ASKEP DERMATITIS ada pathway.doc

45
ASKEP DERMATITIS Kasus Seorang remaja putra datang ke klinik dengan keluhan gatal dan merah dan terdapat krusta pada daerah kulit yang kemerahan. Pasien didiagnosa dermatitis dan oleh dokter ia hanya diberi zalf kortikosteroid. 1. Bagaimana manifestasi klinis pasien dermatitis ? 2. Bagaimana managemen pasien dengan dermatitis ? 3. Apa tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder ? 4. Berapa lama pasien dapat pulih dari penyakitnya ? ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengertian Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur– unsur fisik, kimia atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas. B. Etiologi Zat – zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melalui 2 cara yaitu :

description

keperawatan

Transcript of ASKEP DERMATITIS ada pathway.doc

ASKEP DERMATITIS

Kasus

Seorang remaja putra datang ke klinik dengan keluhan gatal dan merah dan terdapat

krusta pada daerah kulit yang kemerahan. Pasien didiagnosa dermatitis dan oleh dokter ia hanya

diberi zalf kortikosteroid.

1. Bagaimana manifestasi klinis pasien dermatitis ?

2. Bagaimana managemen pasien dengan dermatitis ?

3. Apa tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder ?

4. Berapa lama pasien dapat pulih dari penyakitnya ?

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengertian

Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap

unsur– unsur fisik, kimia atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering

bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif

atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu,

ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.

B. Etiologi

Zat – zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melalui 2 cara yaitu :

Iritasi ( dermatitis iritan )

Reaksi alergi ( dermatitis kontak alergika ) Sabun detergen dan logam – logam

tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali digunakan.

Penyebab dermatitis kontak alergika

o Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku, deodorant, pelemban lotion sehabis

bercukur, parfum, tabir surya.

o Senyawa kimia ( dalam perhiasan ) : nikel

o Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat ) racun pohon ek, sejenis rumput liar,

primros.

o Obat – obat yang terkandung dalam kritim kulit : antibiotic ( penisilin, sulfonagnid,

neomisin ), autihistamin ( defenhidramin )

o Zat kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian.

C. Manifestasi Klinik

Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :

Gatal – gatal

Rasa terbakar

Lesi kulit ( vesikel )

Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret 

Pembentukan krusta serta akhirnya mengering dan mengelupas kulit.

Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan pigmentasi.

Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami ekskoriasis karena

digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika erupsinya tersebar

luas.

Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan bergantung pada keparahan dermatitis.

Dermatitis kontak umumnya mempunyai gambaran klinis dermatitis, yaitu terdapat efloresen

si kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis kontak iritan umunya mempuny

ai ruam kulit yang lebih bersifat monomorf dan berbatas lebih tegas dibandingkan dermatitis

kontak alergik.

1. Fase akut.

Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya kontak dengan bahan

penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat.

Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema dan edema, sedang pada yang berat selain

eritema dan edema yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan

terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan

subyektif berupa gatal.

2. Fase Sub Akut

Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka proses akut

akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini akan terlihat eritema, edema ringan, vesikula,

krusta dan pembentukan papul-papul.

3.Fase Kronis

Dermatitis jenis ini dapat primer atau merupakan kelanjutan dari fase akut yang hilang timbul

karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung simetris, batasnya kabur, kelainan kulit

berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi,

krusta serta eritema ringan. Walaupun bahan yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk

kronis ini sulit sembuh spontan oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain yang

tidak dikenal.

Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu :

a. Dermatititis kontak iritan akut.

Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas,

eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbata

s tegas. Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia

yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin, antralin, asam fluorohidrogena

t, sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24

jam atau lebih. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang

terbang pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok

harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan

nekrosis.

Dermatitis kontak iritan kronis atau dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak

dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma

mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun,

pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh

karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat

menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu.

Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-

tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting.

Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering

ditemukan.

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal

(hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung

akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci

yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya

berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita.

Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. Banyak pekerjaan

yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif,

misalnya : mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel

dan berkebun.

Dermatitis Kontak Alergi

Selain berdasarkan fase respon peradangannya, gambaran klinis dermatitis kontak alergi

juga dapat dilihat menurut predileksi regionalnya. Hal ini akan memudahkan untuk

mencari bahan penyebabnya.

1. Tangan

Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya

pada ibu rumah tangga. Demikian pula dermatitis kontak akibat kerja paling banyak

ditemukan di tangan. Sebagian besar memang disebabkan oleh bahan iritan. Bahan

penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen dan pestisida.

2.Lengan

Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung

tangan karet, debu semen dan tanaman. Di aksila umumnya oleh bahan pengharum.

3.Wajah

Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan bahan kosmetik, obat topikal, alergen

yang ada di udara, nikel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau sekitarnya mungkun

disebabkan oleh lipstik, pasta gigi dan getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata

dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, perona mata dan obat mata.

4.Telinga

Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab lainnya seperti obat topikal, tangkai

kaca mata, cat rambut dan alat bantu pendengaran.

5.Leher dan Kepala

Pada leher penyebabnya adalah kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari),

parfum, alergen di udara dan zat warna pakaian. Kulit kepala relative tahan terhadap

alergen kontak, namun dapat juga terkena oleh cat rambut, semprotan rambut, sampo atau

larutan pengeriting rambut.

6.Badan

Dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa ), plastik

dan deterjen.

7.Genitalia

Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita dan alergen

yang berada di tangan.

8.Paha dan tungkai bawah

Disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal

(anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, sandal dan sepatu.

D. Klasifikasi dermatitis

a. Dermatitis foto kontak

Dermatitis ini merupakan reaksi iritasi / alergi yang terjadi pada daerah yang terpajan

sinar matahari. Keluhan pasien yang mengalami inflamasi ini adalah rasa gatal dan pedih.

Biasanya terjadi di wajah, lengan dan tempat lain yang terkena sinar matahari.

Pada pemeriksaan fisik, nampak lesi eksematosa,esikel, bulla, skuama, krusta,

eksimatosa, dan lesi kronik ( likenifikasi ).

b. Dermatitis atopik

Dermatitis atopik adalah penyakit yang sangat spesifik yang diakibatkan oleh ambang

rendah yang ditetapkan secara genetik terhadap pruritus dan dikarakteristikkan oleh gatal

yang intens. Peradangan kulit dengan penyebab endapan endogen.Terdapat pada individu

yang mempunyai Ig E dalam darah dengan kadar tinggi. Hal ini disebabkan oleh

hipersensitivitas bawaan.

Bentuk dermatitis atopik

a) Dermatitis atopik / infantil

Umur 2 bulan – 2 tahun ( 2 minggu )

Lesi : eritema, vesikel, papul bergerombol yang terdapat pada pipi, lengan, dahi,

dan terdapat secara simetris

Sifat hhilang timbul ( kambuhan )

b) Dermatitis atopik pada anak – anak

Sebagai lanjutan dari dermatitis infantil diselingi ehat beberapa tahun

Umur : 3 tahun – 10 tahun

Lesi : gerombolan papul, eritema, kadang – kadang sudah terjadi ekskoriasis

( likenifikasi )

Keluhan gatal yang digaruk dan hilang timbul

c) Dermatitis atopik dewasa

Lanjutan dari anak – anak

Tempat lesi : wajah, leher, dada, tengkuk, lengan

Lesi berupa gerombolan papul, likenifikasi

Tanda khas berupa while dermografisme

c. Dermatitis numularis

Adalah suatu dermatitis yang bentuknya seperti uang logam yang lokasinya di

tempat tertentu dengan penyebab yang belum jellas.sinonim untuknya adalah

neurodermatitis numular.karena dalam bahasa latin numular berarti bundar seperti uang

logam.

d. Dermatitis statis

Dermatitis statis atau dermatitis hipostatik ialah salah satu jenis dermatitis

sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum. Sebab kausa

utamanya ialah insufisiensi vena.

e. Dermatitis seboroik

Seborrhea atau Dermatitis seboroik yaitu kelainan kulit berupa peradangan

superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah

seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis,

kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea.

Pada dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta

skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai

ukuran disertai adanya krusta.

C. Patofisiologi

Dermatitis Kontak Iritan

Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang

disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak

lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan

berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen

inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan

membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan

menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen

dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang

akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets

yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen

dan sintesis protein.

Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator-

mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis

yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.

Ada dua jenis bahan iritan yaitu :

Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua

orang,

Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.

Faktor  kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai

andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

Dermatitis Kontak Alergi

Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang

menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :

1. Fase Sensitisasi

Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi

sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut

alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam

kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans

Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di

epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel

Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-

DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).

Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional

dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+)

dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans,

sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti),

merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion

kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini

telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans

dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk

mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk

primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi

dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini

pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat

ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami

dermatitis kontak alergik.

2. Fase elisitasi

Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang

sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel

Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2.

Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan

merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang

langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan

mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi

vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan

kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.

Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu

proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel

keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat

stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah

kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan

memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek

merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain,

seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan

peradangan.  

Penyimpangan KDM

Bahan iritan merusak lapisan tanduk

 

lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel

mengalami kerusakan 

rusaknya membran lipid keratinositpengaktifan fosfolipase

pembebasan asam arakidonik 

Pembebasan histamin, prostaglandin dan leukotrin.

pruritusperubahan pola tidur

vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. 

Timbul eritema, edema dan vesikula 

Perubahan status kesehatanTidak mengenal informasi

Kurang pengetahuan

Kerusakan integritas kulit

Merangsang pusat sarafDitrasmisikan ke korteksSerebri melalui thalamus

nyeri dan gatal

Penampakan kulit yang tidak baikKoping tidak efektif

 

Perubahan citra tubuhD. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument

yaitu :

Biopsi kulit, adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit yang

terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau

infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.

Uji kultur dan sensitivitas, Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus,

bakteri, dan jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah

mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat tertentu. Cara pengambilan bahan

untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.

Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus, Pemeriksaan kulit perlu

mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor pencahayaan memegang

peranan penting.

Uji temple

Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo dapat

dilakukan

dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga jenis tes temple yaitu :

1. Tes Tempel Terbuka

Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena

daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indi

kasi uji temple terbuka adalah allergen yang menguap.

2. Tes Tempel Tertutup

Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada

bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai

ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya

dievaluasi.

3.Tes temple dengan Sinar

Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu

bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet

baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan

secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam

ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24

jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung

atau bahan test tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam

agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut.

Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang

penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel

merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi

dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji tempel

sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat

antihistamin dan kortikosteroid.

Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah disediakan

oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan penderita maka dengan

mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang

didapat dari penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan

merugikan penderita sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana

misalnya hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita

harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif

dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil

uji temple dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang 

itu. Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk

pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut belum

standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis. Uji ini dilakukan pada klien yang diduga

menderita alergi. Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor

imunologis. Untuk mengidentifikasi respon alergi Uji ini menggunakan bahan kimia yang

ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila

ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.

E. Pencegahan

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah

disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:

o Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan

secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.

o Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari

kontak dengan bahan pembersih.

o Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk menghindari

kontak dengan bahan alergen atau iritan.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Biodata

Biodara terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan

pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain

Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi pada

remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita.

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak

alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).

Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan

dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik

terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi

namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul

pada usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari

pada laki-laki.

Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya banyak

juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi. Jenis pekerjaan

merupakan hal penting terhadap tingginya insiden dermatitis kontak.

B. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Keluhan Utama

Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta

nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan

adalah nyeri pada lesi yang timbul.

2. Riwayat keluhan utama

Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada beberapa

kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan

berwarna merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST

pada setiap keluhan klien

o Provocative/palliative Apa penyebab keluhan

Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu yang

menyebabkan kerusakan pada kulit

Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat. Dengan

menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang

o Quality/quantity Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar

Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan nyeri

pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan

Sejauh mana sakit dirasakan Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan

sampai berat. Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta

tingkat sensitifitas kulit

o Region/radiation Dimana letak sakit

Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab

Area penyebarannya Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari

manis, tempat cedera, dibalik perhiasan.

o Severitty scale Apakah mempengaruhi aktifitas

Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit

Seberapa jauh skala ringan/berat Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya

o Timing

Kapan mulai terjadi

Kapan sering terjadi

Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan

b. Riwayat Kesehatan masa Lalu

Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah

menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu perlu juga

dikaji kebiasaan klien.

c. Riwayat Kesehatan keluarga

Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama,

tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya

pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis

atopic

C. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum Ringan, sedang, berat.

2. Tingkat Kesadaran

  Kompos mentis

  Apatis

  Samnolen, letergi/hypersomnia

  Delirium

  Stupor atau semi koma

  Koma

Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak

termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun

demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.

3.      Tanda-tanda vital

         Tekanan darah

         Denyut nadi

         Suhu tubuh

         Pernafasan

4.      Berat Badan

5.      Tinggi Badan

6.      Kulit

Inspeksi

         radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).

         kemerahan (rubor),

         gangguan fungsi kulit (function laisa).

         biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara

serentak atau beturut-turut.

         terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar.

         Terdapat bula atau pustule,

         ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.

         terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan

sebagai sekuele telihat

         hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

Palpasi

         Nyeri tekan

         edema atau pembengkakan

         Kulit bersisik

7.      Keadaan Kepala

         Inspeksi

tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.

         Palpasi

Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa. Bi

8.      Keadaan mata

         Inspeksi

a.   Palpebrae : tidak edema, tidak radang

b.   Sclera : Tidak ictertus

c.   Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan

d.  Pupil : Isokor

e.   Posisi mata

Simetris/tidak : simertis

Gerakan bola mata : Normal

Penutupan kelopak mata : Tidak mengalam

gangguan

Keadaan visus : Normal

Penglihatan : Normal (tidak kabur )

         Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada

A.    Keadaan hidung

         inspeksi

-          simetris kiri dan kanan

-          Tidak ada pembengkakan dan sekresi

-          Tidak ada kemerahan pada selaput lendir

         Palpasi

-          Tidak ada nyeri tekan

-          Tidak ada benjolan/tumor

10.     Keadaan telinga

         inspeksi

-          telinga bagian luar simetris

-          tidak ada serumen/cairan, nanah

11.  Mulut

Inspeksi

a.       Gigi

-          Keadaan gigi : bersih

-          Ada karang gigi/karies

-          Tidak ada pemakaian gigi palsu

b.      Gusi

Tidak ada merah radang pada gusi

c.       Lidah

Lidah bersih

d.      Bibir

-          Tampak pucat

-          Kering pecah

-          Mulut tidak berbau

-          Kemampuan bicara normal

12.     Tenggorokan

a.       Warna mukosa : Kemerahan

b.      Nyeri tekan tidak ada

c.       Nyeri menelan tidak ada

13.     Leher

         mInspeksi

a.       Kelenjar Thyroid : Tidak membesar

b.      Tidak ada pembengkakan atau benjolan

c.       Tidak ada distensi vena jugularis

         Palpasi

a.       Kelenjar Thyroid : Tidak terabah

b.      Kaku kuduk/tidak : -

c.       Kelenjar limfe : tidak membesar

d.      Tidak ada benjolan atau massa

e.       Mobilisasi leher normal

14.     Thorax dan pernafasan

@ Inspeksi

a.       Bentuk dada : Pigion chest

b.      Pernafasan : Inspirasi/ekspirasi, Frekuensi pernafasan, irama pernafasan

c.       Pengembangan diwaktu bernafas normal

d.      Dada simetris

e.       Tidak ada retraksi

f.       Tidak ada batuk

@ Palpasi

a.       Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus

b.      Untuk mengetahui adanya massa

c.       Inadekuat ekspansi dada

@ Perkusi

sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal

@ Askultasi

a.       Mendengarkan suara pada dinding thoraks

b.      Suara nafas :

* Vesikuler

c.       Suara tambahan : -

d.      Suara Ucapan

  Suara normal

15.     Jantung

@ Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel kiri

ditemukan pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri.

@ Palpasi :

Normal

@ Perkusi

Jantung dalam keadaan normal

@ Auskultasi

Tidak ada murmur

16.     Pengkajian payudara dan ketiak

         Inspeksi :

  Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang

  Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi normal

  Areola mamma agak kecoklatan

  Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi.

  Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua puting susu mempunyai

arah yang sama.

  ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.

         Palpasi

  Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.

17.     Abdomen

         Inspeksi :

  umbilikus tidak menonjol

  Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena

  Tidak ada benjolan

  warna kemerahan

         Palpasi :

  Tidak ada rasa nyeri

  Tidak ada benjolan/ massa

  Tidak ada pembesaran pada organ hepar

         Perkusi : Tympani

         Auskultasi : Peristaltik normal

18.  Genetalia dan Anus

   Genetalia :

     Inspeksi :

  Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,

  sekret vagina jernih

         Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

   Anus : Keadaan anus normal, tidak ada haemoroid, fissura, fistula.

19.     Ekstremitas

Ekstremitas atas

a.       Motorik

-          Pergerakan kanan/kiri : lemah

-          Pergerakan abnormal: seimbang antara kanan dan

kiri.

-          Kekuatan otot kiri/kanan : kekuatan otot kanan dan kiri

lemah

-          Koordinasi gerak : ada gangguan

b.      Refleks

-          Biceps kanan/kiri : Normal

-          Triceps kana/kiri : Normal

c.       Sensori

-          Nyeri : +

-          Rangsang suhu : +

-          Rasa raba : +

Ekstremitas bawah

a.       Motorik

-          Gaya berjalan : Normal

-          Kekuatan kanan/kiri : kekuatan kanan 5/kiri 5

-          Tonus otot kanan/kiri : menurun

b.      Refleks

-          KPR kanan/kiri : -/-

-          APR kanan/kiri : -/-

-          Bebinski kanan/kiri : +/+

c.       Sensori

-          Nyeri : +

-          Rangsang suhu : +

-          Rasa raba : +

20    Status Neurologi

Saraf-saraf cranial

N I (Olfaktorius)

Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol.

N II (Optikus)

Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh.

N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)

Mata dapat berkontraksi, pupil isokor, klien mampu menggerakkan bola mata kesegala arah.

N V (Trigeminus)

Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.

Fungsi motorik : Klien dapat menahan tarikan pulpen dengan gigitannya.

N VII (Fasialis)

Klien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat alis.

N VIII (Akustikus)

Klien dapat mendengar dan berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan adanya tuli konduktif

dan tuli persepsi.

N IX (Glosofaringeus)

Klien dapat merasakan rasa manis, pahit, pedas.

N X (Fagus)

Klien tidak ada kesulitan mengunyah, klien tidak ada kesulitan menelan.

N XI (Assessoris)

Klien dapat mengangkat kedua bahu, tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

N XII (Hipoglosus)

Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada

fasikulasi, indra pengecapan normal.

Tanda-tanda perangsangan selaput otak

                                                       I.            Kaku kuduk : -

                                                    II.            Kerning sign : -

                                                 III.            Refleks Brudzinski : -

                                                 IV.            Refleks Lasegu : -

D.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a.         Biopsi kulit

b.         Uji temple

c.         Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus

d.        Uji kultur dan sensitivitas

      E.     Pola Kegiatan Sehari-hari 1.              Nutrisi

Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi maka/hari,

nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dlm sehari serta

apakah ada perubahan Perubahan selama sakit

2.              Eliminasi

Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti frekuensi,warna dan

konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit

3.              Aktivitas

Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam

aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami

gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.

4.              Istirahat

klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri. Adanya

gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.

       F.             Pola Interaksi socialSecara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu biasanya

akan merasa malu dengan penyakitnya.

G.          Keadaan PsikologisBiasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien lebih suka

menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada beberapa hal yang

perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimana harapan

klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan &

lingkungan.

     H.    Kegiatan Keagamaan

Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya dan pasti

terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama apa selama

sakit klien sering berdoa.

I.       Pengelompokan data Data Subjektif Data Objektif

  Klien mengatakan lecet pada kulit jika

digaruk

  Klien mengatakan nyeri pada kulit

  Kulit klien tampak kering

  Kulit klien tampak bersisik

  Tampak adanya peradangan

  Klien nampak sering menggaruk

  Kulit klien tampak lecet

  Klien tampak gelisah

B.     Diagnosa keperawatan

1.      Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

2.      Nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit

3.      perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus

4.      Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.

5.      Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.

6.      Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit

C.     Rasional

DX I

Intervensi Rasional

Mandiri:

1.      pantau keadaan kulit pasien

2.      Jaga dengan cermat terhadap resiko

terjadinya cedera termal akibat penggunaan

kompres hangat dengan suhu yang terlalu

tinggi dan akibat cidera panas yang tidak

terasa ( bantalan pemanasan, radiator )

3.      Anjurkan pasien untuk menggunakan

kosmetik dan preparat tabir surya.

Mandiri

1. Mengetahui kondisi kulit untuk

dilakukan pilihan intervensi yang

tepat

2. Penderita dermatosis dapat

mengalami penurunan sensitivitas

terhadap panas.

Kolaborasi

4.      Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat anti histamine dan salep

kulit3. Banyak masalah kosmetika pada

hakekatnya semua kelainan

malignitas kulit dapat dikaitkan

dengan kerusakan kulit kronik.

4. Penggunaan anti histamine dapat

mengurangi respon gatal serta

mempercepat proses pemulihan

DX 2

Intervensi Rasional

Mandiri:

1.      Periksa daerah yang terlibat

2.      Upaya untuk menemukan penyebab

gangguan rasa nyaman

3.      Mencatat hasil – hasil observasi secara

rinci dengan memakai terminology

deskriptif

4.       Mengantisipasi reaksi alergi yang

mungkin terjadi ; mendapatkan riwayat

pemakaian obat.

Mandiri

1. Pemahaman tentang luas dan

karakteristik kulit meliputi bantuan

dalam menyusun rencana intervensi.

2. Membantu mengidentifikasi tindakan

yang tepat untuk memberikan

kenyamanan.

3. Deskripsi yang akurat tentang erupsi

kulit diperlukan untuk diagnosisi dan

pengobatan. Banyak kondisi kulit

tampak serupa tetapi mempunyai

etiologi yang berbeda. Respons

inflamasi kutan mungkin mati pada

pasien lansia.

5.      Kendalikan factor – factor iritan

6.      Pertahankan kelembaban kira – kira 60

% ; gunakan alat pelembab.

7.      Pertahankan lingkungan dingin

8.      Gunakan sabun ringan ( Dove ) atau sabun

yang dibuat untuk kulit sensitive

( Neutrogena, Avveno ).

9.      Lepaskan kelebihan pakaian atau peralatan

di tempat tidur.

10.  Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan

sabun ringan

11.  Hentikan pemajanan berulang terhadap

detergen, pembersih, dan pelarut.

12.  Gunakan tindakan perawatan kulit untuk

mempertahankan integritas kulit dan

meningkatkan kenyamanan pasien.

13.  lakukan kompres penyejuk dengan air suam

– suam kuku ataukompres dingin guna

meredakan rasa gatal.

14.  Atasi kekeringan ( serosis ) sebagaimana

dipreskripsikan.

Kolaborasi:

15.  Oleskan lotion dan krim kulit segera setelah

mandi

16.  Gunakan terapi topical seperti yang

4. Ruam menyeluruh terutama dengan

aeitan yang mendadak dapat

mennjukkan reaksi alergi terhadap

obat.

5. Rasa gatal diperburuk oleh panas,

kimia, dan fisik.

6. Dengan kelembaban yang rendah,

kulit akan kehilangan air

7. Kesejukan mengurangi gatal

8. Upaya ini mencakup tidak adanya

larutan detegen, zat pewarna atau

bahan pengeras.

9. Meningkatkan lingkungan yang sejuk

10. Sabun yang keras dapat menimbulkan

iritasi kulit.

11. Setiap substansi yang mneghilangkan

air, lipid atau protein dari epidermis

akan mengubah fungsi barier kulit.

12. Kulit merupakan barier yang penting

yang harus dipertahankan

keutuhannya agar dapat berfungsi

dengan benar.

13. Penghisapan air yang bertahap dari

kasa kompres akan menyejukkan

kulit dan meredakan pruritus.

14. Kulit yang kering dapat menimbulkan

dipreskripsikan.

17.  Anjurkan pasien untuk menghindari

pemakaian salep ayau lotion yang dibeli

tanpa resep dokter.

18.  Jaga agar kuku selalu terpangkas.

daerah dermatitis dengan kemerahan,

gatal, deskuamasi dan pada bentuk

yang lebih berat, pembengkakan,

pembentukan lepuh, keretakan dan

eksudat.

Kolaborasi

15. Hidrasi yang efektif pada stratum

korneum mencegah gangguan lapisan

barier pada kulit.

16. Tindakan ini membantu meredakan

gejala

17. Masalah pasien dapat disebabkan

oleh iritasi atau sensitisasi karena

pengobatan sendiri.

18. Memotongan kuku akan mengurangi

kerusakan kulit karena garukan.

DX 3

Intervensi Rasional

Mandiri :

1.      Bantu pasien melakukan gerak badan

secara teratur

2.      jaga kamar tidur agar tetap memiliki

ventilasi dan kelembaban yang baik.

Kolaborasi:

Mandiri :

1. Gerak badan memberikan efek yang

menguntungkan untuk tidur jika

dilaksanakan pada sore hari.

2. Udara yang kering membuat kulit

terasa gatal. Lingkungan yang

nyaman meningkatkan relaksasi.

3. Cegah dan obati kulit yang kering

4. Anjurkan kepada klien menjaga kulit

selalu lembab

5. Anjurkan klien Menghindari

minuman yang mengandung kafein

menjelang tidur di malam hari.

6. Anjurkan klien Mengerjakan hal –

hal yang ritual dan rutin menjelang

tidur.

3.      Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang

normal.

4.      Tindakan ini mencegah kehilangan air.

Kulit yang kering dan gatal biasanya tidak

dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

5.      Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam

sesudah dikonsumsi.

6.      Tindakan ini memudahkan peralihan dari

keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur. 

DX 4

Intervensi Rasional

Mandiri:

1.      Kaji adanya gangguan pada citra diri

pasien ( menghindari kontak mata, ucapan

yang merendahkan diri sendiri, ekpresi

keadaan muak terhadap kondisi kulitnya ).

Mandiri:

1.      Gangguan citra diri akan menyertai setiap

penyakit atau keadaan yang tampak nyata

bagi pasien. Kesan sesorang terhadap dirinya

sendiri akan berpengaruh pada konsep diri

2.      Identifikasi stadium psikososial tahap

perkembangan.

3.      Berikan kesempatan untuk pengungkapan.

Dengarkan ( dengan cara yang terbuka, tidak

menghakimi ) untuk mengekspresikan

berduka / ansietas tentang perubahan citra

tubuh.

4.      Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan

pasien. Bantu pasien yang cemas dalam

mengembangkan kemampuan untuk menilai

diri dan mengenali serta mengatasi masalah.

5.      dorong sosialisasi dengan orang lain 

2.      Terhadap hubungan antara stadium

perkembangan, citra diri dan reaksi serta

pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya

3.      Pasien membutuhkan pengalaman yang

harus didengarkan dan dipahami.

4.      Tindakan ini memberikan kesempatan

pada petugas kesehatan untuk menetralkan

kecemasan yang tidak perlu terjadi dan

memulihkan realitas situasi. Ketakutan

merupakan unsure yang merusak adaptasi

pasien.

5.      Meningkatkan penerimaan diri dan

sosialisasi. 

DX 5

Intervensi Rasional

1.      Tentukan apakah pasien mnegetahui

( memahami dan salah mengerti ) tentang

kondisi dirinya.

2.      Jaga agar pasien mendapatkan informasi

yang benar ; memperbaiki kesalahan

konsepsi / informasi

1.      Memberikan data dasar untuk

mengembangkan rencana penyuluhan

2.      Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada

sesuatu yang dapat mereka perbuat.

Kebanyakan pasien merasakan manfaatnya.

3.      Peragakan penerapan terapi yang

diprogramkan ( kompres basah ; obat topical

)

4.      Berikan nasihat kepada pasien untuk

menjaga agar kulit tetap lembab dan

fleksibel dengan tindakan hidrasi dan

pengolesan krim serta lotion kulit.

5.      Dorong pasien untuk mendapatkan status

nutrisi yang sehat

3.      Memungkinkan pasien memperoleh

kesempatan untuk menunjukkan cara yang

tepat unutk melakukan terapi.

4.      Stratum korneum memerlukan air agar

fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan

krim atau lotion untuk melembabkan kulit

akan memcegah agar kulit tidak menjadi

kering, kasar, retak, dan bersisik.

5.      Penampakan kulit mencerminkan

kesehatan umum seseorang. Perubahan pada

kulit dapat menandakan status nutrisi yang

abnormal.

DX 6

Intervensi Rasional

1.      Miliki indeksi kecurigaan yang tinggi

terhadap suatu infeksi pada pasien yang

system kekebalannya teganggu.

2.      Berikan petunjuk yagn jelas dan rinci

kepada pasien mengenai program terapi

3.      Laksanakan pemakaian kompres basah

seperti yang diprogramkan untuk

mengurangi intensitas inflamasi

1.      Setiap keadaan yang mneggangu status

imun akan memperbesar resiko terjadinya

infeksi kulit.

2.      Pendidikan pasien yang efektif bergantung

pada ketrampilan – ketrampilan

interpersonal professional kesehatan dan

pada pemberian instruksi yang jelas yang

diperkuat dengan instruksi tertulis.

3.      Kompres basah akan menghasilkan

pendinginan lewat pengisatan yang

menimbulkan vasokontriksi pembuluh drah

kulit dan dengan demikian mengurangi

eritema serta produksi serum. 

D.    Evaluasi

  Diagnosa I

1.      Tidak adanya maserasi.

2.      Tidak ada tanda – tanda cedara termal.

3.      Tidak ada infeksi.

4.      Memberikan obat topikal yang diprogramkan

  Diangnosa II

1.      Mencapai peredaran gangguan rasa.

2.      Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda.

3.      Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.

4.      Mematuhi terapi yang diprogramkan.

5.      Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.

6.      Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam penampilan yang sehat.

  Diagnosa III

1.      Mencapai tidur yang nyenyak.

2.      Melaporkan peredaran rasa gatal.

3.      Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

4.      Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur malam hari.

5.      Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

  Diagnosa IV

1.      Mengalami Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri.

2.      Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.

3.      Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi.

4.      Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri

5.      Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.

6.      Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.

7.      Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk

meningkatkan penampilan.

  Diagnosa V

1.      pola tidur / istirahat yang memuaskan

2.      Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.

3.      Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.

Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

4.      Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan rasional tindakan yang

dilakukan.

5.      Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang diprogramkan.

6.      Gunakan obat tropikal dengan tepat.

7.      Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

  Diagnosa VI

1.      Tetap bebas dari infeksi.

2.      Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan mencegah

kerusakan.

3.      Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.

4.      Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas perawatan

kesehatan.

5.      Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( misalnya mandi, dan penggantian balut ).

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Harahap, Marwali, dkk. 2000. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung: Alumni

-----------------------------.2006. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta: Media Aesculapius.

NANDA.2006.Pedoman Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 – 2006. Primamedika.