CA Mamae

29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan kematian. Dewasa ini tehnologi telah berkembang pesat dalam mendiagnosis dan menangani penyakit kanker sehingga beberapa pasien dengan kanker dapat sembuh dari penyakitnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa angka kematian akibat kanker masih tergolong tinggi. (Mattioli,2008 ). Di Indonesia sendiri, kanker menjadi penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, perinatal dan DM (Riskesdas, 2007 dalam Depkes, 2009). Secara nasional insiden kanker belum dapat diidentifikasi karena belum terdapat registrasi kanker secaranasional, tetapi dari beberapa pusat registrasi kanker di Indonesia terdapat sebanyak 23.310 kejadian kanker dan kanker payudara. (Haryono, 2012). Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara. Kanker payudara terutama menyerang wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada pria. Sebagian besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal). Beberapa kasus bermula di lobulu (kanker 1

description

asuhan keperawatan ca mammae

Transcript of CA Mamae

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangKanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan kematian. Dewasa ini tehnologi telah berkembang pesat dalam mendiagnosis dan menangani penyakit kanker sehingga beberapa pasien dengan kanker dapat sembuh dari penyakitnya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa angka kematian akibat kanker masih tergolong tinggi. (Mattioli,2008 ).Di Indonesia sendiri, kanker menjadi penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke, TB, hipertensi, cedera, perinatal dan DM (Riskesdas, 2007 dalam Depkes, 2009). Secara nasional insiden kanker belum dapat diidentifikasi karena belum terdapat registrasi kanker secaranasional, tetapi dari beberapa pusat registrasi kanker di Indonesia terdapat sebanyak 23.310 kejadian kanker dan kanker payudara. (Haryono, 2012).Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara. Kanker payudara terutama menyerang wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada pria. Sebagian besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal). Beberapa kasus bermula di lobulu (kanker lobular) dan sebagian kecil bermula di jaringan lain. (Cancer Helps, 2012).

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana asuhan keperawtan dari kanker payudara ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai karsinoma payudara.

1.3.2 Tujuan khusus

Diidentifikasi gambaran pemberian asuhan keperawatan (pengkajian, dignosa keperawatan, rencana intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan) klien kanker payudara.

1.4 Manfaat

Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien carsinoma mamae, serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan pada pasien carsinoma mamae.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kanker payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006). Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam jaringan susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).

2.2 Anatomi dan Fisiologi

2.2.1 Anatomi

1. Morfologi dan ruang lingkup

Kelenjar mamae wanita dewasa belum pernah melahirkan berupa benjolan berbentuk kerucut, wanita yang telah menyusui bentuknya cenderung menurun dan mendatar, kelenjar mamae wanita lanjut usia cenderung mengalami artrofi bertahap. Mamae kedua sisi berukuran serupa, tapi tidak harus simetri.

Kelenjar mamae wanita sebagian besar terletak di anterior otot pektoralis mayor, sebagian kecil dari bagian latero-inferiornya terletak di depan otot seratus anterior. Batas superior, inferior terletak diantara sela iga ke 2-6 atau ke 3-7, batas medial adalah linea parasternal, batas lateral adalah linea aksilaris anterior kadang kala mencapai linea aksilaris media. Beberapa kelenjar mamae memiliki kutub latero-superior berekstensi hingga fosa aksila, membentuk kauda aksilar dari kelenjar mamae, disebut juga eminensia aksilaris.

2. Struktur kelenjar mamaeSentrum dari kelenjar mamae adalah papila mmae, sekeklilingnya terdapat lingkaran areola mamae. Areola mamae memiliki banyak tonjolan kelenjar areolar, waktu menyusui dapat menghasilkan sebum yang melicinkan papila mamae. Kelenjar mamae memiliki 15-20 lobuli, tiap lobulus merupakan satu sistem tubuli laktiferi. Tiap sistem tubuli laktiferi berawal dari papila mamae tersusun memancar. Sistem tubuli laktiferi dapat dibgi menjadi sinus laktiferi, ampula duktus laktiferi, duktus laktiferi besar, sedang, kecil, terminal dan asinus serta bagian lainnya. Sebagian duktus besar menjelang ke papila saling beranastomosis. Maka jumlah pori muara duktus laktiferi lebih sedikit dari jumlah lobuli laktiferi. Dari pori duktus laktiferi hingga sinus laktiferi dilapisi epitel skuamosa berlapis. Dari distal sinus laktiferi hingga duktus besar di bawah areola dilapisi sel torak berlapis ganda. Selanjutnya berbagai tingkat duktus dilapisi satu lapis sel epitel torak, asinus dilapisi satu lapis sel epitel torak atau kubus. 3. Fasia yang berkaitan dengan glandula mamae

Glandula mamae terletak diantara lapisan superfisial dan lapisan profunda dari fasia superfisial subkutis. Serabut lapisan superfisisal fasia superfisial dan glandula mamae dihubungkan dengan jaringan serabut pengikat, yang disebut dengan ligamentu Cooper mamae. Jika ligamen ini terinvasi tumor hingga menyusut, di kulit bersangkutan akan timbul cekungan, secara klinis dikenal dengan tanda lesung. Posterior dari glndula mamae adalah lapisan profunda fasia superfisisal subkutis, di anterior fasia m. pertoralis mayor terdapat struktur yang longgar, disebut dengan celah poterior glandula mamae, maka glandula mamae dapat digerakkan bebas diatas permukaan otot pektoralis mayor. Jika tumor menginvasi fasia m. pektoralis mayor, mobilitasnya akan berkurang.

4. Pemasokan darah

Pasokan drah kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris, ramus perforata interkostales 1-4 dari arteri mamaria interna dan rumus perforata arteri interkostales 3-7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri torakalis superior, arteri torakalis akromial, arteri torakalis lateralis. Agak ke lateral arteri torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis.

Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mamaria interna atau vena superfisial leher. Yang perlu diperhatikan adalah, vena interkostales dan pleksus venosus vertebral saling berhubungan. Pleksus venosus vertebral tidak memiliki katup sehingga tekanannya rendah, merupakan jalur penting menghubungkan vena kava superior dan inferior. Sesuai perubahan tekann vena vertebral, darah di dalam vena vertebral sebelum bermuara ke vena kavaa dapat mengalir bolak-balik. Oleh karena itu, sel kanker mamae dapat melalui vena interkostal masuk ke sistem vena vertebral, dan sebelum masuk ke vena kava dapat mengalir ke segmen superior os femur, pelvis, vertebra, skapula, kranium dan tempat lain dan dapat membentuk metastasis. Secara klinis disebut metastasis interkostal-sistem vena vertebral.

5. Drainase limfe

Saluran limfe kelenjar mamae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar mamae, drainaenya terutama melalui:a. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfa fosa aksilaris.

b. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe mamaria interna.

Perlu diketahui bahw drainase limfe kelenjar mamae tidak memiliki batasan absolut, ditambah lagi terdapat anastomosis di antara mereka. Limfe bagian medial dapat mengalir ke kelenjar limfe fosa aksilaris, bagian lateral dapat mengalir ke kelenjar limfe mamaria interna. Tapi secara keseluruhan, kelenjar limfe fosa aksilaris menerima sekitar 75% dari drainase limfe kelenjar mamae, sedangkan kelenjar limfe mamaria interna hanya sekitar 20-25%. Selain itu, saluran limfe subkutis kelenjar mamae umumnya masuk ke pleksus limfatik subareolar. Jika drainasenya terhambat, dapat mengalir ke kelenjar mamae, kelenjar limfe fosa aksilaris, dinding abdomen dan subdiafragma kontralateral, dll.6. Persarafan

Kelenjar mamae dipersarafi oleh nervi interkostal ke 2-6 dan 3-4 rami dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan erat dengan terapi bedah adalah:

a. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m. pektoralis minor melintasi anterior vena aksilaris berjlan ke bwah masuk ke permukaan dalm m. pektoralis myor.

b. Nervus torakalis medialis. Kira-kir 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis, tidak melintasi vena aksilaris berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.

c. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pad dinding toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.d. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakialis. Berjalan bersama pembuluh darah subskapularis, mensarafi m. subskapularis, m. teres mayor.2.2.2 Fungsi Fisiologis

Fungsi faal dari kelenjar mamae adalah mensekresi susu, menyusui bayi. Fungsi lainnya adalah sebagai ciri seksual sekunder yang penting dari wanita, termasuk organ tanda seks yang penting. Kelenjar mamae merupakan target dari berbagai hormon. Peerkembangan, sekresi susu, dan fungsi lainnya hanya dipengaruhi sistem endokrin dan korteks serebri secara tak langsung. Perkembangan dan hiperplasia duktuli glandulae mamae terutama bergantung kepada hormon gonadotropin dan estrogen, sedangkan lobuli glandulae bergantung dari efek bersama dari progesteron dan estrogen dengan proporsi sesuai untuk dapat berkembang baik.

2.3 EtiologiEtiologi kanker mamae masih belum jelas, tapi data menunjukkan terdapat kaitan erat dengan faktor berikut:

2.3.1 Riwayat keluarga dan gen terkait karsinoma mamae

Penelitian menemukan pada wanita dengan saudara primer menderita karsinoma mamae, probabilitas terkena karsinoma mamae lebih tinggi 2-3 kali dibanding wanita tanpa riwayat keluarga. Penelitian dewasa ini menunjukkan gen utama yang terkait dengan timbulnya karsinoma mamae adalah BRCA-1 dan BRCA-2.2.3.2 Reproduksi

Henti haid lanjut dan siklus haid pendek merupakan faktor resiko tinggi terkena karsinoma mamae. Selain itu, yang seumur hidup tidak menikah atau belum menikah, partus pertama lebih dari 30 tahun dan setelah partus belum menyusui, berinsiden relatif tinggi.2.3.3 Kelainan kelenjar mamae

Penderita kistadenoma mamae hiperplastik berat berinsiden lebih tinggi. Jika satu mamae sudah terkena kanker, mamae kontralateral resikonya meningkat.2.3.4 Penggunaan obat di masa lalu

Penggunaan jangka panjang hormon insidennya lebih tinggi. Terdapat laporan penggunaan jangka panjang reserpin, metildopa, analgesik htrisiklik, dll dapat menyebabkan kadar prolaktin meningkat yang beresiko karsinogenik bagi mamae.

2.3.5 Radiasi pengion

Kelenjar mamae relatif lebih peka terhadap radiasi pengion, paparan berlebih menyebabkn peluang kanker lebih tinggi.

2.3.6 Diet dan gizi

Berbagai studi kasus menunjukkan diet tinggi lemak dan kalori berkaitan langsung dengan timbulnya karsinoma mamae. Terdapat dta menunjukkan orang yang gemuk sesudah usia 50 tahun berpeluang lebih besar terkena kanker mamae. Terdapat laporan, bahwa minum bir dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, wanita yang setiap hari minum bir lebih dari 3 kali beresiko karsinoma mamae meningkat 50-70%. Penelitian lain menunjukkan diet tinggi selulosa, vitamin A dan protein kedelai dapat menurunkan insiden karsinoma mamae.

2.4 Jalur Penyebaran

2.4.1 Invasi lokal

Kanker mamae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke dinding toraks.

2.4.2 Metastasis kelenjar limfe regional

Metastasis tersering karsinoma mamae adalah ke kelenjar limfe aksila. Data di China menunjukkan mendekati 60% pasien kanker mamae pada konsultasi awal menderita metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi. Kelenjar limfe mamaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting. Metastasis kelenjar limfe aksila maupun kelenjar limfe mamaria interna dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supraklavikular.2.4.3 Metastasis hematogen

Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah, juga dapat langsung menginvasi masuk ke pembuluh darah (melalui vena kava atau sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil autopsi menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tilang, hati, pleura dan adrenal, dll.

2.5 Manifestasi Klinis

2.5.1 Massa tumor

Sebagian bermanifestasi sebagai massa mamae yang tidak nyeri, sering kali ditemukan secara tak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara jelas.

2.5.2 Perubahan kulit

1. Tanda lesung

Ketika tumor mengenai ligamen glandula mamae, ligamen itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung yang disebut tanda lesung.2. Perubahan kulit jeruk (peau d orange)

Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan oedema kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk. 3. Nodul satelit kulit

Ketika sel kanke di dalam vasa limfatik subkutis masing-masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapt muncul banyak nodul tersebar.

4. Invasi, ulserasi kulit

Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik yang disebut tanda kembang kol.

5. Perubahan inflamatorik

Secara klinis disebut karsinoma mamae inflamatorik, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah bengkak, mirip peradangan yang disebut tanda peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau laktasi.

2.5.3 Perubahan Papila Mamae

1. Retraksi, distorsi papila mamae:umumnya akibat tumor menginvasi jaringan subpapilar.

2. Sekret papilar (umumnya sanguineus): sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar atau tumor mengenai duktus besar.

3. Perubahan eksematoid: marupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid (penyakit Paget). Klinis tampak areola, papila mamae tererosi, berkrusta, sekret, deskuamasi, sangat mirip eksim.

2.5.4 Pembesaran kelenjar limfe regional

Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multipel. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian kecil pasien kanker mamae hanya tampil dengan limfadenopati aksilar tapi tak teraba massa mamae.

2.6 Diagnosis

2.6.1 Anamnesis

Harus mencakup status haid, perkawinan, partus, laktasi, dan riwayat kelainan mamae sebelumnya, riwayat keluarga kanker, fungsi kelenjar tiroid, penyakit ginekologik, dll. Dalam riwayat penyakit sekrang terutama harus diperhatikan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan, dan hubungan dengan haid, dll.

2.6.2 Pemeriksaan fisik

Mencakup pemeriksaan fisik menyeluruh dan pemeriksaan kelenjar mamae.

1. Inspeksi

Amati ukuran, kesimetrian kedua mamae, perhatikan apakah ada benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan, kemerahan, oedema, erosi, nodul satelit, dll). Perhatikan kedua papila mamae apakah simetri, ada retraksi, distorsi, erosi, dan kelainan lain.

2. Palpasi

Umumnya dalam posisi berbaring. Waktu periksa rapatkan keempat jari, gunkan ujung dan perut jari berlawanan jarum jam atau searah jarum jam, palpasi lembut dan dilarang meremas mamae. Kemudian pijat areola mamae dan papila mamae dengan lembut, lihat apakah keluar sekret. Jika terdapat tumor, harus secara rinci periksa dan catat lokasi, ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan mobilitas, nyeri tekan, dll dari massa tumor tersebut. Ketika memeriksa apakah tumor melekat ke dasarnya, harus meminta lengan pasien sisi lesi bertolak pinggang, agar m. pektoralis mayor berkerut. Jika tumor dan kulit atau dasar melekat, mobilitas terkekang, kemungkinan kanker sangat besar. Jika terdapat sekret papila mamae, harus membuat sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi duduk. Ketika memeriksa aksila kanan, dengan tangan kiri topang siku kanan pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh fosa aksila secara berurutan. Dan sebaliknya ketika memeriksa fosa aksila kiri.2.6.3 Pemeriksaan penunjang

1. Mamografi

Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mamae yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisa diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnosis sebesar 80%.2. USG

Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat membedakan dengan sangat baik tumis kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar diagnosis yang sangat baik.

3. MRI mamae

Karena tumor mamae mengandung densitas mikrovaskular (MVD = microvascular density) abnormal, MRI mamae dengan kontras memiliki sensitivitas dn spesifitas tinggi dalam diagnosis karsinoma mamae stadium dini. Tapi pemeriksan ini cukup mahal, sulit digunakan meluas, hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding terhadap mikrotumor.

4. Pemeriksaan laboratorium

Saat ini belum ada pertanda tumor spesifik untuk kanker mamae. CEA memiliki nilai positif bervariasi 20-70%, antibodi monoklonal CA15-3 aangka positifnya 33-60%, semuanya dapat dijadikan referensi diagnosis dan tindak lanjut klinis.

5. Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus

Metode ini aman, sederhana, akurasi mencapai lebih dari 90%. Data menunjukkan pungsi aspirasi jarum tidak mempengaruhi terapi.

6. Pemeriksaan histologik pungsi jarum mandrin

Pemeriksaan ini memiliki kelebihan sederhana dan aman seperti pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus, juga ketepatan histologik biopsi eksisi, serta dapat dibuat pemeriksaan imunohistologi yang sesuai. Pemeriksaan ini luas dipakai di klinis, khususnya sesuai bagi pasien yang diberik kemoterapi neoadjuvan.

7. Pemeriksaan biopsi

Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan biopsi eksisi. Di rumah sakit yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan potong beku saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk karsinoma mamae yang dapat dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk menghindari penyebaran iatrogenik tumor. Terhadap kasus stadium lanjut dengan luka ulseratif boleh dilakukan biopsi jepit.BAB 3PEMBAHASAN3.1 Pengkajian1. Pengumpulan data, merupakan pengumpulan informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan.2. Sumber data, dapat melalui klien sendiri, keluarga klien dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.3. Biodata (identitas klien, nama, umur, jeniskelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat).4. Riwayat keluhan utamaMeliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri5. Riwayat penyakit dahuluApakah klien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.6. Pengkajianfisika. Keadaan umum

b. Tingkah laku

c. BB dan TB

d. Pengkajian head to toe7. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan darah, biasanya Hb menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.

b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ada ureum dan kreatinin yang meningkat.

c. Tes diagnostic, dilakukansinar X ultrasonografi, xeroradiagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormone.3.2 Diagnosa1. Nyeri berhubungan adanya penekanan massa tumor.2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

6. Gangguan pemenuhan kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat3.3 Intervensi KeperawatanGangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

Tujuan: nyeri teratasi

Kriteri hasil: klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, nyeri tekan tidak ada, ekspresi wajah tenang, luka sembuh dengan baik.

IntervensiRasional

Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh kien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.

Beri posisi yang nyaman.Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.

Ukur tanda-tanda vital.Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.

Penatalaksanaan pemberian analgetik.Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga nyeri tidak dipersepsikan.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

Tujuan: klien dpat beraktivitas.

Kriteria hasil: klien dapat beraktivitas sehari-hari, peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.

IntervensiRasional

Latihan rentang gerak pasif seseger mungkin.Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak.

Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.

Bantu mbulasi dan dorong memperbaiki postur.Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan postur.

Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

Tujuan: kecemasan dapat berkurang.

Kriteria hasil: klien tampak tenang, klien mau berpartisipasi dalam program terapi.

IntervensiRasional

Dorong klien untuk mengekspresikan kecemasannya.Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.

Diskusikan tanda dan gejala depresi.Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur.

Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.

KriteriaHasil : Klien tidak malu dengan keadaan dirinya, Klien dapat menerima efek pembedahan.

Intervensi Rasional

Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.

Tinjau ulang efek pembedahanBimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.

Berikan dukungan emosi klien.klien bisa menerima keadaan dirinya.

Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.Klien dapat merasa masihada orang yang memperhatikannya.

Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

Tujuan :Tidak terjadi infeksi.

Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi, luka dapat sembuh dengan sempurna.

IntervensiRasional

Kaji adanya tanda-tanda infeksi.Untuk mengetahui secara dini adanya tanda-tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.

Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptikUntuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.

Penatalaksanaan pemberian antibiotikMenghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : nafsu makan meningkat, klien tidak lemah, Hb normal (12 14 gr/dl).

IntervensiRasional

Kaji pola makan klienUntuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan selanjutnya.

Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.

Dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit.

Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.Agar menambah nafsu makan pada waktu makan.

Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.Sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga.

Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klienPartisipasi keluarga dapat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.

3.4 ImplementasiImplementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siapun untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon spasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalamtahap proses keperawatan berikutnya

3.5 EvaluasiTahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien kearah pencapaian hasil.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006). Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam jaringan susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).4.2 Saran

Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang konsep dasar dan Asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit CA mammae.

DAFTAR PUSTAKA

Wan, Desen. 2011. Buku Ajar Onkologi Klinis, Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUIDoenges M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGCSjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGCDixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Jakarta: Dian Rakyat.19