BAB 1,, Tgs Gerontik

72
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4, yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Huda, 2011). Page | 1

Transcript of BAB 1,, Tgs Gerontik

Page 1: BAB 1,, Tgs Gerontik

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang

mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka

kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi

sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah

penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat

dan pesat.

Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang

menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah

disebut lanjut usia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut

usia menjadi 4, yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia

(elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very

old) diatas 90 tahun (Huda, 2011).

Menurut perkiraan dari United State Bureau of Census 1993, populasi usia

lanjut di Indonesia diproyeksikan antara tahun 1990-2023 akan naik 414%, suatu

angka tertinggi di seluruh dunia. Pada tahun 2008, di seluruh dunia, jumlah lanjut

usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60

tahun). Dan pada tahun 2020 Indonesia akan merupakan urutan ke 4, jumlah usia

lanjut paling banyak sesudah Cina, India dan Amerika Serikat (Anonim, 2010).

Sedangkan, pada tahun 2025, jumlah lanjut usia di seluruh dunia akan mencapai

1,2 milyar.

Page | 1

Page 2: BAB 1,, Tgs Gerontik

Di negara maju, pertambahan populasi/penduduk lanjut usia telah

diantisipasi sejak awal abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju

sudah lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka

tantangannya. Namun, saat ini negara berkembang pun mulai menghadapi

masalah yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi,

antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial serta kebutuhan pelayanan

kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degenerative (Hurlock, 1956).

Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap

sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong

semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia

cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-

sakitan. Persepsi ini muncul karena memandang lanjut usia hanya dari kasus

lanjut usia yang sangat ketergantungan dan sakit-sakitan. Persepsi negatif seperti

itu tentu saja tidak semuanya benar. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan

aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat sekitarnya. Oleh

karena itu, lanjut usia harus dipandang sebagai individu yang memiliki kebutuhan

intelektual, emosional, dan spiritual, selain kebutuhan yang bersifat biologis.

Kurangnya perhatian yang memadai terhadap populasi lanjut usia ini

menciptakan ruang kosong, yang kemudian diisi oleh dunia kedokteran atau

medis. Di satu sisi, perhatian besar dari kalangan kedokteran ini harus disambut

secara positif oleh dunia keperawatan sehingga masalah kesehatan lanjut usia

dapat teratasi. Kesehatan merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan

pada kehidupan lanjut usia. Semakin tua seseorang, cenderung semakin berkurang

Page | 2

Page 3: BAB 1,, Tgs Gerontik

daya tahan fisik mereka. Dalam kaitan ini, kajian terhadap keperawatan lanjut usia

(keperawatan gerontik dan geriatrik) perlu ditingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana proses menua pada lanjut usia?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan proses menua pada lanjut usia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengetahui pengertian proses menua.

2. Mahasiswa mengetahui teori-teori proses menua.

3. Mahasiswa mengetahui mitos lanjut usia dan kenyataannya.

4. Mahasiswa mengetahui tipe lanjut usia di Indonesia.

5. Mahasiswa mengetahui perkembangan manusia dari lahir sampai akhir

hayat .

6. Mahasiswa mengetahui batasan umur pada lansia.

7. Mahasiswa mengetahui perubahan akibat proses menua.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai  pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru

khususnya ilmu keperawatan.

b. Dapat menjadi acuan bagi pengkajian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi institusi

Page | 3

Page 4: BAB 1,, Tgs Gerontik

Kepada institusi, makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan

literature atau referensi pembuatan makalah selanjutnya.

b. Manfaat bagi mahasiswa

Kepada mahasiswa diharapkan sebagai sumber informasi dalam upaya

perawatan pada lanjut usia.

Page | 4

Page 5: BAB 1,, Tgs Gerontik

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proses Menua

Pertumbuhan adalah perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi

jasmaniah/fisik dan menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru dari

organisme/individu. Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah

perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran panjang

(cm, inchi), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen tubuh). Contoh: bertambah tinggi, bertambah berat badan dan tumbuhnya

kelenjar- kelenjar sex.

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan

menyangkut adaanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-

organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-

masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual

dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Perkembangan di sini diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh

individu atau oganisme menuju tingkat kedewasaannya (matur) yang berlangsung

secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis.

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu,

walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang

dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman,

Page | 5

Page 6: BAB 1,, Tgs Gerontik

pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu, semua orang yang mendapat tugas

untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan

berkembang. Contoh: sikap perasaan dan emosi, minat, cita-cita dan kepribadian

seseorang.

Kematangan atau masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu

yang merupakan titik kulminasi (titik puncak) dari suatu fase pertumbuhan

sebagai titik tolak kesiapan dari suatu fungsi untuk menjalankan fungsinya

(Hurlock, 1956).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang telah terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua (aging process) merupakan proses sepanjang

hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti

seseorang telah melalui masa atau tahap kehidupannya, yaitu bayi, kanak-kanak,

dewasa, tua dan lanjut usia. Tahap kehidupan manusia tersebut berbeda-beda, baik

secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang

mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,

penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak

proporsional (Nugroho, 2008).

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia pasal 1 ayat 2. Menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia

permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar

Page | 6

Page 7: BAB 1,, Tgs Gerontik

tubuh yang berakhir dengan kematian. Orang mati bisa saja bukan karena lanjut

usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.

Dalam buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi

Martono (1994) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dn fungsi normalnya sehingga

tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang diderita. Jadi, manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan

fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut

usia, termasuk kehidupan seksualnya.

Manusia secara lambat dan progresif juga akan kehilangan daya tahan

terhadap infeksi dan akan menempuh semakin banyak distorsi meteoritic dan

structural yang disebut sebagai penyakit degenerative (mis, hipertensi,

arteriosklerosis, diabetes mellitus, kanker, dll).

Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling

berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang

proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan

sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan

detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan

dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.

2.2 Teori Proses Menua

Proses menua bersifat individual:

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.

Page | 7

Page 8: BAB 1,, Tgs Gerontik

2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.

3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.

2.2.1 Teori Biologis

1. Teori genetik

Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan

bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan

proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara

genetic untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu

jam genetic/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang

berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini

berhenti berputar, ia akan mati.

Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun hanya

beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu.

Teori mutasi somatic. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya

mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam

proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim.

Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehigga akhirnya akan terjadi penurunan

fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada

saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel

kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 1994;

Constantinides, 1994).

2. Teori nongenetik

Page | 8

Page 9: BAB 1,, Tgs Gerontik

Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory). Mutasi

yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh

mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi yang merusak membrane

sel, akan menyebabkan system imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya.

Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia

(Goldstein, 1989). Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus.

Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus

yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun.

Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory). Teori

radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya

proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas

merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai electron

yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain

yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak

stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan

organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel

tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai

penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di

lingkungan seperti:

1. Asap kendaraan bermotor

2. Asap rokok

3. Zat pengawet makanan

4. Radiasi

Page | 9

Page 10: BAB 1,, Tgs Gerontik

5. Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan

kolagen pada proses menua.

Teori menua akibat metabolisme. Telah dibuktikan dalam berbagai

percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat

pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang

menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989;

Boedhi Darmojo, 1999).

Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa

menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul

kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang

menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya

jaringan yang kaku, kurang elastic, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

Teori fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri

atas teori oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini

terjadi kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai

(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).

Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-

kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ

tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang

dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi

klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :

1. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu

bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari

masih mampu melakukan sendiri.

Page | 10

Page 11: BAB 1,, Tgs Gerontik

2. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya

mengalami kelumpuhan atau sakit.

Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-

hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan

kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah

timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila

kebersihan kurang mendapat perhatian.

Di samping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat

mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari

luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai

kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan

rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan obat,

dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Komponen pendekatan

fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia

untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan

makanan), minum melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu

berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat, kebersihan tubuh, memakai

dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari

kecelakaan.

2.2.2 Teori Sosiologis

Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:

1. Teori interaksi social

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan

Page | 11

Page 12: BAB 1,, Tgs Gerontik

lanjut usia untuk terus menjalin interaksi social merupakan kunci

mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.

Pokok-pokok social exchange theory antara lain:

1. Masyarakat terdiri atas actor social yang berupaya mencapai tujuannya masing

– masing.

2. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi social yang memerlukan biaya dan

waktu.

3. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor mengeluarkan

biaya.

2. Teori aktivitas atau kegiatan

1. Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.

Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan

banyak ikut serta dalam kegiatan social.

2. Lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan

mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.

3. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lansia.

4. Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap stabil

dari usia pertengahan sampai lansia.

3. Teori Kepribadian Berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini

merupakan gabungan teori yang di sebutkan sebelumnya. Teori ini menyatakan

bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe

personalitas yang di milikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan

dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang

Page | 12

Page 13: BAB 1,, Tgs Gerontik

pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini

dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak

berubah, walaupun ia telah lansia.

4. Teori Pembebasan / Penarikan diri (disengagement theory)

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan

masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori yang

pertama di ajukan oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa

dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi di tambah dengan adanya kemiskinan,

lansia secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya

atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi

social lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering

lansia mengalami kehilangan ganda (triple loss):

1. Kehilangan peran (loss of role).

2. Hambatan kontak social (restriction of contact and relationship).

3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).

Menurut teori ini, seorang lansia dinyatakan mengalami proses menua

yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan yang terdahulu dan dapat

memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi

kematiannya.

Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa peluang

yang memungkinkan dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah

mencegah :

1. Meningkatnya radikal bebas.

2. Memanipulasi sistem imun tubuh.

Page | 13

Page 14: BAB 1,, Tgs Gerontik

3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai “misteri kehidupan masih

banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah satu

misteri yang paling sulit dipecahkan”.

Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar tidak boleh

dilupakan yaitu factor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak

faktor yang memengaruhi proses menua antara lain herediter/genetik, nutrisi/

makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress. Jadi, proses

menua, usia bukanlah suatu penyakit karena orang meninggal bukan karena tua,

orang muda pun bias meninggal dan bayi pun bias meninggal. Banyak mitos

mengenai lansia yang sering merugikan atau bernada negatif tetapi sangat berbeda

dengan kenyataan yang dialaminya.

Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan

mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya

pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti

menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat

bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang

lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara wreda dengan wreda

maupun wreda dengan perawat sendiri.

Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda

untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton

film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui

dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak

kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan

atau ketenangan para klien lansia. Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya

Page | 14

Page 15: BAB 1,, Tgs Gerontik

“Komunikasi dalam Perawatan” mengatakan: tidak sedikit klien tidak bisa tidur

karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah,

sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa

kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan

perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka

untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada

hubungan dengan dunia luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian

diantara mereka (terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi

dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka,

makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib

dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian

perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun

terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien lansia di

panti werda.

2.2.3 Teori Psikologis

Menurut Hangskerst, (1992) bahwa setiap individu harus memperhatikan

tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan

memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini

tergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural masyarakat dan nilai, serta

aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan

adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan

penurunan income.penerimaan adanya kematian dari pasangannya dan orang –

orang yang berarti bagi dirinya. Mempertahankan hubungan dengan group yang

Page | 15

Page 16: BAB 1,, Tgs Gerontik

seusianya, adopsi dan adaptasi deengan peran sosial secara fleksibel dan

mempertahankan kehidupan secara memuaskan.

Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter

terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan

sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian

dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima

berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Pada dasarnya klien lansia

membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat

yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang

aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas

kemampuan dan hobby yang dimilikinya. Perawat harus dapat membangkitkan

semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus

asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik

dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan

psikologi terjadi bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini

meliputi gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru

terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan,

perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang

dan pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang

membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau

bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai

tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-

tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka

Page | 16

Page 17: BAB 1,, Tgs Gerontik

terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan-lahan dan

bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan

pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu

diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia. 

2.3 Mitos Lanjut Usia dan Kenyataannya

1. Mitos Konservatif

Ada pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya:

1. Konservatif

2. Tidak kreatif

3. Menolak inovasi

4. Berorientasi ke masa silam

5. Kembali ke masa anak – anak

6. Susah menerima ide baru

7. Susah berubah

8. Keras kepala

9. Cerewet

Fakta : tidak semua lansia bersikap, berpikiran, dan berperilaku demikian.

2. Mitos berpenyakit dan kemunduran

Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang di

sertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai

proses menua. Faktanya, memang proses menua disertai dengan menurunnya daya

tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi, saat

ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.

3. Mitos senilitas

Page | 17

Page 18: BAB 1,, Tgs Gerontik

Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya

kerusakan sel otak. Faktanya, banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar

bugar, daya pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang, banyak cara untuk

menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.

4. Mitos ketidakproduktifan

Lansia di pandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi

beban keluarganya. Faktanya, tidak demikian. Banyak individu yang mencapai

ketenaran, kematangan, kemantapan, serta produktivitas mental dan material

dimasa lansia.

5. Mitos Aseksualitas

Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah, kebutuhan,

dan daya seksdalam hubungan seks menurun. Faktanya, kehidupan seks pada

lansia berlangsung normal dan frekuensi hubungan seksual menurun sejalan

meningkatnya usia tetapi masih tetap tinggi.

6. Mitos tidak jatuh cinta

Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik, atau bergairah kepada lawan

jenis.

7. Mitos kedamaian dan ketenangan

Menurut mitos ini, banyak orang berpendapat bahwa lanjut usia dapat

santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya.

2.4 Tipe Lanjut Usia

A. Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I

Widyapranata menyebutka bahwa orang tua dalam literatur lama (jawa)

dibagi menjadi dua golongan :

Page | 18

Page 19: BAB 1,, Tgs Gerontik

1. Wong Sepuh : orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu Dwi

Tunggal yakni mampu embedakan mana yang baik dan buruk.

2. Wong sepah : yaitu lanjut usia yang kosong tidak tahu rasa biacaranya

muluk – muluk tingkahnya dibuat buat dan berlebihan.

B. Pujangga Ronggo Wasito (dalam surat Kalatida) menyebutkan bahwa

lanjut usia terbagi menjadi dua kelompok :

1. Lanjut usia yang berbudi sentosa : orang tua ini meskipun diridai

Tuhan YME dengan rejeki, tetapi tetap berusaha terus, disertai ingat

dan waspada.

2. Lanjut usia yang lemah : Orang tua ini putus asa sebaiknya hanya

menjauhkan diri dari keduniawian supaya mendapat kasih sayang

Tuhan

C. Di zaman sekarang (zaman Pembangunan) banyak ditemukan bermacam –

macam tipe lanjut usia. Yang menonjol antara lain:

1. Tipe arif bijaksana: lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,

bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi

undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri: lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang

dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan

teman, serta memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,

menentang proses penuaan, yang mnyebabkan kehilangan kecantikan,

Page | 19

Page 20: BAB 1,, Tgs Gerontik

kehilangan daya tarik, pemarah,tidak sabar, mudah tersinggung, sulit

dilayani.

4. Tipe pasrah: lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib

baik, mempunyai konsep habis (habis gelap terbit terang) mengikuti

kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja diakukan.

5. Tipe bingung: Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian,

mengasingkan diri, acuh tak acuh, merasa minder, menyesal, pasif.

D. Lanjut usia dapat juga dikelompokkan dalam beberapa tipe yang

tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,

mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :

1. Tipe optimis: lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik,

mereka mamandang masa lansia dalam bentuk bebas dari tanggung

jawab dan sebagai kesempatan utuk menuruti kebutuhan pasifnya.

Tipe ini sering disebut juga lansia tipe kursi goyang .

2. Tipe konstruktif: Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat

menikmati hidup, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik,

fleksibel, dan tahu diri. Biasanya sifat ini terlihat sejak muda. Mereka

dengan tenang menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.

3. Tipe ketergantungan: Usia lanjut ini masih dapat diterima di tengah

masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak

memiliki inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang

pensiun, tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak amakan, dan

banyak minum.

Page | 20

Page 21: BAB 1,, Tgs Gerontik

4. Tipe defensif: lanjut usia ini biasanya sebelumnya memiliki riwayat

pekerjaan atau jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak

bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan

bersifat kompulsif aktif , anehnya mereka takut menghadapi “ menjadi

tua” dan mnyenangi masa pensiun.

5. Tipe ilitan dan serius: lanjut usia yang tidak mudah mnyerah, serius,

tenang, berjuang, bisa menjadi panutan.

6. Tipe pemarah frustasi: lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian

yang buruk, lansia yang sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.

7. Tipe bermusuhan: Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain

sebagai penyebab kegagalan, selalu mngeluh, bersifat agresif, menaruh

curiga, biasanya pekerjaan saat dia muda tidak stabil. Menganggap

menjadi tua bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada yang muda,

senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masalah yang

buruk.

8. Tipe putus asa, membenci dan mnyalahkan diri sendiri: Lanjut usia ini

bersifat kritis dan manyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi,

mengalami penurunan sosial ekonomi, tidak dapat mnyesuaikan diri,.

Lanjut usia tidak hanya mengalami kemarahan tetapi juga depresi,

memandang lanjut usia tidak berguna karena masanya tidak menarik,

biasanya perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan,

membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.

Page | 21

Page 22: BAB 1,, Tgs Gerontik

Menurut kemampuan dalam diri sendiri, lanjut usia dapat digolongkan

sebagai berikut:

1. Lansia mandiri sepenuhnya

2. Lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya

3. Lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung

4. Lansia dibantu dengan badan sosial

5. Lansia panti wherda

6. Lansia dirawat di RS

7. Lansia menderita gangguan mental.

Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah keadaan mental. Lanjut

usia mungkin mengalami demensia atau mengalami kemunduran fungsi berpikir.

2.5 Perkembangan Manusia dari Lahir sampai Akhir Hayat

Selama hidupnya manusia mengalami berbagai proses perkembangan,

mulai dari lahir (bayi), balita, prasekolah, masa sekolah, pubertas, dewasa muda,

dewasa, dan lanjut usia. Puncak perkembangan ini dapat digambarkan sebagai

berikut :

1. Sistem biologis : mencapai puncak pada usia 20 – 30 tahun, kemudian secara

perlahan melemah.

2. Sistem sensori : mencapai puncak pada usia 40 th selanjutnya menurun

3. Kebijaksanaan : Mencapai puncak pada usia 65 – 70 th kemudian mulai

menurun

4. Kepribadian : aspek sosial dan spiritual senantiasa meningkat dengan

berlanjutny usia serta mencapai puncak pada usia 75 – 80 tahun.

Page | 22

Page 23: BAB 1,, Tgs Gerontik

2.6 Batasan Umur pada Lansia

Untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik, seseorang harus selalu

berusaha memelihara kesehatan dengan baik dan teratur agar tidak mudah

dihinggapi penyakit dan agar kemunduran faali berbagai organ tubuh dapat

diketahui sedini mungkin. Seseorang dikatakan lanjut usia sulit dijawab secara

memuaskan. Karena dari berbagai literatur, terkesan bahwa tidak ada batasan

yang pasti tentang lanjut usia. Umur yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia

berbeda-beda, umumnya berkisar anatara 60-65 tahun. Berikut dikemukakan

beberapa pendapat para ahli mengenai batasan umur:

1. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada 4 tahap yakni:

a. Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)

b. Lanjut usia (erderly) (60-74 tahun)

c. Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)

d. Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)

2. Menurut Prof DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru Besar

Universitas Gajah Mada Falkultas Kedokteran, periodesasi biologis

perkembangan manusia dibagi sebagai berikut:

a. Usia 0-1 tahun (masa bayi)

b. Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)

c. Usia 6-10 tahun (masa sekolah)

d. Usia 10-20 tahun (masa pubertas)

e. Usia 40-65 tahun (masa setengah umur,prasenium)

f. Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium)

Page | 23

Page 24: BAB 1,, Tgs Gerontik

3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari universitas Indonesia), lanjut

usia merupakan kelanjut usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4

bagian, yaitu:

a. Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun

b. Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun

c. Fase prasenium, anatara usia 55-65 tahun

d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia.

4. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SoKJ, lanjut usia

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun)

b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun)

c. Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi:

Usia 70-75 tahun (young old)

Usia 75-80 tahun (old)

Usia lebih dari 80 tahun (very old)

5. Menurut bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut:

a. Usia 28-25 tahun (masa dewasa muda)

b. Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)

c. Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)

d. Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)

e. Usia > 75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)

6. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi dalam 2 tahap, yakni:

a. Early old age (usia 60-70 tahun)

b. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)

Page | 24

Page 25: BAB 1,, Tgs Gerontik

7. Menurut Burnside (1979), ada 4 tahap lanjut usia, yakni:

a. Young old (usia 60-69 tahun)

b. Middle age old (usia 70-79 tahun)

c. Old-old (usia 80-89 tahun)

d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

Sumber lain mengemukakan pengelompokan umur sebagai berikut:

1. Usia 60-65 tahun (elderly)

2. Usia > 65-75 tahun (junior old age)

3. Usia > 75-90 tahun (formal old age)

4. Usia > 90-120 tahun (longevity old age)

Kalau pembagian umur dari berbagai ahli tersebut ditelaah, dapat di

simpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah seorang yang berumur 65 tahun

keatas. Namun, di Indonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini

dipertegas dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2.

Kalau pembagian umur dari berbagai ahli ditelaah, dapat di simpulkan

bahwa yang disebut lanjut usia adalah seorang yang berumur 65 tahun keatas.

Namun, di Indonesia batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas

dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan lanjut usia

pada bab 1 pasal 1 ayat 2.

Menurut undang-undang nomor 4 tahun 1965, bantuan penghidupan orang

jompo lanjut usia yang termuat dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut:

“seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang

bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya

Page | 25

Page 26: BAB 1,, Tgs Gerontik

mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima

nafkah dari orang lain”, hal ini sudah tidak relevan lagi!

Saat ini telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998

tentang kesejahteraan lanjut usia. Pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut dengan

lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria

maupun wanita.

Sebenarnya, umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas oleh peraturan

alam. Umur manusia maksimal sekitar 6 x umur masa bayi sampai dewasa (6 x 20

tahun = 120 tahun). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa

tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Pada masa ini, seseorang

mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak

dapat melakukan tugasnya sehari-hari, sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua

merupakan masa yang kurang menyenangkan.

Menjadi tua dapat merupakan menjadi masalah, secara ringkas, hal

tersebut dapat dijawab sebagai berikut, “semua orang ingin panjang umur, tetapi

tidak ada yang mau menjadi tua”. Bagaimana jadinya ada dua keinginan yang

saling bertentangan? Pernyataan tersebut seolah-olah sama sekali memisahkan

soal pertambahan usia dari soal menjadi tua dan tidak pernah identik satu sama

lain.

Sehubungan dengan hal tersebut, Birren and Jenner (1977) mengusulkan

untuk membedakan usia biologis, usia psikologis, dan usia sosial.

1. Usia biologis, yaitu jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam

keadaan hidup tidak mati.

Page | 26

Page 27: BAB 1,, Tgs Gerontik

2. Usia psikologis, yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian

pada situasi yang dihadapinya.

3. Usia sosial, yaitu peran yang diharapkan atay diberikan masyarakat pada

seseorang sehubungan dengan usianya.

Ketiga jenis usia yang dibedakan oleh Birren dan Jenner itu saling

mempengaruhi dan prosesnya saling berkaitan. Oleh karena itu, secara umum

tidak akan terdapat perbedaan yang terlalu mencolok anatara kelangsungan ketiga

jenis usia tersebut.

Umumnya, usia kronologis manusia dapat di golongkan menjadi masa

bayi, masa kanak-kanak, masa pubertas, masa remaja, masa dewasa muda, masa

dewasa, dan masa lanjut usia. Umur memiliki pengertian yang berbeda-beda:

1. Umur kronologis, yakni usia sejak seseorang dilahirkan.

2. Umur biologis, yakni usia yang memberi penilaian fungsi “berbagai system

organ tubuh seseorang, di banding denganorang lain pada kronologis yang

sama.” Misalnya, dalam menentukan seorang wanita sudah cukup dewasa

untuk menikah. Pada zaman dulu, patokan yang digunakan adalah sejak

wanita itu mulai mendapatkan haid/menstruuasi, padahal ada wanita sudah

mendapatkan haid/menstruasi pada umur 11-13 tahun.

3. Umur psikologis, menunjukkan pada kemampuan/kapasitas adaptif individu

dibandingkan denagn orang lain pada umur kronologis yang sama. Misalnya,

kemampuan belajar, kecerdasan, ingatan, emosi, motifasi, dan lain-lain, dapat

di ukur untuk memprediksikan sejauh mana seseorang mampu menyesuaikan

diri terhadap situasi yang dihadapi.

Page | 27

Page 28: BAB 1,, Tgs Gerontik

4. Umur fungsional, mengukur tingakat kemampuan individu untuk berfungsi di

dalam masyarakat di bandingkan dengan orang lain pada umur kronologis

yang sama.

5. Umur sosial, menunjukkan sejauh mana peran sosial dibandingkan dengan

orang lain pada umur kronologis yang sama.

2.7 Perubahan Akibat Proses Menua

2.7.1 Perubahan Fisik dan Fungsi

Sel

1. Jumlah sel menurun/lebih sedikit

2. Ukuran sel lebih besar

3. Jumlah cairan tubuh dan cairan intra seluler berkurang

4. Proporsi protein di otak, otot ginjal, darah, dan hati menurun

5. Jumlah sel otak menuurun

6. Mekanisme perbaikan sel terganggu

7. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

8. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.

Sistem Persarafan

1. Menurun hubungan persarafan.

2. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang

setiap harinya)

3. Respons dan waktu untuk berekasi lambat, khususnya terhadap stres.

4. Saraf panca indra mengecil.

Page | 28

Page 29: BAB 1,, Tgs Gerontik

5. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman

dan perasa mengecil, lebih snsitif terhadap perubahan suhu dan

rendahnya ketahanan terhadap dingin.

6. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

7. Defisit memori.

Sistem pendengaran

1. Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga

dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara

yang tdiak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas

umur 65 tahun.

2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

3. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya

keratin.

4. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang

mengalami ketegangan / stres.

5. Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau

rendah, bisa terus-menerus atau intermiten).

6. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau

berputar).

Sistem penglihatan

1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang.

2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan.

Page | 29

Page 30: BAB 1,, Tgs Gerontik

4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.

5. Penurunan / hilangnya daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia,

seseorang melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas

lensa.

6. Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.

7. Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau

pada skala.

Sistem kardiovaskuler

1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

2. Elastisitas dinding aorta menurun.

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume

menurun (frekuensi denyut jantung maksimal = 200 – umur).

4. Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).

5. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke

duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun

menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

6. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan

perdarahan.

7. Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer

meningkat. Sistole normal ± 170 mm Hg, diastole ± 95 mmHg.

Sistem Pengaturan suhu tubuh

Page | 30

Page 31: BAB 1,, Tgs Gerontik

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu

termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi

berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain:

1. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35ºC ini

akibat metabolisme yang menurun.

2. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula

menggigil, pucat, gelisah.

3. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.

Sistem pernafasan

1. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan

kekuatan, dan menjadi kaku.

2. Aktivitas silia menurun.

3. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas

lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dengan

kedalaman bernapas menurun.

4. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah

berkurang.

5. Berkurangnya elastisitas bronkus.

6. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

7. Karbon dioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.

8. Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.

9. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.

10. Sering terjadi emfisema senilis.

Page | 31

Page 32: BAB 1,, Tgs Gerontik

11. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan

menurun seiring pertambahan usia.

Sistem pencernaan

1. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa

terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi

dan gizi yang buruk.

2. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis,

atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di

lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf

pengecapterhadap rasa asin, asam dan pahit.

3. Esofagus melebar.

4. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung

menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.

5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

6. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama

karbohidrat).

7. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran

darah berkurang.

Sistem reproduksi

Wanita

1. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil

2. Ovari menciut, uterus mengalami atrofi

3. Atrofi payudara

4. Atrofi vulva

Page | 32

Page 33: BAB 1,, Tgs Gerontik

5. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi

berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna

Pria

1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada

penurunan secara berangsur-angsur.

2. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi

kesehatannya baik, yaitu:

Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.

Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan

kemampuan seksual.

Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah

Sebanyak ±75% pria usia diatas 65 tahun mengalami pembesaran

prostat.

Sistem genitourinaria

Ginjal. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme

tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan

(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).

Mengecilnya nefron akibat trofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai

50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya kemampuan

mengosentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria

(biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,

nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elektrolit

dan asam lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia muda.

Renal plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR) atau klirens

Page | 33

Page 34: BAB 1,, Tgs Gerontik

kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun (Cox Jr. Dkk., 1985).

Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.

Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200

ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut

usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi

urine meningkat. Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria

usia diatas 65 tahun.

Atrofi vulva

Vagina seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan seksualnya

masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksual

seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun

secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan

menikmatinya berjalan terus sampai tua.

Sistem endokrin

Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang

memproduksi hormone. Hormone pertumbuhan berperan sangat penting

dalam pertumbhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ

tubuh. Yang termasuk hormone kelamin adalah:

1. Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat

reproduksi dan gairah seks. Hormone ini mengalami penurunan.

2. Kelenjar pancreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting

dalam pengaturan gula darah).

3. Kelenjar adrenal/anak ginjal memproduksi adrenalin. Kelenjar yang

berkaitan dengan hormone pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin

Page | 34

Page 35: BAB 1,, Tgs Gerontik

dalam tubuh yang mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan

dengan aik, degan jalan mengatur vasokonstriksi pembuluh daah.

Kegiatan kelenjar anak ginjal ini berkurang pada lanjut usia.

4. Produksi hamper semua hormone menurun.

5. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

6. Hipofisis: pertumbuhan hormone ada, tetapi lebih rendah dan hanya di

dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH,

dan LH.

7. Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat

menurun.

8. Produksi aldosteron menurun.

9. Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone, estrogen dan

testoteron, menurun.

Sistem integument

1. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,.

2. Permukaan kulit cenderung kusam, kasar dan bersisik (karena

kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel

epidermis).

3. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak

merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noa

cokelat.

4. Terjaddi perubahan pada daerah kerut halus di ujung mata akibat

lapisan kulit menipis.

5. Respon terhadap traum menurun.

Page | 35

Page 36: BAB 1,, Tgs Gerontik

6. Mekanisme proteksi kulit menurun:

a. Produksi serum menurun

b. Produksi vitamin D menurun

c. Pigmentasi kulit terganggu.

7. Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu

8. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

9. Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.

10. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

11. Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

12. Kuku menjadi pudar kurang bercahaya.

13. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan seperti tanduk.

14. Jumlah dn fungsi kelenjar keringatberkurang.

Sistem musculoskeletal

1. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.

2. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.

3. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,

pegelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat

pada area tulang tersebut.

4. Kartilago yang meliputi permukaan senditulang penyangga rusak dan

aus.

5. Kifosis

6. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.

7. Gangguan gaya berjalan.

8. Kekakuan jaringan penghubung.

Page | 36

Page 37: BAB 1,, Tgs Gerontik

9. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang).

10. Persendian membesar dan menjadi kau.

11. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

12. atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi

lamban, otot kram, dan menjadi remor(perubahan pada otot cukup

rumit dan sulit dipahami).

13. Komposisi otot berubah epanjang waktu (myofibril digantikan oleh

lemk, kolagen, dan jarinagn parut).

14. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan menua.

15. Otot polos tidak begitu berpengaruh.

2.7.2 Perubahan mental

1. Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa

yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak

bila memiliki sesuatu.

2. Yang perlu di mengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada

hamper setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya

sedapat mungkin dihemat.

3. Mengaharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat.

4. Ingin mempertaankan hak dan hartanya, serta ingin tetap beribawa.

5. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan

masuk surga.

Faktor yang memengaruhi perubahan mental.

1. Perubahan isik, khususnya organ perasa.

Page | 37

Page 38: BAB 1,, Tgs Gerontik

2. Kesehatan umum.

3. Tingkat pendidikan.

4. Keturunan (hereditas)

5. Lingkungan.

Perubahan kepribadian yang drastic, keadaan ini jarang terjadi lebih sering

berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin

karena factor lain, misalnya penyakit.

Kenangan (memori)

Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu

dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek atau

seketika (0-10 menit), kenangan buruk (bisa kearah demensia).

Intelegentia quation (IQ)

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan prkataan verbal.

Penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor berkurang. Terjadi

perubahan pada daya membayangkan karena tekanan faktor waktu.

2.7.3 Perubahan Psikososial

Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan

identitasnya dikaitkan dengan peanan dalam pekeerjaan. Bila mengalami

pensiun (purnatugas), seseorang akan mengalami kehilanagan antara lain:

1. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)

2. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi,

lengkap dengan semua fasilitas)

3. Kehilangan teman/kenalan aau relasi

4. Kehilangan pekerjaan/kegiatan

Page | 38

Page 39: BAB 1,, Tgs Gerontik

a. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup

(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit).

b. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya

hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan

bertambah.

c. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.

d. Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.

e. Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian.

f. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

g. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan familli.

h. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri).

2.7.4 Perkembangan Spiritual

1. Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,

1970).

2. Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini

terlihat dalam berpikir dan bertindak sehari-hari (Murray dan Zentner,

1970).

3. Perkembangan Spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),

Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalahh

berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan

keadilan.

Page | 39

Page 40: BAB 1,, Tgs Gerontik

2.8 Dampak Kemunduran

Kemunduran yang telah disebutkan sebelumnya mempunyai dampak

terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki lanjut usia. Jika

berbicara tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak dikemukakan.

Selain berbagai macam kemunduran, ada sesuatu yang dapat meningkat dalam

proses menua yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini yang akhirnya

menjadi sumber banyak masalah pada masa tua. Coba dilihat sepintas mengenai

beberapa dampak kemunduran tersebut, yaitu semakin perasanya seseorang yang

memasuki lanjut usia. Misalnya, kemunduran fisik yang berpengaruh terhadap

penampilan seseorang. Pada umumnya, saat usia dewasa seseorang dianggap

tampil paling cakap, tampan, atau paling cantik. Kemunduran fisik yang terjadi

pada dirinya membuat yang bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan atau

ketampanan yang mereka miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan

daya tarik dirinya. Wanita biasanya lebih risau dan merasa tertekan karena

keadaan tersebut. Biasanya wanita dipuja orang karena kecantikan dan keindahan

fisiknya. Namun, tidak berarti pria pada masa ini tidak mengalami atau mersakan

hal serupa. Pria yang sedang mengalami proses menua, tetap menginginkan

dirinya menarik bagi lawan jenisnya.

Kecemasan yang timbul pada mereka yang merasa dirinya, menjadi

kurang menarik atau mereka yang merasa kurang mampu, memberi peluang yang

besar bagi produsen kostumetika, alat kecantikan, alat gerak badan, dan obat awet

muda. Berkaitan dengan perasaan keilangan daya tarik, ada gejala yang terlihat

dalam al seks. Pria dan Wanita pada akhir masa dewasa memasuki apa yang

dinamakan klimakterium, perubahan dalam keseimbangan hormonal yang

Page | 40

Page 41: BAB 1,, Tgs Gerontik

menyebabkan dorongan seks berkurang. Sering sekali masalah seksualitas pada

lanjut usia selalu mendatangkan pandangan yang bias.

Pada Pria, Proses tersebut biasanya terjadi secara lambat dan tidak disertai

gejala psikkologis yang luar biasa, kecuali sedikit kemurungan, rasa lesu, dan

kemampuan seksualitas berkurang. Terdapat pula penurunan kadar hormon

testosteron. Pada Wanita, terjadi menopause (berhenti haid). Menopause terjadi

dalam suatu proses yang kadang-kadang sampai dua tahun. hal ini disebabkan

oleh faal kandung telur lambat laun mulai berkurang, sampai kemudian berhenti

berfungsi sama sekali.

Gejala yang sering timbul pada masa menopause meliputi:

1. Gangguan pada Haid: haid menjadi tidak teratur, kadang terjadi pendarahan

yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.

2. Gelombang rasa panas (hot flush): kadang-kadang timbul rasa panas pada

wajah, leher, dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya keringat yang

banyak. Perasaan panas ini berlangsung sampai 30-60 menit (1jam).

3. Gejala Psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat

marah, mudah tersinggung, gugup dan mental yang kurang mantap. Bila masa

mudanya mempunyai kecendrungan mudah dipengaruhi keadaan emosional,

wanita tersebut akan lebih mengalami gangguan psikologis pada masa ini.

4. Keletihan, yaitu rasa lelah yang diakibakan berhentinya fungsi ovarium.

Namun, tidak semua rasa lelah dapat diartikan sebagai tanda menopause.

Sebaiknya dicari penyebab lainnya.

5. Keadaan atrofi jaringan.

6. Rasa gatal pada genetalia disebabkan kulit yang menjadi kering dan keriput.

Page | 41

Page 42: BAB 1,, Tgs Gerontik

7. Sakit dapat dirasakan diseluruh badan atau pada bagian tubuh tertentu.

8. Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini dapat disebabkan oleh banyak hal,

misalnya karena tekanan dara meninggi, adanya gangguan penglihatan, atau

ole adanya stres mental.

9. Imsonia atau keluhan sulit tidur. Hal ini dapat disebabkan oleh penyebab fisik

dan psikis (40% dialami oleh lanjut usia). Imsonia ini dapat terjadi untuk

jangka waktu pendek ataupun jangka panjang.

a. Penyebab Faktor fisik, antara lain:

Sering kencing

Kram betis

Sakit gigi

Nyeri seperti artritis

Sindrom tungkai bergerak (akatisia)

b. Penyebab faktor sosial, antara lain:

Pertengkaran keluarga

Menonton tv sampai larut malam tidak teratur (night life)

c. Penyebab faktor emosional, antara lain:

Kecemasan

Depresi

Stres

Marah tidak tersalurkan

Masalah Pribadi

d. Penyebab faktor medis, antara lain:

Penyakit jantung

Page | 42

Page 43: BAB 1,, Tgs Gerontik

Penyakit paru

Diabetes melitus

Apnea tidur

e. Penyebab faktor iatrogenik, antara lain:

Eofilin

Kortikosteroid

Anihipertensi

Diuretik

Activating antidepresi

f. Penyebab faktor perilaku, antara lain:

Terlalu banyak minum kopi (cokelat)

Waktu tidur yang berubah-ubah

10. Palpitasi dan perubahan pada gairah seksual. Hal ini disebabkan oleh pengaruh

Hormonal dan pengaruh psikis. Gejala kejiwaan yang timbul sangat

bervariasi, dari yang ringan sampai yang berat. Keluhan yang sering timbul

adalah adanya rasa takutt, tegang, gelisah, cepat marah, mudah gugup, sukar

berkonsentrasi, cepat lupa dan susah tidur. Wania yang mengalami

menopause, terkadang menafsirkannya sebagai kehilangan fungsinya sebagai

wanita karena tidak bisa hamil dan mendapatkan anak lagi. Di lain pihak, ada

yang menafsirkannya sebagai akan berhentinya kehidupan seksual. Hal ini

keliru sekali. Selain itu ada yang berpendapat bahwa kegiatan seksual itu

kurang pantas dilakukan bagi mereka yang sudah tua, meskipun dorongan

masih ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa kerisauan menghadapi masa

tua sering kali juga menyangkut kehidupan seksual.

Page | 43

Page 44: BAB 1,, Tgs Gerontik

11. Berubanya libido (nafsu seks). Berbicara tentang seksualitas pada lanjut usia

sering kali mendatangkan pandangan yang bias. Ada pandangan bahwa minat,

dorongan, gairah, dan daya seks pada kehidupan hubungan seks lanjut usia

mengalami penurunan. Kehidupan seksual adalah bagian kehidupan manusia.

Berarti, kualitas kehidupan seksual itu kuat menentukan kualitas hidup

seseorang. Bila kehidupan seksualnya baik, kualitas hidup orang tersebut juga

baik. Namun, bila kehidupan seksualnya terganggu, kualitas hidupnya juga

terganggu. Gangguan fungsi seksual umum pada usia lanjut:

a. Gangguan dorongan seksual (sexual desire/libido).

b. Gangguan bangkitan seksual (sexual arousal).

c. Gangguan orgasme.

d. Gangguan yang menimbulkan rasa sakit sewaktu bersetubuh.

Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya gejala/keluhan tersebut antara

lain:

1. Penurunan aktivitas ovarium yang diikuti penurunan produksi hormon.

2. Sosial-Budaya, yaitu faktor lingkungan, keadaan sosial ekonomi yang

memengaruhi keadaan gizi, kesehatan, dan taraf pendidikan.

3. Faktor psikologis yang bergantung pada perilaku wanita tersebut.

Pada masa klimakterium ini, sebaiknya wanita memeriksakan dirinya

secara teratur, walaupun tidak ada keluhan. Hal ini penting untuk mengetahui

adanya kelainan yang mungkin terjadi pada usia empat puluhan, khusunya

keganasan.

Page | 44

Page 45: BAB 1,, Tgs Gerontik

BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang

berakhir dengan kematian. Selama hidupnya, manusia mengalami berbagai proses

perkembangan, mulai dari lahir (bayi), balita, prasekolah, masa sekolah, pubertas,

dewasa muda, dewasa, dan lanjut usia. Umur yang dijadikan patokan sebagai

lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar anatara 60-65 tahun.

Teori proses menua terdiri dari teori biologis, teori sosiologis, dan teori

psikologis. Teori biologis terdiri dari teori genetik dan nongenetik. Sedangkan

teori sosiologis terdiri dari teori interaksi sosial, teori aktivitas atau kegiatan, teori

kepribadian berlanjut, teori pembebasan atau penarikan diri. Beberapa mitos usia

lanjut antara lain, mitos konservatif, mitos berpenyakit dan kemunduran, mitos

senilitas, mitos ketidakproduktifan, mitos aseksualitas, mitos tidak jatuh cinta.

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya

kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya

tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang

makin rapuh. Selain itu, lansia juga mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,

pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku

lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi

Page | 45

Page 46: BAB 1,, Tgs Gerontik

hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami

perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan tipe kepribadian lansia,

sebagai berikut: tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah, tipe

bingung.

Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model

kepribadiannya. Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,

gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan

kecacatan pada lansia.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah gerontik ini, diharapkan nantinya akan

memberikan manfaat bagi para pembaca.

Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat

kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian

penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang

membutuhkannya.

Page | 46

Page 47: BAB 1,, Tgs Gerontik

DAFTAR PUSTAKA

1. Nugroho, Wajudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

2. Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

3. Nugroho. (1995). Perawatan Lanjut Usia. EGC. Jakarta.

4. Sri Kuntjoro, Zainuddin. 2002. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia.

http://belajarpsikologi.com. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2011.

5. Cresoft. 2008. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia.

http://creasoft.wordpress.com. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2011 16:26

WIB.

Page | 47