Dermatitis Perioral
-
Upload
hafiz-sulistio-utomo -
Category
Documents
-
view
60 -
download
1
description
Transcript of Dermatitis Perioral
Dermatitis PerioralHafiz Sulistio Utomo
1410211133
Defenisi
Peradangan pada kulit yang mengenai daerah perioral dan lipatan nasolabialis (sekitar hidung)dari wajah.
Bentuk efloresensi berupa papul-papul eritomatosa yang mengalami pustulasi, erupsi yang kronik berbatas tegas, dan dapat berupa squama yang eksematosa pada wajah.
Epidemiologi
Epidemiologi penyakit ini dipengaruhi oleh seks dan umur sering timbul pada wanita dengan usia antara 20-45 tahun, jarang dialami oleh laki-laki tapi saat ini mulai sering timbul karena banyak laki-laki yang mulai memakai kosmetik. Dermatitis perioral sangat jarang terjadi, bisa ada kecenderungan kambuh pada orang yang sebelumnya pernah mengalaminya.
Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya dermatitis perioral:
1. Sinar UV 2. Obat 3. Kosmetik 4. Faktor mikrobiologi 5. Faktor hormonal
Patogenesis
Terjadi peradangan pada kulit di papilla dermis berupa udem dan vasodilatasi disertai timbulnya sel-sel radang infiltrat, tidak jarang timbul juga vasculitis.
Timbulnya dermatitis perioral yang dipicu oleh pasta gigi berflouride tinggi karena senyawa flourine dalam flouride adalah unsur halogen yang bersifat korosif dan mudah terkombinasi atau menyatu dengan elemen lain kecuali gas inert. Flouride dipastikan mempunyai kemampuan untuk memacu dan menyebabkan inflamasi.
Gejala Klinik
timbulnya erupsi berbatas tegas yang persisten dan eritematosa yang ukurannya 1-2 mm berbentuk papul dan pustula didaerah perioral, lipatan nasolabial, dan daerah periorbital
umumnya terdistribusi dan diawali pada daerah dagu atau pada bibir atas dan menyebar disekitar mulut, membentuk daerah kecil berbatas kemerahan dan diantara batas bibir dengan ruam kulit biasanya dipisahkan oleh daerah kulit yang masih normal, penderita mengeluh gatal dan rasa seolah terbakar.
Gejala-gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu dan bisa saja tiba-tiba sembuh, hal ini bisa terjadi selama beberapa bulan dan bahkan bertahun-tahun
Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesis, gambaran klinis dan distribusi lesi, Diagnosis kunci adalah lokasi pada bibir dan daerah lipatan nasolabial dan ada pemicu seperti alergi terhadap sinar matahari, acne, rosasea, infeksi dermodex, kandidiasis, jamur, pityrosporum, penggunaan pasta gigi yang mengandung flouride tinggi, penggunaan kortikosteroid (elocon, lotrisene, lidex, termovate sering pula dipicu oleh kortikosteroid untuk tetes hidung dan pemakaian cream moisturizer.
Penegakan diagnosa didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik saja, tidak ada pemeriksaan penunjang yang specifik.
Diagnosis banding
Rosacea Akne vulgaris Dermatitis seboroik
Perioral
dermatitis
Acne vulgaris Dermatitis
seboroik
rosasea
Kelompok usia dewasa muda Remaja, dewasa
muda
Tua dan remaja Anak-anak,
usia
pertengahan
Lokasi Perioral Wajah, leher,
punggung, dada,
bahu
Wajah bagian
tengah, kepala
Wajah bagian
tengah
Gambaran klinis
Eritema (+) Biasanya (-) Sedang (+)
Pustula (-) (-) (-) (+)
Comedo (-) (+) (-) (-)
Telangiektasis (-) (+) (-) (+)
Skar (-) (-) (-) Biasanya (-)
Perubahan sekitar
mata
(-) (-) Kelopak mata Mungkin
berkembang
Komplikasi
Dapat berupa problem emosional psikologis karena sifat lesi hilangnya lama dan lesi di wajah mempengaruhi kepercayaan diri penderita. Dan timbulnya rebound effect karena penggunaan kortikosteroid dan dapat timbul jaringan parut atau skar.
Penatalaksanaan
Farmakologi Non-Farmakologi
Penatalaksanaan
Farmakologi› untuk terapi sistemik dapat diberikan
antibiotik seperti tetrasiklin 250-500 mg 2x1 hari selama 2-3 bulan jika penderita alergi terhadap tetrasiklin bisa diberikan minocyclin 50-100 mg 2X1. Untuk anak-anak kurang dari 10 tahun berikan erithromycin, zithromax atau biaxin.
Penatalaksanaan
Non-Farmakologi› Berikan informasi pada penderita bahwa
sewaktu-waktu penyakit ini dapat kambuh lagi. Disarankan untuk menggunakan sabun yang lembut dan luka tidak boleh digosok dengan kasar. Selama menjalani terapi pasien dilarang menggunakan moisturizer dan cream.
Prognosis
Ad Bonam apabila penanganannya baik.
Miliaria
Definisi
Miliaria adalah gangguan umum pada kelenjar ekrin yang sering terjadi pada kondisi di mana terjadi peningkatan panas dan kelembaban. Miliaria disebabkan terjadinya sumbatan dari bagian intraepidermal saluran keringat sehingga cairan kelenjar ekrin tertahan di dalam epidermis atau dermis yang terjadi secara mendadak dan menyebar alami. Miliaria ditandai dengan adanya papul vesikuler atau pustul yang bersifat milier dan gatal.
Epidemiologi
Umumnya, miliaria terdapat pada bayi-bayi dengan kondisi yang tidak layak. Namun, seiring dengan pertumbuhan anak, kemungkinannya berkurang sehingga hanya sekitar 40 % dewasa yang mempunyai kecenderungan untuk terkena miliaria. Hal ini tampaknya mencerminkan peningkatan kekuatan stuktur dari saluran ekrin berdasarkan umur, sehingga disamping perkembangan dari penutupan pori dan anhidrosis, ruptur saluran gagal terjadi dan tidak terdapat bentuk vesikel dari miliaria.
Etiologi
Immaturitas dari saluran keringat atau accrine.
Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim.
Kondisi panas dan lembab. Obat. Bakteri.
Patogenesis
Patogenesis berdasarkan klasifikasi : Miliaria Kristalina
› Disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di lapisan paling atas epidermis yaitu di stratum korneum khususnya antara dua lapisan sel tanduk.
Miliaria Rubra› Disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat pada epidermis
yang dalam (acrosyringium) yaitu pada stratum spinosum sehingga keringat keluar dan masuk ke dalam epidermis bagian bawah.
Miliaria Profunda› Disebabkan oleh penyumbatan pada bagian distal duktus atau
pada dermal-epidermal junction (papilla dermis). Miliaria Pustulosa
› Merupakan varian dari miliaria rubra yang mengalami respon inflamasi atau terjadi infeksi sekunder atau setelah terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra.
Klasifikasi Dan Gambaran Klinis
Miliaria Kristalina› Miliaria kristalina terdiri dari vesikel
transparan, superficial, intrakorneal atau subkorneal dan tidak meradang. Vesikel tersebut berukuran 1 – 2 mm dan mudah pecah ketika tersentuh oleh tangan.
Miliaria Rubra› Penyakit ini lebih berat daripada miliaria
kristalina, terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian. Miliaria rubra meliputi lesi papul yang eritematous dan papulovesikel berdiameter kurang lebih 1 – 4 mm disertai dengan makula eritem, gatal yang luar biasa, serta sensasi seperti terbakar, tertusuk atatu perasaan geli.
Miliaria Profunda› Bentuk ini agak jarang kecuali pada daerah
tropis. Miliaria profunda biasanya timbul setelah miliaria rubra dengan ciri-ciri tidak gatal, berwarna seperti daging, lebih dalam, dan papul yang putih berukuran 1 – 3 mm. Asimptomatik biasanya kurang dari 1 jam setelah kepanasan yang berlebihan, dan terfokus pada ekstremitas.
Miliaria Pustulosa› Miliaria pustulosa selalu didahului oleh
beberapa dermatitis lainnya yang dihasilkan oleh suatu luka, kerusakan atau sumbatan saluran keringat. Pustulanya jelas, superficial, dan terlepas dari folikel rambut. Pustula yang gatal, paling sering pada daerah intertriginosa, pada permukaan flekso ekstremitas, pada skrotum, atau pada bagian belakang pasien yang terbaring di tempat tidur.
Pemeriksaan Klinis
Miliaria mempunyai banyak perbedaan secara klinis, oleh karena itu, beberapa tes laboratorium cukup diperlukan.› Pemeriksaan Sitologik
Miliaria Kristalina: kandungan vesikel tidak didapatkan sel-sel radang atau sel giant multinukleat (seperti yang terdapat pada vesikel dari penyakit herpes).
Miliaria Pustulosa: memperlihatkan adanya kandungan dari sel-sel radang dan coccus gram positif. Tidak seperti eritema toksik neonatorum, eosinofil tidak terlalu menonjol pada miliaria pustulosa.
Pemeriksaan Histopatologik› Pada miliaria kristalina, terdapat vesikel
intrakorneal atau subkorneal yang berhubungan dengan saluran keringat dan sumbatan keratin.
› Pada miliaria rubra, vesikel spongiotik terdapat di dalam stratum spinosum, di bawah sumbatan keratin dan infiltrat radang kronis terdapat di sekitarnya dan di dalam vesikel serta mengelilingi dermis, infiltrasi limfositik perivaskuler dan vasodilatasi terlihat pada dermis superfisial.
Pemeriksaan Patologi Klinik› Pada pemeriksaan ini, tidak didapatkan
hasil pemeriksaan yang abnormal.
Diagnosis Banding
Herpes simplex Folliculitis Erythema toxicum neonatorum Cutaneous candidiasis Chickenpox atau varicella Pityrosporum folliculitis
Penatalaksanaan
Farmakologi› Topikal
lotion anhidros diberikan untuk mencegah atau menghilangkan sumbatan sehingga keringat dapat keluar kepermukaan kulit. Selain itu juga diberikan salep hidrofilik
› SistemikDapat diberikan antibiotik bila terjadi infeksi sekunder dan anti histamin sebagai anti pruritus, pemberian vitamin C dosis tinggi dapat diberikan untuk mencegah atau mengurangi timbulnya Miliaria.
Non-Farmakologi› Menggunakan pakaian yang mudah
menyerap keringat› Mencegah evaporasi› Aktivitas yang terbatas› Penggunaan air conditioner› Pindah ke tempat yang iklim lebih dingin
Komplikasi
Komplikasi yang tersering dari Miliaria adalah infeksi sekunder dan intoleransi terhadap suhu lingkungan yang panas. Infeksi sekunder dapat terjadi berupa impetigo atau multiple diskret abses yang dikenal sebagai periporitis staphylogenes dengan tidak keluarnya keringat bila terpapar suhu panas, lemah, fatique, pusing bahkan pingsan. Garukan dapat mengakibatkan luka dan infeksi sekunder.
Prognosis
Ad Bonam apabila penanganannya baik.