CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
-
Upload
giggslibra -
Category
Documents
-
view
279 -
download
0
Transcript of CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
1/30
1
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identifikasi Pasien
Nama : Agnes Andini
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 10 Tahun
Status : Belum Menikah
Alamat : Air Gading Baturaja BaratAgama : Islam
No Reg/ Med : 13006133/697878
Tanggal MRS : 28 Februari 2013
1.2 Anamnesis
1.2.1 Keluhan utama
Lengan kiri pasien tidak dapat ditekuk dan mengalami perubahan
bentuk.
1.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit
3 bulan SMRS penderita tergelincir saat berlari dan lengan kiri bawah
penderita membentur benda keras. Penderita mengeluh nyeri
menggerakan lengan kiri bawah setelah terbentur. Penderita tidak
berobat ke dokter, namun sudah beberapa kali dibawa ke pengobatan
alternatif untuk dipijat. Selanjutnya 2 bulan SMRS penderita ke
RSUD Baturaja untuk rontgen dan dikatakan mengalami patah tulang
pada lengan kiri bawahnya, kemudian penderita dirujuk ke RSMH.
1.3 Pemeriksaan Fisik
1.3.1 Status Generalis
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis
Tek. Darah : 110/70 mmHg
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
2/30
2
Nadi : 81x/m Respiratory rate : 22x/m Temperatur : 36,5 oC Mata : konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor, reflex cahaya (+/+)
Kepala : Normal/ tidak ada kelainan Leher : tidak ada pembesaran KGB Thoraks : Normal/tidak ada kelainan Abdomen : Normal/tidak ada kelainan Ekstremitas superior : Lihat status lokalis Ekstremitas inferior : Normal/tidak ada kelainan
1.3.2 Status Lokalis
Pada regio antebrachii sinistra didapatkan :
Look : Deformitas (+), edema (-), warna (-) Feel : Nyeri tekan (-), krepitasi (-), NVD sama baik
dengan sisi sebelah. Movement : ROM aktif pasif terbatas.
Teraba tonjolan tulang pada lengan kiri
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
3/30
3
Lengan kiri tidak dapatfleksi maksimal
Deformitas padalengan kiri
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
4/30
4
1.4 Pemeriksaan Penunjang
1.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 11,7 * (12,0-14,4) Eritrosit : 3,79* (4,75-4,85) Leukosit : 7,7 (4,5-13,5) Trombosit : 422 (150-450) Hematokrit : 35* (36-42, krisis
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
5/30
5
1.5 Diagnosis Kerja
Fraktur Monteggia
1.6 Penatalaksanaan
Terapi konservatif : Imobilisasi dan Reduksi tertutup
Terapi operatif : Open Reduction Interna Fixation (ORIF)
Dilakukan ORIF pada tanggal 21 Maret 2013 di RSMH :
Fraktur pada Os Ulna 1/3 Proksimal difiksasi dengan memasang plate 4 hole
dan 4 screw.
Hasil Radiologis Post ORIF :
1.7 Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Plate 4 hole dan 4 Screw
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
6/30
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tulang
Tulang dalam garis besarnya dibagi atas :1
a. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang antara lain femur, tibia, ulna dan humerus,
dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan
garis epifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yangsangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena
daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak
mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan berkembang
pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan
tulang.
b. Tulang pendek
Yang termasuk tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang karpal.
c. Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scavula dan
tulang pelvis.
Secara makroskop terdiri dari : (1) substantia compacta dan (2)
substantia spongiosa . Pada os longum substantia compacta berada di bagian
tengah dan makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang
terdapat substantia spongiosa , yang pada pertumbuhan memanjang tulang
membentuk cavitas medullaris. Lapisan superfisialis tulang disebut
periosteum dan lapisan profunda disebut endosteum. Bagian tengah os
longum disebut corpus, ujung tulang berbentuk konveks atau konkaf,
membesar, membentuk persendian dengan tulang lainnya.
Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diafisis, ujung
tulang disebut epifisis dibentuk oleh kartilago, dan bagian diantara keduanya
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
7/30
7
disebut metafisis, tempat pertumbuhan memanjang dari tulang (peralihan
antara kartilago menjadi osseum). 2
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut
korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan
diluarnya dilapisi oleh periostenum. Pada anak lebih tebal daripada orang
dewasa, yang, memungkingkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat
dibandingkan orang dewasa. 1
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode
pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi
dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai
suatu organ biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas:
Substansi organik : 35% Substansi inorganik : 45% Air : 20%
Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organik
intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks
(90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur.
Substansi inorganik terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh
magnesium, sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah
alkali fosfatase yang diproduksi oleh osteoblast yang kemungkinan besar
mempunyai peranan yang paling penting dalam produksi organik matriks
sebelum terjadi kalsifikasi. 1
Tulang memiliki 5 fungsi utama, yaitu : 1
Membentuk rangka tubuh Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot Sebagai bahan dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-
alat dalam seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dll.
Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam Organ yang berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk produksi sel-
sel darah merah, sel-sel darah putih, dan trombosit.
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
8/30
8
2.1.1 Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (capitulum radii),
berbentuk roda, letak melintang. Ujung kranial caput radii membentuk fovea
articularis (fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii
dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis dan
berhubungan dengan incisura radialis ulnae. Caput radii terpisah dari corpus
radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt
tuberositas radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo
interossea (crista interossea), margo anterior (margo volaris), dan margo
posterior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus
styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris dan pada facies
dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung
distal radius membentuk facies articularis carpi. 2
Gambar 1. Tulang Radius
(Sumber : Anatomi Sobotta) 6
2.1.2 Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang
sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
9/30
9
trochlearis (incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk
persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut
olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus
coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat
perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat
incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal
incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus ulnae membentuk
facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo interosseus, margo
anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (capitulum
ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal
terdapt processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung
distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius. 2
Gambar 2. Tulang Ulna
(Sumber : Anatomi Sobotta) 6
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang
diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di
distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang
mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat
hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat.
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
10/30
10
Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi
atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai
dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot
supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan
pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi
pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai
dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius. 3
Gambar 3. Anatomi radius dan ulna
2.2 Fraktur
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan efifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. 1
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya.
Fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
11/30
11
penarikan. Pada saat terjadi fraktur pada tulang dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah, edema dari jaringan, perdarahan pada otot dan
sendi, dislokasi dari sendi, ruptur tendon, dan kerusakan saraf. 4
2.2.1 Klasifikasi Fraktur
2.2.1.1 Komplit - tidak komplit
Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampangtulang seperti:
1. Hairline fracture (patah retak rambut)
2. Buckle fracture atau torus fracture (terjadi lipatan dari satu
korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya).
3. Greenstick fracture (mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak)
2.2.1.2 Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
garis patah melintang
garis patah oblique
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
12/30
12
garis patah spiral
fraktur kompresi
2.2.1.3 Jumlah garis patah
fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan. Bila dua garis patah disebut
pula fraktur bifokal. fraktur multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada
tulang yang berlainan tempatnya.
2.2.1.4 Bergeser - tidak bergeser (displaced-undisplaced)
fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi
kedua fragmen tidak bergeser. Periosteumnya masih utuh.
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
13/30
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
14/30
14
Grade III : terdapat kerusakan yang luas pada kulit, jaringan
lunak dan struktur neurovaskuler, disertai banyak
kontaminasi luka.
III A : tulang yang mengalami fraktur mungkin dapat
ditutupi secara memadai oleh jaringan lunak.
III B : terdapat pelepasan periosteum dan fraktur
kominutif yang berat.
III C : terdapat cedera arteri yang perlu diperbaiki, tidak
peduli berapa banyak kerusakan jaringan lunak
yang lain.
Klasifikasi fraktur menurut Muller dkk 5
Angka pertama menunjukkan tulang :
1 humerus
2 radius ulna
3 femur
4 tibia fibulaAngka kedua menunjukkan segmen :
1 proksimal
2 diafisial
3 distal
4 maleolar
Suatu huruf menunjukkan jenis fraktur :
Diafisis A=sederhana
B=berbentuk baji
C=kompleks
Proksimal dan distal A=ekstra artikular
B=artikular sebagian
C=artikular lengkap
Nomor selanjutnya menunjukkan morfologi fraktur secara rinci :
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
15/30
15
F raktu r pada Radiu s/Ul na
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
16/30
16
2.3 Proses Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis. Tidak seperti
jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan
parut. Proses penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang
mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai
sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi
fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor
biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam
penyembuhan fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda pada tulang
kortikal pada tulang panjang serta tulang kanselosa pada metafisis tulang
panjang atau tulang-tulang pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan
fraktur ini harus dibedakan. 1
2.3.1 Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal
Proses penyembuhan pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu:
a. Fase Hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecilyang melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada
daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong
dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma sehingga dapat
terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah
fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah
cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma. 1
b. Radang dan proliferasi seluler
Dalam delapan jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai
proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang
tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan sel, yang menghubungkan
tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-lahan diabsorpsi dan
kapiler baru yang halus berkembang ke daerah itu.
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
17/30
17
c. Fase pembentukan kalus
Sel yang berkembang biak memiliki potensi krondrogenik dan osteogenik.
Apabila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang
dan dalam beberapa keadaan juga kartilago. Populasi sel sekarang juga
mencakup osteoklas (mungkin dihasilkan pembuluh darah baru) yang mulai
membersihkan tulang yang mati. Massa sel yang tebal, dengan pulau-pulau
tulang yang immatur dan kartilago, membentuk kalus atau bebat pada
permukaan periosteal dan endosteal. Sementara tulang fibrosa yang immature
(atau anyaman tulang) menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur
semakin berkurang dan pada empat minggu setelah cedera, fraktur menyatu.
d. Fase konsolidasi
Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi tulang lamelar. Sistem itu sekarang cukup kaku untuk
memungkinkan osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur,
dan dekat dibelakangnya osteoblas mengisi celah-celah yang tersisa diantara
fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat danmungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa
beban yang normal.
e. Fase remodeling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini dibentuk
ulang oleh proses resorpsi dan pembentukan tulang yang terus
menerus.lamela yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannyatinggi, dinding-dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum
dibentuk. Akhirnya, dan terutama pada anak-anak tulang akan memperoleh
bentuk yang mirip bentuk normalnya.
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
18/30
18
2.3.2 Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena
beberapa faktor, yaitu : 1
1) Vaskularisasi yang baik
2) Terdapat permukaan yang lebih luas
3) Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat
4) Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur
Tulang kanselosa yang berlokasi pada metafisis tulang panjang, tulang
pendek serta tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan
fraktur pada daerah tulang kanselosa melalui proses pembentukan kalus
internal atau endosteal, walaupun eksternal kalus atau periosteal juga
memiliki peranan yang penting. Trabekula dari tulang kanselosa memiliki
vaskularisasi yang baik sehingga nekrosis yang terjadi pada permukaan
daerah fraktur berlangsung minimal. Proses osteogenik penyembuhan sel dari
bagian endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk membentuk
woven bone primer di dalam derah fraktur yang disertai hematoma.
Pembentukan kalus interna mengisi ruangan pada daerah fraktur.
Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi pada daerah dimana
terjadi kontak lansung diantara kedua permukaan fraktur yang berarti satu
kalus endosteal. Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka terjadi union
secara klinis. Selanjutnya woven bone diganti oleh tulang lamelar dan tulang
mengalami konsolidasi. 1
2.3.3 Penyembuhan fraktur pada tulang rawan persendian
Tulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya
untuk regenerasi. Pada fraktur intraartikuler penyembuhan tidak terjadi
melalui tulang rawan hialin, tetapi terbentuk melaui fibrokartilago. 1
2.3.4 Waktu penyembuhan fraktur
Waktu penyembuhan fraktur dipengaruhi beberapa faktor : 1
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
19/30
19
Umur penderita
Anak-anak lebih cepat daripada dewasa karena aktivitas osteogenesis
pada periosteum dan endosteum dan juga proses remodeling tulang masih
sangat aktif dan semakin berkurang apabila usia bertambah.
Lokasi dan konfigurasi fraktur
Fraktur metafisis lebih cepat daripada diafisis. Fraktur transversal lebih
lambat daripada fraktur oblique karena kontak yang lebih banyak.
Pergeseran awal fraktur
Fraktur tidak bergeser lebih cepat mengalami penyembuhan.
Vaskularisasi pada kedua fragmen
Kedua fragmen yang mempunyai vaskularisasi yang baik maka
penyembuhannya akan lebih cepat. Apabila salah satu fragmen
vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan
menghambat terjadinya union.
Reduksi serta imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi
yang lebih baik dalam bentuk asalnya sehingga mencegah pergerakan
dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu dalam
penyembuhan fraktur.
Waktu imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum
terjadi union, maka untuk terjadinya non union sangat besar.
Ruang diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak
Bila ditemukan interposisi jaringan berupa periostat maupun otot atau
jaringan fibrosa maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung
fraktur.
Adanya infeksi
Infeksi akan mengganggu proses penyembuhan.
Cairan sinovia
Cairan sinovia pada sendi dapat menghambat penyembuhan fraktur.
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
20/30
20
Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
Gerakan aktif dan pasif akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur.
Perkiraan Penyembuhan Fraktur pada Dewasa
Falang/metacarpal/metatarsal/kosta 3-6 minggu
Distal radius 6 minggu
Diafisis ulna dan radius 12 minggu
Humerus 10-12 minggu
Klavikula 6 minggu
Panggul 10-12 minggu
Femur 12-16 minggu
Kondilus femur/tibia 8-10 minggu
Tibia/fibula 12-16 minggu
Vertebrae 12 minggu
Waktu penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu sampai 4 bulan.
Waktu penyembuhan pada anak secara kasar waktu penyembuhan daripada
orang dewasa.
2.3.5 Penilaian Penyembuhan Fraktur 7
Klinis : tidak menimbulkan nyeri dan gerakan pada tempat fraktur
saat ditekuk dan diputar.
Radiologis : terbentuk kalus, tetapi masih ada garis fraktur.
2.3.6 Abnormalitas Penyembuhan 1,7 Malunion : waktu penyembuhan pada saatnya, tetapi posisi tidak
memuaskan dengan deformitas tulang yang berbentuk
angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan.
Delayed union : union lebih lama dari waktu penyembuhan normal/tidak
sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan.
Non union : tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
21/30
21
pembentukan konsolidasi sehingga terdapat sendi palsu
(pseudoartrosis).
2.4 Diagnosis Fraktur
Diagnosis fraktur harus disebut jenis tulang atau bagian tulang yang
mempunyai nama sendiri, kiri atau kanan, bagian mana dari tulang (1/3
proksimal, tengah, atau distal), komplit atau tidak, bentuk garis patah, jumlah
garis patah, bergeser tidak bergeser, terbuka atau tertutup, dan komplikasi bila
ada.
Diagnosis fraktur ditegakkan berdasarkan:
a. Anamnesis: Ada trauma (bila tidak ada trauma berarti fraktur patologis. Trauma
harus diperinci jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma, dan
posisi penderita atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme
trauma)
Ada gangguan fungsi
b. Pemeriksaan umum
Primary survey meliputi ABCDE. Dicari kemungkinan komplikasi
umum, misalnya syok pada fraktur multipel, tanda sepsis pada fraktur
terbuka.
c. Pemeriksaan status lokalis
Tanda-tanda fraktur yang klasik adalah fraktur untuk tulang panjang.
Tanda-tanda tersebut adalah: Look Deformitas : penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan, varus, valgus.
Ada jejas/ tidak
Warna kulit : Bruishing, sianosis
Fungsio laesa hilangnya fungsi Feel Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu, krepitasi
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
22/30
22
Move Range Of Motion (ROM), kekuatan gerakan
yang tidak normal.
d. Pemeriksaan radiologis
Untuk konfirmasi luas luka dan jenis fraktur.
Dengan Rule of Two Rontgen :
2 view (AP/Lateral) 2 joints (Proksimal dan distal) 2 times 2 ekstremitas
Pada anak, untuk melihat fraktur pada epifisis/metafisis/diafisis.
2.5 Tatalaksana Fraktur
Secara umum prinsip pengobatan fraktur ada 4 : 1
a. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan :
Lokalisasi fraktur Bentuk fraktur Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
b. Reduction : reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang
dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis
dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah
komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di
kemudian hari. Posisi yang baik adalah :
alignment yang sempurna aposisi yang sempurna
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
23/30
23
c. Retention : imobilisasi fraktur
d. Rehabilitation
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.
Metode pengobatan fraktur antara lain : 1
a. Konservatif Proteksi semata-mata untuk mencegah cidera lebih lanjut, dapat
menggunakan sling (mitela)/tongkat. Diindikasikan pada fraktur-
fraktur tidak bergeser, fraktur iga stabil, falangs, metacarpal,dan
klavikula pada anak. Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi), menggunakan gips
atau bidai dari plastik/metal. Diindikasikan pada fraktur yang perlu
dipertahankan posisinya dalam prosses penyembuhan.
Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi ekterna,
mempergunakan gips. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan
terjadinya fraktur.
Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasidapat dilakukan dengan cara traksi kulit atau traksi tulang.
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi,
menggunakan alat-alat mekanik seperti bidai Thomas, bidai Brown
Bohler, bidai Thomas dengan Pearson knee flexion attachment .
Ada 4 metode traksi kontinu yang digunakan, yaitu traksi kulit, traksi
menetap, traksi tulang, dan traksi berimbang & traksi sliding.
b. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutan dengan K-wire
Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang tidak stabil, maka
reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-wire perkutan.
c. Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang
Operasi harus dilakukan secepatnya. Alat-alat yang dipergunakan dalam
operasi yaitu kawat bedah, kawat kirschner, screw, screw dan platem pin
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
24/30
24
Kuntscher intrameduler, pin Rush, pin Steinmann, pin Trephine, plate
and screw Smith Peterson, pin plate teleskopik, pin Jewett, dan protesis.
Indikasi reduksi terbuka degan fiksasi interna :
Fraktur intraartikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon,
patella.
Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius
dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur tidak stabil.
Terdapat interposisi jaringan diantara kedua fragmen Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik
dengan reduksi tertutup misalnya fraktur monteggia dan Bennett
Kontraindikasi imobilisasi eksterna Eksisi fragmen kecil, dan lainnya.
d. Eksisi fragmen tulang dan penggantuan dengan protesis
Pada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya terjadi
nekrosis avaskuler dari fragmen atau nonunion, oleh karena itu dilakukan
pemasangan protesis, yaitu alat dengan komposisi metal tertentu untuk
menggantikan bagian yang nekrosis. Sebagian bahan tambahan sering
dipergunakan metilmetakrilit.
2.6 Fraktur Monteggia
2.6.1 Definisi
Fraktur Monteggia merupakan fraktur 1/3 proksimal ulna disertai dengan
dislokasi radius proksimal. Fraktur dapat bersifat terbuka atau tertutup.
Pertama kali dilaporkan oleh Giovanni Battista Monteggia (1814). 1
2.6.2 Epidemiologi
Lebih sering pada anak-anak daripada dewasa (2:1), laki-laki > perempuan. 1
Fraktur Monteggia tipe I merupakan yang paling banyak, diikuti oleh tipe III.
Fraktur Monteggia hanya 1/3 berbanding angka fraktur galeazzi.8
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
25/30
25
2.6.3 Mekanisme Trauma
Terjadi akibat trauma langsung atau karena hiperpronasi dengan tangan
dalam keadaan out-streched. 1 Trauma energi tinggi (kecelakaan kendaraan
bermotor) dan trauma energi rendah (jatuh dari posisi berdiri) bisa
mengakibatkan fraktur Monteggia. 8,9
2.6.4 Klasifikasi
Menurut Bado (1962) dibagi menjadi 4 tipe :
a. Tipe I : dislokasi kaput radius ke depan disertai angulasi ulna ke
arah yang sama (tipe ekstensi). Insiden sebanyak 60-65%.
b. Tipe II : dislokasi kaput radius ke belakang disertai angulasi ulna
ke arah yang sama (tipe fleksi). Insiden sebanyak 15%.
c. Tipe III : dislokasi ke samping kaput radius disertai angulasi ulna ke
arah yang sama, dengan fraktur ulna tepat distal prosesus
koronoid. Insiden sebanyak 20%.
d. Tipe IV : dislokasi kapus radius ke depan disertai angulasi ulna ke
arah yang sama dengan tipe I, bersama-sama fraktur radius
sebelah distal tuberositas bisipitalis. Insiden sebanyak 5%.
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
26/30
26
2.6.5 Patogenesis
Struktur yang terdapat di lengan bawah saling berhubungan erat dan jika
terjadi gangguan salah satu tulang maka akan memberi kesan kepada tulang
lainnya. Tulang radius dan ulna berhubungan langsung hanya di bagian
proksimal dan distal sendi radioulnar. Bagaimanapun, kedua tulang ini
dihubungkan oleh membrana interosseus di sepanjang antara kedua tulang
sehingga memungkinkan tulang radius untuk berputar (rotasi) di sekitar ulna.
Apabila terjadi fraktur ulna, tenaga dipindahkan di sepanjang membrana
interoseus dan menyebabkan dislokasi proksimal radius. Akibatnya,
membrana interoseus proksimal dari fraktur akan terganggu, terjadi dislokasi
proksimal sendi radioulnar, dan dislokasi sendi radiocapitellar. Dislokasi
caput radius dapat mengakibatkan kecederaan nervus radius. Cabang
posterior interoseus dari nervus radius yang melewati leher dari radius
beresiko tinggi mengalami kecederaan terutama Bado tipe II. 10
2.6.6 Gambaran Klinis
Tergantung dari tipe fraktur dan keparahannya, pasien dapat mengalami
pembengkakan siku, deformitas, krepitasi, dan parestesi.
Penderita mengeluh nyeri dan bengkak pada lengan bawah dan datang dengan
tangan dalam posisi fleksi dan pronasi. 1
2.6.7 Pengobatan 1
Pada fraktur terbuka : tindakan operasi segera disertai fiksasi ulna.
Pada fraktur tertutup pada anak : reposisi tertutup, karena angka keberhasilan
mencapai 50%. Sedangkan pada dewasa, semua fraktur monteggia harus
segera dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi interna yang rigid karena
fraktur ini adalah suatu fraktur yang juga mengenai sendi siku dan perlu
dilakukan mobilisasi secepatnya.
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
27/30
27
2.6.7 Komplikasi 1
a. Lesi saraf perifer, lesi nervus radialis (nervus inter-osseus posterior) dan
nervus ulnaris
b. Nonunion tulang ulna
c. Ankilosis radiohumeral
d. Sinostosis radioulnar
e. Dislokasi kaput radius yang berulang-ulang
f. Miositas osifikans.
2.6.8 Prognosis
Pada tahun 1991, Anderson dan Meyer menggunakan criteria untuk
mengevaluasi fraktur lengan bawah dan prognosisnya :
Excellent
Union with less than 10 loss of elbow and wrist flexion/extension and
less than 25% loss of forearm rotation.
Satisfactory
Union with less than 20 loss of elbow and wrist flexion/extension and
less than 50% loss of forearm rotation.
Unsatisfactory
Union with greater than 30 loss of elbow and wrist flexion/extension
and greater than 50% loss of forearm rotation.
Failure
Malunion, nonunion, or chronic osteomyelitis
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
28/30
28
BAB III
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis pada tanggal 14 Maret 2013 didapatkan bahwa penderita
berusia 10 tahun berasal dari luar kota Palembang datang berobat ke RSMH
dengan keluhan utama lengan kiri tidak dapat ditekuk dan mengalami perubahan
bentuk. Dari anamnesis lebih lanjut didapatkan bahwa 3 bulan SMRS penderita
tergelincir saat berlari dan lengan kiri bawah penderita membentur benda keras.
Penderita mengeluh nyeri menggerakan lengan kiri bawah setelah terbentur.Penderita tidak berobat ke dokter, namun sudah beberapa kali dibawa ke
pengobatan alternatif untuk dipijat. Selanjutnya 2 bulan SMRS penderita ke
RSUD Baturaja untuk rontgen dan dikatakan mengalami patah tulang pada lengan
kiri bawahnya, kemudian penderita dirujuk ke RSMH.
Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan fisik status lokalis
didapatkan pada regio antebrachii sinistra tampak deformitas dan tidak terdapat
luka sehingga hal ini menyingkirkan trauma jaringan lunak, tidak ada nyeri saat
ini, krepitasi (-), NVD sama baik dengan sisi sebelahnya, ROM aktif pasif
terbatas, yaitu penderita kesulitan menggerakkan secara aktif dan pasif sendi siku
kiri.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan radiologis
berupa rontgen antebrachii sinistra AP/Lateral pada tanggal 6 Maret 2013
menunjukkan adanya fraktur os ulna sinistra 1/3 proksimal oblique undisplaced
disertai dislokasi radial head.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien ini didiagnosa fraktur ulna
1/3 proksimal oblique undisplaced disertai dislokasi radius (Fraktur Monteggia).
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini ada 2 pilihan yaitu terapi
konservatif dan terapi operatif. Jika secara konservatif, dilakukan reposisi tertutup
dan imobilisasi. Terapi operatif sebagai pilihan lain dapat dilakukan ORIF di
kamar operasi dengan indikasi reposisi tertutup tidak berhasil. Pada kasus ini,
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
29/30
29
dilakukan terapi ORIF pada tanggal 21 Maret 2013, dimana fraktur di fiksasi
dengan plate 4 hole dan 4 screw. Prognosis pasien ini adalah quo ad vitam bonam
dan quo ad functionam bonam.
-
8/13/2019 CASE%20FRAKTUR%20MONTEGGIA.docx
30/30
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Cetakan keenam .
Jakarta : Penerbit PT. Yarsif Watampone.
2. Buranda Theopilus et. al., 2011. Osteologi . Dalam Diktat Anatomi Biomedik
I. Makassar : Penerbit Bagian Anatomi FK Unhas.
3. Handkerchief el-Ahmed. Referat Fraktur Tulang Radius .
(http://www.kumpulan informasi.com/ article-el-ahmed-handkerchief referat-
fraktur-tulang-radius.html, diakses pada tanggal 18 Maret 2013).
4. Suzzane C., Smeltzer., Bare, Brenda G., Hinkle, Janice L., Cheveever, Kerry
H. 2010. Text Book of Medical Surgery Nursing 12 th edition .
5. AO Foundation. Muller AO Classification of Fractures-Long Bones
(http://www.aofoundation.org/documents/muller_ao_class.pdf, diakses pada
tanggal 18 Maret 2013).
6. Puts R and Pabst R.. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22 Jilid 1 .
Jakarta : EGC
7. Sari, Dina Kartika., Mirzanie, Hanifah.,Leksana., Slamet, Agung Waluyo.
2005. Fraktur. Dalam Chirugica . Yogyakarta : Tosca Enterprise.
8. Ruchelsman DE, Pasqualetto M, Price AE, Grossman JA. Persistent posterior
interosseous nerve palsy associated with a chronic type I monteggia fracture-
dislocation in a child: a case report and review of the literature. Hand (N Y) .
Jun 2009;4(2):167-72
9. Overly F, Steele D. Common pediatric fractures and dislocations. Clinical
PediatricEmergency Medicine . 2002;3(2):106-117.
10. Evan EM. Pronation Injury of Forearm with Special Reference to Anterior
Monteggia Fracture. J Bone Join Surg . 1949:31B:571-588.
http://www.aofoundation.org/documents/muller_ao_class.pdfhttp://www.aofoundation.org/documents/muller_ao_class.pdf