71908119 Dermatitis
-
Upload
heru-arifardi -
Category
Documents
-
view
56 -
download
0
Transcript of 71908119 Dermatitis
Page 1
Pak Abu seorang yang bekerja ditempat pencucian motor dan mobil berusia 25
tahun, datang ke poli kulit kelamin Rumah sakit tempat anda bekerja dengan keluhan gatal-
gatal ditelapak, punggung tangan kanan dan kiri, telapak kaki kanan dan kiri sejak 7 hari
yang lalu. Gatal disertai dengan kulit kemerahan, bersisik, dan mengelupas. Pak Abu bekerja
ditempat pencucian motor dan mobil sejak 1 bulan yang lalu, mulai kerja dari jam 8.00 pagi
sampai jam 21.00. pada saat mencuci motor atau mobil pak Abu tidak menggunakan sepatu
khusus.
Page 2
Pak Abu mengatakan bahwa ditempat-tempat yang gatal tersebut mengalami
penebalan dengan lipatan kulit yang kasar dan kering kemudian oleh pasien diberikan obat
salep 88 yang dibeli diwarung akan tetapi gatal-gatal tidak mengalami perbaikan bahkan
kulitnya muncul seperti retak-retak. Pasien menyangkal pernah menderita penyakit yang
sama, dan tidak ada riwayat alergi. Dianggota keluarga, teman-teman ditempat kerja tidak
ada menderita penyakit yang sama.
Page 3
Status generalis
KU : Baik
Kesadaran : compos mentis
Keadaan gizi : baik
Vital sign : TD : 130/80 mmHg, Nadi : 81x/menit, RR : 18X/menit, suhu : afebris
Kepala : normochepal, rambut hitam,distribusi merata
Mata : konjugtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : bentuk daun telinga normal, sekret (-)
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Mulut : mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : tidak dilakukan
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Kelenjar geteh bening : tidak teraba pembesaran
Ekstremitas : akral hangat, edema
Status dermatologikus
Distribusi : lokalisata
a/r manus, dorsum manus dextra et sinistra
efloresensi : eritem, skuama kasar berwarna putih, hiperkeratosis dan likenifikasi
lesi : multipel, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari permukaan, kering.
a/r pedis dextra et sinistra
efloresensi : eritem, skuama kasar berwarna putih, hiperkeratosis dan likenifikasi, fisura
lesi : multipel, bentuk tidak teratur, difus, menimbul dari permukaan, kering.
Page 4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Darah lengkap
Hb : 13g/dl
Ht : 36 %
Trombosit : 250.000/ul
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Leukosit : 11.000/ul
Diff count/hitung jenis leukosit : 0/5/4/59/28/4
Pemeriksaan penunjang
Patch tes (uji tempel) : (-)
Pemeriksaan KOH 10% : Hifa dan/atau artospora (-)
Histopatologi : hiperkeratosis dengan area parakeratosis, akantosis, dan perpanjangan rete
ridges
Epilogue
Spesialis kulit kelamin mengatakan pak Abu menderita dermatitis kontak iritan. Dan
disarankan agar menghindari kontak penyebab iritasi dengan menggunakan alat pelindung
saat bekerja. Bila gatal, jangan digaruk.
Medikamentosa : diberi cream steroid. Antihistamin, setelah beberapa hari dilakukan terapi
kondisi penyakit pak Abu membaik.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Learning Progress Report
Terminologi : -
Problem :
Pak Abu, 25 thn
Keluhan utama : gatal ditelapak, punggung tangan kanan dan kiri, telapak kaki kanan dan kiri
selama 7 hari
Keluhan tambahan : gatal disertai kemerahan, bersisik, mengelupas
Riwayat sosial dan pribadi : bekerja di pencucian motor dan tidak menggunakan sepatu
khusus
1) Apa yang menyebabkan pak abu mengalami gatal-gatal di telapak, punggung tangan
dan telapak kaki?
2) Mengapa rasa gatalnya disertai kemerahan,bersisik dan mengelupas disertai
penebalan kulit yang kasar dan kering?
3) Apa hubungan penggunaan sepatu saat kerja dan jam kerja dengan keluhan pak Abu
sekarang ?
4) Bagaimanakah mekanisme gatal, kemerahan dan mengelupas ?
Hipotesis
Dermatitis Kontak Iritan
Tinea pedis dan Tinea Manus (karena pemberian salep 88 tidak mengalami
perbaikan)
Dermatitis Kontak Alergik
Psoriasis (biasanya disebabkan karena genetik dan autoimun)
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Mekanisme
Pak Abu, 25 thn
Kontak dengan sabun (bahan kimia) tanpa menggunakan alat pelindung diri selama sebulan
Membuat kerusakan sel di kulit
Inflamasi
Aktivasi agen kimiawi
Gatal disertai kemerahan,bersisik,mengelupas, dan penebalan kulit
More info
Anamnesis
Keadaan umum
Tanda vital
Px fisik
RPD
RPK
RPO
I Don’t Know dan Learning Issue
1) Kulit
Anatomi
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Fisiologi
Histologi
Histopatologi
Mikrobiologi kulit
2) Dermatitis
Pengertian
Klasifikasi
Epidemiologi
Etiologi
Diagnosisi
Patogenesis
Pemeriksaan
Penatalaksanaan
Prognosis
3) Tinea pedis dan Tinea manus
Pengertian
Klasifikasi
Epidemiologi
Etiologi
Diagnosisi
Patogenesis
Pemeriksaan
Penatalaksanaan
Prognosis
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Anatomi Kulit
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
HISTOPATOLOGI
Terdapat dua jenis peradangan pada kulit, yaitu :
1. Ruam kulit primer :
Makula : Efloresensi primer, yang berubah hanya warna tetapi tidak bentuknya,
seperti tinea versikolor , morbus Hansen
Eritema : Makula berwarna merah seperti pada dermatitis, lupus eritematosus
Papula : Penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbata tegas berkuran < 1 cm
Nodula : Massa padat sirkumskrip pada Kulit atau subkutis > 1 cm
Vesikel : gelembung berisi serum, <0,5 cm
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Bula: gelembung berisi serum, >0,5 cm
Pustul : Vesikel berisi nanah
Urtika : Edema dan eritema setempat, timbul mendadak, hilang perlahan, gatal < 24
jam
Tumor : Penonjolan di atas permukaan kulit
Kista : Penonjolan diatas permukaan kulit berupa kantong berisi cairan serosa atau
padat atau setengah padat
2. Ruam Kulit Skunder
Skuama : Pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit dapat berupa sis halus,
sedang atau kasar.
Krusta : Onggokan cairan darah, dan obat yang mengering diatas permukaan kulit
seperti pada impetigo krustosa, dermatitis kontak, krusta kotoran, nanah
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
dapat berwarna hitam (pada jaringan nekrosis) merah (asal darah, nanah
dan serum)
Erosi : Kerusakan kulit sampai stratum spinosum, kulit tampak menjadi merah dan
keluar cairan serosa, seperti pada dermatitis kontak.
Ekskoriasi : Kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak merah
disertai bintik-bintik perdarahan dan ditemukan pada dermatitis kontaak.
Ulkus : Kerusakan kulit baik epidermis dan dermis yang memiliki dasar, dinding, tepi
dan isi.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Rhagaden : Yaitu belahan – belahan kulit dengan dasar sangat kecil.
Parut : Disebut jyga sikatriks yaitu jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan
dermis yang sudah hilang, dimana dapat lebih cekung dari kulit sekitarnya.
Keloid : Hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas.
Abses : Efloresensi skunder berupa kantong berisi nanah disalam jarinan.
Likenifikas : Penebalan klit sehingga garis-garis lipatan kulit atau relief kulit tampak
lebih jelas.
Guma : Efloresensi skunder berupa kerusakan kulit yang destruktif, kronik dengan
penyebrannya serpiginosa.
Hiperpigmentasi :Penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit tampak lebih hitam
dari sekitarnya.
Hipopigmentasi : Kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih dari sekitarnya.
3. Ruam khusus
Kanalikuli : Ruam kulit berupa saluran – saluran pada stratum korneum, yang timbul
sejajar dengan permukaan kulit.
Milia : Penonjolan berwana putih akibat penyumbatan saluran kelenjar sebasea
seperti pada akne.
Roseola : Eksantema lentikular berwarna merah tembaga seperti pada sifilis dan
frambusia
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen (bahan kimia, fisik (sinar matahari dan suhu), mikroorganisme
(bakteri dan jamur) dan atau faktor endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,skuama,likenifikasi) dan keluhan
gatal.
Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan p/elebaran pembuluh darah kapiler
yang reversibel.
Edema: membengkak.
Papul : penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter lebih
kecil dari ½ cm dan berisikan zat padat.
Vesikel : gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cm garis
tengah dan mempunyai dasar, vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik
(merembesnya darah dari pembuluh kecil).
Skuama : lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.
Tetapi tanda-tanda tersebut tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya
beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung menjadi residif dan kronis.
Pada penderita dermatitis umumnya mengeluh gatal. Keluhan kulit juga bergantung pada
stadium penyakit, batasnya sirkumskrip dapat pula difus. Penyebarannya dapat
setempat,generalisata, dan universal. Stadium yang ditunjukkan :
1) Stadium akut eritema, edema, vesikel, bula,erosi,eksudasi madidans(basah)
2) Stadium subakut eritema, edema berkurang, eksudat sudah mulai mengering
krusta
3) Stadium kronis lesi tampak kering,skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi dapat
terjadi juga erosi dan ekskoriasi karena garukan.
Predileksi dan efloresensi dapat menunjukan suatu diagnosis seperti penyakit kulit apa yang
dialami oleh penderita dan sudah termasuk apakah stadium penyakitnya sehingga dokter
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
dapat memutuskan suatu diagnosis dengan khas yang ditunjukkan dan memberikan obat
yang tepat.
Klasifikasi dari dermatitis :
1) Dermatitis Kontak iritan
2) Dermatitis kontak Alergik
3) Dermatitis Atopik
4) Dermatitis stasis
5) Neurodermatitis sirkumskripta
6) Dermatitis Numularis
7) Dermatitis Autosensitisasi
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Dermatitis Kontak Iritan
Definisi
Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit reaksi
peradangan kulit non imunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului
proses sensitisasi.
Epidemiologi
Umur : terutama dewasa dan biasanya DKI terjadi berhubungan dengan
pekerjaannya.
Ras : semua ras kulit hitam lebih tahan
Etiologi
Bahan iritan (Iritan primer seperti asam dan basa yang kuat, pelarut organik,minyak
pelumas, serta serbuk kayu).
Faktor yang mempengaruhi
Kelainan yang terjadi ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan
tersebut dan juga dipengaruhi faktor lain yaitu lama kontak, kekerapan (terus menerus atau
berselang) adanya oklusi, gesekan,trauma fisis, suhu, dan kelembapan lingkungan juga ikut
berperan.
Individu : ketebalan kulit,usia,ras,dan jenis kelamin.
Gejala klinis
Kelainan kulit yang terjadi beragam tergantung pada sifat iritan. Predileksi yang terjadi
pada kedua tangan, kaki dan daerah yang terpajan.
DKI Akut
penyebab luka bakar oleh bahan kimia, iritan kuat : asam dan basa kuat (NaOH,
KOH).
Ketika terjadi menyebabkan reaksi segera timbul.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Kulit terasa pedih, panas, dan rasa terbakar, kelainan yang terjadi eritema,edema
dan bila mungkin juga nekrosis sedangkan pinggiran kulit berbatas tegas dan
asimetris.
DKI Subakut
Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI Akut tetapi baru muncul 8 sampai 24
jam atau lebih setelah kontak. Contoh bahan iritan : podofilin, antralin,asam
hidrofluorat,etilen.
Jadi setelah kontak terjadi tidak langsung menyebabkan reaksi karena semua itu
tergantung faktor yang mempengaruhi, apakah konsentrasinya lebih rendah atau
tergantung faktor indivindu itu sendiri seperti ketebalan kulit.
Contohnya : penderita kontak dengan bahan iritan dan merasa pedih esok harinya,
awalnya eritema setelah itu sorenya menjadi vesikel dan nekrosis.
DKI Kronis
Dermatitis yang paling sering terjadi.
Penyebabnya adalah kontak berulang-ulang dengan iritan lemah tetapi DKI Kronis
dapat terjadi karena bekerja sama dengan berbagai faktor. Misalnya faktor
kekerapan yang mempengaruhi.
Kulit kering,eritema,skuama,lambat laun hiperkeratosis, dan likenifikasi, dan difus.
Bila kontak berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur). Contoh :
tukang cuci , keluhan penderita umumnya gatal dan nyeri karena fisur tetapi ada
juga yang hanya merasa kulit kering tanpa eritema.
Histopatologik
Epidermis hiperkeratosis,parakeratosis,spongiosis
Dermis pelebaran ujung-ujung pembuluh darah dan sebukan sel-sel radang terutama
eosinofil
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Diagnosis
DKI Akut mudah diketahui karena muncul lebih cepat sedangkan DKI Kronis timbul lambat
dan sulit dibedakan dengan DKA karena mempunyai gambaran klinis yang luas.
Pemeriksaan penunjang
Uji tempel
Hitung eosinofil penderita
Penatalaksanaan
Memakai alat pelindung ditempat kerja dan menghindari pajanan bahan iritan. Bila DKI
sembuh tanpa pengobatan topikal berikan pelembab.
Sistemik antihistamin, antibiotik, kortikosteroid (luas), roborantia
Topikal jika basah kompres terbuka dengan sol KmnO4, jika kering dengan salep
kortikosteroid.
Prognosis
Baik
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Patogenesis
Bahan iritan konyat dengan kulit
Kerusakan membran
Vasodilatasi
Permeabilitas vaskular
Mempermudah transudasi
Komplemen dan kinin
Kemoaktran kuat untuk limfosit dan neutrofil
Sel mast mengeluarkan histamin
Gatal dan nyeri
Setelah mediator kimiawi pada radang keluar menyebabkan eritema,edema,panas,nyeri bila
iritan kuat, kalau lemah harus kontak berulang kali dan dimulai dari kerusakan stratum
korneum dengan cara menghilangkan fungsi sawarnya.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, mengubah daya
ikat air kulit, merusak membran lemak keratinosit,
menembus membran sel dan merusak lisosom,
mitokondria atau komponen inti.
Fosfolipase dan Asam Arakidonat
PAFDiasilgliserol dan IP3
TNF α dari keratinosit
PG dan LT Stimulasi autokrin
Proliferasi sel
perubahan vaskular
aktivasi sel T ,makrofag, granulosit
induksi ekspresi molekul adesi
pelepasan sitokin
Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar igE dalam seru dan riwayat atopi pada keluarga.
Dermatitis atopi merupakan kronis residif , yang gejalanya eritema, papula, vesikel,
kusta, skuama, dan pruritus hebat.
Konsep terjadinya dermatitis atopik adalah reaksi imunologik (berhubungan dengan
sistem imun tubuh). Dimana jika tubuh terlalu memberikan respon imun yang berlebihan,
maka akan timbul reaksi hipersensitivitas, yaitu peningkatan reaktivitas / sensitivitas
terhadap antigen yang pernah dipajankan / dikenal sebelumnya. Hipersensitivitas ada 4
jenis : tipe I – IV.
Dermatitits atopik merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I, dimana reaksi tipe ini
merupakan reaksi alergi atau reaksi igE. Definisi reaksi tipe I : alergen yang masuk kedalam
tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi igE.
Patogenesis penyakitnya :
Pajanan antigen mengaktifkan sel Th2 sehingga merangsang sel B berkembang
menjadi sel plasma. Sehingga sel plasma memproduksi igE. Kemudian molekul igE dilepas
dan diikat oleh reseptor spesifik (FceR1) pada sel mast dan basofil. Pajanan kedua dengan
alergen menimbulkan ikatan silang antara antigen dan igE yang diikat sel mast. Sel mast
memacu pelepasan mediator farmakologis aktif dari sel mast dan basofil. Dan mediator-
mediator inilah yang menimbulkan kontraksi otot polos, vasodilatasi, kerusakan jaringan,
dan lain-lain.
Gambaran klinis : kulit kering, pucat/redup, kadar lipid kurang, evaporasi meningkat,
jari tangan terasa dingin, cemas, egois, frustasi
Gejala utama : pruritus biasanya hilang timbul dan biasanya pruritus hebat pada
malam hari. Jika penderita menggaruk biasanya menjadi papul, likenifikasi, eritema, erosi,
ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Dermatitis atopik ada 3 fase :
a. Dermatitis atopik infatil ( 2 bulan – 2 tahun )
Lesi dibagian muka, eritema, papulovesikel, krusta meluas ke leher, pergelangan
tangan , lengan, tungkai, dan lutut.
b. Dermatitis atopik anak ( 2 tahun – 10 tahun )
Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, likenifikasi, skuama.
Lesi biasa terjadi dikulit siku, lutut, kelopak mata, dan leher.
c. Dermatitis atopik padaremaja dan dewasa
Eritematosa, berskuama, likenifikasi. Lesi biasa terjadi di lipat siku, leher, dahi,
dan daerah bibir. Lesi kering yang agak menimbul, papul datar, dan cenderung
bergabung menjadi plak likenifikasi dengan skuama. Lesi akan menjadi sangat
gatal terutama saat dimalam hari dan pada saat beraktivitas, karena saat
beraktivitas dipicu oleh keringat.
Diagnosis : untuk mendiagnosis dermatitis atopik, terdapat kriteria diagnosis, yaitu kriteria
mayor dan kriteria minor.
Pedoman diagnosis :
a. Kondisi gatal
b. Riwayat terkena lipatan siku, belakang lutut, dan leher.
c. Riwayat asma bronkial
d. Riwayat kulit kering
e. Awitan dibawah usia anak 2 tahun
Diagnosis banding :
a. Dermatitis seboroik
b. Dermatitis kontak
c. Dermatitis numularis
d. Skabies
e. Sindrom hiper IgE
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Penatalaksanaan :
1. (umum)
Menyingkirkan faktor yang memperberat atau memicu pasien untuk menggaruk.
Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab.
2. Pengobatan topikal
Umumnya kulit penderita dermatitis atopik ini relative kering, sehingga
menyebabkan mikroorganisme lebih mudah masuk kedalam tubuh melalui kulit
tersebut. Penanganannya dengan cara memberikan pelembab krim hidrofilik urea
10% dan kortison 1% atau setelah mandi, kulit dilap hingga kering dan kemudian
memakai emolien.
Pemakaian dosis pada bayi untuk pengobatan topikal yaitu salep steroid potensi
rendah (hidrokortison 1-2,5%), untuk remaja dan dewasa digunakan salep steroid
potensi tengah. Bila penyakit sudah terkontrol, gunakan pemakaian intermitten 2
kali seminggu agar tidak cepat kambuh, dan gunakan salep potensi paling rendah.
3. Sistemik
Bisa menggunakan kortikosteroid untuk mengendalikan eksaserbasi akut, dan
gunakan secara berselang atau bertahap agar tidak menimbulkan efek samping
berlebih.
Antihistamin juga digunakan untuk mengurangi rasa gatal.
4. Terapi sinar
Bisa menggunakan terapi sinar UVA dan UVB, biasanya digunakan untuk dermatitis
atopik yang berat dan luas.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Dermatitis Stasis
Dermatitis statis adalah dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena
(hipertensi vena) tungkai bawah.
Epidemiologi : Umur penderita biasanya dewasa tua
Pria lebih banyak dibanding wanita
Etiologi : gangguan aliran darah vena
Etiopatogenesis : (terdapat beberapa hipotesis)
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam sistem vena sehingga terjadi kebocoran
fibrinogen masuk kedalam dermis. Fibrinogen yang berada diluar pembuluh darah
itu berploriferasi membentuk fibrin perikapiler dan interstinum, sehingga akan
menghalangi difus oksigen dan makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
kulit. Lalu terjadilah kematian sel.
2. Keluarnya molekul makro kedalam dermis, akibat hipertensi vena/ kerusakan kapiler,
akan merangkap growth factor dan substansi stimulator lain/homeostatik. Sehingga
tidak mampu mempertahankan integritas jaringan dan proses perbaikan bila terjadi
luka akibat trauma yang ringan.
3. Akibat hipertensi vena, menyebabkan perbedaan tekanan antara sistem arteri dan
vena menurun, menyebabkan aliran darah dalam kapiler antara sistem tersebut
berkurang. Sehingga agregasi eritrosit dan sumbatan leukosit dalam kapiler dan
menyebabkan iskemia.
Gambaran klinis : tekanan vena meningkat pada tunkai bawah menyebabkan pelebaran
vena, varises, edema. Kemudian lama-kelamaan kulit akan berwarna merah kehitaman dan
timbul purpura (karena ekstravasasi sel darah merah kedalam dermis). Kelainan dimulai
dipermukaan tungkai bawah bagian medial lateral. Meluas hingga kebawah lutut. Terjadi
eritema, skuama, kadang eksudasi, dan gatal. Jika lama kelamaan, kulit menjadi tebal dan
fibrotik 1/3 tungkai bawah.
Histopatologi
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Epidermis : tampak hiperkeratosis, akantosis
Dermis : vasodilatasi ujung-ujung pembuluh darah dan sebukan hemosiderin dalam dermis
dan sel-sel polinukleus.
Pemeriksaan penunjang : venografi untuk melihat sumbatan
Komplikasi : ulkus, infeksi sekunder misalnya selulitis.
Diagnosis banding : Dermatitis kontak, dermatitis numularis, dan penyakit schamberg.
Pengobatan :
a. Untuk edema : tungkai dinaikan pada saat tidur atau duduk. Diangkat keatas
permukan jantung selama 30 menit.
b. Memakai kaos kaki penyangga varises atau pembalut elastis
c. Eksudat dikompres dan setelah kering diberi krim kortikosteroid
d. Antibiotik sistemik untuk infeksi sekunder
Prognosis : baik apabila faktor penyumbat dapat dihilangkan
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Dermatitis Kontak Alergi
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Epidemiologi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).
Etiologi
Alergen/kontaktan/sensitizer. Biasanya berupa bahan logam berat, kosmetik (lipstick,
deodorant, cat rambut), bahan perhiasan (kacamata, jam tangan, anting-anting), obat-
obatan (obat kumur, sulfa, penisilin), karet (sepatu, BH), dan lain-lain.
Patogenesis
Fase sensitisasi:
Terjadi kontak untuk pertama kalinya dengan sensitizer/alergen dalam hal ini dalam
bentuk hapten.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Hapten yang merupakan antigen tidak lengkap(belum bisa memicu respon imun)
melakukan penetrasi ke dalam kulit dan berkonjugasi dengan protein kulit
membentuk hapten-carrier complex dan menjadi antigen lengkap.
Antigen lengkap mengaktifkan dan mematangkan sel Langerhans epidermis atau sel
Dendritik dermis. Antigen selanjutnya ditelan dan diproses oleh sel Langerhans/sel
Dendritik menjadi peptid yang selanjutnya dibawa ke permukaan sel Langerhans menjadi
MHC-II.
Sel Langerhans selanjutnya mengekspresikan molekul-molekul yang diperlukan
untuk berinteraksi dengan sel Limfosit T dan melakukan migrasi ke limfe nodus(kelenjar
getah bening).
Interaksi sel Langerhans yang membawa peptid dan MHC-II di permukaannya
bersama dengan sel Limfosit T naif/virgin di dalam limfe nodus kemudian mengaktifkan sel
Limfosit T naif menjadi sel Limfosit Th1(T-Helper 1) efektor dan sel Th1 memori.
Sel Th1 efektor dan memori kemudian kembali ke kulit yang terpajan/kontak dengan
sensitizer melalui aliran darah.
Fase elisitasi:
Terjadi pajanan kedua, peptid kemudian akan langsung dikenal oelh sel Th1 memori.
Sel Th1 efektor akan melepaskan berbagai interleukin (IFN gamma, TNF alfa) yang
menyebabkan inflamasi.
Inflamasi ini secara klinis tampak sebagai plak terlichenifikasi yang hiperpigmentasi,
melebar, dan bersifat sangat gatal.
Gejala Klinis
Gatal. Pada keadaan akut, dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas, lalu
diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah dan
menimbulkan erosi dan eksudasi. Pada keadaan kronis terlihat kulit kering, berskuama,
papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan.
Misalkan ditemukan kelainan kulit didaerah umbilicus, perlu dicurigai apakan penderita
memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam. Data yang
berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan,, hobi, obat topical yang pernah
digunakan, obat sistemik, kosmetika dan bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi,
penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat aatopi, baik dari yang bersangkutan maupun
keluarganya.
Diagnosis Banding
Dermatitis kontak iritan
Dermatitis atopic
Dermatitis numularik
Dermatitis seboroik
Psoriasis
Pemeriksaan
Uji tempel
Pada pemeriksaan ini, allergen yang kemungkinan menjadi penyebab dilarutkan dalam
media yang sesuai. Bahan-bahan tes ditempatkan pada kulit (biasanya di daerah punggung)
selama 48 jam. Reaksi positif (sesudah 48 jam, kadang-kadang lebih lambat) memastikan
adanya reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe VI) terhadap penyebab alergi tadi.
GAMBAR LECTURE NOTES HALAMAN 18
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Penatalaksanaan
Non farmakologi:
Upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan allergen penyebab.
Menekan kelainan kulit yang timbul.
Farmakologi:
Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan
pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau bula, serta
eksudatif. Misalnya dengan prednisone 30mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan
mereda setelah beberapa hari
Kelainan kulit cukup dikompres dengan larutan garam faal atau larutan air salisil
1:1000.
Untuk DKA ringan atau akut yang telah mereda (setelah diberikan kortikosteroid
sistemik) cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam (pimecrolimus atau
tacrolimus) secara topical.
Prognosis
Umumnya baik,bila bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis menjadi kurang baik dan
menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis
atopic, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau terpajan oleh allergen yang idak mungkin
dihindari, misalnya berhubungan dengan pekerjaan atau lingkungan.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Tinea
Tinea adalah infeksi jamur yang menyerang kulit
Predileksi tinea
Tinea kapitis : Pada kepala
Tinea barbe : Pada dagu dan Jenggot
Tinea kruris : Pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang sampai
perut bagian bawah
Tinea unguium : Pada kuku jari tangan dan kaki
Tinea pedis : Pada pergelangan kaki, telapak, dan sela-sela jari kaki
Tinea manus : Pada tangan
Tinea korporis : Pada bagian lain tubuh selain predileksi tinea yang lain
Tinea Pedis
Definisi
Infeksi jamur superficial pada pergelangan kaki< telapak dan sela-sela jari kaki.
Epidemiologi
Terjadi pada semua umur, pria dan wanita, bangsa yang hidup di iklim tropis
Etiologi
Epidemophyton, trichophyton, microsporum dan C. albicans
Faktor yang mempengaruhi
Iklim tropis, lingkungan panas dan udara yang lembab
Gejala klinis
1.Tipe papulo-skuamosa hiperkeratotik kronik, jarang didapati vesikel dan pustule, sering
pada tumit dan tepi kaki dan kadang-kadang sampai ke punggung kaki
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
2.Tipe intertriginosa kronik, manifestasi klinis berupa fisura pada jari-jari, tersering pada sela
jari ke-4 dan 5, basah dan maserasi disertai bau yang tidak enak
3.Tipe subakut, lesi intertriginosa berupa vesikel atau pustule
4.Tipe akut, gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau
Histopatologi
Pada epidermis tampak migrasi leukosit, edema intraselular, spongiosis, dan parakeratosis
Pemeriksaan penunjang
1.Kerokan kulit + KOH 10%
2.Biakan agar sabouraud
3.Sinar wood
Penatalaksanaan
Non-farmako : profilaksis, mengeringkan kaki dengan baik, kaus kaki harus bersih
Farmako : Griseofulvin 500 mg, salep whitfield I atau II, tolnaftat, toksilat, obat golongan
azol, dan terbinafin
Prognosis
Baik
Tinea Manus
Definisi
Infeksi dermatofita pada tangan
Epidemiologi
Dapat menyerang semua umur, pria dan wanita, semua bangsa
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Etiologi
T.mentagrophytes dan T.rubrum
Faktor yang mempengaruhi
Iklim panas dan lembab, kebersihan yang kurang dan kulit yang lembab
Gejala klinis
Ada 2 tipe, yaitu : vesikular meradang dan skuamosa tak meradang; gambaran penyakit
dapat berupa vesikel-vesikel atau skuama dengan eritema yang berbatas tegas disertai rasa
gatal
Histopatologi
Pada epidermis tampak migrasi leukosit, edema intraselular, spongiosis, dan parakeratosis
Pemeriksaan penunjang
1.Kerokan kulit + KOH 10%
2.Biakan agar sabouraud
3.Sinar wood
Penatalaksanaan
Dapat diberikan preparat haloprogin, tolnaftat, asam salisilat, dan preparat triazol baik
dalam bentuk tablet, krim maupun larutan
Prognosis
Baik
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Antihistamin
Antihistamin adalah antagonis efek histamin yang mana cara kerjanya adalah menghambat
histamin pada reseptor-reseptornya
Histamin adalah mediator yang penting pada reaksi alergi dan reaksi inflamasi
Antagonis reseptor H1(AH1) menghambat efek histamin pada pembuluh darah bronkus dan
bermacam-macam otot polos.
Otot polos : secara umum AH1 menghambat kerja histamin pada otot polos usus dan
bronkus
Permeabilitas kapiler : peninggian permeabilitas kapiler dan edema akibat histamin
dapat dihambat oleh aktivitas AH1
Kelenjar eksokrin : efek sekresi histamin dapat di hambat oleh AH1 yang mana AH1
dapat menghambat sekresi saliva dan sekresi eksokrin lain akibat histamin
Farmakokinetik
Setelah pemberian oral atau parenteral,AH1 di absorpsi baik dan efeknya timbul 15-30
menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam.
Tempat utama biotransformasi AH1 adalah di hati tetapi dapat juga di paru-paru dan ginjal
AH1 di ekskresikan melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.
Indikasi
AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan dapat mencegah
atau mengobati mabuk perjalanan
AH1 berguna mengobati alergi eksudatif akud misalnya polinorsis dan urtikaria. Efeknya
bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin yang di lepaskan sewaktu-
waktu reaksi antigen-antibodi terjadi.
AH1 tidak berpengaruh terhadap intensitas reaksi antigen –antibodi yang merupakan
penyebab berbagai gangguan alergi.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Contoh-contoh obat antihistamin
Difenhidramin : Benadryl (Parke Davis). Disamping khasiat antihistaminiknya yang kuat,
difenhidramin juga bersifat spasmolitik sehingga dapat digunakan pada pengobatan
penyakit parkinson, dalam kombinasi dengan obat-obat lain yang khusus digunakan untuk
penyakit ini. Dosis : oral 4 kali sehari 25 – 50 mg, i.v. 10-50 mg.
Dimenhidrinat: difenhidramin-8-klorotheofilinat, Dramamin (Searle), Antimo (Phapros).
Pertama kali digunakan pada mabuk laut (“motion sickness”) dan muntah-muntah sewaktu
hamil. Dosis : oral 4 kali sehari 50 – 100 mg, i.m. 50 mg.
Metildifenhidramin : Neo-Benodin (Brocades) Adalah derivat, yang khasiatnya sama
dengan persenyawaan induknya, tetapi sedikit lebih kuat. Dosis : oral 3 kali sehari 20 – 40
mg.
Tripelenamin : Pyribenzamin (Ciba-Geigy), Azaron (Organon). Rumus bangun dari zat ini
menyerupai mepiramin, tetapi tanpa gugusan metoksil (OCH3). Khasiatnya sama dengan
difenhidramin, hanya efek sampingannya lebih sedikit. Dosis : oral 3 kali sehari 50 – 100 mg.
Antazolin : fenazolin, Antistine (Ciba-Geigy). Khasiat antihistaminiknya tidak begitu kuat
seperti yang lain, tetapi kebaikannya terletak pada sifatnya yang tidak merangsang selaput
lendir. Maka seringkali digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan
hidung (selesma) Antistine-Pirivine, Ciba Geigy. Dosis : oral 2 – 4 kali sehari 50 – 100 mg
Feniramin : profenpiridamin, Avil (hoechst). Terutama digunakan sebagai garam
paminosalisilatnya. Dosis : oral 3 kali sehari 25 mg.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Kortikosteroid Dermal
Mempunyai efek anti radang anti mitosisnya. Zat ini dapat menyembuhkan dengan efektif
bermacam-macam bentuk ekzem dan dermatitis,psoriasis,prurigo.
Tingkat daya kerja dibagi menjadi 4 tingkatan: lemah,sedang,kuat,sangat kuat.
Pembagian potensi:
Salep lebih baik penetrasinya dari pada krem karena lebih lama diatas kulit .penetrasi dapat
ditingkatkan dengan cara oklusi yaitu menutup bagian kulit dengan sehelai plastic atau
memberikan zat tambahan seperti urea 10%, asam laktat 2 %, likol 10%. Zat keratolisis
melepaskan menghidratasi selaput tanduk kulit denagn efeknya meningkatkan penetrasi
resorpsi.
Resorpsi:
Obat juga tergantung dari daerah tubuh dimana salep diolesi Reseorpsi hidrokortison pada
lengan bawah sekitar 1 % dosis yang digunakan , disbanding dengan bagian-bagian tubuh
lain.
Pilihan obat
1. Pada dasarnya terapi gangguan kulit dimulai dengan menggunakan obat klasik
seperti mentol ,resorsin dan ter, bila kurang efektif
2. Tingkat 1 hidrokortison 1 % untuk menhindari reaksi radang /alergi , bila kurang
puas beralih ke
3. Triamsinolon 0,1 % pada ekzem kontak/alergi dan ekzem
4. Zat tingkat 3 dan 4 : anti mitosis menghambat mitosisi. Ampuh untuk gangguan yang
berakaitan dengan psoriasis (sisik) lichen (bintil) lupus discoid.
5. Zat tingkat 4 digunakan bila tingkat 3 tidak efektif resiko dan efek sampan akan jauh
lebih besar.
Kombinasi:
Pada antimikotika dan antibiotic seperti: mikosis, infeksi kulit,radang
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Terapi intermittern:
Kortikosteroid tertimbun di lapisan tanduk dr epidermis dan dari depot di lepas selama 24-
36 jam dan di bagi dalam 2 fase :
1. Penyembuhan: salep diolesi 2-3 dd sehari dengan sediaan tingkat 1-3, guna secepat
mungkin mengendalikan penyakit selama 1-2 minggu,sebaiknya diolesi secukupnya
secara kontinu tanpa interupsi
2. Pemeliharaan: untuk menghindari kambuh
–selama 1-2 mg 1dd setiap hari salep tkt 1-3
- selama 1-2 mg 1dd setiap hari ke 2 unuk tingkat 3-4
-selama 13 bulan 1 dd pd 2 hr seminggu
Pada istirahat perlu salep atau krim untuk mengandung basisnya tanpa kortikoid
Efek samping:
Radang sekitar mulut,benjolan akibat pembuluh gelembung untuk penggunaan lama
dapat diakibatkan glaucoma dan keratosis hepatica
Kontraindikasi: sediaan kortikoid local tidak boleh digunakan pada gangguan kulit
akibat infeksi kuman,virus, jamur parasit juga tidak pada cane dan borok.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
INTERPRET
Page 1
- Keluhan Utama :
o Gatal pada bagian telapak, punggung kanan dan kiri, telapak kaki kanan dan
kiri sejak 7 hari yang lalu
disini gatal bisa bermakna pasien mengalami alergi (bisa karena
alergi sabun cuci) atau dihinggapi mikroorganisme patogen
- Keluhan Tambahan :
o Kulit kemerahan
beserta dengan gatal mengacu pada kemungkinan pasien
mengalami peradangan
o Bersisik
mengarahkan kita terhadap peradangan kulit
o Mengelupas
mengarahkan kita terhadap peradangan kulit
- Riwayat Sosial
o Kerja di tempat cuci motor dan mobil sejak 1 bulan lalu dari jam 08.00-21.00
dan tidak menggunakan sepatu khusus
merupakan faktor predisposisi penyebab terjadinya kelainan kulit
pada pasien. Bisa jadi pasien terkena kelainan kulit karena
pekerjaannya
- Hipotesis : Kelainan Kulit
Page 2
- Keluhan Tambahan :
o Lipatan kulit kasar dan kering
Terjadi penebalan kulit sehingga memperkuat penebalan kulit
- Riwayat Pemakaian Obat :
o Pakai salep 88 tapi tidak mengalami perbaikan dan muncul retak
Kemungkinan tidak terkena infeksi mikroorganisme
- Riwayat Penyakit Keluarga :
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
o Keluarga tidak ada yang terkena penyakit yang sama
Bukan penyakit kulit turunan
- Riwayat Pekerjaan :
o Tidak ada yang menderita penyakit yang sama
Bukan penyakit kulit menular
- Hipotesis
o Kelainan kulit :
Dermatitis
Mikosis
Page 3
Status Generalis
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Baik
Vital Sign :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 81 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : Afebris
Penyakit belum sistemik
Kepala : Normochepal, rambut hitam, distribusi merata
bukan penyakit kulit yang predileksinya pada kepala
Mata : Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
bukan penyakit kulit yang predileksinya pada mata
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Hidung : simetris, tidak ada deviasi septum, tidak ada sekret
bukan penyakit kulit yang menyerang hidung atau mukosa
Telinga : bentuk daun telinga normal, tidak ada sekret
bukan penyakit kulit yang menyerang telinga
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis tidak ada
bukan penyakit kulit yang menyerang mulut
Tenggorokan : Tidak dilakukan
Thorax : DBN
bukan penyakit kulit yang menyerang bagian thorax
Abdomen : DBN
bukan penyakit kulit yang menyerang bagian abdomen
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran
tidak terjadi infeksi sistemik
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema pada ekstremitas superior dan inferior
Kelainan hanya terbatas pada regio manus dan pedis
Status Dermatologikus
Distribusi : Lokalisata
a/r manus, dosrum manus dextra et sinistra
Efloresensi :
o Eritem
vaskularisasi berlebih karena inflamasi
o Skuama kasar warna putih
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
karena inflamasi menyebabkan sel melakukan proliferasi berlebih,
akan terjadi hiperkeratosis karena semakin tebalnya stratum
korneum. Karena semakin banyak keratin
o Hiperkeratosis penebalan kulit karena inflamasi
o Likenifikasi penebalan kulit disertai relief kulit yang makin terlihat karena
kulit kering sehingga relief lebih terlihat
Lesi :
o Multipel
o Bentuk tidak teratur
o Difus
o Menimbul dari permukaan
o Kering
a/r pedis dextra et sinistra
Efloresensi :
o Eritem idem
o Skuama kasar berwarna putih idem
o Hiperkeratosis idem
o Likenifikasi idem
o Fisura retak-retak pada bagian telapak kaki (karena tumit paling tebal).
Karena penebalan kulit juga
Lesi :
o Multipel
o Bentuk tidak teratur
o Difus
o Menimbul dari permukaan
o Kering
Page 4
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
- Px lab
- Hb : 13 % normal, bukan penyakit sistemik
- Ht : 36 % normal, bukan penyakit sistemik
- Trombosit : 150.000 / mikroliter normal
- Leukosit : 11.000 / mikroliter normal, batas tinggi
- Diffcount (Penghitungan Jenis Leukosit )
o Basofil : 0 (N : 0,4 – 1) deteksi alergi
o Eosinofil : 5 (N : 1-3) deteksi alergi, infeksi parasit
o Neutrofil
Batang : 4 (N : 0-5) respon radang dan infeksi bakteri
Segmen : 59 (N : 50-65) respon radang dan infeksi bakteri
o Limfosit : 28 (N : 25-35) deteksi antibodi
o Monosit : 4 (N : 4-6) deteksi monosit yang berfungsi memakan infiltrat
asing
- Patch test : negatif peradangan bukan karena alergi
- Periksa KOH 10% periksa kulit untuk melihat hifa dan artrospora, hasil negatif
tidak ada mikroorganisme jamur
- Histopatologi
o Hiperkeratosis dengan area parakeratosis
terjadi penebalan kulit, dimana pada area penebalan kulit masih
terlihat inti sel (parakeratosis) dikarenakan percepatan proliferasi sel
sehingga sel keratinosit tidak melalui tahapan yang semestinya
dilaluinya, karena hal tersebut sel masih muda tetapi sudah sampai di
stratum korneum
o Akantosis
penebalan stratum spinosum karena peradangan
o Perpanjangan rete ridges
terjadi perpanjangan karena epidermis menebal
- DIAGNOSA : DERMATITIS KONTAK IRITAN
Page 4
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
- Terapi
o Farmako
Antihistamin menghilangkan rasa gatal
Steroid menghilangkan gejala peradangan
o Non farmako
Menghindari kontak penyebab iritasi mencegah dermatitis
Menggunakan pelindung saat bekerja mencegah dermatitis
Kalau gatal jangan digaruk menghindari terjadinya infeksi sekunder
PATOGENESIS
OBAT 88
Komposisi
1. Sulfurpraecipitatum : fungsiutamanyaadalahsebagaikeratolitik agent yaitusuatuzat
yang dapatmenghilangkansisik-sisikkulit yang
kasarataumelunakkan/menipiskanlapisan keratin, di
sampingitujugamemilikiaktivitasantifungidanantibakterilemah.
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
2. Camphora : untuk meningkatkan aliran darah pada tempat pemberian dan
menurunkan iritasi
3. Menthol : untuk menggantikan rasa nyeri dengan sensasi dingin, serta melegakan
bagian lokal yang dioleskan dari rasa nyeri
4. Acidium Benzoicum: bekerja sebagai antiseptik dan pengawet
5. Acidium Salicium : menjaga stratum korneum
6. Vaseline: sebagai campuran untuk membuat salep
INDIKASI : Panu, Kadas, Kurap, Kutu air
KONTRA INDIKASI : Hipersensitif terhadap bahan-bahan diatas
EFEK SAMPING : Pemakaian jangka panjang menyebabkan iritasi, dermatits, urtikaria
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM
Referensi
Patofisiologi sylvia
Ilmu penyakit kulit dan kelamin UI
Obat-obat penting ,edisi ke enam,2007
Farmakologi katzung
Farmakologi dan terapi ui edisi, 5 tahun, 2007
DERMATOMUSKULOSKELETAL SYSTEM