)

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental / emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.

TUGAS KELOMPOK PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA LANSIA SISTEM PERKEMIHANMakalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah Keperawatan GerontikDisusun oleh :1. Ai Novi Nurmalasari2. Alvin Alamanda3. Herlin Marliana4. Jendi Ari Faryono5. Novia Kusmiati6. Sumarti Mustika Dewi

TINGKAT 3 B

STIKes KARSA HUSADA GARUTPRODI D3 KEPERAWATAN2013