Bab 1 Lp Gerontik Baru

37
BAB I LATAR BELAKANG A. Pengertian Lansia Usia (Lansia) Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yag dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana diketahui ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai reproduksi dan melahirkan anak. ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki fase yang selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusai normal, siapapun orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaiklan diri dengan kondisi lingkungannya. Menua (menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dalam mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat berthan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia Masyarakat saat ini memandang para lanjut usia sebagai orang-orang yang kurang produktif, kurang menarik, kurang energik, mudah lupa, barangkali kurang bernilai dibandingkan dengan mereka yang masih dalam keadaan prima. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam kesehatan jiwa lansia. Faktor- faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak pada orang-orang disekitarnya, sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka

Transcript of Bab 1 Lp Gerontik Baru

Page 1: Bab 1 Lp Gerontik Baru

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Pengertian Lansia Usia (Lansia)

Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yag dimulai

dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana diketahui ketika

manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai reproduksi dan melahirkan anak.

ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan

memasuki fase yang selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusai

normal, siapapun orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase

hidupnya dan mencoba menyesuaiklan diri dengan kondisi lingkungannya. Menua

(menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dalam mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat berthan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita.

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia

Masyarakat saat ini memandang para lanjut usia sebagai orang-orang yang kurang

produktif, kurang menarik, kurang energik, mudah lupa, barangkali kurang bernilai

dibandingkan dengan mereka yang masih dalam keadaan prima. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi dalam kesehatan jiwa lansia. Faktor- faktor tersebut hendaklah

disikapi secara bijak pada orang-orang disekitarnya, sehingga para lansia dapat

menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi

lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan mereka adalah sebagai berikut:

a Penurunan kondisi fisik

Setelah orang memasuki lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi

fisik yang bersifat patologis yang berganda (multiple pathologis), misalnya :

tenaga berkuranng, energi menurun, kulit semakin keriput, gigi semakin

rontok, tulang rapuh, penglihatan semakin rabun dan pendengaran menurun.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia

mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat

menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis maupun sosial,

yang selanjutnya dapat mengakibatkan suatu keadaan ketergantungan kepada

orang lain. Fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan.

Fisik dengan kodisi psikologis maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus

Page 2: Bab 1 Lp Gerontik Baru

ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memfosir diri fisiknya.

Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik. Misalnya

makan, tidur, istirahat, dan bekerja secara seimbang. Penurunan aspek secara

psikososial.

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia ia mengalami penurunan fungsi

kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi ,

pemahaman,pengertian, perhahatian dan lain-lain sehingga menyebabkan

reaksi dan perilaku menjadi lambat. Sementara fumgsi psikomotorik meliputi

hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,

tindakan koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

b Penurunan Aspek Psikologis.

Aspek dari psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak.

Pengertian yang salah tentang lansia adalah mereka mempunyai kemampuan

memori dan kecerdasan mental yang kurang. Faktor yang mempengaruhi

penuaan dari aspek psikologis sebagai berikut:

1) Kepribadian., intelegen dan sikap

Intelegensi dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan

pada lansia. Lansia seringkali mempertahan sikap yang kuat, sehingga

sikapnya stabil dan sedikit sulit untuk diubah.

2) Teori aktivitas dan pelepasan

Teori pelepasan pada lansia secara berangsur-angsur mengurangi aktivitas

dan bersama menarik dari masyarakat sedangkan dari teori aktivitas

merupakan sebagai orang yang telah berumur, mereka meninggalkan

bentuk aktivitas yang pasti, dan mengkonpensasi dengan melakukan

banyak aktivitas yang baru.

C. Perubahan Fisik Dan Psikososial Normal Pada Lansia

Perubahan fisik yang terjadi meliputi:

1 Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya.

b) Lebih besar ukurannya.

c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal darah dan hati.

e) Jumlah sel otak menurun

Page 3: Bab 1 Lp Gerontik Baru

f) Terganggungnya mekanisme perbaikan sel

g) Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10 %

2 Sistem persyarafan

a) Berat otak meurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya

dalam setiap harinya.

b) Cepatnya menurun hubungan persyarafan

c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan

stres.

d) Mengecilnya syaraf panca indera, berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif

terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

e) Kurang sensitif terhadap sentuhan

3 Sistem pendengaran

a) Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan

pendengaran pada telinga dalam, terutan terhadap bunyi suara atau

nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,

50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b) Otosklerosis akibat atrofi membran tympani.

c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena

meningkatnya keratin.

d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa/stres.

4 Sistem penglihatan

a) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangnya.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5 Sistem kardiovaskuler

a) Elastisitas dinding aorta menurun.

b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

Page 4: Bab 1 Lp Gerontik Baru

c) Kemampuan jantung memompa darahh menurun, hal ini menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya.

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kuranngnya efektivitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi. Perubahan posisi dari tidur

ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah

menurun, mengakibatkan pusing mendadak.

e) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer.

6 Sistem pengaturan temperatur tubuh

a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia). Secara fisiologis akibat

metabolisme yang menurun.

b) Ketebatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

akibatnya ektivitas otot menurun.

7 Sistem Respirasi

a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi

kaku.

b) Menurunnya aktivitas dari silia.

c) Paru-paru kehilangan elasttisitas, mmenarik nafas lebih berat, kapasitas

pernafasn maksimum menurun dan kedalam bernafas menurun.

d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

e) Kemampuan untuk batuk berkurang.

f) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan

pertambahan usia.

8 Sistem Gastrointestinal

a) Kehilangan gigi akibat periodental disease, kesehatan gigi yang buruk

dan gizi yang buruk.

b) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di

lidah terhadap rasa manis, asam, pedas, asam, pahit.

c) Esopagus melebar.

d) Rasa lapar menurun dan asam lambung menurun.

e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f) Daya absorsi melemah.

9 Sistem Resproduksi

a) Menciutnya ovari dan uterus.

Page 5: Bab 1 Lp Gerontik Baru

b) Atrofi payudara.

c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun

adanya penurunan secara berangsur-angsur.

d) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal

kondisi kesehatan baik.

e) Selaput lendir vagina menurun.

10 Sistem Perkemihan

a) Ginjal.

b) Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui

urin darah yang masuk keginjal disaring glomerulus (nefron). Nefron

menjadi atrofi dan aliran darah ginjal menurun sampai 50%.

c) Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil

meningkat dan terrkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

11 Sistem Endokrin

a) Produksi semua hormon menurun.

b) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic

Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.

c) Menurunnya daya pertukaran zat.

d) Menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya, prosteron, estrogen,

dan testosteron.

12 Sistem Kulit (sistem integumen)

a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b) Permukaan kulit kasar dan berbisik karen kehilangan proses

keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.

c) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

d) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

e) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

vaskularisasi. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

f) Kuku jari manjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

g) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

13 Sistem Muskuloskeletal

a) Tulang kehilangan density (cairan) dan main rapuh.

b) Kifosis.

c) Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.

Page 6: Bab 1 Lp Gerontik Baru

d) Persendian membesar dan menjadi kaku.

e) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

f) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil). Otot-otot serabut

mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram

dan menjadi tremor.

g) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

Perubahan Psikososial pada Lansia

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses

belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara

fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat

bahwa lansia menjadi kurang cetakan.

1. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan

identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang

pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,

antara lain:

a) Kehilangan finansial (income berkurang).

b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang

cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).

c) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan

2. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).

3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit.

4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

5. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya

biaya pengobatan.

6. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

7. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

8. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

9. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-

teman dan family.

Page 7: Bab 1 Lp Gerontik Baru

10. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga

mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan

kepribadian lansia. Beberapa penurunan tersebut dapat dibedakan 5 tipe

kepribadian lansia sebagai berikut:

1 Tipe kepribadian konstruktif (Construction Personality),

biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan

mantap sampai sangat tua.

2 Tipe Kepribadian Mandiri (Independent Personality), pada tipe

ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome,

apalagi jika pada masa lansia tidak di isi dengan kegiatan yang

dapat memberikan otonomi pada dirinya.

3 Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent Personality), pada

tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga,

apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa

lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal

maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana,

apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4 Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility Personality), pada

tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-marit.

5 Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada

lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya

sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah

dirinya.

Page 8: Bab 1 Lp Gerontik Baru

GASTRITIS

A. DEFINISI GASTRITIS

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti

inflamasi/peradangan. Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127), gastritis adalah

proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang

bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan

lain.Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel. Sedangkan,

menurut Lindseth dalam Prince (2005: 422), gastritis adalah suatu keadaan

peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus,

atau lokal.

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan

oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan

makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti

alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2000 : 187).

Dari defenisi-defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu

peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor

iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat makan, makan

terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas. Hal

tersebut dapat menyebabkan terjadinya gastritis.

Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis dapat

hanya superficial atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, dan

pada kasus-kasus yang berlangsung lama menyebabkan atropi mukosa lambung yang

hampir lengkap. Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat,

dengan ekskoriasi ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptik lambung

sendiri (Guyton, 2001).

Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan

pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi anatomi, dan

kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat

dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa walaupun dilakukan pembagian

menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik

bukan merupakan kelanjutan gastritis akut (Suyono, 2001).

Page 9: Bab 1 Lp Gerontik Baru

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GASTRITIS

Pola Makan

Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis dapat disebabkan

oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan,

jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam

lambung meningkat.

1) Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik

kualitatif dan kuantitatif.  Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh

melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama

makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-

rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan

ini pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang

penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong,

atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan

mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri (Ester, 2001).

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap

waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan

biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai

sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam

lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam,

maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih

sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa

nyeri di seitar epigastrium (Baliwati, 2004).

Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk

beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung

akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada

lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat

menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke

kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar (Nadesul, 2005).

Produksi asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan

sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut

Page 10: Bab 1 Lp Gerontik Baru

secara refleks akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia,

melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam

lambung (Ganong 2001).

2) Jenis Makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,

dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu

sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada

orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan,

seperti halnya makanan pedas (Okviani, 2011).

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang

sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal

ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di uluhati yang disertai

dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin

berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan

pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan

dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang

disebut dengan gastritis (Okviani, 2011).

Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok.

Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti

buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang

banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini

tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu

yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat

meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan

asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama

sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan

menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar,

2009).

3) Porsi Makan

Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan

yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan

makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua

kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya

akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas

Page 11: Bab 1 Lp Gerontik Baru

(kegemukan). Selain itu, Makanan dalam porsi besar dapat

menyebabkan refluks isi lambung, yang pada

akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi

seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada

lambung (Baliwati, 2004).

Kopi

Menurut Warianto (2011), kopi adalah minuman yang terdiri

dari berbagai jenis bahan dan senyawa kimia; termasuk lemak,

karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut dengan

fenol, vitamin dan mineral.

Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam

lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam

dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur yang bisa

mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu

kafein dan asam chlorogenic.

Studi yang diterbitkan dalam Gastroenterology menemukan

bahwa berbagai faktor seperti keasaman, kafein atau

kandungan mineral lain dalam kopi bisa memicu tingginya

asam lambung. Sehingga tidak ada komponen tunggal yang

harus bertanggung jawab (Anonim, 2011).

Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan

saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh

darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran setiap minum

kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa segar,

bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau

mengantuk.Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf

pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan

sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon

gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek

sekresi getah lambung yang sangat asam dari bagian fundus

lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan

iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung(Okviani, 2011).

Jadi, gangguan pencernaan yang rentan dimiliki oleh orang

yang sering minum kopi adalah gastritis (peradangan pada

Page 12: Bab 1 Lp Gerontik Baru

lapisan lambung). Beberapa orang yang memilliki gangguan

pencernaan dan ketidaknyamanan di perut atau lambung

biasanya disaranakan untuk menghindari atau membatasi

minum kopi agar kondisinya tidak bertambah parah (Warianto,

2011).

Teh

Hasil penelitian Hiromi Shinya, MD., dalam buku “The

Miracle of Enzyme”menemukan bahwa orang-orang Jepang

yang meminum teh kaya antioksidan lebih dari dua gelas

secara teratur, sering menderita penyakit yang disebut gastritis.

Sebagai contoh Teh Hijau, yang mengandung banyak

antioksidan dapat membunuh bakteri dan memiliki efek

antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau

menetralisasi efek radikal bebas yang merusak. Namun, jika

beberapa antioksidan bersatu akan membentuk suatu zat yang

disebut tannin. Tannin inilah yang menyebabkan beberapa

buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat dan mudah

teroksidasi (Shinya, 2008).

Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki afinitas

tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa

(selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi

proses dimana membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan

menjadi kurang permeabel. Proses tersebut menyebabkan

peningkatan proteksi mukosa terhadap mikroorganisme dan zat

kimia iritan. Dosis tinggi tannin menyebabkan efek tersebut

berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi pada membran

mukosa usus (Shinya, 2008).

Selain itu apabila Tannin terkena air panas atau udara dapat

dengan mudah berubah menjadi asam tanat. Asam tanat ini

juga berfungsi membekukan protein mukosa lambung. Asam

tanat akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan

sehingga sel-sel mukosa lambung menjadi atrofi. Hal inilah

yang menyebabkan orang tersebut menderita berbagai masalah

Page 13: Bab 1 Lp Gerontik Baru

lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic, hingga mengarah

pada keganasan lambung (Shinya, 2008).

Rokok

Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah.

Dalam sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia

berbahaya yang berperan seperti racun. Dalam asap rokok yang

disulut, terdapat kandungan zat-zat kimia berbahaya seperti gas

karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia, benzene,

methanol, perylene, hidrogen sianida, akrolein, asetilen,

bensaldehid, arsen, benzopyrene, urethane, coumarine,

ortocresol, nitrosamin, nikotin, tar, dan lain-lain. Selain

nikotin, peningkatan paparan hidrokarbon, oksigen radikal, dan

substansi racun lainnya turut bertanggung jawab pada berbagai

dampak rokok terhadap kesehatan (Budiyanto, 2010).

rokok pada saluran gastrointdstinal antara lain melemahkan

katup esofagus dan pilorus, meningkatkan refluks, mengubah

kondisi alami dalam lambung, menghambat sekresi bikarbonat

pankreas, mempercepat pengosongan cairan lambung, dan

menurunkan pH duodenum. Sekresi asam lambung meningkat

sebagai respon atas sekresi gastrin atau asetilkolin. Selain itu,

rokok juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat

penghambat asam lambung) dan obat-obatan lainnya dalam

menurunkan asam lambung pada malam hari, dimana hal

tersebut memegang peranan penting dalam

proses timbulnya peradangan pada mukosa lambung. Rokok

dapat mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan

sekresi bikarbonat dan aliran darah di mukosa), memperburuk

peradangan, dan berkaitan erat dengan komplikasi tambahan

karena infeksi H. pylori. Merokok juga dapat menghambat

penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko kekambuhan

tukak peptik (Beyer, 2004).

Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang

mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung

(gastritis) sampai tukak lambung. Penyembuhan berbagai

Page 14: Bab 1 Lp Gerontik Baru

penyakit di saluran cerna juga lebih sulit selama orang tersebut

tidak berhenti merokok (Departemen Kesehatan RI, 2001).

AINS ( Anti Inflamasi Non Steroid)

Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan gastritis erosif

adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non

steroid (Suyono, 2001).

Asam asetil salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.

Asam asetil salisilat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid

(OAINS) turunan asam karboksilat derivat asam salisilat yang

dapat dipakai secara sistemik.

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara

kimia heterogen menghambat aktivitas siklooksigenase,

menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor

tromboksan dari asam arakhidonat.Siklooksigenase merupakan

enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari

asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu

faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain

menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat

antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara

topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam

dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak

sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi

nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan

mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif

terganggu. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali

maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil.

Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau

berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan ulkus peptikum.

Pemakaian setiap hari selama minimal 3 bulan dapat

menyebabkan gastritis(Rosniyanti, 2010).

Stress

Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh

terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan,

membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.

Page 15: Bab 1 Lp Gerontik Baru

Definisi lain menyebutkan bahwa stress merupakan

ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental,

fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat

dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Potter,

2005).

- Stress Psikis

Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan

stress,misalnya pada beban kerja berat, panik dan

tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat

dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini

dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan

terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres

umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka

kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif

dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi,

istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang

cukup (Friscaan, 2010).

- Stress Fisik

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka

bakar, refluks empedu atau infeksi berat dapat

menyebabkan gastritis dan jugaulkus serta pendarahan

pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti

kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan

peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya

dapat berkembang menjadi gastritis dan ulkus peptik.

Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan

yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar

akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi

permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta

merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam

lambung (Anonim, 2010).

Refluks dari empedu juga dapat menyebabkan

gastritis. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu

mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini

Page 16: Bab 1 Lp Gerontik Baru

diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan

melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus

kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang

berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah

empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika

katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu

akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan

peradangan dan gastritis.

Alkohol

Alkohol sangat berperangaruh terhadap makhluk hidup,

terutama dengan kemampuannya sebagai pelarut lipida.

Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam

membran sel memungkinkannya cepat masuk ke dalam sel-sel

dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu

alkohol dianggap toksik atau racun. Alkohol yang terdapat

dalam minuman seperti bir, anggur, dan minuman keras

lainnya terdapat dalam bentuk etil alkohol atau etanol

(Almatsier, 2002).

Organ tubuh yang berperan besar dalam metabolisme alkohol

adalah lambung dan hati, oleh karena itu efek dari kebiasaan

mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang tidak hanya

berupa kerusakan hati atau sirosis, tetapi juga kerusakan

lambung. Dalam jumlah sedikit, alkohol merangsang produksi

asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual,

sedangkan dalam jumlah banyak, alkohol dapat mengiritasi

mukosa lambung dan duodenum. Konsumsi alkohol berlebihan

dapat merusak mukosa lambung, memperburuk gejala tukak

peptik, dan mengganggu penyembuhan tukak peptik. Alkohol

mengakibatkan menurunnya kesanggupan mencerna dan

menyerap makanan karena ketidakcukupan enzim pankreas

dan perubahan morfologi serta fisiologi mukosa

gastrointestinal (Beyer 2004).

Helicobacter pylori

Page 17: Bab 1 Lp Gerontik Baru

Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang

berbentuk kurva dan batang. Helicobacter pylori adalah suatu

bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang

kronis (gastritis) pada manusia. Sebagian besar populasi di

dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup di

bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.

Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri

tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan

tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan

makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.

Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-

kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan

perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui

sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan

penyebab tersering terjadinya gastritis (Prince, 2005).

Usia

Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita

gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan

bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster

cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki

infeksi Helicobacter Pylory atau gangguan autoimun daripada

orang yang lebih muda. Sebaliknya,jika mengenai usia muda

biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak

sehat.

Kejadian gastritis kronik, terutama gastritis kronik antrum

meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Di negara Barat,

populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir 80%

menderita gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat usia

mencapai dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis,

faktor lain juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis

adalah refluks kronik cairanpenereatotilien, empedu

dan lisolesitin (Suyono, 2001).

C. PATOFISOLOGI

Page 18: Bab 1 Lp Gerontik Baru

Patofisiologi dasar dari gastritis adalah gangguan keseimbangan faktor agresif

(asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif (ketahanan mukosa). Penggunaan

aspirin atau obat anti inflamasi non steroid (AINS) lainnya, obat-obatan

kortikosteroid, penyalahgunaan alkohol, menelan substansi erosif, merokok, atau

kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat mengancam ketahanan mukosa lambung.

Gastritis dapat menimbulkan gejala berupa nyeri, sakit, atau ketidaknyamanan yang

terpusat pada perut bagian atas (Brunner, 2000).

Gaster memiliki lapisan epitel mukosa yang secara konstan terpapar oleh

berbagai faktor endogen yang dapat mempengaruhi integritas mukosanya, seperti

asam lambung, pepsinogen/pepsin dan garam empedu. Sedangkan faktor eksogennya

adalah obat-obatan, alkohol dan bakteri yang dapat merusak integritas epitel mukosa

lambung, misalnya Helicobacter pylori. Oleh karena itu, gaster memiliki dua faktor

yang sangat melindungi integritas mukosanya,yaitu faktor defensif dan faktor agresif.

Faktor defensif meliputi produksi mukus yang didalamnya terdapat prostaglandin

yang memiliki peran penting baik dalam mempertahankan maupun menjaga integritas

mukosa lambung, kemudian sel-sel epitel yang bekerja mentransport ion untuk

memelihara pH intraseluler dan produksi asam bikarbonat serta sistem mikrovaskuler

yang ada dilapisan subepitelial sebagai komponen utama yang menyediakan ion

HCO3- sebagai penetral asam lambung dan memberikan suplai mikronutrien dan

oksigenasi yang adekuat saat menghilangkan efek toksik metabolik yang merusak

mukosa lambung. Gastritis terjadi sebagai akibat dari mekanisme pelindung ini hilang

atau rusak, sehingga dinding lambung tidak memiliki pelindung terhadap asam

lambung (Prince, 2005).

Menurut Brunner dan Suddart (2000 : 187), perjalanan penyakit gastritis bisa dilihat

dari skema gambar di bawah ini :

F. Imunologi, F. Bakteriologik, Faktor lain (obat-obatan, pola makan, stress dll)

Infiltrasi sel-sel radang

Atropi progresif sel epitel kelenjar mukosa

 

Kehilangan sel parietal dan chief cell

 

Page 19: Bab 1 Lp Gerontik Baru

Produksi asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik menurun

 

Dinding lambung menipis

 

Kerusakan mukosa lambung

Nyeri ulu hati, Mual, Muntah, Anoreksia

Pada skema di atas, dijelaskan bahwa obat-obatan, alkohol, pola makan yang

tidak teratur, stress, dan lain-lain dapat merusak mukosa lambung, mengganggu

pertahanan mukosa lambung, dan memungkinkan difusi kembali asam pepsin

ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respons mukosa

lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi

mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan

sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat

terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif

mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung. Nekrosis dapat

mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan

peritonitis.

D. MANIFESTASI KLINIS

Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan

muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula

perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan

dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis

lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia

tertentu(Suyono, 2001).

Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi,

ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat

terjadi muntah, serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare

dapat terjadi jika makanan pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi jika sudah mencapai

usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira dalam sehari meskipun nafsu makan

kurang atau menurun selama 2 sampai 3 hari (Ester, 2001). Adapun keluhan lain,

seperti :

Page 20: Bab 1 Lp Gerontik Baru

Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih

baik atau lebih buruk ketika makan

Kehilangan selera makan

Kembung

Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan

Kehilangan berat badan

Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit

pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap

biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa

penuh atau kehilangan selera. Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada

lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga

terjadi borok/luka pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan

muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.

Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian kecil

saja yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati, anoreksia, nausea,

nyeri seperti ulkus peptik dan keluhan-keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering

tidak dapat dijumpai kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan

midepigastrium yang ringan saja. Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak

membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai anemia makrositik. Uji coba ciling tidak

normal. Analisis cairan lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi aklorhidria.

Kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis kronik fundus yang berat.

Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai pada sebagian penderita gastritis kronik

fundus.

E. KOMPLIKASI

Menurut Hirlan dalam Suyono (2001:129), komplikasi yang timbul pada

gastritis, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan

melena, berakhir dengan syok hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan

jarang terjadi perforasi.

Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptikum

dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan

resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada

dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung(Prince, 2005).

Page 21: Bab 1 Lp Gerontik Baru

Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinoma, yang bermula pada sel-

sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinoma tipe 1 biasanya terjadi akibat

infeksi Helicobacter pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi

akibatHelicobacter pylori adalah MALT (mucosa associated lyphoid

tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem

kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan

pada tahap awal (Anonim, 2010).

F. PENCEGAHAN

- Makan yang teratur

- Hindari alcohol

- Makan dalam porsi kecil dan sering

- Menghindari stress

- Mengunyah 32 kali

- Menghindari rokok

G. PENATALAKSNAAN

Medikamentosa

- Bila diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,

pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (misalnya aluminium

hidroksida); untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau

cuka encer. Bila korosi luas atau berat, anetik dan lafase dihindari karena

bahaya perforasi. Pemberian obat-obat H2 bloking, antasid atau obat-obat

ulkus lambung yang lain.

- Terapi yang lain mencakup intubas, analgesik dan sedatif, anatasida serta

cairan intravena. Endoskopi fiberoptik dapat digunakan apabila

diperlukan.

Gizi

Menghindari makanan dan minuman yang dapat memperparah kerusakan pada

mukosa lambung, seperti :

- Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan terlalu banyak

serat, antara lain sayuran tertentu (sawi, kol), buah-buahan tertentu

(nangka, pisang ambon)

Page 22: Bab 1 Lp Gerontik Baru

- Makanan yang sulit dicerna yang dapat memperlambat pengosongan

lambung. Karena hal ini dapat meningkatkan asam lambung, seperti

makanan berlemak, kue tart, coklat dan keju.

- Menghindari minuman yang mengandung kafein karena kafein adalah

stimulan sistem saraf pusat yang meningkatkan aktivitaas lambung dan

sekrisi pepsin. Penggunaan alkohol juga dihindari demikian pula dengan

rokok, karena nikotin akan mengurangi sekresi bikarbonat pankreas dan

karenanya menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum. Selain

itu nikotin juga meningkatkan stimulasi parasimpatis, yang menigkatkan

aktivitas otot dalam usus dan dapat menyebabkan mual dan muntah.

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 23: Bab 1 Lp Gerontik Baru

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN

GASTRITIS

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI DHARMA BEKASI

Pebri Hanto

09.156.01.11.045

STIKES MEDISTRA INDONESIA

JLN. CUT MEUTIA RAYA N0. 88 A, KEL. SEPANJANG JAYA

BEKASI TIMUR

2012