FASE asfiksia

download FASE asfiksia

of 15

Transcript of FASE asfiksia

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    1/15

    ASFIKSIA

    Pendahuluan

    Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan

    pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia)

    disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ

    tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian.

    Target organ dari asfiksia adalah otak dan didalam otak sel targetnya adalah neuron

    yang memperlihatkan kerentanan yang berbeda terhadap defisiensi oksigen.

    Kerentanan bergantung pada pembuluh darah dan jenis neuron yang berbeda.1, 2

    Asfiksia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan. Hal ini dapat

    diakibatkan oleh menghirup udara yang rendah kadar oksigennya, karena penekanan

    pada jalan napas eksternal (hidung dan mulut), karena obstruksi jalan napas internal,

    karena penekanan leher atau dada, atau karena posisi tubuh yang salah. Asfiksia

    kimiawi telah dikaitkan dengan zat beracun seperti karbonmonoksida dan sianida

    yang bekerja pada tingkat molekuler dan seluler dengan menghalangi penghantaran

    oksigen ke jaringan. Hal yang tidak biasa bila mekanisme asfiksia yang berbeda

    terjadi bersama-sama dalam satu kasus.3

    Fase Asfiksia

    Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan

    dalam 4 fase, yaitu:

    1. Fase dispnea. Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunanCO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medulla oblongata,

    sehingga amplitude dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat,

    tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada

    muka dan tangan.

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    2/15

    2. Fase konvulsi. Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsanganterhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-

    mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan

    akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung

    menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis

    pusat yang lebih tinggi dalam otak, akibat kekurangan O2.

    3. Fase apnea. Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasanmelemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter

    dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.

    4. Fase akhir. Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasanberhenti setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung

    masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan berhenti.1

    Tanda-tanda Asfiksia

    Investigasi dari kematian akibat asfiksia biasanya dapat ditemukan tanda-

    tanda yang disebut tanda-tanda klasik asfiksia. Tanda-tanda ini telah mencakup

    kongesti, sianosis, edema, peteki, dan darah yang lebih encer. Tidak ada dari tanda-

    tanda ini dapat diandalkan atau untuk menegakkan diagnostic sebagai sebuah

    indicator asfiksia sebagai salah satu cara kematian. Peteki adalah perdarahan

    seukuran kepala peniti yang terlihat dikulit, sclera, dan konjungtiva, dan pada

    permukaan mukosa di mulut serta organ dada. Yang paling khas adalah peteki yang

    terlihat di luar dan di dalam permukaan palpebra. Pada kasus pencekikan petekinya

    dapat berwarna kemerahan. Peteki seringkali tidak terlihat pada penggantungan dan

    dapat terjadi pada banyak kematian non-asfiksia. Mekanisme yang menyebabkan

    meliputi peningkatan tekanan vena dan peningkatan kerapuhan yang disebabkan

    hipoksia. Penjelasan yang lebih kanjut tidak didukung oleh ketiadaan mereka pada

    banyak kematian hiposia.6

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    3/15

    Tanda-tanda klasik yang lain adalah kongesti, sianosis, dan edema, yang

    merupakan hasil yang umumnya juga didapatkan pada banyak cara kematian yang

    lain dan tidak memiliki nilai diagnostic yang spesifik. Telah dinyatakan oleh Knight

    bahwa kelainan fluiditas darah adalah bagian dari mitologi forensic dan tidak

    memiliki keterkaitan pada penegakan diagnosis asfiksia. Pada semua kasus yang

    kemungkinan meninggal karena asfiksia, bukti fisik internal dan eksternal dari

    asfiksia mungkin muncul dan harus diperhitungkan dengan riwayat dan latar

    belakang korban sebelum kematian.6

    Jenis Asfiksia

    Dari sudut pandang ilmu forensic kami membedakan jenis asfiksia menjadi

    tiga, antara lain:

    1. Suffocation2. Penjeratan3. Asfiksia kimiawi

    Klasifikasi ini berdasarkan pada DiMaio dan DiMaio (2001). Kematian ini mungkin

    terjadi disebabkan oleh kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan. Pembunuhan

    dengan cara asfiksia rata-rata sebesar 107 kasus pertahun, dan angka ini selalu

    sama selama periode 10 tahun.2,4

    1. SuffocationPada kematian karena suffocation, terjadi kegagalan oksigen untuk mencapai

    darah. Terdapat beberapa bentuk umum suffocation.

    yTerjebak

    Terjebak adalah jenis suffocation dimana sebuah individu berada

    didalam tempat yang kurang kadar oksigennya dan secara bertahap

    mengkonsumsi oksigen yang tersedia hingga tidak lagi terdapat oksigen yang

    mencukupi untuk dapat bertahan hidup. Terjebak dapat terjadi pada

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    4/15

    penumpang gelap atau pada pelancong yang lain dalam kereta api, terutama

    dalam gerbong yang dirancang untuk mengangkut cairan atau bubuk yang

    memiliki ruang kedap udara. Perlu diingat bahwa pada kematian karena

    terperangkap, elemen hipertermia dan/atau dehidrasi juga dapat muncul yang,

    bersama dengan asfiksia, memuncak pada kematian seseorang.3

    Pada suffocation yang disebabkan oleh keadaan terjebak atau

    lingkungan yang berbahaya, asfiksia disebabkan oleh kadar oksigen yang

    tidak adekuat dalam lingkungan tersebut. Kematian ini hampir sering terjadi

    secara tidak sengaja di alam. Awalnya terdapat kadar oksigen yang

    mencukupi untuk bernapas. Persentase volume oksigen yang normal di

    atmosfer adalah 9,6%. Pada kasus ini, persentasenya hanya sebesar 9,6%.

    Atmosfer yang mematikan ini disebabkan oleh organism yang mirip dengan

    jamur dan tanaman kelas rendah yang hidup dengan menempel pada dinding

    dan dalam sedimen di lantai. Proses metabolic jamur dan tanaman tersebut

    menyebabkan deplesi oksigen karena organism ini, dan menghasilkan

    karbondioksida. Sehingga, karbondioksida yang kadar normalnya di udara

    adalah sebesar 0,033%, pada kasus ini, sebesar 7,0%. Akan tetapi,

    peningkatan kuantitas karbondioksida ini telah cukup untuk menyebabkan

    kematian. Kematian ini mutlak diakibatkan oleh kurangnya oksigen. Pada

    konsentrasi oksigen sebesar 10 hingga 15% terjadi kerusakan dalam hal

    pengambilan keputusan dan koordinasi. Hilangnya kesadaran terjadi pada

    konsentrasi sebesar 8 hingga 10%; kematian pada konsentrasi sebesar kurang

    dari 8%. Pada konsentrasi oksigen sebesar 4 hingga 6% orang akan

    kehilangan kesadaran dalam waktu 40 detik dan akan mati dalam waktubeberapa menit kemudian. Pada kematian yang disebabkan oleh terjebak atau

    environmental suffocation, penyebab kematiannya tidak dapat ditentukan

    hanya dari otopsi saja, karena tidak terdapat hasil temuan yang spesifik.5

    y Pembekapan

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    5/15

    Pembekapan adalah sebuah bentuk suffocation dimana jalan napas

    eksternalnya (mulut dan hidung) ditekan atau disumbat, mencegah terjadinya

    inspirasi udara. Kematian seperti ini biasanya adalah pembunuhan atau bunuh

    diri, jarang terjadi karena kecelakaan. Banyak bentuk pembekapan, dan dapat

    melibatkan seseorang secara fisik dengan menempatkan tangan mereka atau

    beberapa objek yang lain pada hidung dan mulut seseorang, plester

    pembungkus atau material yang lain pada muka, atau menekan jalan napas

    eksternal dengan cara yang lain. Cara yang paling sering pada pembekapan

    adalah membungkus kepala dengan plastic.3, 5

    Air mata dan luka memar pada labial, buccal, dan/atau mukosa

    ginggiva mungkin mencerminkan adanya perlawanan pada saat proses

    pembekapan. Apalagi mungkin terdapat perdarahan dari hidung, luka lecet

    pada hidung atau muka, atau fraktur pada tulang hidung. Karena mungkin

    terdapat kekurangan pada hasil temuan otopsi, pemeriksaan tempat kejadian

    perkara terbukti sangat penting. Salah satu yang harus menyadari adanya

    beberapa hal seperti cairan berdarah atau lipstick di daerah dekat bantal, di

    benda yang lain seperti selimut, atau benda-benda yang lain.3

    Pembekapan yang terjadi secara tidak disengaja dapat terjadi pada

    tempat tidur bayi yang rusak. Pada tempat tidur seperti itu, seorang bayi

    terperangkap baik itu diantara kasur yang terlalu kecil dan rangka tempat tidur

    bayi, atau diantara tempat tidur bayi yang rusak dan kasur, dengan muka

    tertutup oleh kasur. Bayi tidak dapat bergerak dan tertekan. Penyumbat yang

    menyebabkan obstruksi pada hidung dan mulut dapat menyebabkan kematian

    karena pembekapan. Kematian seperti itu, yang terjadi secara tidak disengaja,

    masih termasuk pembunuhan jika korban mati pada saat terjadinya suatu

    tindakan criminal. Korban biasanya adalah orang yang lanjut usia yang tidak

    mampu untuk membuang penyumbatnya atau orang yang rentan megnalami

    anoksia karena penyakit. Lendir dan cairan dapat terkumpul pada kavitas nasi

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    6/15

    dan jalan napas, yang menyebabkan asfiksia. Pada orang tua, mungkin

    terdapat kongesti pada wajah degnan petekie yang tersebar di sclera,

    konjungtiva, dan kulit muka.5

    Pada pembunuhan dengan cara pembekapan, alat yang biasanya

    digunakan adalah bantal, selimut dan tangan. Bayi mungkin ditaruh didalam

    kantung plastic. Korban cenderung berusia sangat muda, sangat tua, orang

    yang lemah. Sangat sulit untuk membekap orang dewasa yang kuat. Ketika

    bantal digunakan, bantal akan ditempatkan diatas muka dan ditekan ke bawah.

    Ini menyebabkan obstruksi pada hidung dan mulut, asfiksia, dan kematian.

    Biasanya tidak terdapat tanda pada wajah. Mukanya tidak mengalami kongesti

    dan tidak ada petekie pada sclera atau konjungtiva. Luka lecet pada wajah

    hanya akan terjadi jika korban melakukan perlawanan.5

    Pembekapan juga dapat dilakukan dengan menggunakan tangan.

    Hidung dipencet, sementara tangan yang lain digunakan untuk menutup

    rahang. Pada anak kecil, satu tangan dapat menyelesaikan kedua tugas

    tersebut. Pada orang dewasa, bahkan pada mereka yang hanya dapat

    memberikan sedikit perlawanan, mungkin akan terdapat luka lecet pada

    hidung dan dagu yang disebabkan oleh kuku jari, dan luka memar pada bibir

    karena penekanan oleh telapak tangan.5

    Rangkaian peristiwa fisiologis pada pembekapan adalah:

    Bradikardi Penurunan respirasi menjadi agonal gasps yang pada akhirnya akan

    terjadi henti napas

    Penurunan dan akhirnya garis elektroensephalogram (EEG) menjadilurus

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    7/15

    Jantung akan tetap berdetak bahkan setelah garis EEG menjadi lurus. Jika

    setelah terjadinya henti napas, bantal atau tangan dipindahkan dari wajah,

    respirasi biasanya tidak akan kembali secara spontan. Orang tersebut harus

    diresusitasi.5

    y TersedakTersedak adalah bentuk asfiksia dimana jalan napas internalnya

    tersumbat. Tersedak dapat menjadi kasus pembunuhan jika penyumbat

    diletakkan didalam mulut dan/atau faring, tetapi sebagian besar kasus tersedak

    adalah kecelakaan dan seringkali terjadi pada orang yang lemah atau orang

    keracunan, seringkali tanpa melibatkan gigi atau melibatkan gigi palsu,

    memakan makanan yang tidak tepat atau makan terlalu cepat. Makanannya

    biasanya besar, seringkali terlalu besar untuk masuk kedalam trakea, dan

    menjadi tersangkut di hipofaring posterior, menyumbat glottis dan esophagus.

    Pada scenario ini, orang tersebut terkadang mampu untuk menghembuskan

    napas, tetapi tidak dapat menghirup udara. Pada kasus yang lain, makanan

    yang menyumbat (atau benda lain) dapat lebih masuk kedalam, dan

    menyumbat, trakea atau bronkus.3

    Tersedak pada orang dewasa dapat berakibat fatal, walaupun

    dilakukan upaya resusitasi. Ketika sebuah kematian diakibatkan oleh tersedak,

    satu hal yang perlu dipikirkan adalah kondisi apa yang berperan atau yang

    mempengaruhi orang tersebut menjadi tersedak. Kondisi tersebut meliputi

    intoksikasi alkohol atau obat dan berbagai macam gangguan fisik dan/atau

    mental yang mendasarinya. Tersedak bukanlah hal yang luar biasa pada bayidan anak kecil, karena mereka yang berada pada kisaran usia tersebut

    mungkin menaruh benda-benda selain makanan dalam mulut mereka. Lagi

    pula, gigi mereka belum tumbuh, kemampuan mengunyah mereka masih

    terbatas, dan mereka mungkin mencoba makanan yang tidak sesuai dengan

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    8/15

    usia mereka. Pada orang lanjut usia, penyakit neurodegenerative seperti

    Parkinson dan Alzheimer, seringkali berkombinasi dengan gigi yang goyah

    atau gignya terlepas, dapat mempermudah terjadinya tersedak.3

    Pada semua kasus yang dicurigai mengalami tersedak dan tipe asfiksia

    yang lain (dan idealnya pada semua otopsi), hipofaring harus dieksplorasi

    secara manual untuk memeriksa adanya benda yang menyumbat seperti

    permen akret atau kacang yang dapat menyebabkan tersedak. Harus tetap

    diingat bahwa benda yang mnyumbat mungkin awalnya tidak terdeteksi jika

    mereka berpindah ke arah cephal pada saat pemindahan jaringan leher.3

    y Asfiksia mekanisAsfiksia mekanis ditandai oleh fiksasi mekanis pada dada (penekanan

    thoraks), yaitu dengan mencegah pergerakan dada untuk melakukan respirasi

    yang disebabkan oleh penekanan pada bagian luar dada atau abdomen bagian

    atas serta oleh henti napas primer yang disebabkan kerusakan otak, yaitu

    karena keracunan morfin. Hasil temuan pemeriksaan otopsi pada kasus

    penekanan ditandai oleh kongesti dan peteki pada area drainase vena cava

    superior (Oehmichen et al, 2000). Hasil temuan neuropatologis ditandai oleh

    adanya kongesti, tetapi jarang didapatkan hasil temuan yang spesifik.2

    Jenis khusus dari asfiksia mekanis adalah burking, kombinasi dari

    suffocation dan asfiksia mekanis. Dengan berlutut atau duduk pada dada

    korban yang berada dalam posisi supine adanya pergerakan dada tidak

    mungkin terjadi, pada saat yang sama jalan napas eksternal disumbat oleh

    tangan. Mungkin tidak terlihat adanya cedera pada autopsy atau neuropatologi

    (Knight 1996).2

    Asfiksia mekanis hampir selalu terjadi karena kecelakaan. Asfiksia

    mekanis dapat dibagi menjadi tiga tipe:

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    9/15

    1) Asfiksia traumaticAsfiksia traumatic terjadi ketika tekanan ke bawah yang sangat berat pada

    dada atau abdomen bagian atas, membuat respirasi tidak mungkin terjadi.

    Sebuah bentuk umum asfiksia traumatic adalah individu yang berada

    dibawah mobil, memperbaikinya, ketika dongkraknya bergeser dan

    kendaraan menimpanya. Pada otopsi, terdapat tanda kongesti pada kepala,

    leher, dan tubuh bagian atas dengan peteki yang terdapat dalam jumlah

    yang cukup banyak pada area tersebut, sclera, konjungtiva dan kulit

    periorbital. Perdarahan retina juga dapat terjadi.5

    2) Asfiksia posisionalAsfiksia posisional selalu terjadi karena kecelakaan dan berkaitan dengan

    intoksikasi alcohol atau obat. Pada entitas ini, individu terjebak dalam

    ruangan yang terbatas, yang mana, karena posisi tubuh mereka, mereka

    tidak dapat berpindah dari area atau posisi tersebut. Hal ini menyebabkan

    terbatasnya kemampuan mereka untuk bernapas, yang setelah itu dapat

    terjadi kematian. Biasanya terdapat kongesti, sianosis, dan peteki.5

    3) Riot-crushRiot-crush, seperti namanya, terjadi pada saat kerusuhan, dimana dada

    tertekan oleh orang-orang yang saling bertumpang tindih satu sama lain.

    Sehingga tidak dapat terjadi pergerakan untuk melakukan respirasi yang

    disebabkan oleh tumpukan manusia ini.5

    2. PenjeratanPenjeratan adalah bentuk asfiksia yang ditandai oleh tertutupnya

    pembuluh darah dan jalan napas pada leher sebagai akibat dari penekanan leherdari luar. Dimanapub penekanan dilakukan di leher, lima jenis mekanisme dapat

    terjadi dalam berbagai macam kombinasi:

    1) Obstruksi vena. Obstruksi aliran keluar vena dari kepala adalah yang palingbanyak terjadi karena vena memiliki dinding yang tipis dan mudah kolaps.

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    10/15

    Hal ini tercatat paling sering terjadi pada perdarahan peteki konjungtiva dan

    kulit muka pada korban pencekikan, penggantungan, dan lain-lain. Walaupun

    obstruksi vena dapat menjadi fenomena pada semua tipe penjeratan,

    obstruksi saja tidak menyebabkan kematian.

    2) Penekanan arteri karotis. Jika digunakan tenaga yang lebih kuat pada penekanan leher, dapat menyebabkan penekanan arteri karotis (Reay dan

    Holloway, 1982). Hal ini diketahui dapat menyebabkan hilangnya kesadaran

    selama 7-10 detik, dari penelitian yang dilakukan oleh Kabat et al, dengan

    menggunakan peralatan yang menyebabkan oklusi karotis yang cepat pada

    manusia.

    3) Stimulasi sinus karotis. Henti jantung vagal dapat diakibatkan oleh stimulasisinus karotis, yang membutuhkan sedikit penekanan. Stimulasi mekanis sinus

    karotis menyebabkan peningkatan tekanan darah pada sinus ini yang

    mengakibatkan melambatnya detak jantung (bradikardi), dilatasi pembuluh

    darah dan penurunan tekanan darah, dan dapat menyebabkan henti jantung

    yang fatal. Hal ini terjadi secara cepat dan dapat dipertimbangkan sebagai

    bentuk kematian neurokardia.

    4) Blockade jalan napas internal. Jika digunakan tenaga focal dan penekanandilakukan pada leher anterior, akan menyebabkan blockade jalan napas

    internal. Hal ini biasanya terjadi diantara bifurkasio faring dan trakea.

    5) Patah dan dislokasi tulang belakang servikal. Jika digunakan tenaga yangkuat, terdapat kerusakan mekanis pada tulang dan struktur muskulo-

    ligamentum leher. Tulang belakang servikal akan mengalami dislokasi yang

    menyebabkan traksi pada medulla spinalis dengan konsekuensi gangguan

    medulla spinalis atau batang otak.2, 5

    Terdapat tiga bentuk penjeratan:

    1) Penggantungan

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    11/15

    Pada penggantungan, asfiksia disebabkan oleh penekanan atau

    penarikan struktur leher oleh jerat atau pita penarik lainnya yang

    dikencangkan oleh berat badan tubuh. Hampir semua penggantungan adalah

    bunuh diri. Penggantungan karena kecelakaan jarang terjadi dan pembunuhan

    dengan cara penggantungan juga sangat jarang terjadi. Kematian disebabkan

    oleh penekanan pembuluh darah leher sehingga jumlah oksigen didalam

    darah yang menuju ke otak tidak mencukupi. Obstruksi jalan napas juga

    dapat terjadi, baik itu melalui penekanan trakea atau, ketika ikatannya diatas

    laring, elevasi dan berpindahnya lidah dan dasar mulut ke arah posterior.

    Blockade atau penekanan jalan napas tidak terlalu diperlukan untuk dapat

    menyebabkan kematian pada penggantungan.5

    Pada sebagian besar kematian karena penggantungan, terdapat alur

    luka lecet yang hampir melingkari leher di sekitar leher. Pada penggantungan

    yang khas, ikatan memanjang secara transversal disekitar midregio leher

    bagian depan, diatas level tiroid. Pada bagian leher, luka lecet bekas ikatan

    tali memanjang kearah atas, dan seringkali berbentuk V terbalik di bagian

    belakang leher. V terbalik menggambarkan dimana lokasi simpul pengikat

    berada. Jejas jerat relative terletak lebih tinggi pada leher dan tidak mendatar,

    melainkan lebih meninggi di bagian simpul, kulit mencekung ke dalam

    sesuai dengan bahan penjeratnya, berwarna coklat, perabaan kaku, dan akibat

    bergesekan degnan kulit leher maka pada tepi jejas dapat ditemukan luka

    lecet.1, 3

    Neuropatologi dari kematian akut pada penggantungan tidaklah

    spesifik. Kongesti dan edema akan menjadi gejala utama, sebagian disetai

    oleh perdarahan perivaskular periventrikular yang berlainan (Schroder dan

    Saternus 1983).2

    Pada semua kematian karena penggantungan, polisis yang trlibat harus

    memberitahukan dokter pemeriksa secepatnya. Jika korban benar-benar

    meninggal, badannya tidak boleh diturunkan, sehingga dokumentasi

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    12/15

    fotografik dan pemeriksaan tempat kejadian perkara yang tepat dapat

    dilakukan. Simpul ikatannya tidak boleh dipotong, tetapi ditinggalkan dalam

    keadaan utuh untuk dipindahkan dengan tubuhnya ke rumah duka. Ketika

    dokter memindahkan simpulnya dari leher, simpulnya sebaiknya tidak

    dibuka. Simpulnya sebaiknya dilepaskan dengan cara diselipkan melalui

    kepala atau dipotong dibagian yang tidak ada simpulnya dan ujung yang

    dipotong diamankan bersama dengan talinya.5

    2) Penjeratan dengan tali (ligature strangulation)Mekanisme penjeratan dengan tali sama dengan mekanisme kematian

    karena penggantungan, tetapi tenaga pengikatnya bukan berasal dari berat

    badan korban. Konstriksi dari semua atau sebagian lingkar leher yang

    disebabkan oleh tali menuntun kita pada sebuah serangan yang disebut

    garroting, sebuah tipe eksekusi hukuman yang berasal dari spanyol. Akan

    tetapi, penjeratan dengan tali adalah metode asfiksia karena pembunuhan

    yang paling umum, dan jarang disebabkan oleh kecelakaan atau bunuh diri.2

    Karena biasanya tidak terdapat oklusi secara keseluruhan pada

    pembuluh darah arteri pada permulaan penekanan leher, muka akan

    mengalami kongesti, peteki dan perdarahan sclera sering terjadi serta

    pembengkakan jaringa, keduanya disebabkan oleh peningkatan volume

    intravascular dan disebabkan oleh transudasi cairan ke dalam jaringan dan

    sianosis. Tanda jeratan biasanya melingkari leher berupa garis transversal

    seringkali pada laring atau trakea bagian atas. Pemeriksaan pada otak

    biasanya akan menampakkan kongesti dan edema otak. Hasil temuan yang

    spesifik sama sekali tidak ada.2

    Terdapat dua jenis simpul jerat, yaitu simpul hidup (lingkar jerat dapat

    diperbesar atau diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat

    dirubah). Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher dan

    terdapat lebih rendah daripada jejas jerat gantung. Jejas biasanya terletak

    setinggi atau dibawah rewan gondok. Keadaan jejas pada leher sangat

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    13/15

    bervariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti handuk atau selendang sutra,

    maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-otot leher sebelah dalam

    dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaus

    kaki nilon akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.1

    Bila jerat kasar seperti tali, bila tali bergesekan pada saat korban

    melawan akan menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat, yang tampak

    jelas berupa kulit yang mencekung berwarna coklat dengan perabaan kaku

    seperti kertas perkamen (luka lecet tekan). Pada otot leher sebelah dalam

    tampak banyak resapan darah.1

    3) PencekikanPencekikan disebabkan oleh penekanan tangan, telapak tangan, atau

    ekstermitas yang lain pada leher, menekan struktur internal leher. Mekanisme

    kematiannya adalah oklusi pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak,

    yaitu arteri karotis. Oklusi jalan napas kemungkinan menjadi penyebab

    minor kematian. Hampir semua kasus pencekikan disebabkan pembunuhan.

    Mekanisme kematian pada kasus ini bisa karena aritmia yang disebabkan

    stimulasi sinus karotis. Sinus karotis adalah area fokal dari pembesaran arteri

    karotis dimana arteri ini terbagi menajdi arteri karotis eksterna dan interna.

    Penekanan atau stimulasi sinus karotis menyebabkan peningkatan tekanan

    darah pada sinus-sinus ini yang mengakibatkan penurunan detak jantung

    (bradikardi), dilatasi pembuluh darah (vasodilatasi), dan penurunan tekanan

    darah.5

    Tekanan pada arteri karotis dibawah sinus menurunkan tekanan darah

    dalam sinus dengan cara menurunkan jumlah darah yang mengalir kedalam

    sinus. Hal ini menyerupai hipotensi atau penurunan suplai darah akibat

    perdarahan atau syok, menyebabkan jantung berdetak lebih cepat (takikardi),

    konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi), dan peningkatan tekanan darah.

    Hal ini menjelaskan fakta bahwa, ketika pada sebagian besar kasus

    pencekikan terdapat bradikardi, vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah,

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    14/15

    dalam beberapa kasus, jika tangannya terletak agak kebawah leher, mungkin

    terdapat takikardi, vasokonstriksi, dan peningkatan tekanan darah.5

    Tanda kekerasan pada leher ditemukan dengan distribusi yang

    berbeda-beda, tergantung pada cara mencekik: luka lecet pada kulit, berupa

    luka lecet kecil, dangkal, berbentuk bulat sabit akibat penekanan kuku jari.

    Luka-luka memar pada kulit, bekas tekanan jari, merupakan petunjuk

    berharga untuk menentukan bagaimana posisi tangan pada saat mencekik.1

    Pada pemeriksaan jenazah, bila mekanisme kematian adalah asfiksia,

    maka akan ditemukan tanda-tanda asfiksia. Tetapi bila mekanisme kematian

    adalah reflex vagal, yang menyebabkan jantung berhenti, sehingga tidak ada

    tekanan intravascular untuk dapat menimbulkan bendungan, tidak ada peteki,

    tidak ada edem pulmonal dan pada otot bagian dalam tidak ditemukan

    perdarahan. Diagnosis kematian akibat refleks vagal hanya dapat dibuat

    pereksklusionam.1

    3. Asfiksia bahan kimiawiJika oksigen di atmosfer digantikan oleh bahan kimia atau gas yang lain,

    atau jika sel darah merah tidak mampu untuk mengantarkan oksigen ke jaringan

    tubuh, orang tersebut dapat mengalami asfiksia. Penurunan oksigen di atmosfer

    biasanya terjadi pada ruangan yang relative tertutup. Misalnya, akumulasi gas

    dapat menggantikan oksigen pada terowongan tambang yang ventilasinya tidak

    layak, atau tangki pemyimpanan bahan kimia.4

    Karbonmonoksida (CO) dan sianida adalah contoh asfiksia akibat bahan

    kimia dengan mengganggu pengiriman oksigen ke jaringan. Ketika mobil

    dibiarkan menyala dalam garasi yang tertutup, CO yang berasal dari pembakaran

    bensin berkompetesi dengan oksigen untuk terikat pada hemoglobin dalam sel

    darah merah. SO adalah gas yang tidak berbau, berasa yang terbentuk ketika

    karbon terbakar dan memiliki kapasitas pengikatan lebih besar 200 kali lipat dari

  • 8/6/2019 FASE asfiksia

    15/15

    oksigen. Hasilnya adalah asfiksia karena tidak ada oksigen yang dibawa ke otak.

    Konsentrasi di atmosfer sebesar 4-5% cukup fatal pada orang dewasa dalam

    hitungan menit dan pada anak-anak bahkan lebih cepat. Konsentrasi CO yang

    ditemukan pada orang yang sekarat karena terpapar CO adalah sebesar 70-80%.

    Konsentrasi ini bisa jauh lebih rendah, terutama pada manusia yang telah

    menderita penyakit sebelumnya. Darah masih tetap merah, menghasilkan

    karakteristik warna cherry red pada livor mortis, karena CO terikat sangat kuat

    dengan hemoglobin.4

    Sianida menyebabkan asfiksia dengan mengganggu sitokrom oksidase dan

    system enzim seluler lainnya yang dibutuhkan tubuh untuk penggunaan oksigen.

    Pada livor mortis akan berwarna merah seperti keracunan CO. ahli patologi

    anatomi membuat diagnosis dari bau pada saat otopsi karena gasnya berbau

    seperti bitter almond.4