BLOK 17 Ikterus

download BLOK 17 Ikterus

of 16

Transcript of BLOK 17 Ikterus

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    1/16

    1

    BERADONA

    10-2009-011

    Kelompok C2

    IKTERUS FISIOLOGIS

    UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

    FAKULTAS KEDOKTERANJln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

    PENDAHULUAN

    Ikterus neonatorum (Ikterus: kuning , Neonatorum: bayi baru lahir)adalah kondisi munculnya

    warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin (pigmenempedu) pada kulit dan selaputmata sebagai akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah

    (disebut jugahiperbilirubinemia). Warna kekuningan pada bayi baru lahir

    umumnyamerupakan kejadian alamiah (fisologis), namun adakalanya menggambarkansuatu

    penyakit (patologis). Bayi berwarna kekuningan yang alamiah(fisiologis) atau bukan karena

    penyakit tertentu dapat terjadi pada 25% hingga50% bayi baru lahir cukup bulan (masa

    kehamilan yang cukup), dan persentasenya lebih tinggi pada bayi prematur.Ikterus adalah gambaran

    klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit danmukosa karena adanya deposisi produk akhir

    katabolisme hem yaitu bilirubin.Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila

    konsentrasi bilirubinserum lebih 5 mg/dL. Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar

    bilirubindalam darah >13 mg/dL.

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    2/16

    2

    ISI

    A. ANAMNESISAnamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara.Anamnesis dapat

    dilakukan langsung kepada pasien, yang disebutautoanamnesis, atau dilakukan terhadap orang

    tua, wali, orang yang dekatdengan pasien, atau sumber lain, disebut sebagai

    aloanamnesis. Termasuk didalam aloanamnesis adalah semua keterangan dokter yang

    merujuk, catatanrekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari

    pasiennyasendiri. Oleh karena bayi dan sebagian besar anak belum dapat memberikanketerangan,

    maka dalam bidang kesehatan anak aloanamnesis mendudukitempat yang jauh lebih penting dari pada

    autanamnesis.1Yang perlu dilakukan pada anamnesis pada anak adalah sebagai berikut:

    1. Identitas : Nama (+ nama keluarga) Umur/ usia Jenis kelamin Nama orang tua Alamat Umur/ pendidikan/ pekerjaan orang tua Agama dan suku bangsa

    2. Riwayat penyakit :Keluhan utama Keluhan/ gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat Tidak harus sejalan dengan diagnosis utama

    3. Riwayat perjalanan penyakit : Cerita kronologis, rinci, jelas tentang keadaan pasien sebelum ada keluhan sampai dibawa

    berobat

    Pengobatan sebelumnya dan hasilnya (macam obat dll) Tindakan sebelumnya (suntikan, penyinaran) Reaksi alergi Perkembangan penyakit gejala sisa/ cacat Riwayat penyakit pada anggota keluarga, tetangga

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    3/16

    3

    Riwayat penyakit lain yg pernah diderita sebelumnya4. Hal - hal yang perlu ditanyakan tentang keluhan / gejala :

    Lama keluhan Mendadak, terus-menerus, perlahan-lahan, hilang timbul, sesaat Keluhan lokal: lokasi, menetap, pindah-pindah, menyebar Bertambah berat/ berkurang Yang mendahului keluhan Pertama kali dirasakan/ pernah sebelumnya Keluhan yang sama adalah pada anggota keluarga, orang serumah,sekelilingnya Upaya yang dilakukan dan hasilnya

    Anamnesis ikterus pada riwayat onstetri sebelumnya sangat membantu dalam

    menegakan diagnosis hiperbilirubnemia pada bayi. Termasuk anamnesis mengenai

    riwayat inkompabilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapisinar pada bayi

    sebelumnya. Disamping itu faktor risiko kehamilan dan persalinan juga berperan dalam

    diagnosis dini ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi. Faktor risiko itu antara lain adalah

    kehamilan dengan komplikasi, obatyang diberikan pada ibu selama hamil/persalinan,

    kehamilan dengan diabetesmellitus, gawat janin, malnutrisi intrauterine, infeksi

    intranatal, dan lain-lain

    B. PEMERIKSAAN FISIKSecara klinis ikterus pada neonarus dapat dilihat segera setelah lahir atau

    beberapa hari kemudian, dengan mengamati ikterus ini pada siang hari dengan lampu

    sinar yang cukup. Ikterus akna terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak

    terlihat dengan penerangan yang kurang terutama pada neonatus yang kulitnya gelap.

    Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar.

    Salah satunya cara pemeriksaan derajat kuning pada neonatus secara klinis sederhana

    dan mudah yaitu dengan penilaian menurut kramer. Caranya dengan jari telunjuk

    ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada,

    lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Waktu

    timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    4/16

    4

    penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan

    penyebab ikterus tersebut.2

    C. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan Coombs Direk

    Anak : Negatif Pemeriksaan

    Coombs direk (antiglobulin) mendeteksi antibodi-anyibodiyang lain dari grup ABO, yang

    bersatu dengan sel darah merah.

    Sel darah merah dapat diperiksa dan jika sensitive terjadi reaksi aglutinasi.Pemeriksaan

    Coombs positif menunjukan adanya antibodi pada sel-seldarah merah, tetapi pemeriksaan ini

    tidak mendeteksi antibodi yang ada.

    Masalah-masalah klinisPositif (+1 sampai +4) : Eritroblastosis fetalis, anemia hemolitik

    (autoimunatau obat-obatan), reaksi hemolitik transfusi (darah inkompatibel), leukemia

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    5/16

    5

    Masalah-masalah klinis

    Positif (+1 sampai +4) : darah pencocokan silang inkompatibel, antibodyyang spesifik

    (transfuse sebelumnya), antibody anti-Rh, anemia hemolitik didapat.

    Obat-obat yang dapat meningkatkan Coombs indirek

    Sama seperti Coomb direk.

    Prosedur

    Ambil 7ml darah vena dan masukan dalam tabung tertutup merah Tidak perlu pembatasan makan atau cairan.

    3. Pemeriksaan bilirubinDalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk.

    Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisihantara bilirubin total dan bilirubin direk.

    Metode pengukuran yangdigunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang

    mengukur intensitas warna azobilirubin.

    Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin

    yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalamikerusakan neurologis permanen

    yang lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa

    mencapai 12 mg/dl; kadar yangmenimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik kerap

    nampak jikakadar bilirubin mencapai > 3 mg/dl. Kenikterus timbul karena bilirubinyang

    berkelebihan larut dalam lipid ganglia basalis.Nilai Rujukan

    Dewasa : total : 0.1 1.2 mg/dl, direk: 0.1 0.3 mg/dl, indirek: 0.1 1.0mg/dl

    Anak : total : 0.2 0.8 mg/dl, indirek: sama dengan dewasa.

    Bayi baru lahir : total : 1 12 mg/dl, indirek: sama dengan dewasa.

    Masalah Klinis

    Bilirubin Total, Direk

    Peningkatan kadarIkterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati,mononucleosis

    infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson.Pengaruh obat : antibiotic

    (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,

    tetrasiklin), sulfonamide, obatantituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid),

    alopurinol, diuretic(asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    6/16

    6

    (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam,indometasin,

    metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid,kontrasepsi oral, tolbutamid,

    vitamin A, C, K.

    Penurunan kadarAnemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin,

    kafein dalam dosis tinggi.

    Bilirubin Total, indirek

    Peningkatan kadarEritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria, anemia pernisiosa,

    septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosisterdekompensasi, hepatitis.

    Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin(lihat biliribin total, direk).

    Penurunan kadarPengaruh obat (lihat bilirubin total, direk).

    D. DIAGNOSIS1. Working Diagnosis

    Ikterus FisiologisIkterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa

    karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara

    klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5

    mg/dL. Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin tidak langsung dalam kulit

    mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga.

    2. Diagnosis Defferential Sepsis

    Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan bayi tampak lesu, tidak kuat

    menghisap, denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya naik-turun, gangguan

    pernafasan, kejang, jaundice (sakit kuning) dan muntah.

    Mekanisme terjadinya sepsis meliputi:

    - Antenatal : paparan terhadap mikroorganisme dari ibu (infeksi ascendingmelalui cairan amnion, adanya paparan terhadap mikroorganisme dari traktur

    urogenitalis ibu atau melalui penularan transplasental).

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    7/16

    7

    - Selama persalinan : trauma kulit dan pembuluh darah selama persalinan atautindakan obstetric yang invasive.

    - Postnatal : adanya paparan yang meningkat postnatal (mikroorganisme darisatu bayi ke bayi yang lain, ruangan yang terlalu penuh dan jumlah perawat

    yang kurang), adanya portal kolonisasi dan invasi kuman melalui umbilicus,

    permukaan mukosa, mata dan kulit.

    PolisitemiaPolisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah

    merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.

    Polisitemia menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya

    kecepatan aliran darah kerika darah melalui pembuluh yang kecil. Jika

    penyakitnya berat, bisa menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam

    pembuluh darah. Kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan, bayi tampak

    lemas, pernafasannya cepat, reflex menghisapnya lemah dan denyut jantungnya

    cepat.

    E. ETIOLOGIPeningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena

    hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih

    pendek, fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil

    transferase, UDPG/T dan ligand dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan

    bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi. Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih

    berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien.

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    8/16

    8

    F. EPIDEMIOLOGIDi Amerika Serikat, dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65%

    mengalami ikterus. Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998

    menemukan sekitar 75% bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama.

    Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan.

    Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan

    Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus pada

    bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan

    kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan. RS Dr. Sardjito

    melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5

    mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dL. Pemeriksaan dilakukan

    pada hari 0, 3 dan 5. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari, didapatkan ikterus

    dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan. Sedangkan pada

    bayi kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95% dan

    56% bayi. Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (8,5%) dari 1509

    neonatus yang dirawat dengan 24% kematian terkait hiperbilirubinemia.3

    Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr. Kariadi Semarang, di mana insidens

    ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 13,7%, 78% di antaranya merupakan ikterus

    fisiologis dan sisanya ikterus patologis. Angka kematian terkait hiperbilirubinemia

    sebesar 13,1%. Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar

    12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%.

    Insidens ikterus neonatorum di RS Dr. Soetomo Surabaya sebesar 30% pada tahun 2000

    dan 13% pada tahun 2002. Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan

    oleh cara pengukuran yang berbeda. Di RS Dr. Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai

    berdasarkan kadar bilirubin serum total > 5 mg/dL; RS Dr. Sardjito menggunakan

    metode spektrofotometrik pada hari ke-0, 3 dan 5 ;dan RS Dr. Kariadi menilai ikterus

    berdasarkan metode visual.

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    9/16

    9

    G. FAKTOR RESIKOFaktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:

    1. Faktor Maternal

    Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh) Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik. ASI

    2. Faktor Perinatal

    Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

    3. Faktor Neonatus

    Prematuritas Faktor genetik Polisitemia Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol) Rendahnya asupan ASI Hipoglikemia Hipoalbuminemia

    H. PATOFISIOLOGISPada ikterus fisiologis masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau

    Rh atau golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau peningkatan kadar bilirubin cepat,

    misalnya melebihi 5mg%/24 jam. Defisiensi enzim G6PD juga mungkin polisitemia

    (hemolisis, perdarahan tertutup seperti perdarahan subaponeurosis, perdarahan hepar

    subkapsuler dan lain-lain), hipoksia seperti sferositosis, eliptositosis, dan lain-lain.

    Dehidrasi asidosis, defisiensi enzim eritrosit lainnya.

    Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum,

    namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus

    fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin

    serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    10/16

    10

    mg/dL, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat

    muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi < 2

    mg/dL.4

    Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk

    akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi.

    Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75% berasal dari penghancuran

    eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme

    lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase. Metabolisme bilirubin

    meliputi pembentukan bilirubin, transportasi bilirubin, asupan bilirubin, konjugasi

    bilirubin, dan ekskresi bilirubin.

    Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan

    bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam sel hati,

    dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan direduksi menjadi

    bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan

    hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut. Pembentukan bilirubin yang terjadi di

    sistem retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan

    dengan albumin. Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air

    dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada albumin

    bersifat nontoksik.

    Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit,

    albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer melalui

    sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein

    ikatan sitotoksik lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang

    tak terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.3,4

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    11/16

    11

    Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan

    bilirubin.

    Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang

    larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate

    glucoronosyl transferase (UDPG-T). Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam

    kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan

    kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya.

    Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke dalam

    kandung empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan diekskresikan melalui feces.

    Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung dapat

    diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim

    beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran

    cerna dan kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik.

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    12/16

    12

    Metabolisme bilirubin pada neonatus

    I. GEJALA KLINIKIkterus dapat ditemukan pada saat lahir atau dapat timbul setiap saat

    selama periode neonatal, tergantung pada keadaan yang bertanggung jawab. Intesitas

    ikterus tidak mempunyai hubungan klinis, dengan derajat hiperbilirubinemia, terutama

    pada bayi yang sedang mendapatkan fototerapi. Oleh karena itu penentuan bilirubin harus

    dilakukan pada semua bayi yang ikterus. Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin tidak

    langsung dalam kulit mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau

    jingga; sedangkan ikterus obstruksi (bilirubin langsung) memperlihatkan warna kuning

    kehijau-hijauan atau kuning kotor. Perbedaan ini hanya dapat ditemukan pada ikterus

    yang berat.5

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    13/16

    13

    Ciri-ciri bayi kuning yang patut diwaspadai:

    - Terlihat kuning pada bagian putih bola mata si bayi.- bila kulitnya ditekan beberapa detik akan terlihat warna kekuning-kuningan.- Tidak aktif, cenderung lebih banyak tidur, suhu tubuh tidak stabil(naik-turun), dan malas

    menyusu.

    - Urin berwarna gelap (coklat tua seperti air teh)- Tubuh menguning berkepanjangan lebih dari satu minggu- Fesesnya tidak kuning, melainkan pucat (putih kecoklatan sepertidempul).

    J. PENATALAKSANAANBayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat,

    aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya

    kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan

    beberapa cara berikut:

    Minum ASI dini dan sering Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol

    lebih cepat (terutama bila tampak kuning).

    Terapi sinar (foto terapi)Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan.

    Misalnya, obat phenobarbitalatau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-

    sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-

    obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan

    bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan

    dengan terapi lain, sepertifototerapi.Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan dihentikan. Efek

    sampingnya adalah mengantuk.. Akibatnya, bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI

    sehingga dikhawatirkan terjadikekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan

    bilirubin. Disamping itu manfaat atau efek dari pemberian obat biasanya terjadi setelah3 hari

    pemberian obat. Sehingga, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihanutama untuk menangani

    hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi sikecil sudah bisa ditangani.6

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    14/16

    14

    K. PENCEGAHAN1. ibu harus menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari

    pertama.

    2. Pemeriksaan golongan darahSemua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus

    serta menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani

    pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk

    melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu

    adalah O dengan Rh-positif, perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat. Jika darah

    bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.

    L. PROGNOSISBaik

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    15/16

    15

    KESIMPULAN

    Penanganan ikterus neonatorum sangat tergantung pada saat terjadinya ikterus, intensitas

    ikterus (kadar bilirubin serum), jenis bilirubin, dan sebabterjadinya ikterus. Untuk mendapat

    pegangan yang baik, pengobatan dan pemeriksaan-pemeriksaan yang perlu dilakukan didasarkan

    pada haritimbulnya ikterus dan naiknya kadar bilirubin serum.

  • 7/31/2019 BLOK 17 Ikterus

    16/16

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Rudolph AM. 2006. Buku ajar pediatrik rudolph. 20nd ed. Jakarta: EGC.2. Manuaba IBG, Chandranita IA. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC.3. Berhan R, Kliegman R. 2010. Nelson esensi pediatri. 4nded. Jakarta: EGC.4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. 4nd ed. Jakarta:

    Infomedika Jakarta.

    5. Hull D, Johnston D. 2008. Dasar-dasar pediatri. 3nd ed. Jakarta: EGC.6. Hoffbrand A.V, Pettit J.E, Moss P.A.H. 2005. Kapita selekta hematologi. 4nd ed. Jakarta:

    EGC.