Kelompok 8 Kep Gerontik

53
MAKALAH Dokumentasi Keperawatan pada Gerontik (Usia Lanjut) D I S U S U N OLEH: KELOMPOK VIII 1. Fera Astarina (NIM. 12. 1342) 2. Nofri Irawan (NIM. 12. 1355) 3. Reni Suryanti (NIM. 12. 1359) 4. Sugeng Wiyono (NIM. 12. 1366) Dosen Pembimbing: Ns. Ekoan Zuriyono, S. Kep., CWCCA Dibuat untuk memenuhi tugas awal Tingkat II Semester III AKADEMI KEPERAWATAN PEMBINA PALEMBANG 2013

Transcript of Kelompok 8 Kep Gerontik

MAKALAH

Dokumentasi Keperawatan pada Gerontik (Usia Lanjut)

D

I

S

U

S

U

N

OLEH:

KELOMPOK VIII

1. Fera Astarina (NIM. 12. 1342)

2. Nofri Irawan (NIM. 12. 1355)

3. Reni Suryanti (NIM. 12. 1359)

4. Sugeng Wiyono (NIM. 12. 1366)

Dosen Pembimbing: Ns. Ekoan Zuriyono, S. Kep., CWCCA

Dibuat untuk memenuhi tugas awal Tingkat II Semester III

AKADEMI KEPERAWATAN PEMBINA

PALEMBANG

2013

i

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-

Nya, sehingga Kami dapat membuat dan menyusun makalah tentang “Dokumentasi

Keperawatan pada Gerontik (Usia Lanjut)”. Walaupun banyak hambatan yang Kami hadapi

dalam menyusun makalah ini. Mungkin makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum

bisa dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan yang Kami miliki.

Penyajian makalah ini didukung berbagai data. Adapun sistematika makalah ini

meliputi: cover, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan

penulisan dan manfaat, pembahasan (isi), penutup yang berisi kesimpulan dan saran, serta

daftar pustaka yang berisi sumber referensi.

Diharapkan makalah ini akan lebih mudah untuk dipelajari dan dimengerti. Oleh

karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

terutama dari Ns. Ekoan Zuriyono, S. Kep., CWCCA selaku dosen pembimbing mata kuliah

Dokumentasi Keperawatan. Supaya Kami dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah

makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi siapa saja terutama bagi teman-

teman Akper Pembina Palembang yang ingin lebih memahami tentang Dokumentasi

Keperawatan pada Gerontik (Usia Lanjut).

Tanjung Raja, Oktober 2013

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 2

1.2.1 Tujuan Umum 2

1.2.2 Tujuan Khusus 2

1.3 Manfaat 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Gerontik (Lanjut Usia) 3

2.1.1 Definisi Lanjut Usia 3

2.1.2 Batasan Lanjut Usia 3

2.1.3 Tipe Lanjut Usia 4

2.1.4 Proses Penuaan 4

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan 5

2.1.6 Teori-teori Penuaan 5

2.1.7 Perubahan Biologis pada Lanjut Usia 6

2.1.8 Penyakit-penyakit pada Lanjut Usia 8

2.1.9 Terapi pada Lanjut Usia 12

2.2 Keperawatan Gerontik 13

2.2.1 Definisi Keperawatan Gerontik 13

2.2.2 Lingkup dan Tanggung Jawab Keperawatan Gerontik 13

2.2.3 Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik 14

2.3 Konsep Askep pada Gerontik 14

2.3.1 Kegiatan Askep Dasar bagi Lanjut Usia 14

2.3.2 Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia 15

2.3.3 Tujuan Askep Lanjut Usia 15

2.4 Askep pada Lanjut Usia 16

2.4.1 Pengkajian 16

Format Pengkajian Gerontik 18

2.4.2 Diagnosa Keperawatan 26

2.4.3 Perencanaan/Intervensi 30

2.4.4 Pelaksanaan/Implementasi 32

2.4.5 Penilaian/Evaluasi 32

2.4.6 Rencana dan Proses Keperawatan 33

Contoh Kasus pada Gerontik 39

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 49

3.2 Saran 49

Daftar Pustaka 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lanjut usia) di Indonesia tercatat yang

paling pesat di dunia. Jumlah lanjut usia kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5

juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37% dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah

lanjut usia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan

Amerika Serikat.

Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993),

kenaikan jumlah lanjut usia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%,

tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk

Indonesia. Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk

Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut

kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati

peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun).

Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita

golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Keperawatan pada usia lanjut

merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai

keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini

ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai

berkembang.

Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic

nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang

yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang

bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun

(di Indonesia dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun

penyebabnya dan dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan

perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari

satu macam penyakit disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

2

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Dapat memahami tentang Dokumentasi Keperawatan pada Gerontik (Usia

Lanjut), serta mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan pada

Lanjut usia.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain, sebagai berikut.

a. Mengenal masalah kesehatan lanjut usia.

b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada

lanjut usia.

c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lanjut usia.

d. Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial) sehingga

dapat meningkatkan kesehatan lanjut usia.

e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan

kesehatan).

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut:

- Dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lanjut usia.

- Dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap lanjut usia.

- Memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap lanjut usia.

- Mengetahui dan memahami konsep dasar keperawatan gerontik.

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Gerontik (Lanjut Usia)

2.1.1 Definisi Lanjut Usia

Lanjut usia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari

proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu.

Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun

mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah

dimilikinya. Pengertian lanjut usia menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah seseorang

yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan

hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan

menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia (lanjut usia) adalah

seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999).

2.1.2 Batasan Lanjut Usia

Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

a) Usia pertengahan (Middle Age): usia 45-59 tahun.

b) Lanjut usia (Elderly): usia 60-74 tahun.

c) Lanjut usia tua (Old): usia 75-90 tahun.

d) Usia sangat tua (Very Old): usia >90 tahun.

2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:

a) Pralanjut usia (prasenilis): Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b) Lanjut usia: Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c) Lanjut usia risiko tinggi: Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang

yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

d) Lanjut usia potensial: Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/

atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/ jasa.

3. Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati A. M:

a) Masa bayi : 0-1 tahun.

b) Masa pra sekolah : 1-6 tahun.

c) Masa sekolah : 6-10 tahun.

d) Masa pubertas : 10-20 tahun.

e) Masa setengah umur : 40-65 tahun.

f) Masa lanjut usia : > 65 tahun.

4

2.1.3 Tipe Lanjut Usia

Beberapa tipe pada lanjut usia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku

R. Siti Maryam, dkk, 2008). Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,

memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari

pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,

tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan

melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif,

dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lanjut usia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen

(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe serius, tipe pemarah/ frustasi (kecewa

akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri

sendiri).

2.1.4 Proses Penuaan

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa dan

masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun

psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun

psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,

penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai

fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.

5

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan

R. Siti Maryam, dkk, 2008. menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

penuaan adalah sebagai berikut:

1. Hereditas (Keturunan/Genetik)

2. Nutrisi (Asupan Makanan)

3. Status Kesehatan

4. Pengalaman Hidup

5. Lingkungan

6. Stress

2.1.6 Teori-teori Penuaan

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh

Barbara Cole Donlon dan Betty Newman, sebagai berikut.

1. Teori-teori Biologis

(a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatic theory)

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat

pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi

DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/ enzim. Kesalahan ini

terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ

atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.

(b) Teori genetik clock

Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik

untuk spesies tertentu yang mempunyai batas usia yang berbeda-beda.

2. Teori-teori Non-genetik

(a) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan

tubuh menjadi lemah dan sakit.

(b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)

Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan

bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang

mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.

(c) Teori menua akibat metabolisme

Pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan

memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan

kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989: Boedhi

Darmojo, 1999).

6

(d) Teori rantai silang (cross link theory)

Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,

karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia

dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada

membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang

elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

(e) Teori Stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

(f) Teori Program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah

setelah sel-sel tersebut mati.

3. Teori-teori Kejiwaan Sosial

a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

(1) Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka

yang aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial.

(2) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang

yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliknya.

c. Teori Pembebasan (didengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara

berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik

diri dari pergaulan sekitarnya.

2.1.7 Perubahan Biologis pada Lanjut usia

Perubahan Temuan Subyektif dan

Obyektif

Peningkatan Kesehatan/Rekomendasi

Keperawatan

Sistem Kardiovaskular

- Penurunan curah

jantung.

- Penurunan

kemampuan

merespons stress.

- Frekuensi jantung

dan volume kurang

dari kebutuhan

maksimal.

- Kecepatan

pemulihan jantung

- Keluhan keletihan

dengan peningkatan

aktivitas waktu

pemulihan frekuensi

jantung meningkat.

- Tekanan darah normal

<140/90 mmHg.

- Olahraga secara teratur.

- Hindari merokok.

- Makan makanan rendah lemak.

- Diet rendah garam.

- Berpartisipasi dalam aktivitas

penurunan stress.

- Ukur tekanan darah secara teratur.

- Kepatuhan pengobatan.

- Kontrol berat badan.

7

lebih

lambat.

- Peningkatan tekanan

darah.

Sistem Pernapasan

- Peningkatan volume

residual paru.

- Penurunan kapasitas

vital.

- Penurunan

pertukaran gas dan

kapasitas difusi.

- Penurunan efisiensi

batuk.

- Keletihan dan sesak

nafas setelah

beraktivitas.

- Gangguan penyembuhan

jaringan akibat

penurunan oksigensi.

- Kesulitan membatukan

sekret.

- Olahraga secara teratur.

- Hindari merokok.

- Minum banyak cairan untuk

mengencerkan/mencairkan secret.

- Imunisasi influenza setiap tahun.

- Hindari resiko terhadap infeksi

traktus respiratorius bagian atas.

Sistem Integumen

- Penurunan

perlindungan

terhadap trauma dan

sinar matahari.

- Penurunan

perlindungan

terhadap suhu yang

ekstrim.

- Berkurangnya

sekresi minyak alami

dan berkeringat.

- Kulit nampak tipis dan

keriput.

- Keluhan cedera, memar

dan terbakar matahari.

- Keluhan tidak tahan

panas.

- Struktur tulang menonjol.

- Kulit kering

- Berpakaian yang sesuai dengan

iklim.

- Menjaga suhu dalam ruangan yang

aman.

- Berendam 1-2 kali seminggu.

- Lumasi kulit dengan body lotion.

Sistem Reproduksi Wanita:

- Penyempitan dan

penurunan elastisitas

vagina.

- Penurunan sekresi

vagina.

Pria:

- Penurunan ukuran

penis dan testis.

Pria dan wanita:

- Respons seksual

yang melambat.

Wanita:

- Nyeri saat berhubungan

kelamin.

- Perdarahan vagina

setelah berhubungan

seksual.

- Gatal dan iritasi vagina.

- Orgasme melambat.

Pria:

- Ereksi dan pencapaian

orgasme melambat.

- Mungkin memerlukan peresapan

pemberian krim antibiotik.

- Gunakan pelumas saat berhubungan

kelamin.

- Carilah bimbingan kesehatan/seksual

bila perlu.

Sistem

Muskuloskeletal

- Kehilangan

kepadatan tulang.

- Kehilangan ukuran

dan kekuatan otot

- Degenerasi tulang

- Penurunan tinggi badan.

- Rentan terhadap fraktur.

- Kifosis.

- Keluhan nyeri

punggung.

- Kehilangan kekuatan,

- Berolahraga secara teratur.

- Makan makanan tinggi kalsium.

- Batasi masukan fosfor.

- Mungkin perlu mendapat resep

tambahan hormon dan kalsium.

8

rawan sendi.

fleksibiltas dan

ketahanan.

- Keluhan nyeri sendi

Sistem Genitourinarius

- Kapasitas kandung

kemih menurun.

- Keterlambatan rasa

ingin berkemih.

- Retensi urin.

- Kesulitan berkemih.

- Keluhan nyeri sendi.

- Kunjungi dokter untuk pemeriksaan

berkala.

- Jangan jauh dari toilet.

- Pakai pakaian yang mudah dibuka.

- Minum banyak air.

- Pertahankan keasaman urin

- Pelihara hygiene.

Sistem Gastrointestinal

- Penurunan salvias.

- Kesulitan menelan

makanan.

- Perlambatan

pengosongan

esophagus dan

lambung - Penurunan motilitas

GI.

- Keluhan mulut kering.

- Keluhan sesak

- Nyeri ulu hati.

- Gangguan pencernaan.

- Gunakan es batu dan obat kumur.

- Sikat gigi dan pijatan gusi setiap

hari.

- Makan sedikit tapi sering.

- Mintalah perawatan gigi berkala.

2.1.8 Penyakit-penyakit pada Lanjut usia

1. Sistem Pernapasan

1) Emfisema

Merupakan suatu perubahan struktur paru-paru dalam bentuk pelebaran

saluran napas di ujung akhir bronkus disertai dengan kerusakan dinding alveolus

yang menimbulkan kesulitan pengeluaran udara pernapasan. Gejala emfisema

diawali dengan sesak napas, batuk yang disertai dahak berwarna putih, badan

terlihat lelah, nafsu makan berkurang, dan berat badan pasien menurun.

2) Asma

Merupakan penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan. Ditandai dengan 3

hal, antara lain penyempitan saluran napas, pembengkakan, dan sekresi lendir

yang berlebih di saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak napas,

batuk berdahak, dan suara napas yang berbunyi wheezing, yang biasanya timbul

pada pagi hari menjelang waktu subuh.

3) Pneumonia

Merupakan penyakit infeksi paru. Gejala pneumonia meliputi demam,

batuk, napas pendek, berkeringat, menggigil, dada terasa berat dan nyeri saat

bernapas (pleuritis), nyeri kepala, nyeri otot, lesu dan suhu tubuh rendah.

9

4) Bronkitis

Merupakan peradangan membran mukosa yang melapisi bronkus dan

bronkiolus, yaitu jalan napas dari trakea ke paru-paru. Bronkitis akut ditandai

dengan batuk dengan atau tanpa sputum, terdiri atas mukus yang diproduksi di

saluran napas. Sedangkan bronkitis kronis ditandai dengan batuk produktif yang

berlangsung sampai 3 bulan atau lebih setiap tahunnya selama 2 tahun.

2. Sistem Kardiovaskuler

1. Hipertensi

Merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah

baik secara lambat atau mendadak. Hipertensi menetap (tekanan darah yang

tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit

jantung koroner, gagal jantung dan gagal ginjal. Biasanya penyakit ini tidak

memperlihatkan gejala, meskipun beberapa pasien mengatakan nyeri kepala,

lesu, pusing, pandangan kabur, muka yang terasa panas atau telinga

mendenging.

2. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di

arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot

jantung. Gejala berupa rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di

dada dan berlangsung selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar

dari dada ke bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang.

Kadang-kadang gejala yang timbul berupa sesak napas, berkeringat (dingin),

rasa cemas, pusing, mual sampai muntah, nyeri perut seperti terbakar, kulit

dingin, pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang luar

biasa tanpa sebab yang jelas.

3. Gagal Jantung

Merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai kebutuhan

fisiologis, disebabkan hipertensi yang memengaruhi pemompaan darah yang

akhirnya menyebabkan gagal jantung atau terjadi akibat PJK. Hipertensi dan

PJK juga mengganggu curah jantung.

3. Sistem Persyarafan

1. Penyakit Alzheimer

Merupakan bagian dari demensia (penurunan daya ingat dan kemunduran

fungsi intelektual lainnya) yang mencakup fungsi berbahasa, mengingat,

melihat, emosi, dan memahami.

2. Stroke

Terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau jika pembuluh

darah di otak pecah sehingga darah mengalir keluar ke jaringan otak di

10

sekitarnya. Stroke dapat dibagi atas 2 kategori besar, yaitu stroke iskemik (akibat

penyumbatan aliran darah) dan stroke hemoragik (akibat pecahnya pembuluh

darah).

3. Penyakit Parkinson

Merupakan suatu penyakit saraf dengan gejala utama berupa tremor,

kekakuan otot, dan postur tubuh yang tidak stabil. Gejala utama berupa:

- Tremor atau gemetar di tangan, lengan, rahang, atau kepala.

- Kekakuan di otot atau ekstremitas.

- Bradikinesia atau perlambatan gerakan.

- Postur tubuh yang tidak stabil atau gangguan keseimbangan.

Pada gejala maksimal, pasien tidak dapat berjalan, berbicara, atau bahkan

melakukan suatu pekerjaan yang sederhana. Penyakit ini bersifat menahun, tidak

menular, dan tidak diturunkan.

4. Sistem Pencernaan

1. Inkontinensia Alvi

Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam mengeluarkan tinja,

yaitu pasien mengeluarkan tinja tidak pada waktunya dan tidak dapat

menahannya.

2. Diare

Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB lebih dari

3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang cair, terkadang terdapat ampas

dan lendir.

5. Sistem Perkemihan

1. Gagal Ginjal Akut

Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam membuang cairan dan

ampas darah ke luar tubuh. Tanda dan gejalanya berupa penurunan jumlah

pengeluaran urine, retensi air yang dapat menimbulkan edema tungkai,

mengantuk, sesak napas, lesu, bingung, kejang atau koma pada kasus berat, dan

nyeri dada.

2. Gagal Ginjal Kronis

Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan tanda/gejala yang

minimal. Penyebabnya adalah diabetes dan hipertensi. Tanda dan gejala berupa

hipertensi, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, anemia, mual serta

muntah, lesu dan gelisah, kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas,

penurunan daya ingat, kram otot, BAB berdarah, kulit kekuningan, dan rasa

gatal.

11

3. BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi)

Merupakan pembesaran jinak kelenjar prostat. Terjadi oleh karena 2 hal,

yaitu penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih dan retensi air

kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih,

hipertrofi kandung kemih. Gejala berupa frekuensi berkemih bertambah,

berkemih pada malam hari, kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan

berkemih, air kemih masih tetap menetes setelah selesai berkemih, rasa nyeri

pada waktu berkemih.

4. Inkontinensia Urine

Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada sembarang waktu di luar

kehendak. Keadaan ini umum dijumpai pada lanjut usia. Dari segi medis,

inkontinensia mempermudah timbulnya dekubitus, infeksi saluran kemih, gagal

ginjal, dan peningkatan angka kematian.

6. Sistem Muskuloskeletal

1. Osteoartritis

Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah tidur,

dan sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang beberapa saat

setelah digerak-gerakan. Osteoartritis terjadi akibat gesekan sendi yang merusak

tulang rawan pada lapisan terluar sendi karena penggunaan sendi yang berulang-

ulang. Penyakit ini biasanya mengenai daerah lutut dan punggung.

2. Artritis rheumatoid (arthritis simetris)

Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam.

Peradangan sendi lain dapat berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat.

Pembengkakan sendi pada tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri.

3. Pirai (gout)

Jenis arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan terjadinya

penumpukan asam urat di sendi-sendi. Pertama kali mengenai ibu jari kaki

sampai berwarna kemerahan dan bengkak.

4. Artritis pada lupus

Dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu penyakit peradangan kronis

jaringan ikat yang terjadi karena sistem imunitas tubuh menyerang jaringan atau

organ pasien sendiri. Inflamasi mencakup pada sendi, kulit, ginjal, sel darah,

jantung, dan paru.

5. Peradangan sendi

Keparahan penyakit ini dinilai berdasarkan derajat ketidakmampuan

pergerakan yang ditimbulkannya. Bagi seseorang dengan fisik yang aktif,

gangguan arthritis ringan sudah dianggap sebagai suatu bencana.

12

6. Osteoporosis

Keadaan ini merupakan kondisi tulang yang keropos, rapuh, atau mudah

patah. Penyebabnya adalah perubahan kadar hormon, kekurangan kalsium dan

vitamin D, dan/atau kurangnya aktivitas fisik. Osteoporosis merupakan

penyebab utama fraktur orang dewasa terutama pada kaum perempuan.

7. Sistem Penglihatan

- Katarak

Merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata

sehingga persepsi cahaya yang memasuki mata menjadi terganggu dan

mengaburkan penglihatan seseorang. Ditandai dengan kekeruhan lensa mata,

pembengkakan lensa yang berakhir dengan pengerutan dan kehilangan sifat

transparansinya.

8. Sistem Pendengaran

- Presbiakusis

Merupakan istilah kedokteran untuk gangguan pendengaran pada lanjut

usia. Penyebabnya karena infeksi atau kerusakan di telinga dalam.

9. Sistem Endokrin

- Diabetes

Merupakan suatu keadaan kenaikan kadar gula darah yang menetap. Tanda

dan gejala yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus, bertambahnya nafsu

makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu.

10. Sistem Reproduksi

- Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi berarti kegagalan dan ketidakmampuan mempertahankan

ereksi pada 50% usaha penetrasi pada persetubuhan. Timbul akibat gangguan

vaskular, neurogenik, endokrin, kelainan struktur penis, efek samping obat, dan

stress psikologis.

2.1.9 Terapi pada Lanjut usia

- Terapi Modalitas: untuk mengisi waktu luang bagi lanjut usia.

- Terapi Aktifitas Kelompok: untuk meningkatkan kebersaman dan bertukar

pengalaman.

- Terapi Musik: untuk meningkatkan gairah hidup.

- Terapi Berkebun: untuk melatih kesabaran.

- Terapi dengan Binatang: untuk meningkatkan kasih sayang dan mengisi waktu

luang.

- Terapi Kognitif: agar daya ingat tidak menurun.

- Life Review Terapi: meningkatkan gairah hidup dan harga diri.

- Terapi Keagamaan: meningkatkan rasa nyaman menjelang kematian.

13

2.2 Keperawatan Gerontik

2.2.1 Definisi Keperawatan Gerontik

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu

dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang

bersifat holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Gerontik berasal dari kata gerontologi dan geriatrik. Gerontologi adalah cabang

ilmu yang membahas tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang

berusia lanjut. Geriatrik berkaitan dengan penyakit yang terjadi pada orang yang berusia

lanjut.

Jadi, keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat

menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan,

keahlian dan ketrampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara

komprehensif.

2.2.2 Lingkup dan Tanggung Jawab Keperawatan Gerontik

Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses

penuaan.

Lingkup askep gerontik meliputi:

1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.

2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan.

3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan.

Peran dan fungsi keperawatan gerontik sebagai berikut:

1. Sebagai care giver/pemberi asuhan langsung

Berupa bantuan kepada klien lanjut usia yang tidak mampu memenuhi

kebutuhannya sebagai akibat proses penuaan, meliputi:

- Pengkajian: upaya mengumpulkan data/informasi yang benar tentang status

kesehatan lanjut usia.

- Menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan analisis dari hasil pengkajian.

- Merencanakan intervensi keperawatan untuk mengatasi kesenjangan langkah-

langkah/cara penyelesaian masalah lanjut usia baik bersifat aktual, resiko

maupun potensial.

- Melaksanakan rencana yang telah disusun.

- Mengevaluasi berdasarkan respon verbal dan non verbal klien lanjut usia

terhadap intervensi yang dilakukan.

2. Sebagai pendidik klien lanjut usia

Membantu meningkatkan pengetahuan klien lanjut usia untuk memahami

tentang pemenuhan kebutuhannya.

14

3. Sebagai motivator

Memotivasi klien lanjut usia yang kurang memiliki kemauan untuk memenuhi

kebutuhan.

4. Sebagai advokasi

Memberi advokasi terhadap klien lanjut usia dalam pemenuhan kebutuhannya.

5. Sebagai Konselor

Memberikan konseling terhadap klien lanjut usia agar mampu beradaptasi

secara optimal terhadap proses penuaan yang terjadi.

Tanggung jawab perawat gerontik, meliputi:

1. Membantu klien lanjut usia memperoleh kesehatan secara optimal.

2. Membantu klien lanjut usia untuk memelihara kesehatannya.

3. Membantu klien lanjut usia menerima kondisinya.

4. Membantu klien lanjut usia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara

manusiawi sampai dengan meninggal.

2.2.3 Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik

Sifat pelayanan gerontik, antara lain:

1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)

Artinya: asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi keperawatan

membantu lanjut usia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia.

2. Dependent atau kolaboratif

Artinya: saling menunjang dengan disiplin dalam mengatasi masalah kesehatan

lanjut usia.

3. Humanistik (secara manusiawi)

Artinya: didasarkan pada nilai-nilai kemanusian dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap lanjut usia.

4. Holistik (secara keseluruhan).

Lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga, sehingga asuhan

keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek sosial budaya keluarga dan

masyarakat.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Gerontik

2.3.1 Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lanjut usia

Kegiatan asuhan keperawatan bagi lanjut usia menurut Depkes, dimaksudkan untuk

memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada

lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga,

panti jompo maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat.

15

2.3.2 Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia

1. Pendekatan fisik

Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai

kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku,

kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, makanan, cara memakan obat, dan cara

pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.

2. Pendekatan psikis

Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan

kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan

agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple

S”, yaitu sabar, simpatik dan service.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama

dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala,

seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya

kegairahan atau keinginan, peningkatan.

3. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita. Jadi pendekatan social ini

merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah

makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

4. Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam

hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau

mendeteksi kematian.

2.3.3 Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan:

1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut

dengan jalan perawatan dan pencegahan.

2. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup

klien lanjut usia (life support).

3. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau gangguan

baik kronis maupun akut.

4. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan

diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu.

5. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita

suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu

suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).

16

2.4 Asuhan Keperawatan pada Lanjut Usia

Asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan meliputi fisik, psikologis, sosial dan spiritual untuk

mendapatkan data dan mengetahui kemampuan dan kekuatan usia lanjut.

A. Fisik/Biologis

Pengkajian fisik/biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan usia lanjut dikaji

dengan menanyakan tentang:

- Pandangan usia lanjut tentang kesehatannya.

- Kegiatan yang mampu ia lakukan.

- Kekuatan fisik usia lanjut: kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran.

- Kebiasaan usia lanjut merawat diri sendiri.

- Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil.

- Kebiasaan olahraga.

- Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.

- Kebiasaan usia lanjut dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat.

- Masalah-masalah seksual yang dirasakan.

B. Psikologis

Pemeriksaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan usia lanjut untuk

melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses fikir, perasaan, orientasi

terhadap realitas dan kemampuan usia lanjut dalam penyelesaian masalahnya.

Perubahan yang umum terjadi pada usia lanjut adalah daya ingat yang menurun,

proses fikir yang menjadi lambat, dan adanya perasaan sedih karena merasa kurang

diperhatikan.

Hal yang perlu dikaji:

- Apakah usia lanjut mengenal masalah-masalah utamanya?

- Apakah usia lanjut optimis memandang sesuatu?

- Bagaimana sikap dan penerimaan terhadap proses penuaan?

- Apakah usia lanjut merasa dirinya dibutuhkan atau tidak?

- Bagaimana usia lanjut tersebut mengatasi masalah atau stress?

- Apakah usia lanjut tersebut mudah untuk menyesuaikan diri?

- Apakah usia lanjut tersebut sering mengalami kegagalan?

- Apakah harapan usia lanjut tersebut di masa sekarang dan masa yang akan

datang?

17

C. Sosial-ekonomi

Penilaian sosial dilihat dari bagaimana usia lanjut tersebut membina keakraban

dengan teman sebaya ataupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan

usia lanjut dalam organisasi sosial. Status ekonomi juga mempengaruhi yaitu yang

terkait dengan penghasilan yang mereka peroleh.

Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:

- Apa saja kesibukan usia lanjut dalam mengisi waktu luang?

- Apa saja sumber keuangan usia lanjut tersebut?

- Dengan siapa usia lanjut tersebut tinggal?

- Kegiatan organisasi sosial apa yang diikuti oleh usia lanjut tersebut?

- Bagaimana pandangan usia lanjut terhadap lingkungannya?

- Berapa sering usia lanjut tersebut berhubungan dengan orang lain di luar rumah?

- Siapa yang biasa mengunjungi usia lanjut?

- Seberapa besar ketergantungan usia lanjut?

- Apakah usia lanjut dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas

yang ada?

D. Spiritual

Penilaian spiritual berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki usia lanjut

dan sejauh mana keyakinan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Usia lanjut yang dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan tersebut

benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari dan ia akan lebih mudah

menyesuaikan diri terhadap proses penuaan.

Hal yang perlu dikaji antara lain:

- Apakah usia lanjut secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan

agamanya?

- Apakah usia lanjut secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan

keagamaan?

- Bagaimana usia lanjut selalu berusaha menyelesaikan masalah?

- Apakah usia lanjut terlihat sabar dan tawakal?

18

Format Pengkajian pada Gerontik

A. Karakteristik Demografi

1. Identitas diri klien

2. Keluarga yang bisa dihubungi

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

No. Telepon/Hp :

Hubungan dengan Klien :

3. Riwayat pekerjaan dan status klien

Pekerjaan saat ini :

Sumber pendapatan :

4. Aktivitas Rekreasi

Hobi :

Berpergian/wisata :

Keanggotaan :

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

Sebelum masuk rumah sakit

- Frekuensi makan :

- Nafsu makan :

- Jenis makanan :

- Porsi :

- Alergi terhadap makanan :

- Pantangan makan :

- Frekuensi minum :

Nama Lengkap

Suku/Bangsa

Tempat/Tanggal

Lahir (Umur)

Pendidikan

Terakhir

Jenis Kelamin

Alamat Status Perkawinan

Agama

19

- Jenis minuman :

- Masalah :

Setelah masuk rumah sakit

- Frekuensi makan :

- Nafsu makan :

- Jenis makanan :

- Porsi :

- Alergi terhadap makanan :

- Pantangan makan :

- Frekuensi minum :

- Jenis minuman :

- Masalah :

2. Eliminasi

Sebelum masuk rumah sakit

- Frekuensi BAK :

- Keluhan yang berhubungan dengan BAK :

- Frekuensi BAB :

- Konsistensi :

- Keluhan yang berhubungan dengan BAB :

Setelah masuk rumah sakit

- Frekuensi BAK :

- Keluhan yang berhubungan dengan BAK :

- Frekuensi BAB :

- Konsistensi :

- Keluhan yang berhubungan dengan BAB :

3. Personal Higiene

Sebelum masuk rumah sakit

a) Mandi

- Frekuensi mandi :

- Pemakaian sabun (ya/tidak) :

b) Oral Higiene

- Frekuensi dan waktu gosok gigi :

- Penggunaan pasta gigi (ya/tidak) :

c) Cuci rambut

- Frekuensi :

- Penggunaan shampoo (ya/tidak) :

20

d) Kuku dan tangan

- Frekuensi gunting kuku :

- Kebiasaan mencuci tangan :

Setelah masuk rumah sakit

a) Mandi

- Frekuensi mandi :

- Pemakaian sabun (ya/tidak) :

b) Oral Higiene

- Frekuensi dan waktu gosok gigi :

- Penggunaan pasta gigi (ya/tidak) :

c) Cuci rambut

- Frekuensi :

- Penggunaan shampoo (ya/tidak) :

d) Kuku dan tangan

- Frekuensi gunting kuku :

- Kebiasaan mencuci tangan :

4. Istirahat dan tidur

Sebelum masuk rumah sakit

- Lama tidur malam :

- Lama tidur siang :

- Keluhan yang berhubungan dengan tidur :

Setelah masuk rumah sakit

- Lama tidur malam :

- Lama tidur siang :

- Keluhan yang berhubungan dengan tidur :

5. Kebiasaan mengisi waktu luang

Sebelum masuk rumah sakit

- Olahraga :

- Nonton TV :

- Berkebun/memasak :

Setelah masuk rumah sakit

- Olahraga :

- Nonton TV :

- Berkebun/memasak :

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Sebelum masuk rumah sakit

- Merokok (ya/tidak) :

- Minuman keras (ya/tidak) :

- Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) :

21

Sebelum masuk rumah sakit

- Merokok (ya/tidak) :

- Minuman keras (ya/tidak) :

- Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) :

7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

Jenis Kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

C. Status Kesehatan

1. Status Kesehatan Saat ini

a) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir

b) Gejala yang dirasakan

c) Faktor pencetus

d) Timbulnya keluhan : ( ) mendadak ( ) bertahap

e) Waktu timbulnya keluhan:

f) Upaya mengatasi

22

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a) Penyakit yang pernah diderita

b) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu, dll)

c) Riwayat kecelakaan

d) Riwayat dirawat di rumah sakit

e) Riwayat pemakaian obat

f) Riwayat kesehatan keluarga

3. Pemeriksaan fisik

I. Data Klinik

Keadaan Umum : baik/cukup/lemah

Kesadaran : compos mentis/apatis/somnolen/delirium/koma/stupor

TTV : - TD:…………mmHg

- Nadi/Pols:…….x/menit

- Pernafasan/RR:…….x/menit

- Sutu/Temp:…….oC

BB : ……..Kg

- Naik : ……..Kg

- Turun : ……..Kg

TB : ……..cm

II. Pengkajian Fisik

- Kepala

- Warna rambut: hitam/beruban/campuran

- Kebersihan: kotor/bersih

- Distribusi: jarang/lebat/sedang

- Kerontokan: ya/tidak

- Keluhan: ya/tidak

Jika ya, jelaskan………………………………………………………………

23

- Mata

- Bentuk: simetris/asimetris

- Konjungtiva: anemis/tidak

- Sklera: ikterik/tidak (an ikterik)

- Pupil: isokor/tidak (an isokor)

- Strabismus: ya/tidak

- Penglihatan: kabur/tidak

- Peradangan: ya/tidak

- Riwayat katarak: ya/tidak

- Keluhan: ya/tidak

Jika ya, jelaskan………………………………………………………………

- Hidung

- Bentuk: simetris/asimetris

- Peradangan: ya/tidak

- Penciuman: terganggu/tidak

Jika terganggu, jelaskan………………………………………………………

- Keluhan lain: ya/tidak

Jika ya, jelaskan………………………………………………………………

- Mulut dan Tenggorokan

- Kebersihan: baik/buruk/sedang

- Mukosa: kering/lembab

- Peradangan/stomatitis: ya/tidak

- Gigi: karies/tidak

ompong/tidak

- Radang gusi: ya/tidak

- Kesulitan mengunyah: ya/tidak

- Kesulitan menelan: ya/tidak

- Telinga

- Bentuk: simetris/asimetris

- Kebersihan: baik/cukup/sedang

- Peradangan: ya/tidak

- Pendengaran: terganggu/tidak

Jika terganggu, jelaskan………………………………………………………

- Keluhan lain: ya/tidak

Jika ya, jelaskan………………………………………………………………

- Leher

- Pembesaran kelenjar tiroid: ya/tidak

- Kaku: ya/tidak

- Dada

- Bentuk: normal chest/barrel chest/pigeon chest/lainnya

- Wheezing: ya/tidak

- Ronchi: ya/tidak

- Suara jantung tambahan: ada/tidak

24

- Abdomen

- Bentuk: datar (flat)/lainnya

- Nyeri tekan: ya/tidak

- Kembung: ya/tidak

- Bising usus: ada/tidak

- Massa: ya/tidak

- Genetalia

- Kebersihan: baik/sedang/buruk

- Hemoroid: ya/tidak

- Ekstremitas

- Rentang gerak: maksimal/terbatas, jelaskan…………………………………

- Tremor: ya/tidak

- Edema kaki: ya/tidak

- Plebitis: ya/tidak, jelaskan……………………………………………………

- Deformitas: ya/tidak, jelaskan………………………………………………..

- Klaudikasi: ya/tidak

- Integumen

- Kebersihan: baik/buruk/sedang

- Warna: pucat/cyanosis/normal/lainnya

- Kelembapan: kering/lembab

- Turgor: elastis/kurang elastis/lainnya

- Gangguan pada kulit: panu/kadas/kurap/gatal/lainnya.

4. Pengkajian Fungsional pada Lansia

No. Kriteria dengan

Bantuan Mandiri Ket

1. Makan 5 10

2. Minum 5 10

3. Berpindah dari kursi ke tempat tidur, sebaliknya 5 10

4. Personal higiene (Cuci muka, menyisir rambut,

menggosok gigi)

0 5

5. Keluar masuk toilet (Mencuci pakaian, menyeka tubuh) 5 10

6. Mandi 5 10

7. Jalan dipermukaan datar 0 5

8. Naik turun tangga 5 10

9. Mengenakan pakaian 5 10

10. Kontrol bowel (BAB) 5 10

11. Kontrol bladder (BAK) 5 10

12. Olah raga/latihan 5 10

13. Reaksi pemanfaatan waktu luang 5 10

Jumlah

Jumlah skoring:

a) 120 : Mandiri

b) 55 – 115 : Ketergantungan sebagian

c) 50 : Ketergantungan total

25

5. Pengkajian Status Mental pada Lansia

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual.

No Pertanyaan Benar Salah

1 Tanggal berapa hari ini ?

2 Hari apa sekarang ini ?

3 Apa nama tempat ini ?

4 Dimana alamat anda ?

5 Berapa umur anda ?

6 Kapan anda lahir (Min tahun lahir) ?

7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

9 Siapa nama ibu anda

10 Kurani 3 dari 20 dan tetap lakukan pengurangan 3

dari setiap angka baru (20 – 3,17 – 3, 14 – 3,11 – 3)

Jumlah

Keterangan:

Keterangan hasil:

a) Salah 0 – 3: Fungsi intelektual utuh

b) Salah 4 – 5: Kerusakan intelektual ringan

c) Salah 6 – 8: Kerusakan intelektual sedang

d) Salah 9 – 10: Kerusakan intelektual berat

26

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

A. Pengertian Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana

berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito,

2000; Gordon, 1976 & NANDA).

B. Komponen Diagnosa Keperawatan

Rumusan diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu:

1) Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan

keperawatan dapat diberikan. Tujuan: menjelaskan status kesehatan klien atau

masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.

2) Etiologi (E/penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau

masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Unsur-

unsur dalam identifikasi etiologi:

- Patofisiologi penyakit: semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat

menyebabkan / mendukung masalah.

- Situasional: personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll).

- Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan):

keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan

perawatan.

3) Sign & symptom (S/tanda & gejala) adalah ciri, tanda atau gejala, yang

merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis

keperawatan.

Jadi rumus diagnosa keperawatan adalah : PE / PES.

C. Syarat Penyusunan Diagnosa Keperawatan

a) Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau

keadaan yang dihadapi.

b) Spesifik dan akurat (pasti).

c) Dapat merupakan pernyataan dari penyebab.

d) Memberikan arahan pada asuhan keperawatan.

e) Dapat dilaksanakan oleh perawat.

f) Mencerminan keadaan kesehatan klien.

D. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam menentukan Diagnosa Keperawatan

a) Berorientasi kepada klien, keluarga dan masyarakat.

b) Bersifat aktual atau potensial.

c) Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan.

d) Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta

faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.

27

E. Langkah-Langkah Menentukan Diagnosa Keperawatan

Klasifikasi dan Analisis Data

Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan

tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan

berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat disusun

berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi

kesehatan (Gordon, 1982).

- Persepsi kesehatan: pola penatalaksanaan kesehatan

- Nutrisi: pola metabolisme

- Pola eliminasi

- Aktivitas: pola latihan

- Tidur: pola istirahat

- Kognitif: pola perseptual

- Persepsi diri: pola konsep diri

- Peran: pola hubungan

- Seksualitas: pola reproduktif

- Koping: pola toleransi stress

- Nilai: pola keyakinan

Mengindentifikasi masalah klien

a) Menentukan kelebihan klien

Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian

menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan

tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu memecahkan

masalah yang klien hadapi.

b) Menentukan masalah klien

Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami

keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.

c) Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien

Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya

ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test

laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori,

maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya

tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.

d) Penentuan keputusan

- Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan):

tidak ada indikasi respon keperawatan, meningkatnya status kesehatan dan

kebiasaan, serta adanya inisiatif promosi kesehatan untuk memastikan ada

atau tidaknya masalah yang diduga.

- Masalah kemungkinan (possible problem): pola mengumpulkan data yang

lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.

- Masalah aktual, resiko, atau sindrom: tidak mampu merawat karena klien

menolak masalah dan pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan, atau menyelesaikan

masalah.

28

- Masalah kolaboratif: konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang

kompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah

kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan dari patofisiologi,

berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain. Tugas perawat adalah

memonitor, untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan tenaga

medis guna pengobatan yang tepat.

Validasi diagnosa keperawatan

Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang

kemudian merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan

ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya,

sehingga mendapatkan data yang tepat.

Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang

dilakukan bersama klien atau keluarga dan atau masyarakat. Validasi tersebut

dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada

klien atau keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis

keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.

Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya

Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-

data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu

diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko,

sindrom, kemungkinan. Menyusun diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan

menurut kebutuhan yang berlandaskan hirarki Maslow (kecuali untuk kasus

kegawat daruratan, menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”) :

Diagnosa Keperawatan menurut Carpenito (2000) dapat dibedakan menjadi 5

kategori:

- Aktual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang

ditemukan.

- Resiko: menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak

dilakukan intervensi (Keliat, 1990).

- Kemungkinan: menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan

faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan

masalah (Keliat, 1990).

- Diagnosa Keperawatan “Wellness” adalah keputusan klinik tentang keadaan

individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera

tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Ada 2 kunci yang harus ada:

1) sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

2) Adanya status dan fungsi yang efektif.

- Diagnosa Keperawatan “Syndrome” adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok

diagnosa keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul /

timbul karena suatu kejadian / situasi tertentu.

29

Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam

penatalaksanaan untuk menanggulangi gangguan biologis pada lanjut usia:

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi

sputum, penyempitan jalan napas.

2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan edema paru.

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus.

4) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.

5) Inkontinensia alvi/urine berhubungan dengan menurunnya fungsi fisiologis otot-

otot sfingter karena penuaan.

6) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal.

7) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan karena

diare.

8) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan fraktur dan spasme otot, inflamasi dan

pembengkakan.

9) Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus).

10) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, dan keterbatasan beban berat

badan.

11) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk

melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau

ketidakseimbangan mobilitas.

12) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi/tirah baring yang lama.

13) Risiko cidera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang

berkurang.

14) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan

minat dalam merawat diri, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak

atau depresi.

15) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, fibrosistis.

16) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis, dan pengobatan akibat

kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

17) Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman

mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.

18) Risiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan, kesulitan keseimbangan.

19) Nyeri berhubungan dengan trauma, inflamasi bedah.

20) Peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan kerusakan insulin.

21) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan perawatan luka yang tidak adekuat.

22) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai darah ke daerah

perifer.

23) Gangguan pola seksual berhubungan dengan nyeri, kelemahan, sulit mengatur

posisi.

24) Ketidakberdayaan berhubungan dengan perubahan fisik dan psikologis akibat

penyakit.

25) Gangguan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan

makanan yang tidak adekuat.

30

26) Gangguan persepsi sensorik: pendengaran/penglihatan berhubungan dengan

hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.

27) Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.

28) Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.

29) Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.

30) Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan

perasaan secara tepat.

31) Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan

menghadapi kematian.

32) Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.

33) Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah

secara tepat.

2.4.3 Perencaan/Intervensi

Perencanaan dibuat berdasarkan permasalahan yang dialami oleh usia lanjut dengan

tujuan agar usia lanjut, keluarga, dan petugas kesehatan terutama perawat, baik yang

melakukan perawatan di rumah maupun di panti, dapat membantu usia lanjut dan usia

lanjut sendiri dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan

kondisi fisik, psikologis, dan sosial dengan tidak bergantung pada orang lain.

Tujuan dari perencanaan tindakan keperawatan pada usia lanjut diarahkan pada

pemenuhan kebutuhan dasar antara lain:

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Peran gizi pada usia lanjut adalah untuk mempertahankan kesehatan dan

kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti osteoporosis

dan penyakit yang umum terjadi pada usia lanjut, sehingga dapat mencapai hari tua

yang sehat dan tetap aktif.

Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan

kurang nyaman saat makan karena gigi kurang lengkap, rasa penuh di perut dan

sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan

nafsu makan usia lanjut berkurang. Masalah gizi yang pada usia lanjut adalah

kelebihan gizi (obesitas, malnutrisi), kekurangan gizi (anoreksia, penurunan BB),

kekurangan vitamin, dan kelebihan vitamin. Rencana makanan untuk lanjut usia,

meliputi:

a) Berikan makanan porsi kecil tapi sering.

b) Banyak minum dan kurangi makan.

1) Dapat meringankan pekerjaan ginjal dan memperlancar pengeluaran sisa

makanan.

2) Hindari makanan yang terlalu asin.

c) Beri makanan yang mengandung serat, agar buang air besar menjadi mudah dan

teratur.

d) Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam

keadaan seimbang seperti: gula, makanan manis, minyak, makanan berlemak.

e) Membatasi minum kopi dan teh.

31

2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan

Kecelakaan yang terjadi pada usia lanjut seperti jatuh, kecelakaan lalu lintas,

dan kebakaran. Penurunan kondisi fisik seperti penglihatan dan pendengaran

membuat usia lanjut kurang bisa mengamati situasi sekitarnya sehingga mereka

rentan terhadap kecelakaan. Untuk mencegah resiko kecelakaan, beberapa tindakan

yang harus dilakukan antara lain:

- Klien/lanjut usia

1) Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan

keselamatan.

2) Latih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.

3) Jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan persyarafan,

latih klien untuk berjalan menggunakan alat bantu berjalan.

4) Bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lanjut usia yang

menggunakan obat penenang atau diuretika.

5) Menggunakan kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu.

6) Usahakan ada yang menemani jika berpergian.

- Lingkungan

1) Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.

2) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.

3) Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia mudah menempatkan

alat-alat yang selalu digunakan.

4) Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin.

5) Pasang pegangan di kamar mandi.

6) Hindari lampu yang redup dan menyilaukan.

7) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klien lanjut usia untuk

memejamkan mata sesaat.

8) Gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet.

3. Memelihara kebersihan diri

Usia lanjut mengalami kemunduran ataupun motivasi untuk melakukan

perawatan diri secara teratur, disebabkan penurunan daya ingat. Upaya yang

dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:

1. Mengingatkan atau membantu lanjut usia untuk melakukan upaya kebersihan diri

misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.

2. Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung

minyak atau berikan skin lotion.

3. Mengingatkan/membantu lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga, mata,

dan gunting kuku

4. Memelihara keseimbangan pola tidur dan istirahat

Pada umumnya usia lanjut mengalami gangguan tidur karena proses penuaan.

Upaya yang dapat dilakukan antara lain:

1) Menyediakan waktu/tempat tidur yang nyaman.

2) Mengatur lingkungan yang kondusif (ventilasi, suara).

32

3) Melatih lanjut usia untuk melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan

sirkulasi darah dan melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai

hobi, misalnya berkebun, berjalan santai, dll.

4) Memberikan minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.

5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi

Masalah pada usia lanjut yaitu penurunan daya ingat, pikun, depresi, lekas

marah, mudah tersinggung, dan curiga. Hal ini disebabkan oleh penurunan fungsi

fisik pada usia lanjut dan juga karena hubungan interpersonal yang tidak adekuat.

Upaya yang bisa dilakukan antara lain:

1) Berkomunikasi dengan usia lanjut dengan mempertahankan kontak mata.

2) Memberikan stimulus atau mengingatkan usia lanjut terhadap kegiatan yang

dilakukan.

3) Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan usia lanjut.

4) Memberikan kesempatan pada usia lanjut untuk mengekspresikan perasaan dan

tanggap terhadap respon verbal dan non verbal usia lanjut.

5) Melibatkan usia lanjut dalam keperluan tertentu sesuai dengan kemampuannya.

6) Menghargai pendapat usia lanjut.

2.4.4 Pelaksanaan/Implementasi

Semua tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan

usia lanjut dan situasi serta kondisinya. Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam

mengimplementasikan perencanaan, antara lain:

1) Berbicara dengan lembut dan sopan.

2) Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan

berulang kali jika perlu dengan gambar.

3) Memberikan kesempatan pada usia lanjut untuk bertanya.

2.4.5 Penilaian/Evaluasi

Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi/dinilai baik verbal maupun

non verbal untuk mengetahui sejauh mana usia lanjut atau keluarga mampu melakukan

apa yang telah dianjurkan, sehingga perawat dapat melihat keberhasilan dan

merencanakan tindakan selanjutnya.

2.4.6 Rencana dan Proses Keperawatan

A. Aspek fisik atau biologis

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan.

a) NOC: Status nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam

diharapkan:

1. Asupan nutrisi tidak bermasalah.

2. Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah.

3. Energi tidak bermasalah.

33

4. Berat badan ideal.

b) NIC: Manajemen ketidakteraturan makan.

1) Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk membuat perencanaan

perawatan jika sesuai.

2) Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat badan,

jika berat badan pasien tidak sesuai dengan usia dan bentuk tubuh.

3) Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari

supaya mencapai dan mempertahankan berat badan sesuai target.

4) Ajarkan konsep nutrisi yang baik pada pasien.

5) Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan

atau pemeliharaan berat badan.

6) Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat badan

dan untuk menimimalkan berat badan.

7) Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang

mendukung peningkatan berat badan.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,

terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan

fungsi yang ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.

a) NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam pasien

diharapkan dapat memperbaiki pola tidurnya dengan kriteria:

1) Mengatur jumlah jam tidurnya.

2) Tidur secara rutin.

3) Meningkatkan pola tidur.

4) Meningkatkan kualitas tidur.

5) Tidak ada gangguan tidur.

b) NIC: Peningkatan Tidur

1) Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien.

2) Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya.

3) Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik.

4) Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya.

3. Inkontinensia urin berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular yang

ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu normal.

a) NOC: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam

diharapkan pasien mampu:

1) Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).

2) Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.

3) Mampu memprediksi pengeluaran urin.

b) NIC: Perawatan Inkontinensia Urin

1) Monitor eliminasi urin.

2) Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.

34

3) Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500

cc/hari.

4. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan

memori sekunder.

a) NOC: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2×24 jam pasien

diharapkan dapat meningkatkan daya ingat dengan kriteria:

1) Mengingat dengan segera informasi yang tepat.

2) Mengingat informasi yang baru disampaikan.

3) Mengingat informasi yang sudah lalu.

b) NIC: Latihan Daya Ingat

1) Diskusi dengan pasien dan keluarga beberapa masalah ingatan.

2) Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien kemarin dengan

cepat.

3) Kenang tentang pengalaman di masa lalu dengan pasien.

5. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang

ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

a) NOC: Fungsi Seksual

1) Mengekspresikan kenyamanan.

2) Mengekspresikan kepercayaan diri.

b) NIC: Konseling Seksual

1) Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk

organ seksual seiring dengan bertambahnya usia.

2) Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.

6. Kelemahan mobilitas fisik berubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan

neuromuskular. Ditandai dengan:

3. Perubahan gaya berjalan.

4. Gerak lambat.

5. Gerak menyebabkan tremor.

6. Usaha yang kuat untuk perubahan gerak.

a) NOC: Peningkatan Mobilitas (Mobility Level)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan

pasien dapat:

1) Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan.

2) Memposisikan penampilan tubuh.

3) Menggerakan otot.

b) NIC: Latihan dengan Terapi Gerakan (Exercise Therapy Ambulation)

1) Konsultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang

sesuai dengan kebutuhan.

35

2) Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang

aman.

3) Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah

goyah/tidak kokoh).

7. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik lemah. Ditandai dengan:

- Peningkatan kebutuhan istirahat.

- Lelah.

- Penampilan menurun

a) NOC: Activity Tolerance/Toleransi Aktivitas

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan

pasien dapat:

1) Memonitor usaha bernapas dalam respon aktivitas.

2) Melaporkan aktivitas harian.

3) Memonitor ECG dalam batas normal.

4) Memonitor warna kulit.

b) NIC: Energy Management

1) Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat.

2) Tentukan keterbatasan fisik pasien.

3) Tentukan penyebab kelelahan.

4) Bantu pasien untuk jadwal istirahat.

8. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis. Ditandai

dengan:

- Tidak mampu mengingat informasi aktual.

- Tidak mampu mengingat kejadian yang baru saja terjadi atau masa lampau.

- Lupa dalam melaporkan atau menunjukkan pengalaman.

- Tidak mampu belajar atau menyimpan keterampilan atau informasi baru.

a) NOC: Orientasi Kognitif

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan

pasien dapat:

1) Mengenal diri sendiri

2) Mengenal orang atau hal penting

3) Mengenal tempatnya sekarang

4) Mengenal hari, bulan, dan tahun dengan benar.

b) NIC: Pelatihan Memori (Memory Training)

1) Stimulasi memori dengan mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir

pertemuan dengan pasien.

2) Mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien.

3) Menyediakan gambar untuk mengenal ingatannya kembali.

4) Monitor perilaku pasien selama terapi.

36

B. Aspek psikososial

1. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam

kemampuan koping, dukungan sosial tidak adekuat yang dibentuk dari

karakteristik atau hubungan.

a) NOC: koping (coping)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara

konsisten diharapkan mampu:

1) Mengidentifikasi pola koping yang efektif.

2) Melaporkan penurunan stress.

3) Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan.

4) Beradaptasi dengan perubahan perkembangan.

5) Menggunakan dukungan sosial yang tersedia.

6) Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis.

b) NIC:

1) Dorong aktifitas sosial dan komunitas.

2) Dorong pasien untuk mengembangkan hubungan.

3) Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan dan

ketertarikan yang sama.

4) Dukung pasien untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang sesuai.

5) Kenalkan pasien kepada seseorang yang mempunyai latar belakang

pengalaman yang sama.

2. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan penampilan fisik, perubahan

keadaan sejahtera, perubahan status mental.

a) NOC: Lingkungan keluarga

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien

secara konsisten diharapkan mampu:

1) Berpatisipasi dalam aktifitas bersama.

2) Berpatisipasi dala tradisi keluarga.

3) Menerima kujungan dari teman dan anggota keluarga besar.

4) Memberikan dukungan satu sama lain.

5) Mengekspresikan perasaan dan masalah kepada yang lain.

6) Mendorong anggota keluarga untuk tidak ketergantungan.

7) Berpatisipasi dalam rekreasi dan acara aktifitas komunitas.

8) Memecahkan masalah.

b) NIC: Keterlibatan keluarga (Family involvement)

1) Mengidentifikasikan kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam

perawatan pasien.

2) Menentukan sumber fisik, psikososial dan pendidikan pemberi pelayanan

kesehatan yang utama.

3) Mengidentifkasi defisit perawatan diri pasien.

4) Menentukan tingkat ketergantungan pasien terhadap keluarganya yang

sesuai dengan umur atau penyakitnya.

37

3. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,

perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.

a) NOC:

Setelah dilakukan tindakan intervensi keperawatan selama 2×24 jam

pasien diharapkan akan bisa memperbaiki konsep diri dengan kriteria:

1) Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak

mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian

alkohol dan obat-obatan, penggunaan tenaga yang berlebihan).

2) Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan

reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan.

3) Mencari konseling profesional, jika perlu untuk menghadapi perubahan

akibat penyakitnya.

4) Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual.

b) NIC: Peningkatan harga diri

1) Kuatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien mengendalikan

situasi.

2) Menguatkan tenaga pribadi dalam mengenal dirinya.

3) Bantu pasien untuk memeriksa kembali persepsi negatif tentang dirinya.

4. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,

pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi. Ditandai dengan:

- Ekspresi yang mendalam dalam perubahan hidup.

- Mudah tersinggung.

- Gangguan tidur.

a) NOC: Anxiety Control

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X24 jam diharapkan

pasien dapat:

1) Memonitor intensitas cemas.

2) Melaporkan tidur yang adekuat.

3) Mengontrol respon cemas.

4) Merencanakan strategi koping dalamsituasi stress.

b) NIC: Anxiety Reduction

1) Bantu pasien untuk menidentifikasi situasi percepatan cemas.

2) Dampingi pasien untuk mempromosikan kenyamanan dan mengurangi

ketakutan.

3) Identifikasi ketika perubahan level cemas.

4) Instuksikan pasien dalam teknik relaksasi.

38

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik

(ketidakseimbangan mobilitas) serta psikologis yang disebabkan penyakit atau

terapi.

a) NOC:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24jam pasien

diharapkan meningkatkan citra tubuhnya dengan kriteria:

1) Merasa puas dengan penampilan tubuhnya.

2) Merasa puas dengan fungsi anggota badannya.

3) Mendiskripsikan bagian tubuh tambahan.

b) NIC : Peningkatan Citra Tubuh

1) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan karena penyakit atau

pembedahan.

2) Memutuskan apakah perubahan fisik yang baru saja diterima dapat masuk

dalam citra tubuh pasien.

3) Memudahkan hubungan dengan individu lain yang mempunyai penyakit

yang sama.

C. Aspek spiritual

1. Distress spiritual berhubungan dengan perubahan hidup, kematian atau sekarat

diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan

sosial, kurang sosiokultural.

a) NOC: pengaharapan (hope)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien secara

luas diharapkan mampu:

1) Mengekspresikan orientasi masa depan yang positif.

2) Mengekspresikan arti kehidupan.

3) Mengekspresikan rasa optimis.

4) Mengekspresikan perasaan untuk mengontrol diri sendiri.

5) Mengekspresikan kepercayaan.

6) Mengekspresikan rasa percaya pada diri sendiri dan orang lain.

b) NIC: penanaman harapan (hope instillation)

1) Pengkajian pasian atau keluarga untuk mengidentifikasi area pengharapan

dalam hidup.

2) Melibatkan pasien secara aktif dalam perawatan diri.

3) Mengajarkan keluarga tentang aspek positif pengharapan.

4) Memberikan kesempatan pasien atau keluarga terlibat dalam support

group.

39

CONTOH KASUS

Pengkajian pada Gerontik

A. Karakteristik Demografi

1. Identitas diri klien

2. Keluarga yang bisa dihubungi

Nama : Tn. “L”

Umur : 30 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Buruh Pabrik

Alamat : Jl. Balai Makmur No. 23, RT. 06, Palembang

No. Telepon/Hp : -

Hubungan dengan Klien : Anak Kandung

3. Riwayat pekerjaan dan status klien

Pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga

Sumber pendapatan : Dari anak dan suami

4. Aktivitas Rekreasi

Hobi : Berkebun

Berpergian/wisata : -

Keanggotaan : -

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1. Nutrisi

Sebelum masuk rumah sakit

- Frekuensi makan : 3 x sehari

- Nafsu makan : ada

- Jenis makanan : nasi

- Porsi : 1 porsi

- Alergi terhadap makanan : -

Nama Ny. “N” Suku/Bangsa Jawa/Indonesia

Tempat/Tanggal

Lahir (Umur) 58 Tahun

Pendidikan

Terakhir SMP

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat

Jl. Balai Makmur

No. 23, RT. 06,

Palembang

Status Perkawinan Menikah

Agama Islam

40

- Pantangan makan : -

- Frekuensi minum : 6 gelas sehari

- Jenis minuman : air putih, teh

- Masalah : tidak ada

Setelah masuk rumah sakit

- Frekuensi makan : 3 x sehari

- Nafsu makan : Anoreksia

- Jenis makanan : Bubur

- Porsi : 1 porsi

- Alergi terhadap makanan : -

- Pantangan makan : -

- Frekuensi minum : 3-5 gelas sehari

- Jenis minuman : air putih, teh

- Masalah : Tidak ada

2. Eliminasi

Sebelum masuk rumah sakit

- Frekuensi BAK : 4-5 x sehari

- Keluhan yang berhubungan dengan BAK : -

- Frekuensi BAB : 1 x sehari

- Konsistensi : Lunak

- Keluhan yang berhubungan dengan BAB : -

Setelah masuk rumah sakit

- Frekuensi BAK : 3-5 x sehari

- Keluhan yang berhubungan dengan BAK : -

- Frekuensi BAB :1 x sehari

- Konsistensi : Lunak

- Keluhan yang berhubungan dengan BAB : -

3. Personal Higiene

Sebelum masuk rumah sakit

a) Mandi

- Frekuensi mandi : 2 x sehari

- Pemakaian sabun (ya/tidak) :ya

b) Oral Higiene

- Frekuensi dan waktu gosok gigi : 2 x sehari. Saat mandi

- Penggunaan pasta gigi (ya/tidak) : ya

c) Cuci rambut

- Frekuensi : 1 x sehari

41

- Penggunaan shampoo (ya/tidak) : ya

d) Kuku dan tangan

- Frekuensi gunting kuku : 1 minggu sekali

- Kebiasaan mencuci tangan : -

Setelah masuk rumah sakit

a) Mandi

- Frekuensi mandi : 1 x sehari, dilap

- Pemakaian sabun (ya/tidak) : ya

b) Oral Higiene

- Frekuensi dan waktu gosok gigi : 2 x sehari

- Penggunaan pasta gigi (ya/tidak) : ya

c) Cuci rambut

- Frekuensi : -

- Penggunaan shampoo (ya/tidak) : -

d) Kuku dan tangan

- Frekuensi gunting kuku : 1 x seminggu

- Kebiasaan mencuci tangan : -

4. Istirahat dan tidur

Sebelum masuk rumah sakit

- Lama tidur malam : 6-7 jam

- Lama tidur siang : 1-2 jam

- Keluhan yang berhubungan dengan tidur : -

Setelah masuk rumah sakit

- Lama tidur malam : 5-7 jam

- Lama tidur siang : ±1 jam

- Keluhan yang berhubungan dengan tidur : sering terbangun

5. Kebiasaan mengisi waktu luang

Sebelum masuk rumah sakit

- Olahraga : -

- Nonton TV : ya

- Berkebun/memasak : ya, berkebun

Setelah masuk rumah sakit

- Olahraga : -

- Nonton TV : -

- Berkebun/memasak : -

42

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Sebelum masuk rumah sakit

- Merokok (ya/tidak) : tidak

- Minuman keras (ya/tidak) : tidak

- Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) : tidak

Sebelum masuk rumah sakit

- Merokok (ya/tidak) : tidak

- Minuman keras (ya/tidak) : tidak

- Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) : tidak

C. Status Kesehatan

1. Status Kesehatan Saat ini

a) Keluhan utama

Klien mengatakan sering sesak nafas.

b) Gejala yang dirasakan

Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas disertai demam dan

batuk-batuk, klien merasakan sesak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

c) Timbulnya keluhan : ( ) mendadak ( ) bertahap

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a) Penyakit yang pernah diderita

Sebelumnya klien pernah menderita ISPA sekitar 1 bulan yang lalu.

b) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu, dll) Klien mengatakan alergi terhadap debu, klien biasanya akan sesak nafas.

c) Riwayat kecelakaan

Klien mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.

d) Riwayat dirawat di rumah sakit

Klien mengatakan pernah masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama

seperti sekarang

e) Riwayat kesehatan keluarga

Adik klien mengalami penyakit yang sama seperti klien.

43

2. Pemeriksaan fisik

I. Data Klinik

Keadaan Umum : baik/cukup/lemah

Kesadaran : compos mentis/apatis/somnolen/delirium/koma/stupor

TTV : - TD:…130/70…mmHg

- Nadi/Pols: 100 .x/menit

- Pernafasan/RR:…30….x/menit

- Sutu/Temp:…37….oC

BB : …45…..Kg

TB : …155..cm

II. Pengkajian Fisik

a) Kepala

- Warna rambut: hitam/beruban/campuran

- Kebersihan: kotor/bersih/sedang

- Distribusi: jarang/lebat/sedang

- Kerontokan: ya/tidak

- Keluhan: ya/tidak

Jika ya, jelaskan………………………………………………………………

b) Mata

- Bentuk: simetris/asimetris

- Konjungtiva: anemis/tidak

- Sklera: ikterik/tidak (an ikterik)

- Pupil: isokor/tidak (an isokor)

- Strabismus: ya/tidak

- Penglihatan: kabur/tidak

- Peradangan: ya/tidak

- Riwayat katarak: ya/tidak

- Keluhan: ya/tidak

Jika ya, jelaskan………………………………………………………………

c) Hidung

- Bentuk: simetris/asimetris

- Peradangan: ya/tidak

- Penciuman: terganggu/tidak

Jika terganggu, jelaskan…karena terjadi gangguan pada sistem pernafasan

- Keluhan lain: ya/tidak

Jika ya, jelaskan… klien mengatakan sulit bernafas, hidung terasa tersumbat

d) Mulut dan Tenggorokan

- Kebersihan: baik/buruk/sedang

- Mukosa: kering/lembab

- Peradangan/stomatitis: ya/tidak

- Gigi: karies/tidak

ompong/tidak

44

- Radang gusi: ya/tidak

- Kesulitan mengunyah: ya/tidak

- Kesulitan menelan: ya/tidak

e) Telinga

- Bentuk: simetris/asimetris

- Kebersihan: baik/cukup/sedang

- Peradangan: ya/tidak

- Pendengaran: terganggu/tidak

Jika terganggu, jelaskan……harus berbicara agak kuat dekat klien………

- Keluhan lain: ya/tidak

Jika ya, jelaskan………………………………………………………………

f) Leher

- Pembesaran kelenjar tiroid: ya/tidak

- Kaku: ya/tidak

g) Dada

- Bentuk: normal chest/barrel chest/pigeon chest/lainnya

- Wheezing: ya/tidak

- Ronchi: ya/tidak

- Suara jantung tambahan: ada/tidak

h) Abdomen

- Bentuk: datar (flat)/lainnya

- Nyeri tekan: ya/tidak

- Kembung: ya/tidak

- Bising usus: ada/tidak

- Massa: ya/tidak

i) Genetalia

- Kebersihan: baik/sedang/buruk

- Hemoroid: ya/tidak

j) Ekstremitas

- Rentang gerak: maksimal/terbatas, jelaskan……karena pada tangan kiri

terpasang IVFD

- Tremor: ya/tidak

- Edema kaki: ya/tidak

- Plebitis: ya/tidak, jelaskan……………………………………………………

- Deformitas: ya/tidak, jelaskan………………………………………………..

- Klaudikasi: ya/tidak

k) Integumen

- Kebersihan: baik/buruk/sedang

- Warna: pucat/cyanosis/normal/lainnya

- Kelembapan: kering/lembab

- Turgor: elastis/kurang elastis/lainnya

- Gangguan pada kulit: panu/kadas/kurap/gatal/lainnya.

45

3. Pengkajian Fungsional pada Lansia

No. Kriteria dengan

Bantuan Mandiri Ket

1. Makan 5 10 5

2. Minum 5 10 10

3. Berpindah dari kursi ke tempat tidur, sebaliknya 5 10 5

4. Personal higiene (Cuci muka, menyisir rambut,

menggosok gigi)

0 5 5

5. Keluar masuk toilet (Mencuci pakaian, menyeka tubuh) 5 10 5

6. Mandi 5 10 5

7. Jalan dipermukaan datar 0 5 5

8. Naik turun tangga 5 10 0

9. Mengenakan pakaian 5 10 10

10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 10

11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 10

12. Olah raga/latihan 5 10 5

13. Reaksi pemanfaatan waktu luang 5 10 10

Jumlah 85

Jumlah skoring:

a) 120 : Mandiri

b) 55 – 115 : Ketergantungan sebagian

c) 50 : Ketergantungan total

46

I. ANALISA DATA

No. Data Kemungkinan Masalah Masalah

1

2

Data Subjektif

- Klien mengeluh susah

bernafas

Data Objektif

- Frekuensi napas 30

x/menit, pola napas

cepat dan dalam

Data Subjektif

- Klien mengatakan sulit

untuk beraktivitas

- Keluarga klien

mengatakan dalam

melakukan aktivitas

klien memerlukan

bantuan

Data Objektif

- Klien nampak

meminta bantuan

ketika ingin

melakukan aktivitas

- Klien tidak nyaman

dengan kondisinya

saat ini.

Peningkatan produksi mukus

disebabkan hipersensitivitas

terhadap lingkungan

Proses penyakit yang

menyebabkan kelemahan fisik

Pola nafas tidak efektif

Intoleransi aktivitas

II. PRIORITAS MASALAH

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus.

2. Cemas karena kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan

kurangnya informasi yang didapat.

47

Asuhan Keperawatan pada Ny. ”N” dengan Gangguan Sistem Pernafasan Asma

Nama : Ny. ”M” Tgl. MRS : 20 Juli 2013

Umur : 58 Th Diagnosa : Asma

No

DP

Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan Implementasi Evaluasi

Tujuan Intervensi Rasionalisasi

I

Tanggal : 21 Juli 2013

Jam 09.00 WIB

Pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan

akumulasi mukus.

Data Subjektif :

- Klien mengeluh

sesak nafas dan

batuk

Data Objektif

- Frekuensi nafas 30

x/menit

- Tekanan darah :

130/80 mmHg.

- Suhu : 37 °C

- Nafas : 30 x/menit

- P : 100 x/menit

Tujuan jangka

panjang:

Jalan nafas

efektif

Tujuan jangka

pendek:

Dalam jangka

waktu 2x24 jam

dengan kriteria:

- Sesak

berkurang

- Batuk

berkurang

- Keadaan

umum baik

- TTV dalam

batas normal.

1. Kaji frekuensi

nafas klien dan

monitor TTV.

2. Berikan klien

posisi yang

nyaman.

3. Observasi

karakteristik

batuk dan

ajarkan teknik

batuk efektif

pada klien.

4. Berikan air

hangat.

1.Dengan mengkaji

frekuensi nafas dan

memonitor TTV klien

diharapkan dapat

mengetahui tingkat

kesehatan klien

2.Dengan memberikan

posisi senyaman

mungkin diharapkan

mempermudah fungsi

pernafasan.

3.Dengan

mengobservasi

karakteristik batuk

klien diharapkan

mengetahui

karakteristik dan

keefektifan

memperbaiki jalan

nafas.

4.Dengan memberikan

air hangat diharapkan

dapat menurunkan

spasme bronkus

1. Mengkaji frekuensi

nafas klien dan

mengobservasi tanda-

tanda vital klien

dengan mengukur

TD: 120/80 mmHg,

RR:26 x/m,

suhu: 36.7 °C dan

nadi : 78 x/m.

2. Memberikan klien

posisi yang nyaman.

3. Mengobservasi

karakteristik batuk

dan mengajarkan

teknik batuk efektif.

- 4. Memberikan air

hangat.

Tanggal : 23 Juli 2013

Jam : 09.30 WIB

S : Klien mengatakan

sesak dan batuk

berkurang

O :

- Frekuensi nafas

26x/menit.

- KU lemah.

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Intervensi 1 dan 2

dilanjutkan

48

2

Tanggal: 23 Juli 2009

Jam : 09.30 WIB

Cemas karena

kurangnya

pengetahuan tentang

proses penyakit

berhubungan dengan

kurangnya informasi

yang didapat.

Data Subjektif :

- Klien mengatakan ia

cemas dengan

penyakitnya

- Klien bertanya-

tanya tentang

penyakitnya

Data Objektif

- Ekspresi wajah

sedih

- Klien tampak

gelisah

Tujuan jangka

panjang:

Cemas klien

berkurang atau

teratasi

Tujuan jangka

pendek:

Dalam jangka

waktu 3 x 24

jam dengan

kriteria klien

nampak tenang.

1. Kaji tingkat

kecemasan klien

dan beri support

pada klien untuk

mengungkapkan

perasaannya

2. Beri informasi

tentang penyakit.

3.Identifikasi

tanda atau gejala

yang memerlukan

pelaporan pemberi

perawatan

kesehatan

1. Dengan mengkaji

tingkat kecemasan

diharapkan klien dapat

mengungkapan

perasaan dapat

mengurangi rasa cemas

2.Dengan memberikan

informasi tentang

penyakit diharapkan

klien memahami

tentang penyakitnya.

3.Dapat mencegah dan

meminimalkan

komplikasi

1. Mengkaji tingkat

kecemasan klien dan

memberi support pada

klien untuk

mengungkapkan

perasaannya

2.Memberi informasi

tentang penyakit kepada

klien.

3.Mengidentifikasi

tanda atau gejala yang

memerlukan pelaporan

pemberi perawatan

kesehatan.

Tanggal : 24 Juli 2009

Jam : 09.30 WIB

S : Klien mengatakan

tidak cemas lagi

O : Ekspresi wajah

tenang

A : Masalah teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan

49

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi oleh

Betty Newman di kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologi dan

kejiwaan sosial. Sedangkan teori penuaan menurut Barbara Cole Donlon di

kelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial.

Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental, sosial dan

lingkungan. Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh utama, status social dan

mental, dan kemampuan individu untuk berfungsi secara mandiri meskipun menderita

penyakit kronis. Telah diuraikan berbagai penyakit yang mungkin timbul pada lansia

dengan pencegahan dan penatalaksanaannya. Bagaimana menjaga kebugaran pada

lansia dengan olahraga dan pedoman umum gizi seimbang. Menjadi tua adalah proses

alamiah, tetapi tentu saja setiap orang mendambakan untuk tetap sehat di usia tua. Hal

ini sesuai dengan slogan Tahun Usia Lanjut WHO: do not put years to life but life into

years, yang artinya usia panjang tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia,

mandiri sejauh mungkin dengan mempunyai kualitas hidup yang baik.

Keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat

menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan,

keahlian dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia

secara komprehensif. Kegiatan asuhan keperawatan bagi lanjut usia dimaksudkan untuk

memberikan bantuan, bimbingan pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada

lanjut usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga,

panti jompo maupun puskesmas, yang diberikan oleh perawat.

3.2 Saran

Proses penuaan yang dialami dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan

sosial bagi pasien dan keluarga. Oleh karena itu perawat sebaiknya meningkatkan

pendekatan-pendekatan melalui komunikasi terapeutik, sehingga akan tercipta

lingkungan yang nyaman dan kerja sama yang baik dalam memberikan asuhan

keperawatan gerontik. Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak

berhubungan dengan pasien dituntut meningkatkan secara terus menerus dalam hal

pemberian informasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan latar belakang pasien dan

keluarga. Mahasiswa keperawatan mampu memahami tentang konsep keperawatan

gerontik dan dapat bekerja sama dengan perawat dan populasi untuk memperbaiki

kembali kesehatan lansia.

50

Daftar Pustaka

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Internet:

http://askep- askeb.cz.cc/ diakses tanggal 10 maret 2010.

http://peszect.blogspot.com/2013/01/konsep-dasar-keperawatan-gerontik_19.html

www.google.com. Keyword: Penyakit yang Sering Muncul pada Lansia. Diakses tanggal 12

September 2013 pukul 12.13 WIB

http://srandilmandalagiri.blogspot.com/2013/07/format-pengkajian-keperawatan-

gerontik.html#ixzz2fua0YcF3

Format Pengkajian Gerontik http://nandarnurse.blogspot.com/2013/01/format-pengkajian-

gerontik.html#ixzz2fudJS4hD