Etik Hukum Kep Gerontik

37
ASPEK LEGAL,ETIK, HUKUM KEP. GERONTIK Ns.Rinco Siregar,S.Kep, MNS

Transcript of Etik Hukum Kep Gerontik

Etik Hukum Kep. Lansia

Aspek legal,etik, Hukum Kep. Gerontik

Ns.Rinco Siregar,S.Kep, MNSLatar Belakang Perlunya KebijakanJumlah lansia thn 2005-2015 : 19.3 % penduduk di Indonesia, thn 2020-2025 mnjadi urutan ke 4 .Pertambahan cepatKondisi kesehatan Kondisi Sosial ekonomiStigma Masyarakat Kemunduran fisik mental Hubungan & komunikasi terbatas.Produktivitas kerja menurun Rawan terhadap penyakit;

Usila identik dengan pikun, renta, loyo, tidak produkif, masa lalu, ketinggalan jaman, cerewet, beban. CARE & DIGNITY KEKERASAN

LegalIlegal

Standar ProfesionalPelayanan yang diberikan pada pasien harus sesuai dengan standarPerawat bertanggungjawab memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat perawatan,ketrampilan dan keahlianStandar perawatan digunakan untuk mengukur adanya kelalaian

Standar Praktik Keperawatan GerontikSemua perawatan gerontik harus melalui perencanaan, pengorganisasian yang diberikan oleh perawat eksekutif, yaitu sarjana/master yang berpengalaman di pelayanan long term care or acut care

Standar I Organisasi Pelayanan Keperawatan GerontikStandar II TheoryPerawat menggunakan konsep theory sebagai pedoman dalam memberikan perawatan

Standar III Pengumpulan DataUntuk mengetahui status kesehatan lansia dengan cara di kaji secara komprehensif, akurat, dan sistematis dan divalidasi dengan anggota tim, klien dan keluarga.

Standar IV Diagnosa KeperawatanMenggunakan data hasil pengkajian untuk menentukan diagnosa keperawatan

Standar V Perencanaan dan perawatan berkelanjutanPerawat selalu mengembangkan perencanaan yang sesuai, penetapan tujuan, prioritas, pendekatan, perawatan melalui terapeutik, preventiv, restorativ, dan rehabilitativ.Perencanaan perawatan dalam rangka mencapai dan mempertahankan derajad kesehatan yang tinggi, kesejahteraan, kualitas hidup dan damai saat meninggalPerencanaan dilakukan terus menerus sesuai dengan tempat pelayanan

Standar VI IntervensiPerawat dengan panduan renpra ditujukan untuk mengembalikan kemampuan fungsional dan mencegah komplikasi serta excess disability berdasarkan teori

Standar VII EvaluasiPerawat secara berkelanjutan mengevaluasi respon klien dan keluarga terhadap tindakan untuk menentukan kemajuan tujuan, revisi data, diagnosa dan perencanaan.

Standar VIII Kolaborasi InterdisiplinPerawat melakukan kolaborasi anggota tim yang lain diberbagai tempat pelayanan Melakukan pertemuan reguler untuk evaluasi efektifitas perencanaan klien dan keluarga dan menyesuaikan perencanaan sesuai perubahan kebutuhan

Standar IX PenelitianPerawat berpartisipasi dalam penelitian untuk mengembangkan ilmu gerontik, desiminasi hasil penelitian, dan menggunakan dalam praktik

Standar X EtikPerawat menggunakan kode etik profesi sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan praktik

Standar XI Pengembangan ProfesionalPerawat bertanggungjawab mengembangkan dan berkontribusi meningkatkan profesional dalam anggota tim dengan cara peer review untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

11Hukum dan Peraturan yang berkaitan dengan kesejahteraan lansiaPemberian Bantuan Bagi Orang jompoUU No. 4 Tahun 1965Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga KerjaOrang menjadi tenaga kerja sampai ia masuk keliang kubur.tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat

UU No. 14 Tahun 1969Ketentuan Pokok Kesejahteraan SosialUU No. 6 Tahun 1974Jaminan Sosial tenaga kerjaUU No. 3 Tahun 1992Sistem Pendidikan NasionalUU No. 2 Tahun 1989Usaha PerasuransianUU No. 2 Tahun 1992

Perumahan dan PemukimanUU No. 4 Tahun 1992Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga SejahteraUU No. 10 Tahun 1992Dana PensiunUU No. 11 Tahun 1992KesehatanUU No. 23 Tahun 1992Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga SejahteraUU No. 21 Tahun 1994Pengelolaan Perkembangan KependudukanUU No. 27 Tahun 1994Kesejahteraan lansiaHak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaanUpaya pemberdayaanUpaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensialPelayanan terhadap lansiaPerlindungan sosialBantuan sosialKoordinasiKetentuan pidana dan sanksi administrasiKetentuan peralihan

UU No. 13 Tahun 1998Hak Asasi ManusiaSetiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus

Pasal 41 (Ayat 2) UU No.39 Tahun 1999Pasal 42 UU No.39 Tahun 1999Setiap warganegara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Hak Asasi ManusiaPihak yang paling bertanggung jawab untuk melindungi dan memenuhinya adalah pemerintah

Pasal 8 UU No.39 Tahun 1999Hak Asasi ManusiaSetiap orang/badan/lembaga yang dengan sengaja tidak menyediakan aksesibilitas bagi lansia, sebagaimana diatur undang-undang ini dapat dikenai sanksi administrasi, berupa teguran lisan, tertulis, atau pencabutan izin.

Pasal 27 UU No.39 Tahun 1999Pertama Mengajak negara-negara : bersama-sama atau sendiri, untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan peningkatan kehidupan lansia sejahtera lahir batin, damai, sehat dan aman.KeduaMengkaji dampak menuanya penduduk terhdp pembangunan untuk mengembangkan potensi lansia. Untuk mendorong terciptanya pembanguna yg selaras, dibutuhkan lansia yg sehat dan mandiri dengan dukungan dari segala pihak, yaitu pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan keluarga. Bentuknya berupa penyediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi lansia utk meningktkan derjat keshtn dan mutu kehdupannya dgn menanamkan cara pola hidup sehat.International Plan Of Action of Ageing (Vienna Plan) yang ditetapkan dengan Resolusi No.37/51 tahun 1982 menegaskan dalam Inti Plan Action EtikaIlmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia

Perawat

Prinsip Etikaa. Otonomi (Autonomy)Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinyab. Berbuat baik (Beneficience)Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.f. Menepati janji (Fidelity)Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klieng. Karahasiaan (Confidentiality)Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.

h. Akuntabilitas (Accountability)Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.Kode EtikPernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.

Fungsi Kode Etik PerawatKode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status profesional dengan cara sebagai berikut:Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat.Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal.Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profsi

Kode etik keperawatan Indonesia1. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat

2. Tanggungjawab terhadap tugas

3. Tanggungjawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya

4. Tanggungjawab terhadap profesi keperawatan

5. Tanggungjawab terhadap pemerintah, bangsa dan negara

Inform concentTiga elemen Informed consentThreshold elementsInformation elementsConsent elements

Threshold elementsSyarat, yaitu pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten (cakap).

Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis.

(keputusan yang reasonable berdasarkan alasan yang reasonable)Information elementsdisclosure (pengungkapan) understanding (pemahaman). berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat.Consent elementsvoluntariness (kesukarelaan, kebebasan)

authorization (persetujuan)

Dinyatakan (expressed)Tidak dinyatakan (implied)

LisanTertulisTingkah laku (gerakan)Proxy ConsentConsent yang diberikan oleh orang yang bukan si pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi, dan consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien, bukan baik buat orang banyak

suami/istri, anak, orang tua, saudara kandung, dstDoktrin Informed Consent tidak berlaku1. Keadaan darurat medis2. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat3. Pelepasan hak memberikan consent (waiver)4. Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya dapat dilakukan pada pasien yang melepaskan haknya memberikan consent. 5. Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.

Keluhan pasien tentang proses informed consentBahasa yang digunakan untuk menjelaskan terlalu teknisPerilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian, atau tidak ada waktu untuk tanya jawab. Pasien sedang dalam keadaan stress emosional sehingga tidak mampu mencerna informasiPasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk.

Keluhan dokter tentang informed consentPasien tidak mau diberitahu.Pasien tak mampu memahami.Resiko terlalu umum atau terlalu jarang terjadi.Situasi gawat darurat atau waktu yang sempit

Terima Kasih