Case Diare

27
Case Report Session Rotasi II DIARE PADA ANAK Oleh: Putri Reno Indrisia 0910312141 Preseptor: dr. Amira Zatil Izzah. Sp.A, M. Biomed KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PUSKESMAS ALAI 0

description

diare akut pada anak

Transcript of Case Diare

Page 1: Case Diare

Case Report Session Rotasi II

DIARE PADA ANAK

Oleh:

Putri Reno Indrisia 0910312141

Preseptor:

dr. Amira Zatil Izzah. Sp.A, M. Biomed

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PUSKESMAS ALAI

PADANG

2015

0

Page 2: Case Diare

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali

atau lebih dalam satu hari.Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare

diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer

dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila

frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4kali, sedangkan untuk bayi berumur

lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.Klasifikasi diare ke

dalam jenis akut dan kronis bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling

sedikit 14 hari untuk dapat dikatakan diare kronis, jadi diare akut adalah diare

yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari ( bahkan

kebanyakan kurang dari 7 hari ) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair

yang sering tanpa darah.1,2

1.2 Epidemiologi

Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, diare akut maupun kronis

masih merupakan masalah kesehatan utama.Di dunia, diare menyebabkan

kematian sebanyak 5 juta setahun, 75% diantaranya disebabkan oleh diare akut.Di

Indonesia, kematian karena diare sekitar 200.000-250.000 setahun, 80%

diantaranya disebabkan oleh diare akut.1,2

Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Insuden paling tinggi terdapat pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa

diberikan makanan pendamping.1

1.3 Klasifikasi

Secara klinis diare dapat dibedakan menjadi 3 yaitu2 :

1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak pada anak yang sebelumnya

sehat, berlangsung kurang dari 2 minggu.

2. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinja.

3. Diare persisten yaitu diare yang terjadi lebih dari 14 hari yang merupakan

kelanjutan dari diare akut.

1.4 Etiologi

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :1,2,3,4

1. Infeksi

1

Page 3: Case Diare

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare. Infeksi enteral ini disebabkan oleh berbagai

mikroba diantaranya:

o Virus : Enterovirus, rotavirus, adenovirus. Virus merupakan

penyeba tersering diare apada anak.

o Bakteri : Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio cholera,

Campilobacter jejuni.

o Parasit : protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Balantidium coli), cacing ( Ascaris, Trichuris, Strongiloides ) dan

jamur ( Candida ).

2. Faktor malabsorpsi : Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.

3. Faktor makanan : Makanan besi, beracun, atau alergi terhadap

makanan tertentu.

4. Imunodefisiensi

5. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat

menimbulkan diare pada anak yang lebih besar.

1.5 Patogenesis1,4,5,6

1. Virus

Virus masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak dalam

epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan

vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi

dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum

matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili

dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase,

menyebabkan berkurangnya absorpsi disakarida terutama laktosa.

Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya

menjadi matang.

2. Bakteri

Penempelan di mukosa

2

Page 4: Case Diare

Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus untuk

menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan ini menyebabkan

pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.

Toksin yang menyebabkan sekresi

Beberapa bakteri lain seperti V.cholerae mengeluarkan toksin yang

menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorpsi natrium

melalui vili dan meningkatkan sekresi klorida dari kripta, yang

menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang

sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa

Shigella dapat menyebabkan diare berdarah (disenteri) melalui

invasi dan perusakan sel epitel mukosa di sebagian besar kolon. Invasi ini

diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang

menyebabkan adanya sel darah merah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan

kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan juga sekresi air dan

elektrolit dari mukosa.Shigellosis menimbulkan tanda radang akut

meliputi nyeri perut, demam, kejang, letargis dan prolas rektum.

Infeksi virus dan bakteri tidak selamanya akan menyebabkan terjadinya

diare karena tubuh mempunyai mekanisme pertahanan tubuh. Jika bahan-bahan

yang berbahaya dapat menembus barier mekanisme daya tahan tubuh dan dapat

masuk ke dalam sirkulasi sistemik, maka akan terjadi berbagai reaksi.

1. 6 Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu

diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik

terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan

difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat

yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan

menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan

elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya

gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,

post reseksi usus serta hipertiroid.7

3

Page 5: Case Diare

1.7 Manifestasi Klinis

Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja

cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja dapat berubah jadi

kehijau-hijauan yang disebabkan bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan

sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum

atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah

gejala dehidrasi. Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam

dehidrasi adalah : rasa haus, elastisitas ( turgor dan tonus ) kulit menurun, bibir

dan mukosa kering, mata cekung, air mata tidak keluar, ubun-ubun besar cekung,

oliguri, bahkan dapat anuria, tekanan darah rendah, takikardia, kesadaran

menurun. 1

Menurut banyaknya cairan yang hilang, diare dibagi atas : 1,6

1. Diare tanpa dehidrasi

Penderita yang tanpa tanda dehidrasi juga mengalami defisit cairan, tetapi

hanya kurang dari 5 % BB.

2. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang

Dehidrasi ringan-sedang terjadi kehilangan cairan 5-10 % BB. Dehidrasi

ringan kehilangan cairan sekitar 5-6%, biasanya ditandai dengan meningkatnya

rasa haus dan gelisah. Turgor kulit mungkin sedikit berkurang. Gejala lain yang

berhubungan dengan dehidrasi mungkin tidak ada. Diare dengan dehidrasi sedang

kehilangan cairan sekitar 7-10 % BB, menyebabkan anak menjadi gelisah atau

rewel. Matanya agak cekung serta mulut dan lidah kering. Ada peningkatan rasa

haus, anak akan minum dengan lahap bila ditawarkan minuman. Cubitan kulit

kembali agak lambat. Nadi radialis teraba tetapi cepat, dan ubun-ubun kecil pada

bayi lebih cekung pada biasanya.

3. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita dengan dehidrasi berat mempunyai defisit cairan sama dengan

atau lebih dari 10 % BB. Biasanya terdapat letargis, stupor atau bahkan koma.

Mata sangat cekung, tanpa air mata, mulut dan lidah sangat kering, pernafasan

cepat dan dalam. Bila kesadarannya menurun, penderita mungkin minum hanya

sedikit sekali atau tidak sama sekali. Cubitan kulit kembali sangat lambat (> 2

4

Page 6: Case Diare

detik). Nadi femoral sangat cepat dan nadi radialis mungkin sangat cepat dan tidak

teraba. Pada bayi, ubun-ubun kecil sangat cekung. Penderita mungkin tidak

kencing selama 6 jam atau lebih. Bila ada syok hipovolemik, tekanan darah

sistolik rendah atau tidak teraba, lengan dan kaki dingin, kuku mungkin biru.

1.8 Diagnosis1

Berdasarkan definisi diare akut, diagnosis ditegakkan jika terdapat buang

air besar encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Jika disertai buang air besar

disertai darah maka didiagnosis dengan disenteri. Pada pasien diare harus

ditentukan apakah tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi serta derajat

dehidrasinya.

Penilaian derajat dehidrasi :

Penilaian A B C

Lihat : Keadaan umum

Mata Air mata Mulut dan lidahRasa haus

Baik, sadar

NormalAdaBasahMinum biasa, tidak haus

Gelisah, rewel *

CekungTidak adaKeringHaus, ingin minum banyak *

Lesu, lunglai, atau tidak sadar *

Sangat cekung dan keringTidak adaSangat keringMalas minum atau tidak bisa minum *

Periksaturgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat*

Derajat dehidrasi TANPA DEHIDRASI

DEHIDRASI RINGAN/SEDANGBila ada 1 tanda * + 1 atau lebih tanda lain

DEHIDRASI BERATBila ada 1tanda * + 1 atau lebih tanda lain

Terapi Rencana A Rencana B Rencana C

1.9 Pemeriksaan laboratorium2

1. Pemeriksaan tinja

a. Maskroskopis dan miskroskopis

b Biakan kuman dan tes resistensi terhadap antibiotika

c. PH

2. Pemeriksaan darah

a. Darah rutin

b. Elektrolit

c. Analisa gas darah

5

Page 7: Case Diare

1.10 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan diare : 1,2,4

- Mencegah dehidrasi

- Rehidrasi

- Meneruskan makan dan ASI

Tujuan penatalaksanaan diare adalah untuk mengkoreksi

kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti cairan

tubuh yang hilang sampai diarenya berhenti. Pengganti cairan dapat secara

oral atau intravena untuk penderita dengan dehidrasi berat.

Pemberian Cairan

1. Diare akut tanpa dehidrasi ( rencana terapi A )

Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum

lebih banyak dari yang keluar. Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan

dengan sendok dalam posisi anak dudu atau setengah duduk. Cairan yang

dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah tangga lain seperti larutan gula,

garam, air tajin. Penanganan diare akut tanpa dehidrasi sebagai berikut ;

a. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi

Pemberian cairan : 10 cc/kg BB / BAB encer atau muntah, atau :

Umur < 12 bulan : 50 – 100 ml setiap mencret

Umur 1 – 5 tahun : 100 – 200 ml tiap mencret

Umur > 5 tahun : 200 – 300 ml tiap mencret

b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi

Anak tetap diberikan makan dengan prinsip mudah dicerna dan mudah

diserap, tidak berserat dan tidak merangsang, diberikan dengan porsi

kecil dengan frekuensi sesering mungkin.

2. Diare akut dengan dehidrasi ringan- sedang ( rencana terapi B )

- Upaya rehidrasi :

Cairan oralit 75 mg/kg BB dalam 3 jam pertama, setelah 3 – 4 jam

nilai kembali dengan menggunakan bagian penilaian, kemudian pilih

rencana terapi A,B,C untuk melanjutkan pengobatan. Dapat juga

diberikan berdasarkan umur, jika berat badan tidak diketahui, yang

sesuai dengan tabel di bawah ini :

6

Page 8: Case Diare

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa

Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml

3. Diare akut dengan dehidrasi berat (rencana terapi C)

Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit

sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat dibagi

sbb :

Umur 30 ml/kgBB 70 ml/kgBB

< 1 tahun

> 1 tahun

1 jam pertama

½ jam pertama

5 jam berikutnya

2 ½ jam berikutnya

a. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai,

percepat tetesan intravena.

b. Juga berikan oralit ( 5 ml/kgBB/jam ) bila penderita bisa minum,

biasanya setelah 3 – 4 jam ( bayi ) atau 1 – 2 jam ( anak )

c. Setelah 6 jam ( bayi ) atau 3 jam ( anak ), nilai bagi penderita

menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana pengobatan

selanjutnya.

Dietetik

Memuasakan penderita diare tidak dilakukan lagi karena akan

memperbesar terjadinya hipoglikemia. Makanan yang diberikan sedikit-sedikit

tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ), rendah serat, buah buahan diberikan

terutama pisang.1

Pengobatan medikamentosa

Pengobatan yang tepat terhadap kasus diare diberikan setelah kita

mengetahui penyebab pasti, dengan ditemukan kista/parasit dalam tinja atau bila

ditemukan bakteri usus patogen dalam kultur tinja.1,3

Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan

antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).Antibiotik

hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella,

7

Page 9: Case Diare

karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali

pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena

bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi

yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau

menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis.

Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis

obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.8

 Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain8

Kolera: Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari) atau Furasolidon

5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)

Shigella : Trimetroprim 5-10mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5hari),

Sulfametoksasol 25mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5 hari), Asam Nalidiksat :

55mg/kg/hari dibagi 4 (5hari)

 Amebiasis: Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari). Untuk

kasus berat berikan Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks

90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis : Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

1.11 Komplikasi

Akibat yang dapat ditimbulkan diare akut adalah dehidrasi ,asidosis

metabolik, gangguan elektrolit (hipoglikemia, hipokalemi), gangguan sirkulasi.1,2,4

8

Page 10: Case Diare

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : N/perempuan /1tahun

b. Pekerjaan/pendidikan : Belum bekerja/Belum sekolah

c. Alamat : Alai parak kopi

2. Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum menikah

b. Jumlah anak/saudara : - / 1

c. Status ekonomi keluarga : mampu

Penghasilan ayah ± Rp3.000.000/bulan

bekerja sebagai PNS

d. Kondisi rumah

Rumahpermanen dengan pekarangan cukup luas, jumlah kamar 2

buah, 1 ruang keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar mandi di dalam rumah.

Lantai rumah dari keramik

Ventilasi dan pencahayaan

WC ada 1 buah di dalam rumah

Listrik ada

Sumber air bersih : PDAM, air minum dari air gallon.

Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah di depan rumah

kemudian di angkut oleh petugas.

Kesan : Higiene dan sanitasi cukup

e. Kondisi lingkungan keluarga:

Jumlah penghuni rumah 4 orang ; pasien, kakakpasien serta ayah dan

ibu pasien

9

Page 11: Case Diare

Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk

Lingkungan rumah padat penduduk dan lingkungan sekitar cukup

bersih.

3. Aspek psikologis keluarga

Hubungan antar anggota keluarga baik, pasien disayangi oleh kedua

orangtuanya.

4. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama: berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang:

Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi ±7 kali/hari, jumlah ±

1/4 gelas tiap berak, tidak berlendir, tidak berdarah.

Demam sejak 1 hari yang lalu, tidak tinggi, hilang timbul, tidak

menggigil, dan kejang tidak ada.

Mual dan muntah ada 1x.

Perut kembung dan nyeri perut tidak ada.

Batuk dan pilek tidak ada.

Sesak nafas tidak ada.

Buang air keciljumlah, frekuensi, dan warna biasa.

Nafsu makan menurun sejak sakit.

Anak masih mau minum seperti biasanya. Anak belum diberikan oralit.

Berat badan anak terakhir adalah ±8,8 kg

Sebelumnya pasien mulai belajar meminum air putih yang berasal dari

gallon. Pasien sudah mulai diajarkan minum air putih yang berasal dari

gallon, selama 1 bulan terakhir, ibu merasa anak beberapa kali

mengalami berak encer.

5. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga

Pasien sebelumnya tidak pernah muntah disertai berak cair seperti saat

ini.

10

Page 12: Case Diare

Tidak ada anggota keluarga yang menderita berak-berak encer.

6. Riwayat Kehamilan:

Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak

pernah mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran

selama hamil, tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke

bidan.

Riwayat Kelahiran:

Lahir spontan,ditolong oleh bidan, cukup bulan, saat lahir langsung

menangis kuat, berat badan lahir 3.200 gram, panjang badan lahir 48 cm.

7. Riwavat Imunisasi:

BCG : 1x, usia 1 bulan, scar (+) di lengan kanan

DPT : 1x

Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap menurut umur di Puskesmas.

8. Riwayat Makanan/Minuman:

- Umur 0- 6 bulan : hanya diberikan ASI

- Umur 6-8 bulan : diberikan ASI dan bubur susu

- Umur 9-11 bulan : diberikan ASI, bubur nasi/nasi tim

- Umur 12-sekarang : diberikan ASI, nasi biasa, lauk pauk seperti

ikan/daging/ayam/telur ½ - 1 potong/kali makan, kadang-kadang diberikan

sayur-sayuran dan buah-buahan. Pasien juga sudah mulai diberi air putih

dari galon

9. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Nadi : 110 kali/ menit

Nafas :49 kali/menit

11

Page 13: Case Diare

Suhu : 38 ⁰C

BB : 8,7 kg

Kulit : Teraba hangat.

Kepala : Ubun-ubun besar datar (tidak cekun

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

mata cekung (-), air mata ada

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah.

Dada

Paru

Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri = kanan

Retraksi dinding dada tidak ada

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : bronkovesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba pada LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung sulit dinilai

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : perut tidak tampak membuncit

Palpasi :supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali

cepat

Perkusi : timpani

Auskultasi :BU (+) normal

Punggung : tidak ada kelainan

Anus : eritema natum (+)

Anggota gerak : akral hangat, refilling kapiller baik,

reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-

10. Laboratorium : tidak dilakukan

11. Pemeriksaan anjuran : pemeriksaan darah rutin, feses rutin dan pH feses

12

Page 14: Case Diare

12. Diagnosa Kerja : Diare akut tanpa dehidrasi

13. Diagnosa Banding : tidak ada

14. Manajemen

a. Preventif

Menjaga kebersihan makanan yang dimakan dan tidak membeli

makanan yang tidak terjamin kebersihannya, seperti makanan di

pinggir jalan.

Memakan makanan yang bergizi setiap hari sebanyak 3-4 kali sehari,

terdiri dari karbohidrat (nasi/lontong/roti), protein

(ikan/ayam/daging/telur), dan sayur-sayuran serta buah-buahan

(seperti pisang, jeruk, papaya, wortel, bayam).

Meneruskan pemberian ASI pada anak sampai usia 2 tahun.

Menggunakan air bersih untuk minum dan mengolah makanan.

Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan

sebagian besar kuman penyakit.

Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal. Bersihkan rumah

dan lingkungan anak bermain dari debu dan sampah.

Jauhkan anak dari asap rokok, asap sampah, polusi kendaraan

bermotor, dan bermain-main di tanah.

Menjaga kebersihan perlengkapan makanan dan minuman anak.

Selain itu juga menjaga kebersihan mainan, pakaian, dan tempat

tidur.

Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,

setelah memegang benda-benda yang kotor, setelah buang air kecil

dan buang air besar, setelah bermain, dan ketika mempersiapkan

makanan.

Gunting kuku tangan dan kuku kaki anak jika panjang.

Istirahat yang cukup ± 8 jam/hari dan jangan membiarkan anak

bermain terlalu lama yang dapat mengakibatkan kelelahan fisik pada

anak.

Ajarkan anak untuk mulai membiasakan diri berolahraga dengan

mengajak lari-lari pagi ataupun bersepeda.

13

Page 15: Case Diare

Mengajarkan anak untuk merawat gigi sejak dini dengan

mengajarkan anak menggosok gigi menggunakan sikat gigi kecil dan

odol setelah bangun pagi dan sebelum tidur.

b. Promotif

Menjelaskan kepada orangtua mengenai penyakit dan faktor

penyebab penyakit. Mencret atau diare ini bisa diakibatkan karena

makan atau minum yang tidak terjaga kebersihannya, makan dengan

menggunakan tangan yang tidak bersih, atau minum air yang tidak

dimasak. Diare akan mengakibatkan anak mengalami kekurangan

cairan sehingga terlihat letih, lemah dan pada keadaan lanjut bisa

membuat anak mengalami penurunan kesadaran. Orang tua harus

segera mengganti caiaran yang keluar tersebut dengan sering

memberi minum pada anak.

Memberikan pengetahuan kepada keluarga walaupun nafsu makan

anak belum membaik selama diare terjadi, pemberian makanan yang

bergizi tetap diupayakan karena merupakan salah satu langkah terapi

penting dalam penatalaksanaan diare. Beri anak makanan yang

disajikan secara segar dimasak seperti nasi dicampur dengan sayuran

dan ikan/daging/ayam/telur dan diberikan juga buah-buahan segar

seperti pisang, jeruk manis, dan apel.

Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua pasien

tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan di

sekitar tempat tinggal agar anak terhindar dari penyakit-penyakit

yang dapat timbul akibat kurangnya kebersihan lingkungan seperti

diare yang terjadi.

Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua pasien

tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun sebelum dan

sesudah makan, setelah buang air kecil dan buang air besar dan saat

mempersiapkan makanan.

14

Page 16: Case Diare

Memberikan pengetahuan kepada orang tua pasien tentang makanan

yang bersih dan bergizi seimbang pada anak karena anak

membutuhkan makanan yang bergizi untuk tumbuh kembang anak.

Memberikan pengetahuan kepada ibu untuk memantau pertumbuhan

dan perkembangan anak dengan cara menimbang berat badan anak

tiap bulan di posyandu/puskesmas dan membawa anak ke petugas

kesehatan untuk mendapatkan pelayanan stimulasi deteksi dan

intervensi dini tumbuh kembang anak setiap 6 bulan.

Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada keluarga tentang

kriteria rumah sehat terutama tentang jarak sumber air bersih dan

septic tanc pada rumah ini yang seharusnya jarak nya minimal ± 10

meter.

c. Kuratif

Pemberian larutan oralit sebanyak-banyaknya yang anak

dapatminum setiap kali anak berak-berak encer. Ibu diajari untuk

menyiapkan larutan oralit dimana 1 bungkus oralit dilarutkan di

dalam 200 ml air (± 1 gelas air), pada kasus ini diminumkansetengah

gelas. Anak diberi minum sedikit demi sedikit dengan menggunakan

gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali

dengan lebih lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan

sampai diare anak berhenti.

Tablet zink diberikan 1 x 1 tablet selama 10 hari. Tablet zink

diminum dengan cara melarutkannya dengan sedikit air matang pada

sendok makan.

Paracetamol syrup diminum 3 x 1 sendok teh per hari (jika anak

demam).

d. Rehabilitatif

Kunjungan ulang 5 hari kemudian jika tidak ada perbaikan.

Jika keadaan anak bertambah parah (mencret yang semakin sering,

muntah terus menerus, anak terlihat sangat haus atau tidak bisa

minum/malas minum, buang air kecil lebih sedikit dan jarang, serta

15

Page 17: Case Diare

terdapat darah dalam tinja) segera bawa anak ke puskesmas atau

rumah sakit terdekat.

16

Dinas Kesehatan Kota Padang

Puskesmas Alai

Dokter : Putri Reno Indrisia

Tanggal : 3 Maret 2015

R/ Oralit Sacchet No. V

ʃuc ₰

R/ Zink tab 20 mg No. X

ʃ 1 dd tab I ₰

R/ Paracetamol syr fls No. I

ʃ 3 dd cth I sprn ₰

Pro : N

Umur :1 tahun

Alamat: alai parak kopi

Page 18: Case Diare

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan Pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta : Depkes RI Ditjen

PPM&PLP ; 1999

2. Staf Pengajar FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak : diare pada bayi

dan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ; 1985 : hal 283-

311

3. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. hal 448-466

4. Bahram RF. Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15.

Jakarta : EGC. 2000. hal 1354 - 1361

5. Garna H, Nataprawira HMD, Rahayuningsih, editor. Pedoman diagnosis

dan terapi ilmu kesehatan anak, Ed 3 : diare akut. Bandung : FK

Universitas Padjajaran, 2005 ; hal 271-278

6. Boyle JT. Diare kronis. Dalam: Wahab AS, editor. Ilmu Kesehatan Anak

Nelson, Vol 2, Ed 15. Jakarta : EGC, 2000 ; hal 1354-61

7. Sudaryat S. Gastroementerologi Anak : Diere Akut, Jakarta : Sagung Seto,

2005 ; hal 1-24

8. Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah

kesehatan Kedokteran indonsia Vol 1 No 06,2003

9. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada

bayi dan anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/

17