Cuwpit Keratitis

download Cuwpit Keratitis

of 11

Transcript of Cuwpit Keratitis

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    1/11

    LAPORAN KASUS

    KERATITIS NUMULARIS

    DISUSUN OLEH :

    CHAIRUNNISA

    DINA WULANSARI

    PEMBIMBING : DR. ILHAM ZAIN. SP.M

    KEPANITERAAN BAGIAN MATA RSUD KABUPATEN BEKASI

    PERIODE 2011-2012

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    2/11

    STATUS PASIEN

    BAGIAN MATA RSUD KABUPATEN BEKASI

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENDAHULUAN

    Mata merupakan salah satu indera dari pancaindera yang sangat penting untuk

    kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan majuy teknologi, indera penglihatan yang baik

    merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang sangat peka,

    trauma sekecil apapun, seperti debu yang bila masuk mata, sudah cukup menimbulkan

    gangguan yang hebat.1,2

    Kornea merupakan salah satu bagian dalam anatomi mata yang sangat berperan dalam

    menentukan hasil pembiasan sinar pada mata, karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi

    ,ata dan membiaskan berkas cahaya, sehingga bila terjadi lesi pada kornea umumnya akan

    memberikan gejala pemglihatan yang menurun, terutama bila lesi tersebut letaknya di

    tengah.2,3,4 Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang merupakan bagian dari media

    refraksi. Kornea terdiri atas lima lapis yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran

    descemet dan endotel.1,2

    Keratitis adalah suatu peradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri, virus dan

    jamur. Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lapis kornea yang terkena seperti keratitis

    superficialis dan profunda atau berdasarkan penyebabnya yaitu keratitis karena berkurangnya

    sekresi air mata, keratitis karena keracunan obat, keratitis reaksi alergi, infeksi, reaksi

    kekebalan, reasi terhadap konjungtivitis menahun.2,3,4

    Manajemen yang tepat dapat mengurangi insideni kehilangan penglihatan dan

    membatasi kerusakan kornea. Kebanyakan gangguan penglihatan dapat dicegah, namun

    hanya bila didiagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.5

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    3/11

    ANATOMI

    A. Struktur kornea

    Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan, berukuran 11-12 mm

    horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea

    memberikan kontribusi 74 % atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60

    kekuatan dioptri mata manusia. Kornea juga merupakan sumber astigmatisme pada sistem

    optik. Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor dan

    oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata. Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai

    oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki

    densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan

    dengan konjungtiva. 1

    Kornea dalam bahasa latin cornum artinya seperti tanduk, merupakan selaput

    bening mata, bagian dari mata yang bersifat tembus cahaya, merupakan lapis dari jaringan

    yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas :2,3,6

    1. Epitel

    Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak

    bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel

    kira-kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan film air mata

    merupakan lapisan permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat

    mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju

    ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan

    sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini

    menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan

    membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan

    erosi rekuren. Sedangkan epitel berasal dari ektoderem permukaan. Epitel memiliki daya

    regenerasi.

    2. Membran bowman

    Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel.

    Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari

    epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya generasi.

    3. Stroma

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    4/11

    Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea. Merupakan lapisan tengah

    pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 m

    yang saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan

    terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang;

    terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang sampai 15 bulan.

    4. Membran Descemet

    Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

    yang dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada

    pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan

    mempunyai tebal +40 mm.

    5. Endotel

    Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara

    20-40 mm melekat erat pada membran descemet melalui taut. Endotel dari kornea ini

    dibasahi oleh aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak

    mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati

    dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi

    cairan,jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat

    gangguan sistem pompa endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea)

    dan kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea

    ditentukan oleh epitel dan endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua

    lapisan ini mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada

    lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea.2,3

    Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,

    saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk ke dalam

    stroma kornea, menembus membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis

    epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan. Sensasi dingin oleh Bulbus Krause

    ditemukan pada daerah limbus. 1,2,6

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    5/11

    Gbr 1. Anatomi mata manusia

    B. FISIOLOGI KORNEAKornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas

    cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform,

    avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,

    dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel

    dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel,

    dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada

    kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan

    hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema

    stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi.

    Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisanair mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma

    kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.2,3,8

    Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui

    epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat

    melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus.2,3,8

    Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea.

    Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan membran bowman mudah

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    6/11

    terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan

    jamur.2,3,4

    KERATITIS

    Keratitis adalah peradangan pada kornea. Gejala patognomik dari keratitis ialah

    terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat ada di seluruh lapisan kornea dan menetapkan

    diagnosis dan pengobatan keratitis. Tanda subjektif lain yang dapat mendukung keratitis

    adalah fotofobia, lakrimalis, blefarospasme dan gangguan visus. Injeksi perikornea di limbus

    merupakan tanda objektif yang dapat timbul pada keratitis, dapat pula terjadinya edema

    kornea.1,3

    Karena kornea merupakan bangunan avaskular, maka pertahanan pada waktu peradangan

    tidak bereaksi dengan cepat, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyakvaskularisasi. Sehingga badan kornea, wandering cells dan sel-sel lainnya yang terdapat di

    dalam stroma kornea akan segera bekerja sebagai makrofag yang kemudian akan disusul

    dengan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan akan tempak

    sebagai injeksi perikornea. Kemudian akan terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel

    plasma dan sel polimorfonuklear yang akan mengakibatkan timbulnya infiltrat yang

    selanjutnya dapat berkembang dengan terjadinya kerusakan epitel timbullah ulkus (tukak)

    kornea. Pada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukan jaringan

    parut (sikatrik), yang dapat berupa nebula, makula dan leukoma.2,3

    Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut lapisankornea yang terkena, yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau

    membran Bowman dan keratitis profunda atau interstitialis (atau disebut juga keratitis

    parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.4

    Bentuk-bentuk klinik keratitis superficialis antara lain : 4

    keratitis punctata superfisialis keratitis fliken keratitis sika keratitis lepra keratitis numularis

    KERATITIS NUMULARIS

    Keratitis numularis disebut juga keratitis sawahica atau keratitis punctata tropika.

    Keratitis numularis diduga diakibatkan oleh virus. Diduga virus yang masuk ke dalam epitel

    kornea melalui luka setelah truma. Replikasi virus pada sel epitel diikuti penyebaran toksin

    pada stroma kornea sehingga menimbulkan kekeruhan atau infiltrat berbentuk bulat seperti

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    7/11

    mata uang. Pada kornea terdapat infiltrat bulat-bulat subepitel dan ditengahnya lebih jernih,

    seperti halo. Tes fluoresen (-). 2,3,7

    untuk melihat adanya defek pada epitel kornea dapat dilakukan uji fluoresen.

    Caranya, kertas fluoresen dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologi kemudian

    diletakkan pada saccus konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu penderita diberi anastesi

    lokal. Penderita diminta menutup matanya selama 20 detik, kemudian kertas diangkat. Defek

    kornea akan terlihat berwarna hijau dan disebut sebagai uji fluoresen positif.

    Keratitis didefinisikan sebagai peradangan pada kornea, membran transparan yang

    menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-

    anak maupun dewasa. Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur dapat

    menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex, tipe I. Selain itu

    penyebab lain adalah, kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat terang,

    benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap

    kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaanlensa kontak yang kurang baik.Gejala keratitis antara lain keluar air mata yang berlebihan,

    nyeri, penurunan tajam penglihatan, radang pada kelopak mata (bengkak, merah), mata

    merah, sensitif terhadap cahaya. Salah satu bentuk keratitis adalah keratitis disiformis, yaitu

    seperti pada kasus ini, yang disebut juga sebagai keratitis sawah, karena merupakan

    peradangan kornea yang banyak di negeri persawahan basah. Pada anamnesa umumnya ada

    riwayat trauma dari lumpur sawah. Pada kornea tampak infiltrat yang bulat, di tengahnya

    lebih padat dari pada di tepi dan terletak subepitelial. Tes Fluoresin tidak ada kelainan.

    Pengobatan pada keratitis bisa diberikan antibiotik, anti jamur dan anti virus dapat

    digunakan tergantung organisme penyebab. Antibiotik spektrum luas dapat digunakansecepatnya, tapi bila hasil laboratorium sudah menentukan organisme penyebab, pengobatan

    dapat diganti. Terkadang, diperlukan lebih dari satu macam pengobatan. Terapi bedah laser

    terkadang dilakukan untuk menghancurkan sel yang tidak sehat, dan infeksi berat

    membutuhkan transplantasi kornea.Obat tetes mata atau salep mata antibiotik, anti jamur dan

    antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh

    diberikan dengan resep dokter. Pengobatan yang tidak baik atau salah dapat menyebabkan

    perburukan gejala. Obat kortikosteroid topikal dapat menyebabkan perburukan kornea pada

    pasien dengan keratitis akibat virus herpes simplex. Pasien dengan keratitis dapat

    menggunakan tutup mata untuk melindungi mata dari cahaya terang, benda asing dan bahan

    iritatif lainnya. Kontrol yang baik ke dokter mata dapat membantu mengetahui perbaikan dari

    mata. Pemakai lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril

    untk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk

    membersihkan lensa kontak. Pemeriksaan mata rutin ke dokter mata disarankan karena

    kerusakan kecil di kornea dapat terjadi tanpa sepengetahuan kita. Jangan terlalu sering

    memakai lensa kontak. Lepas lensa kontak bila mata menjadi merah atau iritasi. Ganti lensa

    kontak bila sudah waktunya untuk diganti. Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan

    ganti tempat lensa kontak tiap 3 bulan karena organisme dapat terbentuk di tempat kontak

    lensa itu. Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau

    bermain di tempat yang potensial berbahaya bagi mata dapat mengurangi resiko terjadinya

    keratitis. Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat membantu menahan kerusakan mata

    dari sinar ultraviolet.

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    8/11

    LAPORAN KASUS

    I. IDENTITASNama : Tn. A

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Umur : 42 tahun

    Status :

    Alamat : Cibitung

    II. ANAMNESISKeluhan Utama : Penglihatan buram dan bayangan terlihat dua sejak 2 bulan yang lalu

    Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Kab Bekasi

    dengan keluhan penglihatan buram baik melihat jarak dekat maupun jarak jauh serta

    bayangan menjadi dua sejak 2 bulan secara mendadak sebelum datang ke poliklinik mata.

    Awalanya mata pasien bengkak dan merah pada kedua matanya. Pasien menyangkal adanya

    kotoran mata dan pengeluaran air mata. Pasien juga mengeluh adanya silau bila melihat pada

    siang hari. Pasien menyangkal adanya sakit kepala, mual muntah. Adanya riwayat pemakaian

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    9/11

    kacamata. Pasien mengatakan merasa kelilipan dan kadang-kadang terasa gatal pada kedua

    mata. Pasien mengaku kedua mata pernah diobati ke alternative tetapi tidak ada perubahan.

    Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi dan Diabetes mellitus disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga : riwayat penyakit serupa disangkal

    III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : baik

    Kesadaran : compos mentis

    Tanda Vital : TD : 110/90 mmHg

    N : 80x/menit

    RR : 24x/menit

    Suhu : 36,5 oc

    IV. STATUS LOKALISMata kanan Mata kiri

    Ortoforia Kedudukan Ortoforia20/70 Visus 20/60

    Kenyal, n/p TIO Kenyal, n/p

    Trikiasis (-), ektropion

    (-), entropion (-)

    Margo palpebra Trikiasis (-), ektropion

    (-), entropion (-)

    t.a.k

    Hordeolum (-)

    Kalazion (-)

    Udem (-)

    Palpebra superior t.a.k

    Hordeolum (-)

    Kalazion (-)

    Udem (-)

    t.a.k

    Hordeolum (-)

    Kalazion (-)Udem (-)

    Palpebra inferior t.a.k

    Hordeolum (-)

    Kalazion (-)Udem (-)

    Hiperemis (-), folikel (-),

    papil (-)

    Konjungtiva tarsal superior Hiperemis (-), folikel (-),

    papil (-)

    Hiperemis (-), folikel (-),

    papil (-)

    Konjungtiva tarsal inferior Hiperemis (-), folikel (-),

    papil (-)

    Injeksi konjungtiva (-),

    injeksi silier (-)

    Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-),

    injeksi silier (-)

    Sklera

    Jernih, sikatrik (-), infiltrat

    (-)

    Kornea Jernih, sikatrik (-), infiltrat

    (-)Limbus

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    10/11

    Dalam, hipopion (-), hifema

    (-)

    Kamera okuli anteror Dalam, hipopion (-), hifema

    (-)

    Sinekia anterior (-), sinekia

    posterior (+)

    Iris Sinekia anterior (-), sinekia

    posterior (+)

    Keruh, shadow test (-) Lensa Keruh, shadow test (-)

    Tidak isokor Pupil Tidak isokorVitreus

    Refleks fundus (-) Funduskopi Refleks fundus (-)

    Tes fluoresen

    V. DIAGNOSIS KLINISKeratitis Numularis ODS

    VI. DIAGNOSIS BANDINGKonjungtivitis

    Uveitis anterior

    VII.PENATALAKSANAANPolydex Ed fl I

    Herpis Ed fl I

    Becom C X

    VIII. PROGNOSISDubia ad bonam

    DAFTAR PUSTAKA

    1. American Academy of opthalmology.Externa disease and cornea. San Fransisco2007 : 8-12, 157-160

    2. Vaughan, Deaniel. Ofthalmology Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya MedikaJakarta, 2000 : 4-6

    3. Ilyas, Sidarta. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2000 : 524. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2005 : 147-

    158

    5. Srinivasan M, et al.Distinguishing infectious versus non infectious keratitis. IndianJournal of Opthalmology. 2006. 56:3;50-56

    6. Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata. Airlangga. Surabaya, 1984

  • 7/29/2019 Cuwpit Keratitis

    11/11

    7. Anonymous. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Mata Edisi III.Bagian/SMF Ilmu Penyakit Mata RSU Dokter Soetomo. Surabaya

    8. Thygeson, Phillips. 1950. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the AmericanMedical Association; 144:1544-1549. Available at : http://webeye. ophth.uiowa.edu/

    dept/service/cornea/cornea.htm