case konjungtivitis.docx

26
BAB I I. IDENTIFIKASI PASIEN Nama : An. R Umur : 5 tahun Jenis kelamin : Laki - Laki Pekerjaan : Pelajar Alamat : Jl. Gading Tutuka I, Blok D2 No. 161, Kec. Soreang, Kab. Bandung Agama : Islam No RM : 344808 Tanggal Pemeriksaan : 27 Juni 2015 II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Mata Merah Kanan dan Kiri Riwayat Penyakit Sekarang: Sejak dua hari SMRS, pasien mengeluhkan kedua matanya merah. Keluhan disertai dengan rasa pedih di mata sebelah mata kiri dan kanan, rasa perih ketika mengedip mata dan gatal-gatal. Ibu pasien juga mengatakan keluar cairan jernih dari mata di waktu pagi selepas bangun tidur. Keluhan tidak disertai dengan 1

Transcript of case konjungtivitis.docx

Page 1: case konjungtivitis.docx

BAB I

I. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama : An. R

Umur : 5 tahun

Jenis kelamin : Laki - Laki

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl. Gading Tutuka I, Blok D2 No. 161, Kec. Soreang, Kab. Bandung

Agama : Islam

No RM : 344808

Tanggal Pemeriksaan : 27 Juni 2015

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Mata Merah Kanan dan Kiri

Riwayat Penyakit Sekarang:

Sejak dua hari SMRS, pasien mengeluhkan kedua matanya merah. Keluhan disertai

dengan rasa pedih di mata sebelah mata kiri dan kanan, rasa perih ketika mengedip mata dan

gatal-gatal. Ibu pasien juga mengatakan keluar cairan jernih dari mata di waktu pagi selepas

bangun tidur. Keluhan tidak disertai dengan penurunan penglihatan. Keluhan disertai batuk

pilek, dan hidung terasa gatal sejak satu minggu SMRS.

Riwayat penyakit serupa dalam keluarga dan teman-teman di sekolah, alergi obat dan

makanan, kelainan mata dan memakai kaca mata disangkal oleh pasien. Ibu pasien mengakui

pasien sering ada keluhan mata merah sebelum ini.

Tidak ditemukan riwayat benturan di mata, memakai kacamata, serta alergi obat dan

makanan. Pasien tidak memiliki riwayat asma, dan batuk lama.

1

Page 2: case konjungtivitis.docx

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Kesadaran : Kompos mentis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Tanda vital : Dalam batas normal

Lain-lain : Dalam batas normal

STATUS OFTALMOLOGIS

Pemeriksaan Subjektif

Visus Sentralis Jauh OD OS

Pasien Tidak Kooperatif Pasien Tidak Kooperatif

Pemeriksaan Objektif

OD OS

Muscle balance Orthotropia

Pergerakan bola mata Baik Kesegala Arah Baik Kesegala Arah

Tekanan Intra Okular Palpasi Normal Palpasi Normal

Palpebra superior Tenang Tenang

Palpebra inferior Tenang Tenang

Konjungtiva tarsalis superior

Hiperemis (+), papil (+) Hiperemis (+), Papil (+)

Conjungtiva tarsalis inferior

Hiperemis (+) Hiperemis (+)

2

Page 3: case konjungtivitis.docx

Conjungtiva bulbi Hiperemis (+),injeksi konjungtiva (+)

Hiperemis (+),injeksi konjungtiva (+)

Cornea Jernih Jernih

COA Sedang Sedang

Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor

Diameter 3 mm 3 mm

RC Direk/ Indirek +/+ +/+

Iris Tenang Tenang

Lensa Jernih Jernih

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Biomikroskop (Slit Lamp) : Tidak Dilakukan

V. RESUME

Seorang laki – laki 5 tahun, datang dengan keluhan kedua matanya merah yang

dirasakan sejak 2 hari SMRS. Keluhan disertai rasa gatal, sekret (+) dan fotofobia (+). Keluhan

dirasakan hilang timbul, keluhan disertai batuk pilek, dan hidung terasa gatal. Riwayat asma

pada Ibu (+). Dari pemeriksaan fisik didapatkan, status generalis dalam batas normal,

sedangkan status oftlamologis sebagai berikut:

Visus VOD pasien tidak kooperatif

VOS pasien tidak kooperatif

Konj. Tarsalis Superior ODS ditemukan hipertrofi papil dan Konj.Tarsalis Inferior superior

ODS tampak hiperemis. Konj. Bulbi ODS ditemukan injeksi konjungtiva.

VI. DIAGNOSA BANDING

Konjungtivitis vernal ODS

Konjungtivitis viral ODS

3

Page 4: case konjungtivitis.docx

VII. DIAGNOSA KERJA

Konjungtivitis vernal ODS

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN KHUSUS

Pemeriksaan Giemsa pada sekret.

Tes alergi kulit.

IX. PENATALAKSANAAN

Umum : Anjuran memakai topi dan kacamata pelindung bila berada di luar ruangan

Kompres dingin bila timbul gatal

Khusus : Dexamethason (ED) 4 ddgtt II ODS

Sodium chromolyn 4% 4ddgtt II ODS

Chloramphenicol salep ODS

XI. PROGNOSA

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

4

Page 5: case konjungtivitis.docx

5

Page 6: case konjungtivitis.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konjungtiva

Konjungtiva adalah satu lapisan membrane mucous yang nipis dan bening, dan

menyelaputi bagian anterior dari mata (kecuali kornea) dan permukaan dalam dari kelopak

mata. Epitelnya terdiri dari stratified columnar epithelium dengan sel goblet yang banyak,

manakala lapisan lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat longgar. Konjungtiva mempunyai

tiga bagian berdasarkan anatomis; konjungtiva tarsalis, konjungtiva bulbi dan forniks.

Dari segi fisiologis, lapisan epitel dari konjungtiva memproduksi mucus, yang

merupakan pelincir yang sangat bagus. Ia juga mungkin mempunyai sel-sel melawan infeksi.

Jadi, konjungtiva memainkan peranan yang penting dalam sistem pertahanan imunologis untuk

bagian luar mata, dan memproduksi mukus yang sangat diperlukan untuk stabilitas tear film.

Tanpa lapisan mucin dari tear filem, lapisan tear yang lain akan destabilisasi, dan kornea bisa

terkompromi eksposure, kondisi kering, malnutrisi atau infeksi. Mukus juga melincirkan bola

mata untuk mengurangkan geseran dan lekatan dari kelopak mata.

2.2 Hipersensitiviti Tipe I (Immediate)

Tipe 1 Hipersensitiviti dimulai dengan sensitisasi mast cell atau basophil. Ketika

proses sensitisasi atau priming, alergen-spesifik antibodi IgE akan menempel pada reseptor di

permukaan mast cell dan basophil. Dengan eksposure seterusnya, alergen yang sudah

disensitisasi akan mengikat pada IgE pada sel dan memulakan satu siri proses-proses yang

akhirnya akan membawa kepada degranulasi mast cell atau basophil, yang menyebabkan

pelepasan preformed mediatornya.

Antara reaksi dari hipersensitiviti tipe I adalah anafilaksis, alergi, asma ekstrinsik, dan

alergi rhinitis. Lesi patologis termasuk dilatasi pembuluh darah, edema, kontraksi dari smooth

muscle, produksi mukus, dan inflamasi.

6

Page 7: case konjungtivitis.docx

2.3 Konjungtivitis

Konjugtivitis dapat didefinisikan sebagai inflamasi konjungtiva akibat infeksi,

alergen, toksin atau trauma kimia. Konjungtivitis dapat dibagi menjadi dua; akut (5-7 hari) dan

kronis (>7 hari). Dari segi etiologi, konjungtivitis dapat disebabkan oleh:

1. Virus

2. Bakteri

3. Alergi

4. Jamur

Perbedaan etiologi konjungtivitis:

Virus Bakteri Jamur Alergi

Gatal-gatal Minimal Minimal Minimal Berat

Hiperemia MenyeluruhSedang

Menyeluruh Mencolok

Menyeluruh MenyeluruhRingan sedang

Lakrimasi Amat banyak Sedang Sedang Sedang

Eksudasi Minimal Amat banyak Amat banyak Minimal

Adenopati Preaurikuler

Biasanya ada Langka Biasanya hanya pada k.inklusi

Tidak ada

Pewarnaan kerokan konjungtiva dan eksudat

Monosit Bakteri PMN Sel PMN, plasma, badan inklusi

Eosinofil

Kaitan dengan sakit kerongkongan dan demam

Kadang-kadang ada

Kadang-kadang ada

Tidak pernah Tidak pernah

Kotoran Sedikit, serous Purulen: banyak Non purulen (mukopurulen):sedikit

Sedikit Sedikit, lengket putih

7

Page 8: case konjungtivitis.docx

Kemosis +/- ++ ++

Pseudomembran +/- +/- - -

Papil - +/- +

Folikel + - -

2. 4 Patofisiologi

Pada bentuk palpebral, jaringan epitel membesar pada beberapa area dan menular ke

area lainnya. Kadangkala, eosinofil (warna kemerahan) tampak kuat di antara sel-sel

jaringan epitel. Perubahan yang menonjol dan parah terjadi pada substansi propria

(jaringan urat). Pada tahap awal jaringan terinfiltrasi dengan limfosit, sel plasma,

eosinofil, dan basofil. Sejalan dengan perkembangan penyakit, semakin banyak sel yang

berakumulasi dan kolagen baru terbentuk, sehingga menghasilkan bongkol-bongkol besar

pada jaringan yang timbul dari lempeng tarsal. Terkait dengan perubahan-perubahan

tersebut adalah adanya pembentukan pembuluh darah baru dalam jumlah yang banyak.

Peningkatan jumlah kolagen berlangsung cepat dan menyolok.

Pada bentuk limbal terdapat perubahan yang sama, yaitu: perkembangbiakan jaringan

ikat, peningkatan jumlah kolagen, dan infiltrasi sel plasma, limfosit, eosinofil dan basofil

ke dalam stroma. Penggunaan jaringan yang dilapisi plastik yang ditampilkan melalui

mikroskopi cahaya dan elektron dapat memungkinkan beberapa observasi tambahan.

Basofil sebagai ciri tetap dari penyakit ini, tampak dalam jaringan epitel sebagaimana juga

pada substansi propria. Walaupun sebagian besar sel merupakan komponen normal dari

substansi propia, namun tidak terdapat jaringan epitel konjungtiva normal.

Walaupun karakteristik klinis dan patologi konjungtivitis vernal telah digambarkan

secara luas, namun patogenesis spesifik masih belum dikenali.

2.5 Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi dapat didefinisikan sebagai bentuk radang konjungtiva akibat

reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi

8

Page 9: case konjungtivitis.docx

lambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik.

Pasien biasanya mempunyai riwayat atopi.

Etiologinya bisa menjadi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibodi

humoral terhadap alergen. Konjungtivitas alergi dapat diklasifikasi menjadi empat:

1. Konjungtivitis Vernal

2. Konjungtivitis flikten

3. Konjungtivitis iatrogenik

4. Konjungtivitis atopik

1. Konjungtivitis Vernal

Etiologi: reaksi Hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata

Ciri: papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa gatal berat,

sekret gelatin yang berisi eosinofil, atau granula eosinofil, pada kornea terdapat

keratitis,neovaskularisasi, dan tukak indolen.

Epidemiologi: dapat rekuren dan bilateral terutama pada musim panas. Usia muda antara

3-25 tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mulai pada usia

dibawah 10 tahun. Vernal biasa terjadi pada anak-anak.

Dua bentuk utama (yang dapat bersamaan):

- Bentuk palpebra

Pada tipe palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior

Terdapat pertumbuhan papil yang besar yang diliputi skeret yang mukoid

Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih

berat dibanding dengan bentuk limbal.

Secara klinis papil besar ini tampak sebagai benjolan bersegi banyak dengan

permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.

- Bentuk limbal

bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk

jaringan hiperplastika gelatin, dengan Trantas dots yang merupakan degenerasi

epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya

pannus, dengan sedikit eosinofil.

9

Page 10: case konjungtivitis.docx

2. Konjungtivitis flikten

Merupakan konjungtivitis nodulas yang disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri

atau antigen tertentu.

Pathogenesis: karena alergi (Hipersensitiviti Tipe IV)

Epidemiologi: lebih sering ditemukan pada anak-anak di daerah padat, yang biasanya

gizi kurang atau sering mendapatkan radang saluran nafas. Biasanya unilateral dan

kadang-kadang mengenai kedua mata.

Ciri: Pada konjungtiva terlihat sebagai bintik putih yang dikelilingi daerah hiperemi,

kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu tonjolan bulat dengan warna kuning

kelabu seperti suatu mikroakses yang biasanya terletak di dekat limbus. Biasanya abses

ini menjalar kearah sentral atau kornea dan terdapat tidak hanya satu.

Gejala: mata berair, iritasi dengan rasa sakit, fotofobia dapat ringan sampai berat. Bila

kornea ikut terkena, selain rasa sakit pasien juga akan merasa silau disertai

blefarospasme.

Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan kemungkinan akan terjadi kekambuhan.

3. Konjungtivitis Iatrogenik

Konjungtivitis akibat pengobatan yang diberikan dokter.

4. Konjungtivitis atopik

Reaksi alergi selaput lendir mata atau konjungtiva terhadap polen, disertai dengan

demam.

Memberikan tanda mata berair, bengkak, belek berisi eosinofil.

2.6 Manifestasi klinis

Semua gejala bersifat rentan terhadap benda asing. Gejala utama adalah radang (merah,

sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya

terlihat dengan terdapatnya papil besar pada konjungtiva (cobble stone), datang bermusim, yang

dapat mengganggu penglihatan. Pada hasil laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma,

limfosit dan basofil.

10

Page 11: case konjungtivitis.docx

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Gejala:

a. sekret, kelopak mata terasa lengket

b. mata merah

c. sensai benda asing

Rekurensi musiman (vernal): biasanya terjadi pada musim panas dan gatal terasa pada

sore hari

Riwayat alergi (atopi/alergi)

2. Pemeriksaan fisik

Konjungtivitas vernal/atopi:

- sekret seperti benang tebal

- papil konjungtiva besar (giant papil) pada konjungtiva tarsal superior atau limbus (tipe

palpebra)

- Shield ulcer pada kornea superior

- bintik putih pada limbus dan kelopak mata yang meninggi (horner-trantas dots) (tipe

limbal)

Konjungtivitas alergi:

- kemosis

- papil konjungtiva (bukan giant papil)

- sekret mucus minimal

- edema ringan

- eritema kelopak mata

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Apus konjungtiva untuk kultur dan sensitivitas: agar darah, agar coklat, agar Thayer-

martin, pewarnaan gram jika parah

11

Page 12: case konjungtivitis.docx

2.9 Diferensial Diagnosis

Walaupun secara prinsip konjungtivitis vernal sangat berbeda dengan trakhom dan

konjungtivitis demam rumput, namun seringkali gejalanya membingungkan dengan dua

penyakit tersebut. Trakhom ditandai dengan banyaknya serabut-serabut sejati yang terpusat,

sedangkan pada konjungtivitis vernal jarang tampak serabut sejati. Pada trakhom, eosinofil

tidak tampak pada kikisan konjungtiva maupun pada jaringan, sedangkan pada konjungtivitis

vernal, eosinofil memenuhi jaringan. Trakhom meninggalkan parut-parut pada tarsal,

sedangkan konjungtivitis vernal tidak, kecuali bila terlambat ditangani.

Tanda konjungtivitis demam rumput adalah edema, sedangkan tanda konjungtivitis

vernal adalah infiltrasi selular. Demam rumput memiliki karakteristik sedikit eosinofil, tidak

ada sel mastosit pada jaringan epitel, tidak ada peningkatan sel mastosit pada substantia

propria, dan tidak terdapat basofil, sedangkan konjungtivitis vernal memiliki karakteristik

adanya tiga serangkai, yaitu: sel mastosit pada jaringan epitel, adanya basofil, dan adanya

eosinofil pada jaringan.

Tabel 1. Diagnosis banding Trakoma, Konjungtivitis folikularis,

Konjungtivitis vernal.

12

Page 13: case konjungtivitis.docx

13

Trakoma Konjungtivitis

folikularis

Konjungitvitis

vernal

Gambaran

lesi

(kasus dini) papula kecil atau

bercak merah bertaburan

dengan bintik putih-kuning

(folikel trakoma). Pada

konjungtiva tarsal (kasus

lanjut) granula (menyerupai

butir sagu) dan parut,

terutama konjungtivatarsal

atas

Penonjolan

merah-muda

pucat tersusun

teratur seperti

deretan “beads”

Nodul lebar datar

dalam susunan

“cobble stone”

pada konjungtiva

tarsal atas dan

bawah, diselimuti

lapisan susu

Ukuran

lesi

Lokasi lesi

Penonjolan besar lesi

konjungtiva tarsal atas dan

teristimewa lipatan retrotarsal

kornea-panus, bawah

infiltrasi abu-abu dan

pembuluh tarsus terlibat.

Penonjolan

kecil terutama

konjungtiva

tarsal bawah

dan forniks

bawah tarsus

tidak terlibat.

Penonjolan besar

tipe tarsus atau

palpebra;

konjungtiva tarsus

terlibat, forniks

bebas. Tipe limbus

atau bulbus; limbus

terlibat forniks

bebas, konjungtiva

tarsus bebas (tipe

campuran lazim)

tarsus tidak terlibat

Tipe

sekresi

Kotoran air berbusa atau

“frothy” pada stadium lanjut.

Mukoid atau

purulen

Bergetah, bertali,

seperti susu

Pulasan Kerokan epitel dari

konjungtiva dan kornea

memperlihatkan ekfoliasi,

proliferasi, inklusi seluler.

Kerokokan

tidak

karakteristik

(Koch-Weeks,

Morax-

Axenfeld,

mikrokokus

kataralis

stafilokokkus,

pneumokokkus

)

Eosinofil

karakteristik dan

konstan pada

sekresi

Page 14: case konjungtivitis.docx

2.10 Komplikasi

Dapat menimbulkan keratitis epitel atau ulkus kornea superfisial sentral atau

parasentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatriks yang ringan. Penyakit

ini juga dapat menyebabkan penglihatan menurun. Kadang-kadang didapatkan panus, yang

tidak menutupi seluruh permukaan kornea. Perjalanan penyakitnya sangat menahun dan

berulang, sering menimbulkan kekambuhan terutama di musim panas.

2.11 Penatalaksanaan

Diet dan gaya hidup:

1. Konjungtivitis alergi: hindari alergen atau eliminasi pemicu.

2. Pakai handuk, bantal, guling sendiri dan diganti setelah sembuh.

Terapi farmakologis:

1. Konjungtivitis vernal/atopic:

a) Edukasi

- hindari hal yang memicu timbulnya alergi: jangan panas-panasan

- kalau gatal kompres dingin

- kalau gatal sekali boleh ditambah antihistamine

b) Ringan

- Air mata atificial 6x/hari

- Mastel stabilizer 4x/hari

c) Sedang

- Levokabastin atau olopatadin HCL 0.1% 4x/hari

- Ketorolak 4x/hari

d) Berat

- Jika sekret banyak sekali dan visus turun

- Fluorometholon 4x/hari selama 1-2 minggu ditambah natrium kromolin 4% topical atau

lodoksamid untuk penyakit vernal atau atopi

14

Page 15: case konjungtivitis.docx

- Jika ada shield ulcer (karena cobble stone yang melukai kornea) tambah dengan steroid

dan antibiotik topikal.

2. Konjungitivitis alergi:

a) hilangkan faktor pemicu

b) kompres dingin

c) Air mata artificial

d) Olopatadin 1%, lodoksamid 0.1%, nedokromil 2%, ketofiten 0.025% 2x/hari

e) Steroid topical 4x/hari

2.12 Prognosis

Kondisi ini dapat terus berlanjut dari waktu ke waktu, dan semakin memburuk selama

musim-musim tertentu

BAB III

PEMBAHASAN

15

Page 16: case konjungtivitis.docx

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva dan salah satu penyakit mata paling

umum di dunia. Penyakit ini bervariasi dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai

konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Konjungtivitis dibedakan berdasarkan

etiologi secara umum menjadi viral, bakterial, alergi, dan fungal. Konjungtivitis vernal adalah

penyakit alergi bilateral biasanya dimulai pada tahun-tahun prepubertas dan berlangsung hingga

5-10 tahun. Pasien biasanya mengeluhkan rasa gatal yang berat dan tahi mata yang berserat.

Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi.

Pembahasan pada kasus ini antara lain mencakup:

1. Bagaimana gambaran penyakit ini?

2. Apa dasar diagnosa pada pasien ini?

3. Bagaimana prinsip pengobatan pada pasien ini?

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini?

1. Bagaimana gambaran penyakit ini?

Penyakit ini diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap allergen eksogen yang

dimediasi oleh IgE seperti diindikasikan oleh kenaikan eosinofil. Penyakit ini terdapat dua

bentuk, yaitu bentuk palpebra yaitu terdapat gambaran hipertrofi papil sehingga memberikan

gambaran cobblestone yang diliputi secret mukoid. Konjungtiva tarsal inferior dapat ditemukan

hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih berat dibanding limbus.

Secara klinis, papil besar ini tampak sebagai tonjolan poligonal dengan permukaan rataa

dan dengan kapiler di tengahnya. Adanya sel-sel eosinofil dapat dilihat dari pemeriksaan

Giemsa. Sedangkan bentuk limbus, ditemukan benjolan di limbus, dengan bercak Horner

Trantas yang berwarna keputihan yang terdapat di dalam benjolan. Secara histologik penonjolan

ini adalah suatu hiperplasi dan hialinisasi jaringan ikat disertai proliferasi sel epitel dan

serbukan sel limfosit, sel plasma dan sel eosinofil.

2. Apa dasar diagnosa pada pasien ini?

16

Page 17: case konjungtivitis.docx

Dari anamnesa, didapatkan bahwa pasien mengeluhkan kedua mata merah tanpa

penurunan visus yang hilang timbul dirasakan sejak 2 hari yang lalu, keluhan dirasakan

berulang dan keluhan disertai rasa gatal, secret putih dan fotofobia.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan gambaran papil pada konjungtiva tarsalis superior,

penampakan hiperemis pada konjungtiva tarsalis inferior dan superior. Serta injeksi

konjungtiva pada konjungtiva bulbi.

3. Bagaimana prinsip pengobatan pada pasien ini?

Prinsip pengobatan pada pasien ini adalah simptomatik. Gejala iritasi dapat dihilangkan

dengan aplikasi steroid topical. Biasanya dalam waktu beberapa hari keluhan dapat hilang dan

dosis tetap diterapkan sepanjang musim tertentu. Sebagai terapi adjuvant, dapat digunakan

sodium chromolyn sebagai antihistamin. Dapat diberikan kompres dingin untuk menghilangkan

gejala iritasi yang mengganggu. Selain itu, vasokonstriktor agent mempunyai efek yang ringan.

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini?

Prognosa pada pasien ini biasanya baik, tapi tidak jarang keluhan ini dapat muncul

kembali pada musim-musim tertentu terutama cuaca panas. Konjungtivitis vernal merupakan

penyakit rekuren dan bilateral terutama pada musim panas dan biasanya mengenai pasien usia

muda 3-25 tahun dari kedua jenis kelamin. Terjadinya penyakit ini pada anak laki-laki biasanya

pada usia di bawah 10 tahun.

BAB IV

KESIMPULAN

17

Page 18: case konjungtivitis.docx

Konjungtivitis vernal adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang

(recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi. Penyakit ini juga dikenal

sebagai “catarrh musim semi” dan “konjungtivitis musiman” atau “konjungtivitis

musim kemarau”.

Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang

mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan riwayat keluarga yang kuat

alergi.

Terdapat dua bentuk penyakit ini, yaitu: palpebral dan limbal, yang perbedaan

utamanya terletak pada lokasi. Bentuk palpebra, terutama mengenai konjungtiva

tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar (cobble stone) yang diliputi

sekret yang mukoid. Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat

membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan

degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya

pannus, dengan sedikit eosinofil.

Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak

eosinofil dan granula eosinofilik bebas. Dapat menimbulkan keratitis epitel atau

ulkus kornea superfisial sentral atau parasentral, yang dapat diikuti dengan

pembentukan jaringan sikatriks yang ringan. Juga kadang-kadang didapatkan panus,

yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea. Perjalanan penyakitnya sangat

menahun, bertahun-tahun. Penyakit ini sering menimbulkan kekambuhan terutama

di musim panas.

Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. Dapat diberi obat

kompres dingin, natrium karbonat dan obat vasokonstriktor. Kelainan kornea dan

konjungtiva dapat diobati dengan natrium cromolyn topikal. Bila terdapat tukak

maka diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder disertai dengan sikloplegik.

Lebih baik penderita pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: case konjungtivitis.docx

1. Ilyas, Sidarta Prof. Dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: FK UI;2008,

hal 3, 133-134

2. Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul. Ofthalmologi Umum. Edisi

14. Jakarta: Widya Medika,2000,hal 5-6, 115

3. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Mansjoer Arif. Jilid I. Ed.3. Jakarta: Media

Aesculapius,2000, hal 54

4. Wijana S.D, Nana Dr. Ilmu Penyakit Mata. Ed. rev. Cet.6. Jakarta: Abadi Tegal,

hal 54

5. Anonim. Alergi Mata Merah (Allergic Conjunctivitis ). Diakses tanggal 29 Juni

2015. Dari: http://forum.um.ac.id/index.php?topic=5087.0

6. Anonim. Konjungtivitis Vernal. Diakses tanggal 29 Juni 2015. Dari:

http://francichandra.wordpress.com/2010/04/07/konjungtivitis-vernal/

7. Anonim. Konjungtivitis Vernal. Diakses tanggal 01 Juli 2015. Dari:

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?

pil=3&jd=Tips+Praktis+Mengenali+Konjungtivitis+Vernal&dn=20080330030607

8. Anonim. Vernal Conjunctivitis. Diakses tanggal 01 Juli 2015. Dari:

http://www.umm.edu/ency/article/001390.htm

19