Diare Case Oke
-
Upload
riana-saragih -
Category
Documents
-
view
230 -
download
1
description
Transcript of Diare Case Oke
PRESENTASI KASUS
DIARE CAIR AKUT
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT HUSADA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Topik : Diare Cair Akut
Dokter Pembimbing : dr. Karjadi Gunawan
Penyaji : Sandra Puspa Dewi
NIM : 406047110
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R.I
Tanggal Lahir : 02 Januari 2007
Umur : 08 bulan 12 hari
Jenis kelamin : Laki -laki
Alamat : Jl. Kemenangan I, Gg Binatu No.29 Rt/Rw 014/002,
Tambora-Jakarta
Agama : Kristen
Suku bangsa : Indonesia
Tanggal masuk RS : 02 Januari 2007
Tanggal keluar RS : 10 Januari 2007
II. IDENTITAS ORANG TUA
Ayah Ibu
Nama : Tn. L Nama : Ny. N
Umur : 20 tahun Umur : 20 tahun
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Ibu rumah tangga
1
III. ANAMNESIS
Aloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 02 Januari 2007 jam 15:00
WIB
Keluhan Utama : Buang-buang air sejak 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan : Muntah, demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 2 hari sebelum masuk RS Husada, pasien buang-buang air
sebanyak lebih dari 10 kali, banyaknya ± ½ gelas aqua. BAB berisi air lebih
banyak dari ampas, warna kuning kehijauan, tidak ada lendir, tidak ada
darah, ada busa, serta tidak berbau amis. Pasien juga muntah 2 kali
banyaknya ± ¼ gelas aqua, isi makanan yang dimakan, tidak ada darah, tidak
tiba-tiba menyemprot. Ada demam sejak 1 hari sebelum masuk RS Husada,
demamnya tidak terlalu tinggi tetapi tidak diukur dengan termometer. Tidak
ada kejang, tidak menggigil, tidak ada perdarahan gusi, tidak ada mimisan,
tidak ada batuk, tidak ada pilek. Pasien tidak mau minum susu dan tidak mau
makan. Pasien gelisah/rewel. Pasien kalau menangis masih kuat dan masih
mengeluarkan air mata, tidak ada sesak nafas. BAK pasien mulai berkurang,
terakhir jam 14.00.
Pasien sudah berobat ke dokter 1 hari SMRS dan diberi obat, tetapi
ibu pasien lupa namanya. Karena tidak ada perbaikan pasien dibawa ke RS
Husada. Disekitar rumah pasien tidak ada yang sakit seperti ini. Berat badan
sebelum buang-buang air 7,3 kg.
Riwayat BAK : lancar, warna kuning jernih, tidak nyeri, tidak ada warna
kemerahan, jumlah tidak berkurang
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah dirawat di RS karena sakit dan belum pernah
diare sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien adalah anak pertama. Tidak ada anggota keluarga pasien yang
sakit seperti ini saat ini.
2
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :
Perawatan antenatal : Teratur
Penyakit kehamilan : Tidak ada
Tempat kelahiran : Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan : Spontan
Masa gestasi : Cukup bulan
Keadaan bayi :
Berat badan lahir : 2800 gram
Panjang badan lahir : 45 cm
Sianosis : ( - )
Ikterik : ( - )
Kejang : ( - )
Kelainan bawaan : Tidak ada
Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : -
Berjalan : -
Berlari : -
Berbicara : -
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan tidak ada gangguan
Riwayat Imunisasi :
No. Vaksin Dasar (Usia)
1 BCG 1 bulan
2 DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
3 Polio 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4bulan
4 Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan
5 Campak -
3
Kesimpulan : Imunisasi dasar tidak lengkap
Kesan : Imunisasi dasar tidak sesuai dengan usia, kecuali
campak Booster Belum dilakukan. Imunisasi tambahan
belum dilakukan.
Riwayat Makanan :
Usia
(bulan)ASI / PASI Buah / Biskuit
Bubur
Susu
Nasi
Tim
0 – 4 ASI ad libitum on demand
4 – 6 Susu Nutrilon (4x120 cc) Jus buah (1x) , Milna (1x) 1x
6 – 8 Susu Childmild (6x150 cc) Buah (1x) , Milna (1x) 3x
Kesan : Kualitas makanan cukup baik, kuantitas makanan kurang
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 02 Januari 2007 Jam 15.00 WIB
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis, kontak aktif (+) lemah
Tanda vital : - Tekanan darah : -
- Frekuensi nadi : 120 x / menit
- Frekuensi napas : 24 x / menit
- Suhu aksila : 38,7 0C
Data Antropometri
Berat badan : 7200 gram (dibawah persentil 5 menurut NCHS)
Panjang badan : 70 cm (diantara persentil 20-25 menurut NCHS)
Kesan : status gizi kurang
Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Bentuk normal ; rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak mudah patah. Ubun-ubun besar sudah menutup,cekung.
Mata : Bentuk normal, palpebra superior et inferior cekung,
kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva
tidak pucat, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil bulat
dan isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya +/+.
4
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret tidak ada,
membran timpani utuh.
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret -/-.
Mulut : Bentuk normal, lidah tidak kotor, bibir tidak kering, perioral
cyanosis tidak ada, tonsil T1-T1 tenang, faring tidak
hiperemis.
Leher : Bentuk normal, kelenjar getah bening tidak teraba
membesar, kaku kuduk tidak ada.
Toraks :
Paru-paru
- Inspeksi : Tampak simetris dalam keadaan diam dan pergerakan
napas.
- Palpasi : Tidak dilakukan
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi +/+, wheezing -/-.
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus kordis
- Palpasi : Teraba pulsasi iktus kordis di sela iga V garis
midklavikula sinistra
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, tidak tampak benjolan dan tidak ada gambaran
vena
- Palpasi : Supel , hepar dan lien tidak teraba membesar , nyeri
tekan (-)
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Genitalia eksterna : Perempuan
Anus dan rektum : Benjolan (-), fisura (-), tidak tampak kelainan dari
luar
5
Ekstremitas : Ekstremitas superior et inferior dextra et sinistra
tidak ada deformitas, tidak ada edema, akral kaki
hangat.
Kulit : Warna sawo matang, turgor kurang.
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratorium RS Husada tanggal 2 Januari 2007:
a. Hematologi
Hemoglobin : 10,9 g/dl
Hematokrit : 32 vol%
Leukosit : 10.600 /µl
Eritrosit : 4,25 juta/µl
Trombosit : 326000/µl
GDS : 104
b. Elektrolit :
Kalium : 2,84 mEq/l (3,1-5,1 mmol/l)
Natrium : 137 mEq/l (136-145 mmol/l)
Chlorida : 113 mEq/l (96-110 mmol/l)
c.Gas Darah
Hasil Satuan Nilai NormalpH 7,457 7,380-7,460pCO2 25 mmHg 32,0-46,0pO2 110,7 mmHg 74,0-108,0HCO3 17,9 µmol/l 21,0-29,0O2 Saturasi 98,6 % 92,0-96,0BE (Base Excess) -4,1 meq/l -2,0-2,0TCO2 18,6 mmol/l 22,0-30,0Hb 10,5 % 11,7-17,3Ht 31 35-50
d. Pemeriksaan Tinja (tanggal 03 Januari 2007) :Makroskopis
Warna : Kuning
Konsistensi : Lembek
Lendir / darah / pus : (-)
Mikroskopis
Eritrosit : (-)
6
lekosit : (-)
E. coli : (-)
E. histolytica : (-)
telur cacing : (-)
pencernaan : (-)
serat otot : (-)
serat tumbuhan : (-)
amylum : (-)
lemak : (-)
VI. RESUMETelah diperiksa seorang anak perempuan berusia 11 bulan dengan
keluhan sejak 2 hari sebelum masuk RS Husada, pasien buang-buang air
lebih dari 10x banyaknya ½ gelas aqua, berwarna kuning kehijauan, air lebih
banyak dari pada ampas, tidak ada lendir, tidak ada darah, ada busa, tidak
bau amis. Pasien juga muntah 2x banyaknya ¼ gelas, isi makanan yang
dimakan, darah tidak ada. Pasien tidak mau minum susu dan tidak mau
makan. Ada demam tetapi tidak terlalu tingi, tidak ada kejang. BAK pasien
berkurang, terakhir jam 14.00, pasien menangis masih keluar air mata. Di
daerah tempat tinggal dan keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini.
Berat badan sebelum sakit : 7,3 kg, sekarang 6,7 kg.
Riwayat penyakit dahulu : belum pernah menderita diare
Riwayat kehamilan dan persalinan : NCB – SMK
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : tidak ada gangguan
Riwayat imunisasi : imunisasi dasar cukup baik.
Riwayat makan : kualitas dan kuantitas cukup baik
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, kontak aktif (+) lemah
Tanda vital : - Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Frekuensi nadi : 120 x / menit
- Frekuensi napas : 28 x / menit
- Suhu aksila : 38,50 C
- Berat badan : 7,2 kg
7
Data antropometri : Kesan gizi kurang
Mata : palpebra superior et inferior cekung
Abdomen : Bising usus + meningkat
Kulit : turgor kurang
Laboratorium :
- Hb :10,9 g/dl
- Ht : 32 vol%
- Leukosit : 10.600 /µl
- Kalium : 2,84 mEq/l
- Chlorida : 113 mEq/l
- pCO2 : 25 mmHg
- pO2 : 110,7 mmHg
- HCO3 : 17,5 µmol/l
- O2 Saturasi : 98,6%
- BE (Base Excess) : -4,1 meq/l
- TCO2 : 18,6 mmol/l
VII. DIAGNOSIS KERJA
Diare cair akut dengan dehidrasi ringan
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah rutin
- Urine lengkap
- ASTRUP
- Ureum, creatinin
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
X. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Kebutuhan cairan
8
Maintenance : 7,2x100 cc = 720 cc
Dehidrasi : 8%x7,3x1000 = 584 cc
Koreksi suhu : 1,7x12%x720 = 146,8 cc
Total Cairan = 1374,6 cc/24 jam ≈ 1400 cc/24 jam
3. Medikamentosa
Antibiotik : Kotrimoksazol sirup 2 x ½ cth
Antipiretik : Paracetamol 4 x 70 mg bila demam
Nutrisi
- LLM 6 x 100 cc
- Diet lunak 1400 kkal/hari
- Kalau diare sudah baik, diet tinggi kalori
9
XI. Follow up
Tanggal Keadaan umum Keterangan 03 -01-2007
04-01-2007
05-01-2007
06-01-2007
07-01-2007
08-01--2007
TD: 100/70 mmHgRR: 25x/menitN : 110x/menitS : 36oC TD: 110/70 mmHgRR: 24x/menitN : 110x/menitS : 36oC
TD: 110/70 mmHgRR: 24x/menitN : 106x/menitS : 36oC
TD: 110/70 mmHgRR: 24x/menitN : 100x/menitS : 36oC
TD: 110/70 mmHgRR: 24x/menitN : 100x/menitS : 36oC
TD: 110/70 mmHgRR: 24x/menitN : 100x/menitS : 36oC
Mencret (+) 3x, Muntah (-)
Mencret (+) 5x, muntah(-)
Mencret (+) 5x, muntah(-)
Mencret (+) 4x, muntah(-)
Mencret (+)1x, muntah(-)
Mencret (+)1x, muntah(-)
10
Pembahasan Umum
DIARE
Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena
morbiditas dan mortalitasnya masih cukup tinggi. Anak dapat mengalami 10 – 15
episode diare dalam 5 tahun pertama kehidupannya, dimana 3 – 5 episode tersebut
terjadi dalam 1 tahun pertama kehidupannya. Sekitar 80 % kematian akibat diare
terjadi pada anak di bawah 2 tahun.
I. DEFINISI
Diare adalah defekasi encer lebih dari 4 kali sehari disertai atau tidak adanya
darah atau lendir dalam tinja pada neonatus, lebih dari 3 kali pada bayi berumur
lebih dari 1 bulan dan anak.
II. ETIOLOGI
A. Faktor Infeksi
a. Infeksi Enteral
Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utam diare pada anak.
Dapat disebabkan oleh :
- Infeksi bakteri : Enteropathogenic Eschericia Coli (EPEC)
Shigella
Salmonella
Vibrio Cholera
V. Paracholerae
Bakteri apatogen bila jumlahnya berlebihan
(Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, dll.)
- Infeksi virus : Rotavirus, Enterovirus (ECHO, Coxsaachie,
Poliomyelitis) dan Adenovirus
- Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides)
- Infeksi protozoa : E. Histolytica, giardia lambia, Trichomonas
hominis
11
- Infeksi jamur : Candida albicans
b. Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral adalah infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti OMA, tonsilofaringitis, bronkitis,
bronkopneumonia terutama pada bayi dan anak dibawah umur 2
tahun.
B. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorpsi Karbohidrat
- Disakarida (laktose, maltose dan sucrose intoleran)
- Monosakarida (glucosa, fructosa dan galaktosa intoleran)
Pada anak dan bayi yang terpenting dan tersering ahíla laktosa
intoleran
b. Malabsorpsi Lemak
c. Malabsorpsi Protein
C. Faktor Makanan
- Makanan basi
- Makanan beracun
- Makanan terlalu banyak zat lemak
- Sayur yang tidak dimasak atau kurang matang
D. Faktor Psikologik
- Rasa takut dan cemas dapat menimbulkan diare pada anak yang besar
tetapi jarang.
III.FAKTOR PREDISPOSISI
- Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan
- Menggunakan botol susu
- Menyimpan makanan pada suhu kamar
- Menggunakan air minum yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja
- Tidak mencuci tangan sesudah BAB, sesudah membuang tinja atau sebelum
memasak makanan
12
- Tidak membuang tinja dengan benar
- Kurang gizi
- Imunodefisiensi atau imunosupresi
IV. JENIS-JENIS DIARE
WHO mengklasifikasikan diare menjadi 4 jenis :
1. Diare cair akut
Terjadi secara akut.
Berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan terjadi kurang dari
7 hari)
Tidak disertai oleh darah dan lendir.
Mungkin disertai muntah dan panas.
Penyebab utama : Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik,
Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium dan vibrio
cholerae.
2. Disentri (Diare darah akut)
Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja.
Akibat penting disentri antara lain ialah anoreksia, penurunan berat
badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
Terjadi akibat infeksi Shigella, E. coli enteroinvasife, Salmonella atau
Campylobacter jejuni.Entamoeba histolytica menyebabkan disentri pada
anak.
Disentri sering menyebabkan komplikasi, waktu yang lebih lama dan
risiko tinggi terhadap kematian.
3. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang mula-mula bersifat akut namun
berlangsung lebih dari 14 hari.
Kehilangan berat badan yang nyata sering terjadi.
Volume tinja dapat dalam jumlah yang banyak, sehingga ada resiko
mengalami dehidrasi.
13
Tidak ada penyebab mikroba tunggal untuk diare persisten; E. coli
enteroaggregatife, Shigella, dan Cryptosporidium mungkin berperan
lebih besar daripada penyebab lain.
Diare persisten jangan dikacaukan dengan diare kronik, yakni diare
intermiten (hilang-timbul), atau yang berlangsung lama dengan penyebab
non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan
metabolisme yang menurun.
V. PATOGENESIS
Mekanisme dasar terjadinya diare :
1. Gangguan osmotik (diare osmotik)
Terjadi akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
(malabsorpsi karbohidrat dan atau lemak) yang akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya.
2. Gangguan sekresi
Terjadi akibat adanya rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus yang akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke
dalam rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnyaadapat menimbulkan diare.
Patogenesis diare akut
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung (HCL)
b. Jasad renik berkembang biak di dalam usus halus
c. Dikeluarkan toksin oleh bakteri (toksin diaregenik)
d. Hipersekresi cairan usus akibat toksin tersebut
14
Patogenesis diare kronis
Lebih kompleks, faktor yang menimbulkannya infeksi bakteri, parasit,
malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
VI. PATOFISIOLOGI
a. Kehilangan air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemi)
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
VII. GEJALA KLINIK
- Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat
- Nafsu makan berkurang atau tidak ada
- Tinja cair dan mungkin mengandung darah/lendir
- Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena tercampur dengan empedu
- Anus sekitarnya lecet dan tinja menjadi asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat hasil laktosa yang tidak dapat diabsorpsi usus
selama diare
- Muntah timbul sebelum atau sesudah diare
- Dehidrasi karena kehilangan banyak cairan dan elektrolit
- Berat badan menurun
- Turgor kulit berkurang
- Mata dan ubun-ubun besar jadi cekung
- Selaput lendir mulut dan bibir serta kulit kering
Dehidrasi dibagi atas :
1. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang
a. Dehidrasi ringan : kehilangan cairan <5% dari BB sebelum sakit
Kotoran cair (watery diarrhea)
Produksi urin (air seni) berkurang
Senantiasa merasa haus
Permukaan lapisan lendir (bibir, lidah) agak kering
15
b. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-10% dari BB sebelum sakit
Turgor (kekenyalan) kulit berkurang
Mata cekung
Permukaan lapisan lendir sangat kering
Ubun-ubun depan mencekung
c. Dehidrasi berat : kehilangan cairan >10% dari BB sebelum sakit
Tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah:
Denyut nadi cepat dan isinya kurang (hipotensi/tekanan darah
menurun)
Ekstremitas (lengan dan tungkai) teraba dingin
Oligo-anuria (produksi urin sangat sedikit, kadang tidak ada),
sampai koma
2. Tonisitas plasma
a. Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia)
Yaitu bila kadar natrium dalam plasma kurang dari 130
mEq/l, osmolaritas serum rendah (<275 mOsm/l), anak letargi,
kadang-kadang kejang.
b. Dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia)
Yaitu bila kadar natrium dalam plasma 130-150 mEq/l,
osmolaritas serum normal (275-295 mOsm/l), hipovolemia sebagai
akibat kehilangan banyak cairan ekstraseluler.
c. Dehidrasi hipertonik (dehidrasi hipernatremia)
Yaitu bila kadar natrium plasma lebih dari 150 mEq/l,
osmolaritas serum meningkat (>295 mOsm/l), sangat haus, anak
iritabel, dapat terjadi kejang terutama bila konsentrasi natrium lebih
dari 165 mEq/l.
VIII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan tinja (makroskopis, mikroskopis, pH dan kadar gula, kalau
perlu pemeriksaan biakan dan uji resistensi)
2. Pemeriksaan ASTRUP
3. Pemeriksaan kadar ureum-creatinin
16
4. Pemeriksaan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum)
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit.
IX. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi, yang dapat mengakibatkan diuresis berkurang (oliguri sampai
anuri)
2. Renjatan hipovolemik
3. Asidosis metabolik (tampak pucat, pernapasan kussmaul)
4. Hipokalemia
5. Hipoglikemia
6. Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus
7. Kejang, terutama dehidrasi hipertonik
8. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita
mengalami kelaparan
X. PENGOBATAN
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
Gastroenteritis akut disebabkan oleh infeksi pada saluran cerna
(gastrointestinal), terutama oleh virus, ditandai adanya diare dengan atau
tanpa mual, muntah, demam, dan nyeri perut. Prinsip utama
penatalaksanaan gastroenteritis akut adalah menyediakan cairan untuk
mencegah dan menangani dehidrasi. Penyakit ini umumnya sembuh
dengan sendirinya (self-limiting), namun jika tidak ditangani dapat
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang bisa mengancam
nyawa. Dehidrasi yang diakibatkan sering membuat anak dirawat di
RS.Terapi cairan yang diberikan harus mempertimbangkan tiga
komponen: rehidrasi (mengembalikan cairan tubuh), mengganti
kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan “maintenance”. Terapi
cairan ini berdasarkan penilaian derajat dehidrasi yang terjadi.
17
Penggantian Cairan pada Anak dengan Gastroenteritis
Derajat dehidrasi
(persentase kehilangan
berat badan/BB)
Cairan Rehidrasi Oral
(CRO)
Cairan intravena/infus
Ringan (< 5%) 50 ml/kg BB dalam 3 –
4 jam
Tidak
direkomendasikan
Sedang (5 - 10%) 100 ml/kg BB dalam 3
– 4 jam
Tidak
direkomendasikan
Berat ( > 10%) 100 – 150 ml/kg BB
dalam 3 – 4 jam (jika
masih mampu minum
CRO)
20 ml /kg, Bolus dalam
satu jam (NaCl atau
RL)
Kehilangan BB
berlanjut
10 ml/kg setiap habis
BAB atau muntah
10 ml/kg setiap habis
BAB atau muntah
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian
CRO dalam penatalaksanaan diare (gastroenteritis) pada anak dengan
dehidrasi derajat ringan-sedang. Penggunaan cairan infus hanya dibatasi
pada anak dengan dehidrasi berat, syok, dan ketidakmampuan minum lewat
mulut.
Terapi rehidrasi (pemberian cairan) oral (oral rehydration therapy) seperti
oralit dan Pedialyte® terbukti sama efektifnya dengan cairan infus pada
diare (gastroenteritis) dengan dehidrasi sedang
Keuntungan oralit pada diare dengan dehidrasi ringan-sedang adalah
mengurangi lamanya diare, meningkatkan (mengembalikan) berat badan
anak, dan efek samping lebih minimal dibandingkan cairan infus.
2. Dietetik (pemberian makanan)
Diare dan muntah merupakan gejala khas bagi penyakit gastrointestinal.
Diare mengurangi jumlah makanan yang dapat diserap oleh karena terdapat
transit time yang memendek. Lagipula adakalanya terdapat ekskresi air dan
mineral seperti natrium, kalium, klorida. Kehilangan zat demikian harus
dikembalikan secepatnya. Adakalanya gangguan pencernaan dan
18
penyerapan merupakan penyebab diare tersebut. Berbagai pemeriksaan
laboratorium harus dilakukan untuk mencari penyebabnya. Tergantung
pada diagnosanya, berbagai formula khusus yang beredar di Indonesia
dapat dipakai untuk menghentikan diarenya, seperti :
Penyakit Diet Nama Formula
Intoleransi laktosa Rendah/bebas laktosa LLM, Almiron,
Bebelac Fl, susu
kacang kedelai
Maldigesti protein Protein hidrolisat Nutramigen
Malabsorbsi lemak Lemaknya terutama
MCT
Portagen
Alergi protein susu
sapi
Protein kacang kedelai Prosobee, Nutri Soya,
Nursoy
Pada umumnya diet bagi penderita diare harus terdiri dari makanan yang
tidak mengandung banyak serat. Pada diare menahun, dokter harus
waspada terhadap menurunnya berat badan dan kemungkinan timbulnya
penyakit kekurangan. Diare yang berlansung lama dapat menyebabkan
gangguan absorbsi dan hilangnya berbagai elektrolit, vitamin, dan protein
yang harus secepatnya diperbaiki. Pada diare menahun disamping makanan
yang tidak mengandung banyak serat harus diperhatikan pula banyaknya
energi dan zat-zat gizi esensial untuk mempertahankan pertumbuhan yang
optimal.
3. Obat-obatan
Antibiotika dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak
ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan
diare dengan panas, kecuali pada :
- Disentri yang harus diobati dengan antimikroba yang efektif untuk
Shigella. Penderita-penderita yang tidak memberi respon dengan
pengobatan ini harus diteliti lebih lanjut atau diobati untuk
kemungkinan amoebiasis.
- Suspek kolera dengan dehidrasi berat.
- Diare persisten, bila ditemukan tropozoit atau kista G. Lamblia atau
tropozoit E. histolytica di tinja atau cairan usus, atau bila bakteri
usus patogen ditemukan dalam kultur tinja.
Anti-diare
19
Obat-obatan yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seprti
antipasmodik/spasmolitik atau opium, papaverin, extractum belladona,
kodein, morfin, dll justru akan memperburuk keadaan karena akan
menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus,
melipatgandakan bakteri, gangguan digesti dan absorbsi lainnya.
Absorben
Seperti kaolin, pectin, charcoal, (norit) dll telah dibuktikan tidak ada
manfaatnya.
XI. PENCEGAHAN
1. Upaya mencegah penyebaran kuman patogen
Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan
orofekal, seperti air, makanan, dan tangan yang tercemar. Upaya
pemutusan penyebaran kuman penyebab harus difokuskan pada cara
penyebaran ini.
Upaya yang terbukti efektif adalah :
Pemberian ASI saja pada bayi umur 4 – 6 bulan.
Menghindarkan penggunaan susu botol.
Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI (untuk mengurangi paparan asi dan perkembangbiakan bakteri)
Penggunaan air bersih untuk minum
Mencuci tangan (sesudah buang air besar dan membuang tinja bayi,
sebelum menyiapkan makanan atau makan).
Membuang tinja, terrmasuk tinja bayi, secara benar.
2. Cara-cara memperkuat daya tahan tubuh pejamu
Sejumlah faktor resiko diare yang sering dan berat menunjukkan
daya tahan tubuh yang turun. Cara-cara yang dapat diambil untuk
meningkatkan daya tahan tubuh yang berarti mengurangi resiko adalah:
Melaksanakan pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun pertama
kehidupan.
Memperbaiki status gizi (dengan memperbaiki nilai gizi makanan
pendamping ASI dan memberikan anak lebih banyak makanan)
Imunisasi campak.
20
PEMBAHASAN KHUSUS
1. Pasien didiagnosis diare cair akut dengan dehidrasi sedang, karena:
Riwayat buang-buang air lebih dari 10x sekitar ½ gelas aqua, cair, berbusa,
tidak ada lendir, tidak ada darah, tidak berbau amis.
Pasien juga ada muntah-muntah dan demam yang memperberat dehidrasinya.
Nafsu makan berkurang. Hal ini dapat menimbulkan Protein Calori
Malnutrition (PCM), dan mudah terinfeksi akibat kurangnya daya tahan
tubuh, sehingga memperberat dehidrasi.
BAK berkurang, penurunan berat badan 0,6 kg, mata cekung, turgor kulit
kurang merupakan tanda-tanda dari dehidrasi
Berdasarkan Tabel NCHS, keadaan gizi pasien ini kurang.
2. Terapi
Terapi cairan bertujuan untuk mengatasi dehidrasi dengan jalan intravena
merupakan yang terbaik untuk mengembalikan cairan dan elektrolit yang
telah keluar dengan tepat, dan dapat mencegah asidosis metabolik.
Pemberian susu LLM dapat mengurangi diare yang mungkin disebabkan
karena maldigesti protein.
Pemberian makanan tinggi kalori dengan kadar rendah serat untuk
mengurangi diare.
Pemberian antibiotik karena telah ada infeksi sekunder.
Pemberian antipiretik untuk mengobati demamnya.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja (makroskopis, mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga
ada intoleransi gula, kalau perlu pemeriksaan biakan untuk mencari kuman
penyebab dan uji resistensi terhadap antibiotika)
Pemeriksaan kadar ureum-creatinin untuk mengetahui faal ginjal
Pemeriksaan darah : darah lengkap, ASTRUP, elektrolit (natrium, kalium,
chlorida)
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen PPM & PLP. (1999). Pendidikan Medik Pemberantasan Diare (PMPD) Buku Ajar
Diare Pegangan Bagi Mahasiswa, Depkes RI, Jakarta, Hal 3-59.
2. Nelson. (1999). Ilmu Kesehatan Anak Vol I, Edisi 15, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, Hal 266-267.
3. Sutejo. (1981). Buku Kumpulan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Bagian I, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Cetakan Ketiga, Jakarta, Hal 333-337.
1. P. Solihin. (2003). Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Keempat, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Hal 236-237
2. http://www.sehatgroup.web.id/artikel/1433.asp
22