CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

download CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

of 30

Transcript of CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    1/30

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    1.1 Identifikasi Pasien

    Nama : Agnes Andini

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Usia : 10 Tahun

    Status : Belum Menikah

    Alamat : Air Gading Baturaja BaratAgama : Islam

    No Reg/ Med : 13006133/697878

    Tanggal MRS : 28 Februari 2013

    1.2 Anamnesis

    1.2.1 Keluhan utama

    Lengan kiri pasien tidak dapat ditekuk dan mengalami perubahan

    bentuk.

    1.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit

    3 bulan SMRS penderita tergelincir saat berlari dan lengan kiri bawah

    penderita membentur benda keras. Penderita mengeluh nyeri

    menggerakan lengan kiri bawah setelah terbentur. Penderita tidak

    berobat ke dokter, namun sudah beberapa kali dibawa ke pengobatan

    alternatif untuk dipijat. Selanjutnya 2 bulan SMRS penderita ke

    RSUD Baturaja untuk rontgen dan dikatakan mengalami patah tulang

    pada lengan kiri bawahnya, kemudian penderita dirujuk ke RSMH.

    1.3 Pemeriksaan Fisik

    1.3.1 Status Generalis

    Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis

    Tek. Darah : 110/70 mmHg

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    2/30

    2

    Nadi : 81x/m Respiratory rate : 22x/m Temperatur : 36,5 oC Mata : konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

    pupil isokor, reflex cahaya (+/+)

    Kepala : Normal/ tidak ada kelainan Leher : tidak ada pembesaran KGB Thoraks : Normal/tidak ada kelainan Abdomen : Normal/tidak ada kelainan Ekstremitas superior : Lihat status lokalis Ekstremitas inferior : Normal/tidak ada kelainan

    1.3.2 Status Lokalis

    Pada regio antebrachii sinistra didapatkan :

    Look : Deformitas (+), edema (-), warna (-) Feel : Nyeri tekan (-), krepitasi (-), NVD sama baik

    dengan sisi sebelah. Movement : ROM aktif pasif terbatas.

    Teraba tonjolan tulang pada lengan kiri

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    3/30

    3

    Lengan kiri tidak dapatfleksi maksimal

    Deformitas padalengan kiri

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    4/30

    4

    1.4 Pemeriksaan Penunjang

    1.4.1 Pemeriksaan Laboratorium

    Hemoglobin : 11,7 * (12,0-14,4) Eritrosit : 3,79* (4,75-4,85) Leukosit : 7,7 (4,5-13,5) Trombosit : 422 (150-450) Hematokrit : 35* (36-42, krisis

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    5/30

    5

    1.5 Diagnosis Kerja

    Fraktur Monteggia

    1.6 Penatalaksanaan

    Terapi konservatif : Imobilisasi dan Reduksi tertutup

    Terapi operatif : Open Reduction Interna Fixation (ORIF)

    Dilakukan ORIF pada tanggal 21 Maret 2013 di RSMH :

    Fraktur pada Os Ulna 1/3 Proksimal difiksasi dengan memasang plate 4 hole

    dan 4 screw.

    Hasil Radiologis Post ORIF :

    1.7 Prognosis

    Quo ad Vitam : Bonam

    Quo ad Functionam : Bonam

    Plate 4 hole dan 4 Screw

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    6/30

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi Tulang

    Tulang dalam garis besarnya dibagi atas :1

    a. Tulang panjang

    Yang termasuk tulang panjang antara lain femur, tibia, ulna dan humerus,

    dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan

    garis epifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yangsangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena

    daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak

    mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan berkembang

    pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan

    tulang.

    b. Tulang pendek

    Yang termasuk tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang karpal.

    c. Tulang pipih

    Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scavula dan

    tulang pelvis.

    Secara makroskop terdiri dari : (1) substantia compacta dan (2)

    substantia spongiosa . Pada os longum substantia compacta berada di bagian

    tengah dan makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang

    terdapat substantia spongiosa , yang pada pertumbuhan memanjang tulang

    membentuk cavitas medullaris. Lapisan superfisialis tulang disebut

    periosteum dan lapisan profunda disebut endosteum. Bagian tengah os

    longum disebut corpus, ujung tulang berbentuk konveks atau konkaf,

    membesar, membentuk persendian dengan tulang lainnya.

    Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diafisis, ujung

    tulang disebut epifisis dibentuk oleh kartilago, dan bagian diantara keduanya

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    7/30

    7

    disebut metafisis, tempat pertumbuhan memanjang dari tulang (peralihan

    antara kartilago menjadi osseum). 2

    Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut

    korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan

    diluarnya dilapisi oleh periostenum. Pada anak lebih tebal daripada orang

    dewasa, yang, memungkingkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat

    dibandingkan orang dewasa. 1

    Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode

    pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi

    dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai

    suatu organ biokimia utama tulang.

    Komposisi tulang terdiri atas:

    Substansi organik : 35% Substansi inorganik : 45% Air : 20%

    Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organik

    intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks

    (90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur.

    Substansi inorganik terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh

    magnesium, sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah

    alkali fosfatase yang diproduksi oleh osteoblast yang kemungkinan besar

    mempunyai peranan yang paling penting dalam produksi organik matriks

    sebelum terjadi kalsifikasi. 1

    Tulang memiliki 5 fungsi utama, yaitu : 1

    Membentuk rangka tubuh Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot Sebagai bahan dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-

    alat dalam seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dll.

    Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam Organ yang berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk produksi sel-

    sel darah merah, sel-sel darah putih, dan trombosit.

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    8/30

    8

    2.1.1 Anatomi Radius

    Ujung proximal radius membentuk caput radii (capitulum radii),

    berbentuk roda, letak melintang. Ujung kranial caput radii membentuk fovea

    articularis (fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii

    dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis dan

    berhubungan dengan incisura radialis ulnae. Caput radii terpisah dari corpus

    radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt

    tuberositas radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo

    interossea (crista interossea), margo anterior (margo volaris), dan margo

    posterior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus

    styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris dan pada facies

    dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung

    distal radius membentuk facies articularis carpi. 2

    Gambar 1. Tulang Radius

    (Sumber : Anatomi Sobotta) 6

    2.1.2 Anatomi Ulna

    Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang

    sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    9/30

    9

    trochlearis (incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk

    persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut

    olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus

    coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat

    perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat

    incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal

    incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus ulnae membentuk

    facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo interosseus, margo

    anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (capitulum

    ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal

    terdapt processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung

    distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius. 2

    Gambar 2. Tulang Ulna

    (Sumber : Anatomi Sobotta) 6

    Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang

    diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di

    distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang

    mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat

    hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat.

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    10/30

    10

    Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi

    atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai

    dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.

    Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot

    supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan

    pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi

    pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai

    dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius. 3

    Gambar 3. Anatomi radius dan ulna

    2.2 Fraktur

    Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang

    rawan efifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. 1

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

    yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya.

    Fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan yang

    dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    11/30

    11

    penarikan. Pada saat terjadi fraktur pada tulang dapat menyebabkan

    kerusakan pembuluh darah, edema dari jaringan, perdarahan pada otot dan

    sendi, dislokasi dari sendi, ruptur tendon, dan kerusakan saraf. 4

    2.2.1 Klasifikasi Fraktur

    2.2.1.1 Komplit - tidak komplit

    Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau

    melalui kedua korteks tulang.

    Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampangtulang seperti:

    1. Hairline fracture (patah retak rambut)

    2. Buckle fracture atau torus fracture (terjadi lipatan dari satu

    korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya).

    3. Greenstick fracture (mengenai satu korteks dengan angulasi

    korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak)

    2.2.1.2 Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

    garis patah melintang

    garis patah oblique

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    12/30

    12

    garis patah spiral

    fraktur kompresi

    2.2.1.3 Jumlah garis patah

    fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling

    berhubungan

    fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak

    berhubungan. Bila dua garis patah disebut

    pula fraktur bifokal. fraktur multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada

    tulang yang berlainan tempatnya.

    2.2.1.4 Bergeser - tidak bergeser (displaced-undisplaced)

    fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi

    kedua fragmen tidak bergeser. Periosteumnya masih utuh.

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    13/30

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    14/30

    14

    Grade III : terdapat kerusakan yang luas pada kulit, jaringan

    lunak dan struktur neurovaskuler, disertai banyak

    kontaminasi luka.

    III A : tulang yang mengalami fraktur mungkin dapat

    ditutupi secara memadai oleh jaringan lunak.

    III B : terdapat pelepasan periosteum dan fraktur

    kominutif yang berat.

    III C : terdapat cedera arteri yang perlu diperbaiki, tidak

    peduli berapa banyak kerusakan jaringan lunak

    yang lain.

    Klasifikasi fraktur menurut Muller dkk 5

    Angka pertama menunjukkan tulang :

    1 humerus

    2 radius ulna

    3 femur

    4 tibia fibulaAngka kedua menunjukkan segmen :

    1 proksimal

    2 diafisial

    3 distal

    4 maleolar

    Suatu huruf menunjukkan jenis fraktur :

    Diafisis A=sederhana

    B=berbentuk baji

    C=kompleks

    Proksimal dan distal A=ekstra artikular

    B=artikular sebagian

    C=artikular lengkap

    Nomor selanjutnya menunjukkan morfologi fraktur secara rinci :

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    15/30

    15

    F raktu r pada Radiu s/Ul na

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    16/30

    16

    2.3 Proses Penyembuhan Fraktur

    Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis. Tidak seperti

    jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan

    parut. Proses penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang

    mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai

    sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi

    fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor

    biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam

    penyembuhan fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda pada tulang

    kortikal pada tulang panjang serta tulang kanselosa pada metafisis tulang

    panjang atau tulang-tulang pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan

    fraktur ini harus dibedakan. 1

    2.3.1 Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal

    Proses penyembuhan pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu:

    a. Fase Hematoma

    Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecilyang melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada

    daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur.

    Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong

    dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma sehingga dapat

    terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.

    Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah

    fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah

    cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma. 1

    b. Radang dan proliferasi seluler

    Dalam delapan jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai

    proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang

    tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan sel, yang menghubungkan

    tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-lahan diabsorpsi dan

    kapiler baru yang halus berkembang ke daerah itu.

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    17/30

    17

    c. Fase pembentukan kalus

    Sel yang berkembang biak memiliki potensi krondrogenik dan osteogenik.

    Apabila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang

    dan dalam beberapa keadaan juga kartilago. Populasi sel sekarang juga

    mencakup osteoklas (mungkin dihasilkan pembuluh darah baru) yang mulai

    membersihkan tulang yang mati. Massa sel yang tebal, dengan pulau-pulau

    tulang yang immatur dan kartilago, membentuk kalus atau bebat pada

    permukaan periosteal dan endosteal. Sementara tulang fibrosa yang immature

    (atau anyaman tulang) menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur

    semakin berkurang dan pada empat minggu setelah cedera, fraktur menyatu.

    d. Fase konsolidasi

    Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, anyaman tulang

    berubah menjadi tulang lamelar. Sistem itu sekarang cukup kaku untuk

    memungkinkan osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur,

    dan dekat dibelakangnya osteoblas mengisi celah-celah yang tersisa diantara

    fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat danmungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa

    beban yang normal.

    e. Fase remodeling

    Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama

    beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini dibentuk

    ulang oleh proses resorpsi dan pembentukan tulang yang terus

    menerus.lamela yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannyatinggi, dinding-dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum

    dibentuk. Akhirnya, dan terutama pada anak-anak tulang akan memperoleh

    bentuk yang mirip bentuk normalnya.

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    18/30

    18

    2.3.2 Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa

    Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena

    beberapa faktor, yaitu : 1

    1) Vaskularisasi yang baik

    2) Terdapat permukaan yang lebih luas

    3) Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat

    4) Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur

    Tulang kanselosa yang berlokasi pada metafisis tulang panjang, tulang

    pendek serta tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan

    fraktur pada daerah tulang kanselosa melalui proses pembentukan kalus

    internal atau endosteal, walaupun eksternal kalus atau periosteal juga

    memiliki peranan yang penting. Trabekula dari tulang kanselosa memiliki

    vaskularisasi yang baik sehingga nekrosis yang terjadi pada permukaan

    daerah fraktur berlangsung minimal. Proses osteogenik penyembuhan sel dari

    bagian endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk

    woven bone primer di dalam derah fraktur yang disertai hematoma.

    Pembentukan kalus interna mengisi ruangan pada daerah fraktur.

    Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah dimana

    terjadi kontak lansung diantara kedua permukaan fraktur yang berarti satu

    kalus endosteal. Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union

    secara klinis. Selanjutnya woven bone diganti oleh tulang lamelar dan tulang

    mengalami konsolidasi. 1

    2.3.3 Penyembuhan fraktur pada tulang rawan persendian

    Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya

    untuk regenerasi. Pada fraktur intraartikuler penyembuhan tidak terjadi

    melalui tulang rawan hialin, tetapi terbentuk melaui fibrokartilago. 1

    2.3.4 Waktu penyembuhan fraktur

    Waktu penyembuhan fraktur dipengaruhi beberapa faktor : 1

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    19/30

    19

    Umur penderita

    Anak-anak lebih cepat daripada dewasa karena aktivitas osteogenesis

    pada periosteum dan endosteum dan juga proses remodeling tulang masih

    sangat aktif dan semakin berkurang apabila usia bertambah.

    Lokasi dan konfigurasi fraktur

    Fraktur metafisis lebih cepat daripada diafisis. Fraktur transversal lebih

    lambat daripada fraktur oblique karena kontak yang lebih banyak.

    Pergeseran awal fraktur

    Fraktur tidak bergeser lebih cepat mengalami penyembuhan.

    Vaskularisasi pada kedua fragmen

    Kedua fragmen yang mempunyai vaskularisasi yang baik maka

    penyembuhannya akan lebih cepat. Apabila salah satu fragmen

    vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan

    menghambat terjadinya union.

    Reduksi serta imobilisasi

    Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi

    yang lebih baik dalam bentuk asalnya sehingga mencegah pergerakan

    dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu dalam

    penyembuhan fraktur.

    Waktu imobilisasi

    Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum

    terjadi union, maka untuk terjadinya non union sangat besar.

    Ruang diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak

    Bila ditemukan interposisi jaringan berupa periostat maupun otot atau

    jaringan fibrosa maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung

    fraktur.

    Adanya infeksi

    Infeksi akan mengganggu proses penyembuhan.

    Cairan sinovia

    Cairan sinovia pada sendi dapat menghambat penyembuhan fraktur.

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    20/30

    20

    Gerakan aktif dan pasif anggota gerak

    Gerakan aktif dan pasif akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur.

    Perkiraan Penyembuhan Fraktur pada Dewasa

    Falang/metacarpal/metatarsal/kosta 3-6 minggu

    Distal radius 6 minggu

    Diafisis ulna dan radius 12 minggu

    Humerus 10-12 minggu

    Klavikula 6 minggu

    Panggul 10-12 minggu

    Femur 12-16 minggu

    Kondilus femur/tibia 8-10 minggu

    Tibia/fibula 12-16 minggu

    Vertebrae 12 minggu

    Waktu penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu sampai 4 bulan.

    Waktu penyembuhan pada anak secara kasar waktu penyembuhan daripada

    orang dewasa.

    2.3.5 Penilaian Penyembuhan Fraktur 7

    Klinis : tidak menimbulkan nyeri dan gerakan pada tempat fraktur

    saat ditekuk dan diputar.

    Radiologis : terbentuk kalus, tetapi masih ada garis fraktur.

    2.3.6 Abnormalitas Penyembuhan 1,7 Malunion : waktu penyembuhan pada saatnya, tetapi posisi tidak

    memuaskan dengan deformitas tulang yang berbentuk

    angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.

    Delayed union : union lebih lama dari waktu penyembuhan normal/tidak

    sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan.

    Non union : tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    21/30

    21

    pembentukan konsolidasi sehingga terdapat sendi palsu

    (pseudoartrosis).

    2.4 Diagnosis Fraktur

    Diagnosis fraktur harus disebut jenis tulang atau bagian tulang yang

    mempunyai nama sendiri, kiri atau kanan, bagian mana dari tulang (1/3

    proksimal, tengah, atau distal), komplit atau tidak, bentuk garis patah, jumlah

    garis patah, bergeser tidak bergeser, terbuka atau tertutup, dan komplikasi bila

    ada.

    Diagnosis fraktur ditegakkan berdasarkan:

    a. Anamnesis: Ada trauma (bila tidak ada trauma berarti fraktur patologis. Trauma

    harus diperinci jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma, dan

    posisi penderita atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme

    trauma)

    Ada gangguan fungsi

    b. Pemeriksaan umum

    Primary survey meliputi ABCDE. Dicari kemungkinan komplikasi

    umum, misalnya syok pada fraktur multipel, tanda sepsis pada fraktur

    terbuka.

    c. Pemeriksaan status lokalis

    Tanda-tanda fraktur yang klasik adalah fraktur untuk tulang panjang.

    Tanda-tanda tersebut adalah: Look Deformitas : penonjolan yang abnormal,

    angulasi, rotasi, pemendekan, varus, valgus.

    Ada jejas/ tidak

    Warna kulit : Bruishing, sianosis

    Fungsio laesa hilangnya fungsi Feel Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu, krepitasi

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    22/30

    22

    Move Range Of Motion (ROM), kekuatan gerakan

    yang tidak normal.

    d. Pemeriksaan radiologis

    Untuk konfirmasi luas luka dan jenis fraktur.

    Dengan Rule of Two Rontgen :

    2 view (AP/Lateral) 2 joints (Proksimal dan distal) 2 times 2 ekstremitas

    Pada anak, untuk melihat fraktur pada epifisis/metafisis/diafisis.

    2.5 Tatalaksana Fraktur

    Secara umum prinsip pengobatan fraktur ada 4 : 1

    a. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur

    Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

    anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu

    diperhatikan :

    Lokalisasi fraktur Bentuk fraktur Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

    b. Reduction : reduksi fraktur apabila perlu

    Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang

    dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis

    dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah

    komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di

    kemudian hari. Posisi yang baik adalah :

    alignment yang sempurna aposisi yang sempurna

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    23/30

    23

    c. Retention : imobilisasi fraktur

    d. Rehabilitation

    Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

    Metode pengobatan fraktur antara lain : 1

    a. Konservatif Proteksi semata-mata untuk mencegah cidera lebih lanjut, dapat

    menggunakan sling (mitela)/tongkat. Diindikasikan pada fraktur-

    fraktur tidak bergeser, fraktur iga stabil, falangs, metacarpal,dan

    klavikula pada anak. Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi), menggunakan gips

    atau bidai dari plastik/metal. Diindikasikan pada fraktur yang perlu

    dipertahankan posisinya dalam prosses penyembuhan.

    Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi ekterna,

    mempergunakan gips. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan

    terjadinya fraktur.

    Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasidapat dilakukan dengan cara traksi kulit atau traksi tulang.

    Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi,

    menggunakan alat-alat mekanik seperti bidai Thomas, bidai Brown

    Bohler, bidai Thomas dengan Pearson knee flexion attachment .

    Ada 4 metode traksi kontinu yang digunakan, yaitu traksi kulit, traksi

    menetap, traksi tulang, dan traksi berimbang & traksi sliding.

    b. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutan dengan K-wire

    Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang tidak stabil, maka

    reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-wire perkutan.

    c. Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang

    Operasi harus dilakukan secepatnya. Alat-alat yang dipergunakan dalam

    operasi yaitu kawat bedah, kawat kirschner, screw, screw dan platem pin

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    24/30

    24

    Kuntscher intrameduler, pin Rush, pin Steinmann, pin Trephine, plate

    and screw Smith Peterson, pin plate teleskopik, pin Jewett, dan protesis.

    Indikasi reduksi terbuka degan fiksasi interna :

    Fraktur intraartikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon,

    patella.

    Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius

    dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur tidak stabil.

    Terdapat interposisi jaringan diantara kedua fragmen Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik

    dengan reduksi tertutup misalnya fraktur monteggia dan Bennett

    Kontraindikasi imobilisasi eksterna Eksisi fragmen kecil, dan lainnya.

    d. Eksisi fragmen tulang dan penggantuan dengan protesis

    Pada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya terjadi

    nekrosis avaskuler dari fragmen atau nonunion, oleh karena itu dilakukan

    pemasangan protesis, yaitu alat dengan komposisi metal tertentu untuk

    menggantikan bagian yang nekrosis. Sebagian bahan tambahan sering

    dipergunakan metilmetakrilit.

    2.6 Fraktur Monteggia

    2.6.1 Definisi

    Fraktur Monteggia merupakan fraktur 1/3 proksimal ulna disertai dengan

    dislokasi radius proksimal. Fraktur dapat bersifat terbuka atau tertutup.

    Pertama kali dilaporkan oleh Giovanni Battista Monteggia (1814). 1

    2.6.2 Epidemiologi

    Lebih sering pada anak-anak daripada dewasa (2:1), laki-laki > perempuan. 1

    Fraktur Monteggia tipe I merupakan yang paling banyak, diikuti oleh tipe III.

    Fraktur Monteggia hanya 1/3 berbanding angka fraktur galeazzi.8

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    25/30

    25

    2.6.3 Mekanisme Trauma

    Terjadi akibat trauma langsung atau karena hiperpronasi dengan tangan

    dalam keadaan out-streched. 1 Trauma energi tinggi (kecelakaan kendaraan

    bermotor) dan trauma energi rendah (jatuh dari posisi berdiri) bisa

    mengakibatkan fraktur Monteggia. 8,9

    2.6.4 Klasifikasi

    Menurut Bado (1962) dibagi menjadi 4 tipe :

    a. Tipe I : dislokasi kaput radius ke depan disertai angulasi ulna ke

    arah yang sama (tipe ekstensi). Insiden sebanyak 60-65%.

    b. Tipe II : dislokasi kaput radius ke belakang disertai angulasi ulna

    ke arah yang sama (tipe fleksi). Insiden sebanyak 15%.

    c. Tipe III : dislokasi ke samping kaput radius disertai angulasi ulna ke

    arah yang sama, dengan fraktur ulna tepat distal prosesus

    koronoid. Insiden sebanyak 20%.

    d. Tipe IV : dislokasi kapus radius ke depan disertai angulasi ulna ke

    arah yang sama dengan tipe I, bersama-sama fraktur radius

    sebelah distal tuberositas bisipitalis. Insiden sebanyak 5%.

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    26/30

    26

    2.6.5 Patogenesis

    Struktur yang terdapat di lengan bawah saling berhubungan erat dan jika

    terjadi gangguan salah satu tulang maka akan memberi kesan kepada tulang

    lainnya. Tulang radius dan ulna berhubungan langsung hanya di bagian

    proksimal dan distal sendi radioulnar. Bagaimanapun, kedua tulang ini

    dihubungkan oleh membrana interosseus di sepanjang antara kedua tulang

    sehingga memungkinkan tulang radius untuk berputar (rotasi) di sekitar ulna.

    Apabila terjadi fraktur ulna, tenaga dipindahkan di sepanjang membrana

    interoseus dan menyebabkan dislokasi proksimal radius. Akibatnya,

    membrana interoseus proksimal dari fraktur akan terganggu, terjadi dislokasi

    proksimal sendi radioulnar, dan dislokasi sendi radiocapitellar. Dislokasi

    caput radius dapat mengakibatkan kecederaan nervus radius. Cabang

    posterior interoseus dari nervus radius yang melewati leher dari radius

    beresiko tinggi mengalami kecederaan terutama Bado tipe II. 10

    2.6.6 Gambaran Klinis

    Tergantung dari tipe fraktur dan keparahannya, pasien dapat mengalami

    pembengkakan siku, deformitas, krepitasi, dan parestesi.

    Penderita mengeluh nyeri dan bengkak pada lengan bawah dan datang dengan

    tangan dalam posisi fleksi dan pronasi. 1

    2.6.7 Pengobatan 1

    Pada fraktur terbuka : tindakan operasi segera disertai fiksasi ulna.

    Pada fraktur tertutup pada anak : reposisi tertutup, karena angka keberhasilan

    mencapai 50%. Sedangkan pada dewasa, semua fraktur monteggia harus

    segera dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi interna yang rigid karena

    fraktur ini adalah suatu fraktur yang juga mengenai sendi siku dan perlu

    dilakukan mobilisasi secepatnya.

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    27/30

    27

    2.6.7 Komplikasi 1

    a. Lesi saraf perifer, lesi nervus radialis (nervus inter-osseus posterior) dan

    nervus ulnaris

    b. Nonunion tulang ulna

    c. Ankilosis radiohumeral

    d. Sinostosis radioulnar

    e. Dislokasi kaput radius yang berulang-ulang

    f. Miositas osifikans.

    2.6.8 Prognosis

    Pada tahun 1991, Anderson dan Meyer menggunakan criteria untuk

    mengevaluasi fraktur lengan bawah dan prognosisnya :

    Excellent

    Union with less than 10 loss of elbow and wrist flexion/extension and

    less than 25% loss of forearm rotation.

    Satisfactory

    Union with less than 20 loss of elbow and wrist flexion/extension and

    less than 50% loss of forearm rotation.

    Unsatisfactory

    Union with greater than 30 loss of elbow and wrist flexion/extension

    and greater than 50% loss of forearm rotation.

    Failure

    Malunion, nonunion, or chronic osteomyelitis

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    28/30

    28

    BAB III

    ANALISIS KASUS

    Dari anamnesis pada tanggal 14 Maret 2013 didapatkan bahwa penderita

    berusia 10 tahun berasal dari luar kota Palembang datang berobat ke RSMH

    dengan keluhan utama lengan kiri tidak dapat ditekuk dan mengalami perubahan

    bentuk. Dari anamnesis lebih lanjut didapatkan bahwa 3 bulan SMRS penderita

    tergelincir saat berlari dan lengan kiri bawah penderita membentur benda keras.

    Penderita mengeluh nyeri menggerakan lengan kiri bawah setelah terbentur.Penderita tidak berobat ke dokter, namun sudah beberapa kali dibawa ke

    pengobatan alternatif untuk dipijat. Selanjutnya 2 bulan SMRS penderita ke

    RSUD Baturaja untuk rontgen dan dikatakan mengalami patah tulang pada lengan

    kiri bawahnya, kemudian penderita dirujuk ke RSMH.

    Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan tekanan darah, nadi,

    pernafasan, suhu dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan fisik status lokalis

    didapatkan pada regio antebrachii sinistra tampak deformitas dan tidak terdapat

    luka sehingga hal ini menyingkirkan trauma jaringan lunak, tidak ada nyeri saat

    ini, krepitasi (-), NVD sama baik dengan sisi sebelahnya, ROM aktif pasif

    terbatas, yaitu penderita kesulitan menggerakkan secara aktif dan pasif sendi siku

    kiri.

    Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan radiologis

    berupa rontgen antebrachii sinistra AP/Lateral pada tanggal 6 Maret 2013

    menunjukkan adanya fraktur os ulna sinistra 1/3 proksimal oblique undisplaced

    disertai dislokasi radial head.

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

    yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien ini didiagnosa fraktur ulna

    1/3 proksimal oblique undisplaced disertai dislokasi radius (Fraktur Monteggia).

    Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini ada 2 pilihan yaitu terapi

    konservatif dan terapi operatif. Jika secara konservatif, dilakukan reposisi tertutup

    dan imobilisasi. Terapi operatif sebagai pilihan lain dapat dilakukan ORIF di

    kamar operasi dengan indikasi reposisi tertutup tidak berhasil. Pada kasus ini,

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    29/30

    29

    dilakukan terapi ORIF pada tanggal 21 Maret 2013, dimana fraktur di fiksasi

    dengan plate 4 hole dan 4 screw. Prognosis pasien ini adalah quo ad vitam bonam

    dan quo ad functionam bonam.

  • 8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Cetakan keenam .

    Jakarta : Penerbit PT. Yarsif Watampone.

    2. Buranda Theopilus et. al., 2011. Osteologi . Dalam Diktat Anatomi Biomedik

    I. Makassar : Penerbit Bagian Anatomi FK Unhas.

    3. Handkerchief el-Ahmed. Referat Fraktur Tulang Radius .

    (http://www.kumpulan informasi.com/ article-el-ahmed-handkerchief referat-

    fraktur-tulang-radius.html, diakses pada tanggal 18 Maret 2013).

    4. Suzzane C., Smeltzer., Bare, Brenda G., Hinkle, Janice L., Cheveever, Kerry

    H. 2010. Text Book of Medical Surgery Nursing 12 th edition .

    5. AO Foundation. Muller AO Classification of Fractures-Long Bones

    (http://www.aofoundation.org/documents/muller_ao_class.pdf, diakses pada

    tanggal 18 Maret 2013).

    6. Puts R and Pabst R.. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22 Jilid 1 .

    Jakarta : EGC

    7. Sari, Dina Kartika., Mirzanie, Hanifah.,Leksana., Slamet, Agung Waluyo.

    2005. Fraktur. Dalam Chirugica . Yogyakarta : Tosca Enterprise.

    8. Ruchelsman DE, Pasqualetto M, Price AE, Grossman JA. Persistent posterior

    interosseous nerve palsy associated with a chronic type I monteggia fracture-

    dislocation in a child: a case report and review of the literature. Hand (N Y) .

    Jun 2009;4(2):167-72

    9. Overly F, Steele D. Common pediatric fractures and dislocations. Clinical

    PediatricEmergency Medicine . 2002;3(2):106-117.

    10. Evan EM. Pronation Injury of Forearm with Special Reference to Anterior

    Monteggia Fracture. J Bone Join Surg . 1949:31B:571-588.

    http://www.aofoundation.org/documents/muller_ao_class.pdfhttp://www.aofoundation.org/documents/muller_ao_class.pdf