Asfiksia & BBLR

36
RESPONSI BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH) DENGAN ASIFIKSIA SEDANG Oleh: B. Intan Permata H1A006 005 Pembimbing dr. H.Tatang.A.Hidayat, Sp.A

description

Asfiksia & BBLR

Transcript of Asfiksia & BBLR

Page 1: Asfiksia & BBLR

RESPONSI

BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)DENGAN ASIFIKSIA SEDANG

Oleh:

B. Intan Permata

H1A006 005

Pembimbing

dr. H.Tatang.A.Hidayat, Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK

DI SMF ANAK RSU MATARAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2012

Page 2: Asfiksia & BBLR

I. Identitas Pasien

Nama : Bayi “SM” I

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 1 hari

BBL : 1500 gram

A – S : 6-8

Tanggal Lahir : 2 Agustus2012 pukul 06.30 WITA

No. MR : 049819

Ibu Ayah

Nama Ny “SM” Tn S

Umur 21 th 24 th

Pendidikan/Berapa tahun SD SMP

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh

Alamat Lingsar Timur Lingsar Timur

II. Keluhan Utama :

Berat badan lahir rendah, hipotermi dan Asfiksia sedang

III. Riwayat Penyakit Sekarang :

Bayi lahir di VK IRD RSUP NTB, dilahirkan secara VE (vakum ekstraksi)dengan

indikasi kala II lama dan gemelli dengan A-S 6-8. Bayi masuk NICU dengan keadaan umum

lemah, tangis (+), terlihat sedikit biru pada bibir & ekstremitas serta hipotermi.

IV. Riwayat Kehamilan Ibu :

Ibu os mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Ibu os tidak ingat kapan

HPHT nya. Ibu os biasa ANC di polindes yang diperiksa oleh bidan. Selama hamilibu os

tidak pernah mengalami sakit berat ataupun sampai dirawat di PKM atau RS, ibu os mengaku

selama hamil bidan Polindes sering mengatakan darahnya turun (Hb rendah) dan selalu

terlihat pucat, dan ibu os mengaku sering pucat dan kurang darah sebelum hamil.Ibu os

menyangkal menderita panas, batuk, pilek saat kehamilannya. Riwayat minum-minum obat

atau jamu-jamuan disangkal.

Page 3: Asfiksia & BBLR

V. Riwayat Persalinan :

Bayi lahir dengan VEdengan indikasi kala II lama BBL 1500 gram, panjang badan 41

cm,lingkar kepala 29 cm, lingkar lengan 7cm, anus (+). Apgar skor 6-8. tangis merintih

(-), sianosis (+), hipotermi (+).

VI. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : sedang

Kesadaran : waspada

Ballard score : 40-42 minggu

Score Down : 1sesak nafas ringan

SpO2 : 99% (tanpa O2)

GDS stik : 75 mg%

1. Tanda – Tanda Vital (tanggal 02/08/2012):

Suhu : 35,4oC

DJ : 148 x/menit

Respirasi : 52 x/menit

Tekanan Darah : Tidak dievaluasi

2. Menilai Pertumbuhan :

Berat Badan : 1500 gram

Panjang Badan : 41 cm

Lingkar Kepala : 29 cm

3. Penampakan Umum :

Aktivitas : menurun

Warna Kulit : kemerahan

Cacat Bawaan Yang Tampak : (-)

4. Kepala

Page 4: Asfiksia & BBLR

Bentuk kepala :simetris, lonjong, lecet (-), ubun – ubun besar terpisah, teraba datar, sutura

normal, craniosynostosis (-), molding (-), caput sucendaneum (-), dan cephal hematom (-)

5. Leher

Rooting refleks (+), hematom pada m. SCM (-), pembesaran kel.Tiroid (-), leher pendek (-).

6. Muka

Mata : katarak kongenital (-), SCB (-), conjunctivitis (-).

Hidung : atresia choana (-/-), napas cuping hidung (-/-), rhinore (-/-)

Mulut : palatoschizis (-), frenulum pendek (-), makroglossia (-).

Telinga :low set ears (-/-)

7. Thoraks

Inspeksi : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-).

Palpasi : gerakan diding dada simetris

Perkusi : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : bronkovesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan dinding dada (-),

sianosis (-).

8. Jantung

S1S2 tunggal regular, mur – mur (-), gallop (-).

9. Abdomen

Inspeksi : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-)

Auskultasi : bising usus normal

Palpasi : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba.

Perkusi : timpani (+) diseluruh lapang abdomen

10. umbilicus

Tampak basah dan mulai mengering, warna kuning kehijauan (-), bau (-), edema (-),

kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.

11. Genitalia

Normal, Clitoris dan labia minora ditutupi labia mayora.

Page 5: Asfiksia & BBLR

12. Anus dan rektum

Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.

13. Ekstremitas

Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-)

14. Tulang belakang, pinggul dan system syaraf

Dalam batas normal

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap 13 April 2012

Hemoglobin : 15 gr%

Leukosit : 12.700 /mm3

Trombosit : 219.000/mm3

Hematokrit : 48.6 %

IX. Diagnosis Kerja

BBLR dengan hipotermi dan asfiksia sedang

X. Rencana Terapi

IVFD D10% 6 tts/menit (mikro)

Ampicillin inj 2 x 50 mg

Gentamicin inj 1 x 10 mg

FOLLOW UP

Hari/ tgl S O A P

I

02/08/2012

Aktifitas (+)

Tangis (+)

baik.

Respon (+).

RR: 52 x/m

N: 148 x/m

T : 35.4

SpO2: 99%

(tanpa O2)

Retraksi (+)

subcostal.

Sianosis (+)

BB: 1500 g

BBLR +

hipotermi+

asfiksia

sedang.

Observasi KU

dan VS

Cek DL dan GDS

Page 6: Asfiksia & BBLR

II

03/08/2012

Aktifitas (+).

Menangis(+).

Respon (+).

RR: 48 x/m

N: 126 x/m

T : 36.4

GDS : 102

Retraksi (-).

BB: 1480 g

Hasil Lab :

WBC : 12.7

Hb : 15

PLT : 219

BBLR +

hipotermi-

Observasi

MK dan ASI

III

04/08/2012

Aktifitas (+).

Respon (+).

Menangis

(+).

RR:46 x/m.

N: 132 x/m.

T : 36.7

Retraksi (-)

BB: 1470 g.

BBLR +

hipotermi -

Observasi

MK dan ASI

IV

06/08/2012

Minum

ASI/PASI(+)

Aktifitas (+).

Respon (+).

Menangis

(+).

RR: 43 x/m.

N: 149 x/m.

T: 36.5

Retraksi (-)

GDS : 84

BB: 1490 g.

BBLR +

hipotermi-

Observasi

MK dan ASI

Tunggu Ibu

V

07/08/2012

Malas

minum

Aktifitas

(+).

Respon (+).

Bayi ikterus

RR: 50 x/m.

N: 122 x/m.

T: 36.9

Retraksi (-)

BB: 1470 g.

BBLR +

hipotermi -

Sonde

ASI/PASI 8x3cc

Fototerapi

Cek Bilirubin

dan DL

VI

08/08/2012

Aktifitas

(+).

Minum (+)

RR: 48 x/m.

N: 128 x/m.

T: 36.7

BBLR +

hipotermi -

ASI/PASI 8x5cc

Fototerapi lanjut

Page 7: Asfiksia & BBLR

Respon (+).

Bayi ikterus

Retraksi (-)

BB: 1480 g.

Hasil lab : DL =

dala m batas nor

mal

Bilirubin total =

17.98

Page 8: Asfiksia & BBLR

TINJAUAN PUSTAKA

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)

jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi

cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR).

Klasifikasi

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Prematuritas murni

Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai

untuk masa kehamilan.

Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang

matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan

bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya

keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.

Epidemiologi

Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena merupakan

penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal.Prevalensi BBLR masih cukup tinggi

terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah.Secara statistik menunjukkan 90%

kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibandingkan pada bayi dengan berat lahir > 2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat

bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%.Secara nasional

berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari

Page 9: Asfiksia & BBLR

target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat

2010 yakni maksimal 7%.

Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat itu masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk menurunkan

angka kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan kesejahteraan menjadi meningkat.

Kejadian BBLR ini bisa dicegah bila kita mengetahui faktor-faktor penyebabnya.

Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain

adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan

kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

(1) Faktor ibu

a. Penyakit : Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti

perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia (< 20 tahun atau >40 tahun)

d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu

pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.

(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-

ekonomi dan paparan zat-zat racun.

Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

- Hipotermia

- Hipoglikemia

- Gangguan cairan dan elektrolit

- Hiperbilirubinemia

Page 10: Asfiksia & BBLR

- Sindroma gawat nafas

- Paten duktus arteriosus

- Infeksi

- Perdarahan intraventrikuler

- Apnea of Prematurity

- Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) antara lain :

- Gangguan perkembangan

- Gangguan pertumbuhan

- Gangguan penglihatan (Retinopati)

- Gangguan pendengaran

- Penyakit paru kronis

- Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

- Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka

waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari

etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:

-Umur ibu

-Riwayat hari pertama haid terakir

-Riwayat persalinan sebelumnya

- Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

-Kenaikan berat badan selama hamil

-Aktivitas

- Penyakit yang diderita selama hamil

-Obat-obatan yang diminum selama hamil

Page 11: Asfiksia & BBLR

2. Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

- Berat badan <2500 gr

- Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

Tulang rawan telinga belum terbentuk.

Masih terdapat lanugo.

Refleks masih lemah.

Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium

minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.

- Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

Tidak dijumpai tanda prematuritas.

Kulit keriput.

Kuku lebih panjang

3. Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain

- Pemeriksaan skor ballard

- Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

- Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit

dan analisa gas darah.

- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan

kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom

gawat nafas.

- USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

Penatalaksanaan/ terapi

1. Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

- Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Page 12: Asfiksia & BBLR

- Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari,

dan umur 4-6 minggu)

2. Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan

pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan

memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara

ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel

pada puting. ASI merupakan pilihan utama :

- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara

apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling

kurang sehari sekali.

- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3

hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan

bayi adalah sebagai berikut:

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

Bayi Sehat

- Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah

merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2

jam) bila perlu.

- Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

Bayi Sakit

- Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum

seperti pada bayi sehat.

- Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Page 13: Asfiksia & BBLR

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap

untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas,

kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah

mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan

tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi

sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat

menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

Bayi Sehat

- Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat

diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru

(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan

pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk

atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan

waktu lebih dari 1 minggu)

- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

- Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

- Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV

secara perlahan.

- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

Page 14: Asfiksia & BBLR

- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi

sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

Bayi Sehat

- Beri ASI peras melalui pipa lambung

- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum

- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit

- Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

- Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

intravena secara perlahan.

- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum

- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)

- Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

- Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

cairan intravena secara perlahan.

- Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum

- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Page 15: Asfiksia & BBLR

- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.

Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

- Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti

kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan

hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

- Ukur suhu tubuh dengan berkala

- Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

- Jaga dan pantau patensi jalan nafas

- Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

- Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

- Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

- Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)

1). Pemantauan saat dirawat

a. Terapi

- Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

- Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

- Pantau berat badan bayi secara periodik

- Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk

bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500

- Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir)

dan telah berusia lebih dari 7 hari :

Page 16: Asfiksia & BBLR

Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180

ml/kg/hari

Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar

jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI

hingga 200 ml/kg/hari

Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

2). Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan

mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai

berikut :

- Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

- Hitung umur koreksi.

- Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

- Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).

- Awasi adanya kelainan bawaan.

Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal.Prognosis

akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena

komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,

hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.

Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang

penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :

- Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun

kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,

terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,

dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

Page 17: Asfiksia & BBLR

- Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,

tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar

mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik

- Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat

(20-34 tahun)

- Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses

terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

Tanda kecukupan pemberian ASI:

- BAK minimal 6 kali/ 24 jam.

- Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.

- BB naik pd 7 hari pertama sebanyak 20 gram/ hari.

- Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes dari

payudara yg lain.

Indikasi bayi BBLR pulang:

- Suhu bayi stabil.

- Toleransi minum oral baik terutama ASI.

- Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

Cara menghangatkan bayiCara Petunjuk penggunaan

Kontak kulit Untuk semua bayi Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau

menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.

KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g.

Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat

merawat bayinya.Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.

Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.

Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang tidak dapat dilakukan KMC.

Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.

Tidak untuk bayi sakit berat.

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)

Page 18: Asfiksia & BBLR

Berat (g)Umur (hari)

1 2 3 4 5+>1500 60 80 100 120 150<1500 80 100 120 140 150

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499

PemberianUmur (hari)

1 2 3 4 5 6 7Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30

Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)

Berat badan (g) <1000 1000 - <1500 1500 – 2500 >2500

Hari I 120 cc D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10%

Hari II 140 cc D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10%

Hari III 170 cc D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10%

Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc

Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.

Page 19: Asfiksia & BBLR

ASFIKSIA

Definisi

Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir

atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan

asidosis.

2. WHO

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah

lahir.

3. ACOG dan AAP

Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut:

- Nilai Apgar menit kelima 0-3

- Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)

- Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)

- Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular,

gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).

Epidemiologi

Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia

disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Laporan

dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003

asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak

diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.

Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup

dengan morbiditas jangka panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan

belajar. Menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian

Page 20: Asfiksia & BBLR

perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%),

prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%)

Etiologi dan Faktor Resiko

Asfiksia neonatorum terjadi karena adanya gangguan pertukaran gas serta transport

O2dari ibuke janin sehingga terdapat gangguan dalam persdiaan O2 dan dalam menghilangkan

CO2. Gangguan ini dapat disebabkan secara menahun dalam kehamilan dan mendadak dalam

persalinan.Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk dan

penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung.

Towel (1996), menggolongkan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :

1. Faktor Ibu

- Hipoksia ibu, dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau

anastesia dalam sehingga akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.

- Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan

menyebabkan kekurangan pengaliran O2 ke plasenta dan janin. Misalnya : gangguan

kontraksi uterus (hipotermi, tetani uterus akibat penyakit/obat), hipotensi mendadak

pada ibu akibat perdarahan, hipertensi akibat penyakit eklampsi.

2. Faktor Placenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi placenta.

Asfiksia janin terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta misalnya :

solusi placenta, perdarahan placenta dan placenta previa.

3. Faktor Fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh

darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan

aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat

melilit, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir.

4. Faktor Neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena :

- Pemakaian obat anastesi/analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat

menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.

Page 21: Asfiksia & BBLR

- Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial kelainan

kongenital pada bayi misalnya : hernia diafragma atresia, hipoplasia paru.

5. Faktor Persalinan

- Partus lama

- Partus dengan tindakan (SC, Vakum Ekstraksi)

Klasifikasi

Pembagian klasifikasi asfiksia dibuat berdasarkan nilai apgar score yaitu :

1. Asfiksia berat

Apgar score 0-3, bayi memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian O2

terkendali.

2. Asfiksia sedang

Apgar score 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian O2 sampai bayi dapat bernafas

normal kembali.

3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-10). Dalam hal ini bayi dianggap sehat

dan tidak memerlukan tindakan istimewa (Mochtar R, 1998).

Tabel 1. Penilaian Apgar Score

TandaScore

0 1 2

Apperance

(warna kulit)

Biru pucat Tubuh kemerahan,

ekstremitas biru

Tubuh dan ekstremitas

kemerahan

Pulse

(Denyut nadi)

Tidak ada ≤100 x/m ≥ 100 x/m

Grimace

(refleks)

Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat dan menagis

Activity

(tonus otot)

Lumpuh Gerakan lemah Gerakan aktif

Respiratory

(usaha bernafas)

Tidak ada Lambat Teratur, menangis kuat

Diagnosis

Page 22: Asfiksia & BBLR

Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-

tanda gawat janin antara lain :

1. Denyut jantung janin

Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 x/m, selama his frekuensi ini biasa turun,

tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut

jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi sampai di bawah 100

x/m diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

2. Mekonium dalam air ketuban

Pada presentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan terus

menimbulkan kewaspadaan.Adanya meokinum air ketuban pada presentasi kepala dapat

merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan, biasanya hal ini dapat dilakukan dengan

mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin.

Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil

pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.Adanya asidosis menyebabkan

turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun di bawah 7,2 hal ini dianggap sebagai tanda

bahaya oleh beberapa penulis.

Patogenesis

1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap

nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 itu terus

berlangsung, maka nesovagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah rangsangan

dari nesosimpatikus. Denyut jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan

menghilang.

2. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin

dalam hipoksia :

- Jika DJJ normal dan ada mekonium, maka janin mulai hipoksia.

- Jika DJJ >100 x/m dan ada mekonium, maka janin sedang hipoksia.

- Jika DJJ <100 x/m dan ada mekonium, maka janin dalam keadaan gawat.

Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa, kemudian terdapat

banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat (Mochtar R, 1998).

Page 23: Asfiksia & BBLR

Penanganan

1. Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain) bersihkan mulut dan jalan nafas.

2. Lakukan resusitas dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan

O2 dengan tekanan 12 mmHg dan dapat juga dilakukan pernafasan dari mulut ke

mulut, masase jantung.

3. Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala

dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.

4. Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K 1-2 mg.

Tujuan Penanganan

1. Untuk mengurangi angka mortalitas dan angka morbiditas

2. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi

3. Untuk membatasi gejala lain setelah mengalami asfiksia.

Komplikasi

Komplikasi pada bayi baru lahir akibat asfiksia meliputi :

- Cerebral palsy

- Retardasi mental

- Gangguan belajar

Apabila asfiksia ini tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan kematian.

Page 24: Asfiksia & BBLR

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Berat badan lahir merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 g tanpa

memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah

lahir. Pada kasus ini, berat lahir os adalah 1500 gram, artinya os termasuk bayi BBLR yang

berdasarkan masa gestasinya tergolong bayi BBLR dengan kategori dismaturitas karena hasil

perhitungan Ballard score menunjukkan usia kehamilan atau masa gestasi tidak sesuai

dengan berat badan pada masa gestasi itu. Pada kasus ini perhitungan Ballard score nya

menunjukkan usia kehamilan 40-41 minggu. Hal ini biasanya disebut dengan kecil masa

kehamilan. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang

matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain

adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan

kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. Adapun faktor

risiko BBLR pada kasus ini didapatkan faktor ibu yaitu ibu yang sering mengalami anemia

selama hamil dan memang sering dialami sebelum hamil. Anemia akan mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim. Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai

berkuran akibatnya pertumbuhan organ janin pun akan terhambat dan menyebabkan BBLR.

Adapun faktor risiko BBLR yang lain pada kasus ini adalah faktor plasenta yaitu kehamilan

ganda (gemelli). Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gangguan dibandingkan

Page 25: Asfiksia & BBLR

janin tunggal yang tampak ada ukuran sonografi dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi

semakin besar derajat retardasi pertumbuhan. Pengaruh kehamilan kembar pada janin dapat

menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas

janin meningkat hingga 4 kali daripada kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh

prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali kongenital. Kehamilan kembar

juga berpengaruh terhadap peregangan uterus yang berlebihan yang mengakibatkan

terjadinya partus prematurus. Selain itu kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar

lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi anemia ibu hamil yang dapat mengganggu

pertumbuhan janin seperti BBLR.

Pada kasus di atas, pada pasien terjadi asfiksia derajat sedang dengan melihat skor

apgar masing-masing pada menit pertama dan kelima sebesar yaitu 6-8. Kemungkinan

asfiksia yang terjadi dikarenakan karena faktor ibu berupa anemia, faktor fetus berupa janin

kembar, faktor persalinan berupa kala II lama dan partus dengan VE (vakum ekstraksi).

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara

lain :hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma

gawat nafas, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, Apnea of

Prematurity, anemia. Pada kasus diatas, kita jumpai kompliksi langsung atau penyulit pada

BBLR yaitu hipotermia.

Page 26: Asfiksia & BBLR

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Gambaran Kasus Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Available from :

http://ebookbrowse.com. (Accessed at April, 21th 2012)

Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak,

edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya

Elizawarda. 2003. Studi Kasus Kelola Faktor Resiko Untuk Pencegahan Berat Badan Lahir

Rendah di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2003. Available from :

http://repository.usu.ac.id.(Accessed at April, 21th 2012)

Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Jakarta

Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.

RSUP Sanglah, Denpasar.

Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.