Case gibur

36
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, akhirnya kami selaku penulis dapat menyelesaikan penulis case ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan dengan judul “DEMAM TIFOID” Case ini bertujuan agar kami selaku penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. H. Romer Daniel, Sp. A khususnya sebagai pembimbing kami dan teman-teman di Kepaniteraan Klinik Senior yang telah banyak membantu dalam penyelesaian case ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa case ini banyak memiliki kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca case ini. Harapan penulis semoga case ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca case ini. Medan, Mei 2015

description

laporan kasus gizi buruk

Transcript of Case gibur

Page 1: Case gibur

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya, akhirnya kami selaku penulis dapat menyelesaikan penulis case

ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Anak di Rumah

Sakit Umum Pirngadi Medan dengan judul “DEMAM TIFOID”

Case ini bertujuan agar kami selaku penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori

yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit

Umum Pirngadi Medan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada

dr. H. Romer Daniel, Sp. A khususnya sebagai pembimbing kami dan teman-teman di

Kepaniteraan Klinik Senior yang telah banyak membantu dalam penyelesaian case ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa case ini banyak memiliki kekurangan baik dari

kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak yang membaca case ini. Harapan penulis semoga

case ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca case ini.

Medan, Mei 2015

Penulis

i

Page 2: Case gibur

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi.................................................................................................................... 2

2.2 Epidemiologi........................................................................................................... 2

2.3 Etiologi.................................................................................................................... 3

2.4 Patogenesa.............................................................................................................. 3

2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................... 3

2.6 Diagnosa................................................................................................................. 4

2.7 Diagnosis Banding................................................................................................. 6

2.8 Penatalaksanaan...................................................................................................... 6

2.9 Pencegahan............................................................................................................. 8

2.10 Komplikasi............................................................................................................ 8

2.11 Prognosis............................................................................................................... 9

BAB III Penutup

Kesimpulan.................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 11

STATUS ORANG SAKIT........................................................................................... 12

ii

Page 3: Case gibur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran

pencernaan dan gangguan kesadaran.

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi yang masih dijumpai secara luas di

berbagai negara berkembang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini

juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting arena penyebarannya

berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air

dan sanitasi yang buruk serta standar hygiene industri pengolahan makanan yang masih

rendah.

Di Negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis

dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-

25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di Rumah Sakit. Di Indonesia kasus ini

tersebar secara merata di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk pertahun atau sekitar

600.000 dan 1,5 juta kasus pertahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia

dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.

Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan yang

penting di Negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan diagnosis pasti.

Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan melalui

pemeriksaan laboratorium.

1

Page 4: Case gibur

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran

pencernaan dan gangguan kesadaran.

2.2 Epidemiologi

Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai negara

sedang berkembang. Besarnya angka pasti demam tifoid di dunia ini sangat sukar

ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spectrum klinisnya

sangat luas. Diperkirakan angka kejadian dari 150/100.000/tahun di Amerika Selatan dan

900/100.000/tahun di Asia. Umur penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis)

di laporkan antara 3-19 tahun mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga

dilaporkan dari Amerika Serikat

.

Di Indonesia terdapat dalam keadaan endemik. Penderita anak yang ditemukan

biasanya berumur diatas 1 tahun. Sebagian besar dari penderita (80%) yang dirawat di

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun.

Salmonella thyphi dapat hidup didalam tubuh manusia (manusia sebagai natural

reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella thyphi dapat mengekskresikannya melalui

sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi.

Salmonella thyphi yang berada diluar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu

apabila berada di dalam air, es, debu atau kotoran yang kering maupun pada pakaian.

Akan tetapi Salmonella thyphi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage,

dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi (temperature 63°C).

2

Page 5: Case gibur

2.3 Etiologi

Salmonella thyphi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-Negatif,

mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.

Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen antigen

(H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.

Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari

dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella thyphi juga dapat memperoleh plasmid

faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.

2.4 Patogenesa

Infeksi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus melalui pembuluh limfe

masuk kedalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa. Basil

yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ

tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk ke dalam

darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid

usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak

tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan

oleh kelainan pada usus.

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan

dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika

infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi

melalu minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu

perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian

menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan yaitu :

a. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten

dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur

meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore

dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.

3

Page 6: Case gibur

Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali

pada akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi

selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai

tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus),

hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan

konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis

sampai somnolen, jarang terjadi sopor, oma ataupun gelisah.

Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan

gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-

bintik kemerahan pada emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan dalam

minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan bradikardi pada anak besar dan

mungkin pula ditemukan epistaksis.

2.6 Diagnosis

a. Anamnesis

Pada saat anamnesis bisa dijumpai keluhan seperti : demam yang nai secara bertahap

tiap hari, biasanya cenderung meningkat pada sore dan malam hari. Demam mencapai suhu

tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus, anak sering

mengigau, malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare atau konstipasi,

muntah, perut kembung, pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran.

b. Pemeriksaan Fisik

Gejala klinis bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat dengan komplikasi,

kesadaran menurun, delirium, sebagian anak mempunyai lidah tifoid yaitu dibagian tengah

kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus, dan hepatomegali.

4

Page 7: Case gibur

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Darah Tepi

- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sum-sum tulang, defesiensi Fe, atau

perdarahan usus.

- Leuopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul

- Limfosit relatif

- Trombositopenia terutama demam tifoid berat

2. Uji Serologis

Uji Widal

Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak

tahun 1896. Prionsip uji widal adalah memeriksa reaksi antara antibody agglutinin

dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap

antigen somatic (O) dan flagela (H) yang ditemukan dalam jumlah yang sama

sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi

menunjukkan titer antibody dalam serum.

Tekhnik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan

(slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan

digunakan dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan tekhnik

yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan.

Interpretasi uji widal ini harus diperhatikan beberapa faktor antara lain

sensitivitas, spesifitas, stadium penyakit, faktor penderita seperti status imunitas dan

status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibody, gambaran imunologis

dari masayarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis), faktor antigen,

tekhnik serta reagen yang digunakan.

5

Page 8: Case gibur

Tes Tubex

Tes tubex merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan

cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk

meningkatkan sensitivitas. Spesifitas ditingkatkan menggunakan antigen O9 yang

benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tes ini

sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi

IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.

Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan Tes Tubex ini, beberapa

penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan

spesifitas yang lebih baik dari pada Uji Widal.

2.7 Diagnosa Banding

Bila terdapat demam yang lebih dari satu minggu sedangkan penyakit yang

dapat menerangkan penyebab demam tersebut belum jelas, perlulah dipertimbangkan

pula selain tifus abdominalis, penyakit-penyakit sebagai berikut : Paratifoid A, B dan

C, influenza, malaria, tuberkulosis, dengue, pneumonia lobaris.

2.8 Penatalaksanaan

Antibiotik

- Kloramfenikol (drug of choice) 50-100mg/kgBB/hari, oral atau IV, dibagi

dalam 4 dosis selama 10-14 hari.

- Amoksisilin 100mg/kgBB/hari, oral atau IV, selama 10 hari.

- Kotrimoksazol 6mg/kgBB/hari , oral, selama 10 hari.

- Seftriakson 50-100mg/kgBB/hari, IV atau IM, diberikan dalam dosis terbagi

setiap 12 jam, selama 5-7 hari.

- Sefiksim 10mg/kgBB/hari, IV, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

6

Bedah

Page 9: Case gibur

Tindakan bedah perlu dilakukan pada penyulit perforasi usus.

Suportif

Tirah baring, isolasi memadai, kebutuhan cairan dan kalori cukup.

Indikasi rawat

Demam tifoid berat harus dirawat inap di Rumah Sakit.

Cairan dan kalori

- Terutama pada demam tinggi, muntah atau diare, bila perlu asupan cairan dan

kalori diberikan melalui sonde lambung.

- Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi 4/5 kebutuhan

dengan kadar natrium rendah.

- Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan.

- Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik.

- Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu beri O2.

- Pelihara keadaan nutrisi.

- Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit.

Antipiretik, diberikan apabila demam >39°C, kecuali pada pasien dengan riwayat

kejang demam dapat diberikan lebih awal.

Diet

- Makanan tidak berserat dan mudah dicerna.

- Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan

kalori cukup.

- Transfusi darah, kadang-kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan

perforasi usus.

7

2.9 Pencegahan

Page 10: Case gibur

Usaha pencegahan dapat dibagi atas :

1. Usaha terhadap lingkungan hidup

- Sanitasi diperbaiki dan bersih, air mengalir sangat penting untuk mengendalikan

demam tifoid.

- Untuk meminimalkan penularan dari orang ke orang dan kontaminasi makanan,

cara-cara hygiene personil cuci tangan, dan perhatian terhadap praktek-praktek

persiapan makanan diperlukan.

2. Usaha terhadap manusia

- Imunisasi.

- Menemukan dan mengobati karier.

- Pendidikan kesehatan masyarakat.

2.10 Komplikasi

Dapat terjadi pada :

1. Usus halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu :

a. Perdarah usus

Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan oemeriksaan tinja dengan

benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat

disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi usus

Perforasi usus timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan

terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis

hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu

pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma

pada foto rontgent abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis

Peritonitis biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa

perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang

hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri pada tekanan.

8

2. Komplikasi diluar usus

Page 11: Case gibur

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu

meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi

sekunder yaitu bronkopenumonia. Dehidarsi dan asidosis dapat timbul akibat

masukan makanan yang kurang dan perspirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.

2.11 Prognosa

Umumnya prognosa tifus abdominalis pada anak baik asal penderita

cepat berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6%. Prognosis

menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti

dibawah ini :

1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua.

2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium.

3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis,

peritonitis, bronkopneumonia dan lain-lain.

4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein).

9

Page 12: Case gibur

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif

Salmonella thyphi. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih ringan dan lebih

bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan diantara semua penampakan klinis.

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya

seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau sulit

buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik hanya didapatkan duhu tubuh

meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama pada sore dan malam hari. Setelah minggu

kedua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus menerus, nafas berbau tak

sedap, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan tremor,

pembesaran hati dan limfa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. Anak nampak

sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur pasif, apatis sampai berat

(koma).

10

Page 13: Case gibur

DAFTAR PUSTAKA

1. Poorwo Suwarmo, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta :

FKUI. Hal 338-345.

2. Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak, Edisi 2. Jakarta: IKAPI.

Hal 46-63

3. Cahyono J B Suharjo B, dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.

Yogyakarta: Kanisius. Hal 92-96

4. Hassan Rusepno, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : FKUI. Hal 593-

598

5. Kemenkes Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengendalian Demam Tifoid

6. Nelson.1996. ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta : EGC. Hal 970-973

7. Sjamsuhidayat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta :EGC Hal 35-39

8. Nelwan. 2012. Tatalaksana Terkini Demam Tifoid. Jakarta : Devisi Penyakit Tropik

dan Infeksi FK-UI

9. Hassan Rusepno, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta : FKUI. Hal 145-

156

11

Page 14: Case gibur

STATUS ANAK PASIEN

I. Anamnesa pribadi os

Nama : Dzikra Agasha Fahri

Umur : 5 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Murai III No. 409

BB masuk : 14 kg

PB masuk : 110 cm

Tanggal Masuk : 20 Mei 2015

II. Anamnesa mengenai orang tua os :

Identitas Ayah Ibu

Nama M. Iqbal Nur Fadhila

Umur 34 tahun 34 tahun

Suku Jawa Jawa

Agama Islam Islam

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan Wiraswasta Guru TK

Penyakit - -

Alamat Jl. Murai III No. 409 Jl. Murai III No. 409

Perkawinan 1 1

III. Riwayat kelahiran os

Cara lahir : Normal

Tempat lahir : Rumah Sakit

Tanggal Lahir : 20 Mei 2010

Penolong : Dokter

BB lahir : 3000 gram

PB lahir : 50 cm

Usia kehamilan : 38 minggu

12

Page 15: Case gibur

IV. Perkembangan fisik

Saat lahir : Anak menangis kuat dan spontan

0-3 bulan : Sudah bisa tersenyum dan memiringkan badan

3-6 bulan : Sudah bia mengangkat kepala, telungkup dan memegang

benda

6-12 bulan : Sudah mulai belajar duduk sampai berdiri dengan memegang

meja dan kursi

12 bulan-18 bulan : Sudah bisa berjalan tanpa memegang meja atau kursi, minum

dengan gelas sendiri

1,5 tahun-2 tahun : Bisa bicara beberapa kata

2,5 tahun-3 tahun : Sudah dapat melepas pakaian sendiri, mengenal nama-nama

keluarga

3 tahun-5 tahun : Mengenal nama-nama hewan, dapat berinteraksi dengan

lingkungan

V. Anamnesa Makanan

0-6 bulan : ASI eksklusif

7 bulan-1,5 tahun : Susu formula + nasi tim

1,5 tahun-2 tahun : Susu formula + nasi lembek

2 tahun-sekarang : Susu formula + nasi biased

VI. Imunisasi

BCG : 1x (umur 2bulan)

Hepatitis B : 3x (saat lahir, umur 1 bulan, umur 6 bulan)

Polio : 4x (saat lahir, umur 2 bulan, umur 4 bulan, umur 6 bulan)

DPT : 3x (umur 2 bulan, umur 4 bulan, umur 6 bulan)

Campak : 1x (umur 9 bulan)

Kesan : Imunisasi dasar lengkap

VII. Penyakit yang pernah diderita : -

VIII. Keterangan mengenai saudara os : os anak kedua dari tiga bersaudara, anak

pertama berusia 13 tahun = sehat, anak ketiga berusia 3 tahun = sehat.

13

Page 16: Case gibur

IX. Anamnesa mengenai os

1. Keluhan utama : Demam

2. Telaah

a. Demam

Demam dialami os sejak 10 hari ini

Demam bersifat naik turun, demam tinggi terutama pada sore dan

malam hari dan turun pada pagi hari tapi tidak mencapai suhu

normal.

Demam tidak disertai menggigil dan kejang.

Pada saat demam os tidak mengigau.

b. Mual (+), Muntah (-)

c. BAB (-) sudah 7 hari

d. Riwayat perdarahan spontan (-), ptekie (-)

e. Nafsu makan berkurang

3. RPT : -

4. RPO : -

X. Pemeriksaan fisik

1. Status presens

KU/KP/KG :

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 90/50 mmHg

HR : 102x/i reg

RR : 26x/i reg

Temperature :36,8°C

BB masuk : 14 kg

TB masuk : 110 cm

14

2. Status lokalis

Page 17: Case gibur

a. Kepala

Mata : RC +/+, pupil isokor, Con. Palpebra inferior pucat (-/-)

Hidung : Dalam batas normal

Telinga : Dalam batas normal

Mulut : Coated tongue

b. Leher : Pembesaran KGB (-), Kaku Kuduk (-)

c. Thoraks

Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi (-)

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara pernafasan : vesikuler HR :102x/i reg, desah (-)

Suara tambahan : (-/-) RR : 26x/i reg, ronchi (-/-)

d. Abdomen

Inspeksi : Simetris

Palpasi : Soepel, H/R/L tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Peristaltik (+) N

e. Ekstremitas

Atas : Pulse 102x/i reguler, T/V cukup, akral hangat, CRT <3”

Bawah : Akral hangat, CRT <3”

XI. Status neurologis

a. Syaraf otak : tidak dilakukan pmeriksaan

b. Sistem motorik

Pertumbuhan otot : tidak dilakukan pemeriksaan

Kekuatan otot : tidak dilakukan pemeriksaan

Neuromuscular : tidak dilakukan pemeriksaan

Involuntary movement: tidak dilakukan pemeriksaan

c. Koordinasi : tidak dilakukan pemeriksaan

15

d. Sensibilitas : tidak dilakukan pemeriksaan

Page 18: Case gibur

XII. Pemeriksaan khusus

Widal Test tanggal 20 Mei 2015

- S.thyphi antigen O : 1/80

- S.parathyphi A antigen O : 1/40

- S. parathyphi B antigen O : 1/40

- S. parathyphi C antigen O : 1/40

- S. thyphi antigen H : 1/160

- S. parathyphi A antigen H : 1/40

- S. parathyphi B antigen H : 1/40

- S. parathyphi C antigen H : 1/40

16

FOLLOW UP PASIEN

Page 19: Case gibur

Tanggal 21 Mei 2015

Hari rawatan pertama

22 Mei 2015

Hari rawatan kedua

23 Mei 2015

Hari rawatan ketiga

Page 20: Case gibur

Keluhan Demam (+), Mual (-),

Muntah (-), BAB (-)

Demam (-), Mual (-),

Muntah (-), BAB (-)

Demam (-), Mual (-),

Muntah (-), BAB (-)

KU/KP/KG

Sensorium Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis

RR 22 x/i reg 24 x/i reg 20 x/i reg

HR 108 x/i 105 x/i reg 92 x/i reg

Temperature 39,1°C 36,5°C 36,8°C

BB 14 kg 14 kg 14 kg

Status Lokalisata

Kepala

Mata RC +/+, pupil isokor,

Con. Palpebra inferior

pucat (-/-)

RC +/+, pupil isokor,

Con. Palpebra inferior

pucat (-/-)

RC +/+, pupil isokor,

Con. Palpebra inferior

pucat (-/-)

Telinga Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal

Hidung Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal

Mulut Coated tounge Coated tounge Coated tounge

Leher Pembesaran KGB (-),

Kaku Kuduk (-)

Pembesaran KGB (-),

Kaku Kuduk (-)

Pembesaran KGB (-),

Kaku Kuduk (-)

Thoraks

Inspeksi Simetris fusiformis,

retraksi (-)

Simetris fusiformis,

retraksi (-)

Simetris fusiformis,

retraksi (-)

Palpasi Stem fremitus kanan =

kiri

Stem fremitus kanan =

kiri

Stem fremitus kanan =

kiri

Perkusi Sonor pada kedua

lapangan paru

Sonor pada kedua

lapangan paru

Sonor pada kedua

lapangan paru

Auskultasi SP : Vesikuler

ST : (-/-)

SP : Vesikuler

ST : (-/-)

SP : Vesikuler

ST : (-/-)

Abdomen

Inspeksi Simetris Simetris Simetris

Palpasi Soepel, H/R/L tidak

teraba

Soepel, H/R/L tidak

teraba

Soepel, H/R/L tidak

teraba

Perkusi Timpani Timpani Timpani

Auskultasi Peristaltik (+) N Peristaltik (+) N Peristaltik (+) N

Page 21: Case gibur

Ekstremitas

Superior Pulse : 108 x/i reguler,

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Pulse : 105 x/i reguler,

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Pulse : 92 x/i reguler,

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Inferior T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Genitalia Os seorang laki-laki,

tidak tampak kelainan

Os seorang laki-laki,

tidak tampak kelainan

Os seorang laki-laki,

tidak tampak kelainan

Diagnosis Demam Tifoid Demam Tifoid Demam Tifoid

Terapi - Bed rest

- IVFD Dextrose

5% NaCl

0,45% 50gtt/i

micro

- Inj. Ceftriaxone

700 mg/12

jam/IV

- Paracetamol

4x200 mg

(pulvis)

- Inj. Ranitidine

15 mg/12

jam/IV

- Diet M II 1.200

kkal dengan 28

gr protein

- Bed rest

- IVFD Dextrose

5% NaCl

0,45% 50gtt/i

micro

- Inj. Ceftriaxone

700 mg/12

jam/IV

- Paracetamol

4x200 mg

(pulvis)

- Inj. Ranitidine

15 mg/12

jam/IV

- Diet M II 1.200

kkal dengan 28

gr protein

- Bed rest

- IVFD Dextrose

5% NaCl

0,45% 50gtt/i

micro

- Inj. Ceftriaxone

700 mg/12

jam/IV

- Paracetamol

4x200 mg

(pulvis)

- Inj. Ranitidine

15 mg/12

jam/IV

- Diet M II 1.200

kkal dengan 28

gr protein

Usul - Cek urinalisa

- Feses rutin

- Feses rutin - Feses rutin

Tanggal 24 Mei 2015

Hari rawatan keempat

25 Mei 2015

Hari rawatan kelima

26 Mei 2015

Hari rawatan keenam

Page 22: Case gibur

Keluhan Demam (-), Mual (-),

Muntah (-),BAB (-)

Demam (-), Mual (-),

Muntah (-),BAB (-)

Demam (-), Mual (-),

Muntah (-)

KU/KP/KG

Sensorium Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis

RR 28 x/i reg 110 x/i reg 110 x/i reg

HR 108 x/i reg 24 x/i reg 26 x/i reg

Temperature 36,6°C 37,4°C 37,2°C

BB 14 kg 14 kg 14 kg

Status Lokalisata

Kepala

Mata RC +/+, pupil isokor,

Con. Palpebra inferior

pucat (-/-)

RC +/+, pupil isokor,

Con. Palpebra inferior

pucat (-/-)

RC +/+, pupil isokor,

Con. Palpebra inferior

pucat (-/-)

Telinga Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal

Hidung Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal

Mulut Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal

Leher Pembesaran KGB (-),

Kaku Kuduk (-)

Pembesaran KGB (-),

Kaku Kuduk (-)

Pembesaran KGB (-),

Kaku Kuduk (-)

Thoraks

Inspeksi Simetris fusiformis,

retraksi (-)

Simetris fusiformis,

retraksi (-)

Simetris fusiformis,

retraksi (-)

Palpasi Stem fremitus kanan =

kiri

Stem fremitus kanan =

kiri

Stem fremitus kanan =

kiri

Perkusi Sonor pada kedua

lapangan paru

Sonor pada kedua

lapangan paru

Sonor pada kedua

lapangan paru

Auskultasi SP : Vesikuler

ST : (-/-)

SP : Vesikuler

ST : (-/-)

SP : Vesikuler

ST : (-/-)

Abdomen

Inspeksi Simetris Simetris Simetris

Palpasi Soepel, H/R/L tidak

teraba

Soepel, H/R/L tidak

teraba

Soepel, H/R/L tidak

teraba

Perkusi Timpani Timpani Timpani

Auskultasi Peristaltik (+) N Peristaltik (+) N Peristaltik (+) N

Page 23: Case gibur

Ekstremitas

Superior Pulse : 108 x/i reguler,

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Pulse : 110 x/i reguler,

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Pulse : 110 x/i reguler,

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Inferior T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Genitalia Os seorang laki-laki,

tidak tampak kelainan

Os seorang laki-laki,

tidak tampak kelainan

Os seorang laki-laki,

tidak tampak kelainan

Diagnosis Demam Tifoid Demam Tifoid Demam Tifoid

Terapi - Bed rest

- IVFD Dextrose

5% NaCl

0,45% 50gtt/i

micro

- Inj. Ceftriaxone

700 mg/12

jam/IV

- Paracetamol

4x200 mg

(pulvis)

- Inj. Ranitidine

15 mg/12

jam/IV

- Diet M II 1.200

kkal dengan 28

gr protein

- Bed rest

- IVFD Dextrose

5% NaCl

0,45% 50gtt/i

micro

- Inj. Ceftriaxone

700 mg/12

jam/IV

- Paracetamol

4x200 mg

(pulvis)

- Inj. Ranitidine

15 mg/12

jam/IV

- Dulcolax supp

- Diet M II 1.200

kkal dengan 28

gr protein

- Bed rest

- IVFD Dextrose

5% NaCl

0,45% 50gtt/i

micro

- Inj. Ceftriaxone

700 mg/12

jam/IV

- Paracetamol

4x200 mg

(pulvis)

- Inj. Ranitidine

15 mg/12

jam/IV

- Dulcolax supp

- Diet M II 1.200

kkal dengan 28

gr protein

Usul - Feses rutin - Feses rutin

Tanggal 27 Mei 2015

Hari rawatan ketujuh

Page 24: Case gibur

Keluhan Demam (-), Mual (-),

Muntah (-),

KU/KP/KG

Sensorium Compos Mentis

RR 26 x/i reg

HR 115 x/i reg

Temperature 37,2°C

BB 14 kg

Status Lokalisata

Kepala

Mata RC +/+, pupil isokor,

Con. Palpebra inferior

pucat (-/-)

Telinga Dalam Batas Normal

Hidung Dalam Batas Normal

Mulut Dalam Batas Normal

Leher Pembesaran KGB (-),

Kaku Kuduk (-)

Thoraks

Inspeksi Simetris fusiformis,

retraksi (-)

Palpasi Stem fremitus kanan =

kiri

Perkusi Sonor pada kedua

lapangan paru

Auskultasi SP : Vesikuler

ST : (-/-)

Abdomen

Inspeksi Simetris

Palpasi Soepel, H/R/L tidak

teraba

Perkusi Timpani

Page 25: Case gibur

Auskultasi Peristaltik (+) N

Ekstremitas

Superior Pulse : 108 x/i reguler,

T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Inferior T/V cukup, Akral

hangat, CRT<3”

Genitalia Os seorang laki-laki,

tidak tampak kelainan

Diagnosis Demam Tifoid

Terapi - Bed rest

- IVFD Dextrose

5% NaCl

0,45% 50gtt/i

micro

- Inj. Ceftriaxone

700 mg/12

jam/IV

- Paracetamol

4x200 mg

(pulvis)°

- Inj. Ranitidine

15 mg/12

jam/IV

- Diet M II 1.200

kkal dengan 28

gr protein

Usul

PBJ pada tanggal 28 Mei 2015

Page 26: Case gibur