Askep Dermatitis Kontak

38
DERMATITIS KONTAK A. Definisi Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontak eksternal yang menimbulkan fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).Dermatitis merupakan epiderma- dermatitis dengan gejala subjektif pruritus, obyek tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2000) Dermatitis kontak sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen mengadakan kontak dengan kulit. (Price, Sylvia Anderson.1991) Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang disertai dengan adanya spongiosis/edeme interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan – bahan kimia yang berkontak atau terpajan kulit .Bahan- bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik. (Mawarli Harahap, Prof.Dr. 2000) A. Etiologi Dermatitis kontak bisa ditimbulkan oleh bahan-bahan irritan primer atau penyebab alergic primary irritant

description

asuhan keperawatan dermatitis kontak

Transcript of Askep Dermatitis Kontak

DERMATITIS KONTAK

A. Definisi

Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontak eksternal yang menimbulkan

fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).Dermatitis merupakan epiderma-

dermatitis dengan gejala subjektif pruritus, obyek tampak inflamasi eritema,

vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2000)

Dermatitis kontak sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen mengadakan

kontak dengan kulit. (Price, Sylvia Anderson.1991)

Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang disertai dengan

adanya spongiosis/edeme interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan

bahan – bahan kimia yang berkontak atau terpajan kulit .Bahan- bahan tersebut dapat

bersifat toksik ataupun alergik. (Mawarli Harahap, Prof.Dr. 2000)

B. Etiologi

Dermatitis kontak bisa ditimbulkan oleh bahan-bahan irritan primer atau penyebab

alergic primary irritant contact dermatitis merupakan reaksi non alergik dari pada kulit

yang disebabkan karena terkena irritantia. Zat diterjen ( seperti lisol ) desinfektan dan

zat warna ( untuk pakaian, sepatu dan lain – lain ) dapat mengakibatkan dermatitis.

a) Irritantia ringan, relatif atau marginal, memebutuhkan kontak berulang-ulang dan

atau kontak yang lama untuk menimbulkan peradangan atau termasuk di sini

adalah sabun, deterjen dan kebanyakan jenis bahan pelarut. Dermatitis pekerjaan

tampak pula fisura ,skuama, dan paronikima sebagai akibat iritasi kronik.

Dermatitis juga dapat terdapat pada rumah tangga yang terjadi karena insektisida

dan berbagai salep yang di jual secara bebas yang mengandung sulfonamid,

penisilin, merkuri, atau sulfur.

b) Irritantia keras atau absolut merupakan zat-zat perusak yang keras sehingga akan

melukai kulit dengan seketika jika mengenainya (asam kuat dan basa kuat).

PENYEBAB YANG BAKU DARI DERMATITIS KONTAK

PADA BERBAGAI BAGIAN TUBUH

Bagian Tubuh Penyebab

Muka Kosmetik, hairspray, semir rambut.

Cuping telinga Nikel, perhiasan imitasi

Kelopak mataKosmetik, transfer oleh tangan, tangkai kaca

mata

Bagian Tubuh Penyebab

Hidung, bibir dan sekitarnya Pasta gigi, lipstick

Leher Parfum, pakaian (bahan wool)

Aksila Deodoran, pakaian, parfum

Dada Bahan kuningan

Lengan dan kaki Deterjen, bahan pembersih, sepatu

Tangan Sarung tangan, deterjen

C. Manifestasi Klinis

Gejala dari dermatitis kontak adalah:

a) Fase akut : merah, edema, papula, vesikula, berair, kusta, dan gatal

b) Fase kronik :kulit tebal/likenifikasi, kulit pecah–pecah skuama, kulit

kering,dan hiperpigmentasi.

c) Gejala subyektif : Iritan primer akan menyebabkan kulit terasa kaku, rasa tidak

enak karena kering, gatal-gatal sebab peradangan dan rasa sakit

karena fisura, vesikula, ulcus.

d) Gejala obyektif : - Erythema

- Mikrovesikulasi dan

keluarnya

-Kulit menebal, kering, retak

-Pengelupasan kulit

-Vesikulasi, erosi,ulcus, fisura

-Edema muka dan tangan

-Ruam-ruam dan lesi

D. Faktor Predisposisi

Penyakit dermatitis ini biasanya dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yang antara

lain:

a) Obat-obatan : obat kumur, balsem dan salep yang mengandung sulfanamid,

penisilin, insektisida, neomisin, benzokain dan etilendiamin.

b) Karet atau nilon : sandal karet, kaos kaki nilon, pakaian nilon.

c) Kunyit, kapur sirih, merkuri dan sulfur.

E. Klasifikasi

Dermatitis kontak ditimbulkan oleh fenomena alergik atau toksik.

Dermatitis kontak dapat berupa:

a) Tipe dermatitis kontak alergi, merupakan manifestasi “Delayed

Hypersesitivity”; hipersensitifitas yang tertunda dan merupakan terkena oleh

alergen kontak pada orang yang sensitif.

b) Tipe dermatitis kontak iritan, terjadi karena irritant primer dimana reaksi non

alergik terjadi akibat pejanan terhadap substansi iritatif.

Perbedaan dermatitis kontak iritan dan alergi:

Faktor Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi

Penyebab Iritan primer Alergen kontak sensitizer

Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang

Penderita Semua orang Orang yang alergik

Lesi Batas lebih jelas, eritema Batas tidak begitu jelas,

eritema

Faktor Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi

sangat jelas kurang jelas

Uji temple Sesudah ditempel 24 jam

bila iritan diangkat, reaksi

akan segera

Bila sesudah 24 jam bahan

alergen diangkat, reaksi

menetap/meluas berhenti

Contoh Sabun, deterjen Pemakaian terlalu lama, jam,

sandal jepang, kalung imitasi

F. Patofisiologi

Dermatitis Kontak termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu reaksi

hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase:

1) Fase Induksi (sensitisasi)

Saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan

memberi respons, perlu waktu 2-3 minggu.

Hapten (protein tidak lengkap) berpenetrasi ke dalam tubuh dan berikatan

dengan protein karier membentuk ,antigen yang lengkap. Antigen ditangkap

dan diproses oleh macrofag dan sel langerhans kemudian memicu reaksi

limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit, sehingga terjadi sensitisasi

limfosit T melalui saluran limfe.

2) Fase Eksitasi

Yaitu saat terjadinya kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel

efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik

berbagai sel radang sehingga timbul gejala klinis.

G. Pathway

Pelepasan sitokin / limfokin

Reaksi tipe IV

Gejala klinis

Kontak alergen dengan kulit

Respon limfosit

Sensitisasi di sel tubuh

Sel masuk ke kulit dan sirkulasi

Pejanan ulang dengan alergen sama

Sel efektor tersensitisasi secara spesifik dan sel memori terbentuk

(peristiwa imunologik)

Deferensiasi dan berpoliferasi

Limfosit T bermigrasi ke daerah parakortikal kelenjar getah bening

Sensitisasi limfosit T

Diproses oleh sel langerhans dan makrofag

Hapten berpenetrasi ke kulit

Berikatan dengan protein karier Antigen lengkap

Lanjutan

H. Penatalaksanaan

Proteksi terhadap zat penyebab dan menghindarkan kontaktan merupakan tindakan

penting. Anti-hisatamin tidak diindikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak ada

pembebasan hisatamin. Pada stadium berikutnya terjadi pembebasan histamin secara

pasif. Kortikosteroid diberikan bila penyakit berat, misalnya prednison 20 mg/hari.

Terapi topikal diberikan sesuai petunjuk umum.

“Dasar penyakit dermatitis adalah mencari etiologi dan menyingkirkan penyebabnya.”

Pada dermatitis akut

Dilihat adanya oedema, erasia, eksudasi, pustula, erythema.

1) Kompres

Trauma mekanik

Gejala klinis Perubahan status kesehatan

Cemas

Kurang pengetahuan

Pruritus Eritema Lesi

Gangguan pola tidur

Gangguan citra tubuh

Kerusakan integritas

kulit

Nyeri

Resiko infeksi

Cara kompres : - Rendam kain putih halus ke air

- Letakkan di lesi, 10-20 menit

- Ganti dengan kain dan air yang bersih

Perhatian : - Pakai 2/3 obat lokal, ketahui seluk beluk obat

- Pada daerah tropis perlu dipertimbangkan faktor penguapan. Sol

Boric Acid 3 % bila dibalutkan pada lesi maka konsentrasinya

menjadi 20-50 % sehingga melekat pada lesi dan terdapat kristal

Boric (BAHAYA).

2) Antibiotik

Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif.

Diobati dengan penicillin/ampicillin untuk penderita yang tidak alergi, buctrim,

supristol, septrin (efek aplasticanemia).

3) Antihistamin

4) Obat- obat topical

Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat obat topical dapat

sering digunakan,beberapa obat dengan konsentrasi yang tinggi dapat dioleskan

langsung pada kulit yang sakit dengan sedikit absorbsi sistemik sehingga efek

samping sistemiknya juga sedikit.adapun obat topikalnya antara lian:

a. Lotion

Lotion memeiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dan dalam

air yang perlu di kocok sebelum di gunakan ,dan larutan jernih yang

mengandung unsur - unsur aktif yang bisa di larutkan seluruhnya .

b. Bedak

Bedak biasanya memiliki bahan dasar talk,zinkoksida,bentonit atau pati

jagung dan ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons

katun.Meski kerja medisnya singkat ,bedak merupakan preparat

higroskopis yang menyerap serta menahan kelembaban kulit dan seprei.

c. Krim

Krim dapat berupa suspensi minyak - dalam - air

atau emulsi air- dalam- minyak dengan unsur-unsur untuk mencegah

bakteri ataupun jamur (Mackie,1991).

d. Jel

Jel merupakan emulsi semisolid yang menjadi cair ketila dioleskan pada

kulit,bentuk preparat topikal ini secara kosmetik dapat diterima oleh

pasien karena tidak terlihat setelah dioleskan dan juga tidak terasa

berminyak serta tidak meninggalkan noda.

e. Pasta

Pasta merupakan campuran bedak dengan salep dan digunakan pada keadaan

inflamasi,pasta melekat pada kulit tetapi sulit dihilangkan tanpa menggunakan

minyak seperti minyak zaitun atau minyak mineral.

f. Salep

Salep bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi kulit,

bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang kronis atau

terlokalisasi.

g. Preparat spray dan aerosol

Dapat di gunakan untuk lesi yang luas,bentuk ini akan mengisat ketika

mengenai kulit sehinga harus digunakan dengan sering.

h. Korrtikosteroid

Banyak dipakai dalam pengobatan kelainan dermatologik untuk memberikan

efek anti inflamasi,anti priritus dan vasokontriksi(Litt,1993).

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS KONTAK

I. PENGKAJIAN

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling terlihat, bila terjadi cedera akut

dari dermatitis kontak eksim pasien sulit untuk mengabaikan atau

menyembunyikanya dari orang lain.Sangat penting untuk mengetahui faktor

penyebabnya agar dapat mencegah kontak ulang atau terhadap perubahan data yang

harus dikumpulkan sejak awal adalah:

1) Pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak.

2) Kemungkinan bisa kontak dengan menimbulkan iritasi di rumah, tempat

pekerjaan/pada waktu kegiatan rekreasi.

3) Bagaimana kelainan kulit yang timbul dimulai.

4) Riwayat tentang infeksi yang berulang, kemungkinan kurangnya respon

imunitas.

5) Respon obat baru, terutama penicillin/sulfanilamide.

6) Peningkatan stress yang dicatat pasien.

7) Faktor-faktor yang membuat lebih parah (resep dokter/pengobatan pribadi).

8) Luasnya pruritis dan faktor yang membuat lebih parah.

Lesi diperiksa setiap hari untuk diketahui apakah pasien masih suka

menggaruk lesi, periksa apakah terdapat perubahan atau ada infeksi.

II. DIAGNOSA

1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

fungsi barier kulit.

2) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi dan pruritus.

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.

4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak

bagus.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.

6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

III. PERENCANAAN

1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perbahan

fungsi barier kulit.

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ( ...x...) jam diharapkan

integritas kulit pasien baik dengan kriteria hasil:

Tidak adanya maserasi.

Tidak ada tanda – tanda cedara termal.

Tidak ada infeksi.

Intervensi:

1. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi ( hidrasi stratum

korneum yang berlebihan ) ketika memasang kompres basah.

2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan menutulkan untuk menghisap dan

menghindari friksi.

3. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat

penggunaan kompres hangat dengan suhu yang terlau tinggi dan akibat

cedera panas yang tidak terasa ( bantalan pemanas, radiator )

4. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.

Rasional:

1. Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan

perluasan kelainan primer.

2. Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses

terjadinya sebagian penyakit kulit.

3. Penderita Dermatitis dapat mengalami penurunan sensitifitas terhadap

panas.

4. Banyaknya masalah kosmetika pada hakekatnya semua kelainan

malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.

2) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ( ...x...) jam diharapkan tidak

ada gatal dan nyeri dengan kriteria hasil:

Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda.

Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.

Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam penampilan

yang sehat.

Intervensi:

1. Periksa daerah yang terlibat

a. Upayakan untuk menemukan penyebab gangguan rasa

nyaman.

b. Mencatat hasil-hasil observasi secara rinci dengan memakai

terminologi deskriptif

c. Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi ,

mendapatkan riwayat pemakaian obat.

2. Kendalikan faktor – faktor iritan.

a. Pertahankan kelembaban kira-kira 60% gunakan alat pelembab

b. Pertahankan lingkungan dingin

c. Gunakan sabun ringan atau sabun yang dibuat untuk kulit

sensitif.

d. lepaskan kelebihan pakaian atau peralatan di tempat tidur.

e. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun ringan .

f. Hentikan pemajanan berulang terhadap deterjen, pembersih,

dan pelarut.

3. Menggunakan tindakan perawatan kulit untuk mempertahankan integritas

kulit dan meningkatkan kenyamanan pasien.

a. Melaksanakan kompresi penyejuk dengan air suam – suam kuku, atau

kompres dingin guna meredakan rasa gatal.

b. Mengatasi kekeringan sebagaimana di preskripsikan .

c. Mengoleskan losion dan krim kulit segera setelah mandi.

d. Menjaga agar kuku selau terpangkas.

e. Menggunakan terapi tropikal seperti yang preskiripsikan.

f. Membantu pasien menerima terapi yang lama, yang diperlukan pada

beberapa kelainan kulit.

g. Menasehati pasien untuk menghindari pemakaian salep atau losion

yang di beli tanpa resep dokter.

Rasional:

1. Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit meliputi bantuan dalam

menyusun rencana interfensi

a. Membantu menidentifikasi tindakan yang tepat untk memberikan

kenyamanan.

b. Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosa

dan pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak serupa tetapi

memepunyai etiologi yang berbeda, respon inflamasi kutan mungjin

mati pada pasien lansia.

c. Ruang menyeluruh terutama dengan awitan yang mendadak

dapat menunjukan reaksi alergi terhadap obat.

2. Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia dan fisik.

a. Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.

b. Kesejukan mengurangi gatal.

c. Upaya ini mencakup tidak adanya larutan diterjen, zat pewarna atau

bahan pengeras.

d. Meningkatkan lingkungan yang sejuk.

e. Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit.

f. Setiap substansi yang menghilangkan air, lipid atau protein dari

epidermis akan mengubah fungsi barier kulit.

3. Kulit merupakan barier yang penting yang harus dipertahankan keutuhanya

agar berfungsi dengan benar.

a. Pengisatan air yang bertahap dari kasa kompres akan menyejukan kulit

dan meredakan pruritus.

b. Kulit yang kering dpat menimbulkan daerah dermatitis dengan gejala

kemerahan, gatal, deskuamasi dan pada bentuk yang lebih berat,

pembengkakan, pembentukan lepuh, keretakan dan eksudat.

c. Hidrasi yang efektif pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan

barier pada kulit.

d. Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit karena garukan.

e. Tindakan ini membantu meredakan gejala.

f. Tindakan koping biasanya akan meningkatkan kenyamanan.

g. Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau sensitisasi

pengobatan sendiri.

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ( ...x...) jam diharapkan tidak

ada gangguan tidur dengan kriteria hasil:

Mencapai tidur yang nyenyak.

Melaporkan peredaran rasa gatal.

Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.

Intervensi:

1. Cegah dan obati kulit yang kering.

a. Menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki

fentilasi dan kelembaban yang baik.

b. Menjaga agar kulit selalu lembab.

c. Mandi hanya diperlukan jika kulit sangat kering.

d. Jangan gunakan sabun atau gunakan sabun yang lembut oleskan losion

segera sesudah mandi sementara kulit masih lembab.

2. Nasehati pasien untuk melakukan hal berikut yang dapat membantu

meningkatkan tidur

a. Menjaga jadwal tidur yang teratur pergi tidur pada saat yang sama dan

bangun pada sat yang sama.

b. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur

dimalam hari.

c. Melaksanakan gerak badan secara teratur.

d. Mengerjakan hal – hal yang rirual dan rutin menjelang tidur.

Rasional:

1. Pruritus nokturnal mengganggu tidur yang normal.

a. Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang

nyaman meningkatkan relaksasi.

b. Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal

biasanya tidak dapat disembuhkan, tapi bisa di kendalikan.

c. Semua tindakan ini kan memelihara kelembaban kulit.

2. a. Dengan kelembaban yang rendah kulit akan kehilangan air.

b. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam sesduah di konsumsi.

c. Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika

dilaksanakan pada sore hari.

d. Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terja menjadi

tertidur.

4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak

bagus.

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ( ...x...) jam diharapkan citra

tubuh pasien bagus dengan kriteria hasil:

Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri.

Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.

Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi.

Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.

Intervensi:

1. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien (Menghindari kontak mata,

merendahkan diri sendiri, ekspresi muak terhadap kondisi kulitnya).

2. Identiffikaasi stadium psikososial tahap perkembangan.

3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan, (dengan cara yang

terbuka, tidak menghkimi). Untuk mengekspresikan berduka/ansietas

tentang perubahan citra tubuh

4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien, bantu pasien yang cemas

dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta

mengatasi masalah.

5. Mendukung upaya pasien untuk memperbaiki citra diri (turut

berpartisippasi dalam penanganan kulitnya, merias atau merapikan diri)

6. Membantu pasien ke arah penerimaan diri.

7. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

8. Memberikan nasehat kepada pasien mengenai cara – cara perawatan

kosmetik untuk menyembunyikan kondisi kulit yang abnormal.

Rasional:

1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang

nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan

berpengaruh pada konsep diri.

2. Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi

serta pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya.

3. Pasien membutuhkan pengalaman, didengarkan dan dipahami.

4. Tindakan ini memeberikan kesempatan kepada petugas kesehatan untuk

menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas

situasi. Ketakutan merupakan unsur yang merusak adaptasi pasien .

5. (Untuk nomor 5 s/d 8). Pnedekatan dan sasaran yang positif tentang

tekhnik – tekhnik kosmetik seringkali membantu dalam meningkatkan

penerimaan diri dan sosialisasi.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ( ...x...) jam diharapkan pasien

mengerti tentang penyakitnya dengan kriteria hasil:

Menunjukan ekspresi mengerti.

Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan

rasional tindakan yang dilakukan.

Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang diprogramkan.

Intervensi:

1. Tentukan apakah pasien mengetahui (memahami dan salah mengerti)

tentang kondisi dirinya.

2. Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki

kesalahan konsepsi / informasi.

3. Peragakan penerapan terapi yang di programkan (kompres basah; terapi

topikal)

4. Berikan nasehat pada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan

fleksibel dengan tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta losion kulit.

5. Dorong pasien utnuk mendapatkan status nutrisi yang sehat.

Rasional:

1. Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.

2. Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada yang harus diperbuat,

kebanyakan pasien merasakan manfaat yang lebih.

3. Memungkinkan pasien untuk memperoleh kesempatan untuk

menunjukan cara yang tepat untuk melakukan terapi.

4. Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas kulit tetap terjaga.

Pengolesan krim atau losion untuk melembabkan kulit akan mencegah agar

kulit tidak menjadi kering, kasar, retak dan bersisik.

5. Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang.

Perubahan pada kulit akan menandakan status nutrisi yang ab normal.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ( ...x...) jam diharapkan tidak

ada infeksi dengan kriteria hasil:

Tidak ada tanda dan gejala infeksi

Intervensi:

1. Memiliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada

pasien yag sistem kekebalanya ter ganggu.

2. Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada pasien mengenai

program terapi.

3. Laksanankan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan

untuk mengurangi intensitas inflamasi

4. Sediakan terapi rendaman separti yang diprogramkan .

5. Berikan preparat anibiotik yang diresepkan dokter.

6. Gunakan obat-obat topikal yang mengandug kortikosteroid seperti

yang diresepkan dokter dan menurut indikasinya

a. Observasi lesie secara periodik untuk peribahan respon terhadap terapi.

b. Instruksikan pasien tentang kemungkinan efek samping penggunaan

jangka panjang kortikosteroid, topikal, difluorinasi.

7. Nasihati pasien untuk menghentukan pemakaian obat kulit yang yang

memperburuk masalah.

Rasional:

1. Setiap keadaan yang mengganggu status imune akan memperbesar

resiko terjadinya infeksi kulit.

2. Pendidikan pasien yang efektif bergantung kepada ketrampilan,

keterampilan interpresonal, profesional kesehatan dan pada pemberian

instruksi yang jelas yang diperkuat instruksi tertulis.

3. Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang

menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah kulit dan dengan demikian

mengurangi eritema serta produksi serum. Kompres basah akan membantu

tindakan debridemen fesikel serta krusta dan mengendalikan proses

inflamasi.

4. Melepaskan eksudat dan krusta.

5. Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikrorganisme penyebab

infeksi.

6. Kortikosteroid memiliki kerja anti inflamasi yang menjelaskan

sebagian kemampuanya untuk menimbuklan vasokontriksi pada pembuluh

- pembuluh kecil dalam dermis lapisan atas. Pemakaian kortikosterod

topikal yang ekstensif dalam waktu yang lama dapat menimbulkan efek

anti proliferatif pada sel – sel epidermis ( kerontokan rambut pada daerah

yang dioleskan ).

7. Dermatitis kontak atau reaksi alergi dapat terjadi setiap unsur yang ada

dalam obat tersebut.

IV. EVALUASI

Setelah dilakukan tindakan hasil yang di harapkan adalah sebagai berikut:

1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

fungsi barier kulit.

1. Memepertahankan integritas kulit.

2. Tidak adanya maserasi.

3. Tidak ada tanda – tanda cedara termal.

4. Tidak ada infeksi.

5. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.

6. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.

2) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.

1. Mencapai peredaan gangguan rasa.

2. Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda.

3. Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.

4. Mematuhi terapi yang diprogramkan.

5. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.

6. Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam penampilan

yang sehat.

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.

1. Mencapai tidur yang nyenyak.

2. Melaporkan peredaran rasa gatal.

3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

4. Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur malam

hari.

5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

6. Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.

4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak

bagus.

1. Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri.

2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.

3. Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi.

4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri

5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.

6. Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.

7. Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan

teknik untuk meningkatkan penampilan.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.

1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

2. Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan

rasional tindakan yang dilakukan.

3. Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang diprogramkan.

4. Gunakan obat tropikal dengan tepat.

5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

1. Tetap bebas dari infeksi.

2. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan

dan mencegah kerusakan.

3. Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.

4. Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke

petugas perawatan kesehatan.

5. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit (misalnya mandi, dan

penggantian balut).

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Marwali Harahap, Prof. Dr.2000.Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta: Hipokrates

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Price, Sylvia Anderson. 1991. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

NANDA.2006.Pedoman Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 – 2006. ....: Primamedika.

DERMATITIS

OLEH KELOMPOK 7

I Kadek Andhika Putra

Luh Putu Risma Agustini

Ni Putu Parmini

Ni Putu Sukma Pradnyayanthi

Ayu Surya Dewi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2014