askep aneurisma intrakranial

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah, yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/ balon. Dinding pembuluh darah pada aneurisma ini biasanya menjadi lebih tipis dan mudah pecah. Sebenarnya aneurisma dapat terjadi di pembuluh darah mana saja di tubuh kita. Apabila aneurisma terjadi pada pembuluh darah di dada, beberapa gejalanya adalah rasa sakit di dada, batuk yang menetap, dan kesulitan untuk menelan. Pada perokok sering terjadi aneurisma pada pembuluh darah di lutut, yang menimbulkan gejala seperti tertusuk-tusuk di belakang lutut. Apabila aneurisma ini terjadi pada pembuluh darah otak, gejalanya dapat berupa sakit kepala yang hebat, bersifat berdenyut, dapat disertai atau tidak disertai dengan muntah. Komplikasi dari aneurisma dapat menyebabkan terjadinya pecahnya pembuluh darah di otak, yang juga dikenal dengan stroke. Sayangnya, kasus ini belum banyak diketahui di Indonesia dan data tentang penyakit ini masih sangat sedikit. Pelebaran ini dapat pula menekan dan mengikis jaringan di dekatnya. Bila aneurisma itu berada dekat tulang, tulang tersebut akan menipis. Bila berdekatan dengan tenggorokan, maka bagian akan tertekan dan saluran napas tersumbat. Di dalam rongga aneurisma, mudah terbentuk gumpalan darah yang disebut trombus. Trombus ini sangat rapuh dan mudah 1

description

asuhan keperawatan

Transcript of askep aneurisma intrakranial

Page 1: askep aneurisma intrakranial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah,

yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media

dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/ balon. Dinding pembuluh darah pada

aneurisma ini biasanya menjadi lebih tipis dan mudah pecah. Sebenarnya aneurisma dapat

terjadi di pembuluh darah mana saja di tubuh kita. Apabila aneurisma terjadi pada

pembuluh darah di dada, beberapa gejalanya adalah rasa sakit di dada, batuk yang

menetap, dan kesulitan untuk menelan. Pada perokok sering terjadi aneurisma pada

pembuluh darah di lutut, yang menimbulkan gejala seperti tertusuk-tusuk di belakang

lutut. Apabila aneurisma ini terjadi pada pembuluh darah otak, gejalanya dapat berupa

sakit kepala yang hebat, bersifat berdenyut, dapat disertai atau tidak disertai dengan

muntah. Komplikasi dari aneurisma dapat menyebabkan terjadinya pecahnya pembuluh

darah di otak, yang juga dikenal dengan stroke. Sayangnya, kasus ini belum banyak

diketahui di Indonesia dan data tentang penyakit ini masih sangat sedikit.

Pelebaran ini dapat pula menekan dan mengikis jaringan di dekatnya. Bila

aneurisma itu berada dekat tulang, tulang tersebut akan menipis. Bila berdekatan dengan

tenggorokan, maka bagian akan tertekan dan saluran napas tersumbat. Di dalam rongga

aneurisma, mudah terbentuk gumpalan darah yang disebut trombus. Trombus ini sangat

rapuh dan mudah menyerpih. Serpihan ini menimbulkan sumbatan pembuluh darah di

berbagai tempat.

Normalnya, pembuluh darah mempunyai tiga lapisan utama yaitu:

1. Lapisan pertama disebut lapisan intima yang terdiri dari satu lapis endotel.

2. Lapisan kedua adalah lapisan media yang terdiri dari lapisan otot yang elastis.

3. Lapisan ketiga adalah lapisan adventisia yang terdiri dari jaringan ikat longgar dan

lemak.

Delapan puluh lima sampai sembilan puluh persen aneurisma berasal dari bagian

depan atau pembuluh darah karotis, dan sisanya berasal dari bagian belakang atau

pembuluh vertebralis. Aneurisma dikatakan hampir tidak pemah menimbulkan gejala

kecuali terjadi pembesaran dan menekan salah satu saraf otak sehingga memberikan gejala

sebagai kelainan saraf otak yang tertekan seperti pada trigeminal neuralgia.

Aneurisma intrakranial sering ditemukan ketika terjadi ruptur yang dapat

menyebabkan perdarahan dalam otak atau pada ruang subarahnoid, sehingga

1

Page 2: askep aneurisma intrakranial

menyebabkan perdarahan subarahnoid. Perdarahan subarahnoid dari suatu ruptur atau

aneurisma otak dapat menyebabkan terjadinya stroke hemoragik, kerusakan dan kematian

otak.

Orang yang menderita aneurisma di otak, tidak diperbolehkan berolahraga berat

seperti angkat besi. Bahaya perdarahan otak mudah terjadi dan bisa berakibat fatal.

Aneurisma sering baru diketahui setelah dilakukan foto rontgen angiografi untuk

keperluan lain. Penyebab aneurisma ini bisa karena infeksi, aterosklerosis, rudapaksa, atau

kelemahan bawaan pada dinding pembuluh darah.

Di banyak negara, prevalensi penyakit ini tergolong tinggi. Di Amerika Serikat,

misalnya, aneurisma mencapai rata-rata lima per 100.000 kasus, tergolong paling tinggi

dibandingkan dengan gangguan atau kelainan otak lainnya. Kasus ini di banyak negara

ditemui pada pasien berusia 3 - 50 tahun.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada makalah ini meliputi :

1. Apakah pengertian dari aneurisma intrakranial ?

2. Apa saja ethiologi dari aneurisma intrakranial ?

3. Bagaimana insiden terjadinya aneurisma intrakranial ?

4. Apa klasifikasi dari aneurisma intrakranial ?

5. Bagaimana WOC dari aneurisma intrakranial ?

6. Bagaimana manifestasi klinis dari aneurisma intrakranial ?

7. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk penyakit aneurisma

intrakranial ?

8. Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit aneurisma intrakranial ?

9. Bagaimana asuhan keperawatan teori dari aneurisma intrakranial ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari aneurisma intrakranial.

2. Untuk mengetahui ethiologi dari aneurisma intrakranial.

3. Untuk mengetahui insiden dari aneurisma intrakranial.

4. Untuk mengetahui klasifikasi dari aneurisma intrakranial.

5. Untuk mengetahui WOC dari aneurisma intrakranial.

6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari aneurisma intrakranial.

7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk penyakit aneurisma

intrakranial

2

Page 3: askep aneurisma intrakranial

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit aneurisma intrakranial

9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori dari aneurisma intrakranial

3

Page 4: askep aneurisma intrakranial

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGERTIAN

Aneurisma intrakranial/serebral adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding

pembuluh darah, yang didasarkan atas rusaknya dua lapisan dinding pembuluh darah,

yaitu tunika media dan tunika intima, yang menjadi elastis mengakibatkan kelemahan

pada pembuluh darah di daerah tersebut sehingga membentuk tonjolan akibat tekanan

pembuluh darah.

Aneurisma intracranial (serebral) adalah dilatasi dinding arteri serebral yang

berkembang sebagai hasil dari kelemahan dinding arteri (Brunner & Suddarth, 2001).

Aneurisma serebral (aneurisma otak) adalah kelainan di mana terjadi kelemahan

pada dinding pembuluh darah otak, baik pembuluh darah nadi maupun pembuluh darah

balik (tunika media dan tunika intima dari arteri maupun vena) yang menyebabkan

penggelembungan pembuluh darah otak tersebut secara terlokalisir. Pelebaran ini dapat

pula menekan dan mengikis jaringan di dekatnya. Di dalam rongga aneurisma, mudah

terbentuk gumpalan darah yang disebut trombus. Trombus ini sangat rapuh dan mudah

menyerpih. Serpihan ini menimbulkan sumbatan pembuluh darah di berbagai tempat.

2.2 ETHIOLOGI

Aneurisma dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :

Melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri. Merupakan kasus yang paling

sering terjadi. Kelemahan pada dinding pembuluh darah ini menyebabkan bagian

pembuluh yang tipis tidak mampu menahan tekanan darah yang relatif tinggi sehingga

akan menggelembung.

Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah arteri) dapat juga

menyebabkan pertumbuhan dan pecahnya aneurisma.

Beberapa infeksi dalam darah

Bersifat genetic

Tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Gelembung semula kecil, dengan bertambahnya

usia dan penurunan kekuatan pembuluh, dapat menjadi semakin besar hingga akhirnya

pecah.

Cedera kepala merupakan penyebab yang paling sering ditemukan pada penderita

perdarahan intrakranial yang berusia dibawah 50 tahun.

4

Page 5: askep aneurisma intrakranial

Penyebab lainnya adalah malformasi arteriovenosa, yaitu kelainan anatomis di

dalam arteri atau vena di dalam atau di sekitar otak. Malformasi arteriovenosa merupakan

kelainan bawaan, tetapi baru diketahui keberadaannya jika telah menimbulkan gejala.

Perdarahan dari malformasi arteriovenosa bisa secara tiba-tiba menyebabkan pingsan dan

kematian, dan cenderung menyerang remaja dan dewasa muda. Kadang dinding

pembuluh darah menjadi lemah dan menonjol, yang disebut dengan aneurisma. Dinding

aneurisma yang tipis bisa pecah dan menyebabkan perdarahan.

2.3 INSIDEN

Di banyak negara, prevalensi penyakit ini tergolong tinggi. Di Amerika Serikat,

misalnya, aneurisma mencapai rata-rata lima per 100.000 kasus, tergolong paling tinggi

dibandingkan dengan gangguan atau kelainan otak lainnya. Kasus ini di banyak negara

ditemui pada pasien berusia lebih dari 50 tahun.

Insiden dari aneurisma baik yang pecah maupun yang utuh pada otopsi ditemukan

sebesar 5 % dari populasi umum. Insiden pada wanita ditemukan lebih banyak

dibandingkan pria, yaitu: 2 - 3, dan aneurisma multiple atau lebih dari satu didapatkan

antara 15 - 31% (Vale dan Hadley).

2.4 KLASIFIKASI

Berdasarkan bentuknya, aneurisma dapat dibedakan:

Aneurisma tipe fusiform (5–9%)

Penderita aneurisma ini mengalami kelemahan dinding melingkari pembuluh darah

setempat sehingga menyerupai badan botol.

Aneurisma tipe sakuler atau aneurisma kantong (90–95%)

Pada aneurisma ini, kelemahan hanya pada satu permukaan pembuluh darah sehingga

dapat berbentuk seperti kantong dan mempunyai tangkai atau leher. Dari seluruh

aneurisma dasar tengkorak, kurang lebih 90% merupakan aneurisma sakuler.

Berdasarkan diametemya aneurisma sakuler dapat dibedakan atas:

Aneurisma sakuler kecil dengan diameter < 1 cm.

Aneurisma sakuler besar dengan diameter antara 1- 2.5 cm

Aneurisma sakuler raksasa dengan diameter > 2.5 cm

Aneurisma tipe disekting ( < 1% ).

5

Page 6: askep aneurisma intrakranial

2.5 WOC

6

Ethiologi :Genetik, Ateroskelrosis, Infeksi dlm

darah, Hipertensi, Idiopatik

Kelainan lapisan pembuluh darah

Pembuluh darah mnjd elastic & lemah

Tipis dan mudah pecah

Tonjolan

Aneurisma

Pelebaran pembuluh darah IK

Trjd Ruptur

Perdarahan IK

TIK

Faktor Resiko :Usia > 50 thn, Wanita, Perokok,

Alkoholik, Kokain

Penekanan jaringan sekitar

Perubahan syaraf kranial

Nervus vagus

Cefalgia

G3. Nyaman Nyeri

Nervus Optikus

Respon mual-muntah

Anorexia

Pemenuhan nutrisi kurang dr kebutuhan

G3. Persepsi sensori pengelihatan

Resti cidera

KOMPLIKASI :Stroke Hemoragic

Perdarahan intra serebralPerdarahan subarachnoid

Perdarahan Cerebral

Perubahan perfusi cerebral

Kebutuhan O2 Meningkat

Sesak nafas

G3. Pola Nafas

Defisit Pengetahuan

Ansietas

Page 7: askep aneurisma intrakranial

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang timbul tergantung dari lokasi dan ukuran aneurisma tersebut. Beberapa

gejala yang dapat timbul adalah sakit kepala, penglihatan kabur/ganda, mual, kaku leher

dan kesulitan berjalan. Tetapi beberapa gejala dapat menjadi peringatan (warning sign)

adanya aneurisma, yaitu: kelumpuhan sebelah anggota gerak kaki dan tangan, gangguan

penglihatan, kelopak mata tidak bisa membuka secara tiba-tiba, nyeri pada daerah wajah,

nyeri kepala sebelah ataupun gejala menyerupai gejala stroke. Denyut jantung dan laju

pernafasan sering naik turun, kadang disertai dengan kejang, koma, sampai kematian.

Pertanda awal bisa terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa minggu sebelum

aneurisma pecah.

Gambaran klinik pecahnya aneurisma dibagi dalam 5 tingkat ialah:

Tingkat I : Sefalgia ringan dan sedikit tanda perangsangan selaput otak atau tanpa

gejala.

Tingkat II : Sefalgia agak hebat atau ditambah kelumpuhan saraf otak.

Tingkat III : Kesadaran somnolent, bingung atau adanya kelainan neurologik fokal

sedikit.

Tingkat IV : Stupor, hemiparese sampai berat, mungkin adanya permulaan deserebrasi

dan gangguan sistim saraf otonom.

Tingkat V : Koma dalam, tanda rigiditas desebrasi dan stadium paralisis cerebral

vasomotor.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT scan

Menunjukkan lokasi aneurisma, menunjukkan pecahnya aneurisma, bila aneurisma

belum pecah, bila cukup besar, dapat dilihat sebagai nodul bulat dalam ruang

subarachnoid basal, kadang-kadang dengan dinding berkapur.

2. Angiography

Bertujuan mengenali aneurisma, lokasi yang tepat, dan ukuran aneurisma. Untuk

mencapai tujuan ini prosedur yang ideal adalah angiografi rotasi dengan rekonstruksi

tiga dimensi. Hal ini berguna jika prosedur occlusive endovascular direncanakan.

3. MRI

Berguna hanya dalam aneurisma besar dan raksasa untuk lebih mengevaluasi

komponen thrombosis dan hubungan dengan struktur saraf yang berdekatan.

7

Page 8: askep aneurisma intrakranial

2.8 PENATALAKSANAAN

Untuk aneurisma yang belum pecah, terapi ditujukan untuk mencegah agar aneurisma

tidak pecah, dan juga agar tidak terjadi penggelembungan lebih lanjut dari aneurisma

tersebut.

Untuk aneurisma yang sudah pecah, tujuan terapi adalah untuk mencegah perdarahan

lebih lanjut dan untuk mencegah atau membatasi terjadinya vasospasme. Penderita

harus segera dirawat dan tidak boleh melakukan aktivitas berat. Obat pereda nyeri

diberikan untuk mengatasi sakit kepala hebat. Kadang dipasang selang drainase di

dalam otak untuk mengurangi tekanan.

Terapi pembedahan

Aneurisma biasanya diatasi dengan operasi kraniotomi terbuka, yang dilakukan

dengan membedah otak, memasang klip logam kecil di dasar aneurisma, sehingga

bagian dari pembuluh darah yang menggelembung itu tertutup dan tidak bisa dilalui

oleh darah. Terapi lain adalah dengan operasi endovaskuler, yaitu memasukkan kateter

dari pembuluh darah arteri di kaki, dimasukkan terus sampai ke pembuluh darah di

otak yang terkena aneurisma, dan dengan bantuan sinar X, dipasang koil logam di

tempat aneurisma pembuluh darah otak tersebut. Setelah itu dialirkan arus listrik ke

koil logam tersebut, dan diharapkan darah di tempat aneurisma itu akan membeku dan

menutupi seluruh aneurisma tersebut.

2.9 KOMPLIKASI

Aneurisma yang pecah dapat mengakibatkan :

1. Stroke hemoragik

2. Perdarahan subarachnoid saja.

3. Perdarahan subarachnoid dan perdarahan intra serebral (60%).

4. Infark serebri (50%).

5. Perdarahan subarachnoid dan subdural.

6. Perdarahan subarachnoid dan hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi

hidrosephalus normotensif (30%).

7. Aneurisma arteri carotis interna dapat menjadi fistula caroticocavernosum.

8. Masuk ke sinus sphenoid bisa timbul epistaksis.

9. Perdarahan subdural saja.

8

Page 9: askep aneurisma intrakranial

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 PENGKAJIAN

a. Identitas Pasien

yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan,

suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.

b. Keluhan Utama

Biasanya klien mengalami sakit kepala yang mendadak

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien mengeluh sakit kepala berdenyut yang mendadak dan berat, mual dan

muntah, gangguan penglihatan (pandangan kabur/ganda, kelopak mata tidak

membuka), kaku leher, nyeri daerah wajah, kelumpuhan sebelah anggota gerak kaki

dan tangan, denyut jantung dan laju pernapasan naik turun, hilang kesadaran (kejang,

koma, kematian).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Kemungkinan klien sering mengkonsumsi makanan yangberlemak tinggi, kolesterol

tinggi, klien mempunyai riwayat hipertensi, penyakit DM, klien suka mengkonsumsi

garam meja berlebihan, klien mempunyai kebiasaan merokok, pengguna kokain, klien

pernah mengalami trauma kepala.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Biasanya keluarga memiliki penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, stroke, atau

penyakit lainnya.

f. Riwayat Psiko-Sosial

Pada klien dengan aneurisma intracranial biasanya klien akan camas dengan prognosis

penyakitnya, klien akan tidak bisa atau sulit untuk beraktifitas, maka klien akan

merasa tidak berharga, Produktifitas klien akan menurun.

g. Pemeriksaan Fisik

B1 ( Breathing )

Biasanya klien mengalami sesak napas, bentuk dada simetris, ekspansi dada

meningkat

B2 ( Blood )

Biasanya klien mengalami peningkatan pada tekanan darah

B3(Brain)

9

Page 10: askep aneurisma intrakranial

Biasanya klien mengalami kejang, nyeri kepala, kesadaran menurun

B4 (Bladder)

Biasanya klien pada penyakit ini tidak mengalami gangguan pada sistem

perkemihan

B5(Bowel)

Biasanya mengalami mual muntah, penurunan nutrisi, anoreksia, penurunan BB

B6 (Bone)

Biasanya terjadi kelemahan otot, gangguan mobilitas fisik, melemahnya otot-otot

bicara

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan pendarahan serebral

2. Gangguan pola napas berhubungan dengan sesak napas

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan syaraf optikus

6. Resti cidera berhubungan dengan gangguan penglihatan

7. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit dan pengobatan.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa 1

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi serebral kembali

normal

Kriteria hasil : pasien mampu mempertahankan tingkat kesadaran/tingkat kesadaran

membaik, TTV dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK.

Intervensi :

1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan

serebral

R/ : untuk menentukan intervensi selanjutnya

2. Observasi status neurologi secara teratur

R/ : mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial

peningkatan TIK

3. Observasi TTV (tekanan darah, nadi, RR)

R/ : peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti penurunan tekanan darah

diastolic merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK, napas yang tidak teratur

10

Page 11: askep aneurisma intrakranial

menentukan lokasi adanya gangguan serebral, demam menentukan letak

kerusakan pada hipotalamus.

4. Observasi perubahan pada penglihatan, misalnya penglihatan kabur atau ganda

R/: untuk menentukan intervensi

5. Catat adanya refleks-refleks tertentu seperti reflex menelan, batuk,dsb

R/: penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada otak tengah atau

betang otak

6. Pertahankan kepala pada posisi tengah atau pada posisi netral

R/ : kepala yang miring akan meningkatkan TIK

2. Diagnosa 2

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola napas menjadi efektif

Kriteria Hasil : pola napas normal, sesak berkurang atau hilang.

Intervensi :

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan

R/ : perubahan pola napas dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal

2. Angkat kepala tempat tidur sesuai indikasi

R/ : untuk memudahkan ekspansi paru

3. Anjurkan pasien untuk napas dalam yang efektif

R/ : mencegah atelektasis

4. Kolaborasi pemberian oksigen

R/ : membantu dalam mencegah hipoksia

3. Diagnosa 3

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang

atau hilang

Kriteria hasil : nyeri berkurang/hilang, pasien tampak rileks

Intervensi :

1. Observasi karateristik nyeri

R/: untuk menetukan intervensi selanjutnya

2. Berikan lingkungan yang tenang

R/ : meningkatkan relaksasi

3. Tingkatkan tirah baring, bantu dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri

R/ : menurunkan gerakan yang dpat meningkatkan nyeri

4. Posisikan yang nyaman sesuai indikasi

R/ : untuk mengurangi nyeri

5. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

11

Page 12: askep aneurisma intrakranial

R/ : agar nyeri dapat berkurang

6. Kolaborasi pemberian analgetik

R/: untuk menghilangkan rasa nyeri.

12

Page 13: askep aneurisma intrakranial

BAB IV

P E N U T U P

4.1 KESIMPULAN

Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah,

yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media

dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/ balon. Dinding pembuluh darah pada

aneurisma ini biasanya menjadi lebih tipis dan mudah pecah. Sebenarnya aneurisma

dapat terjadi di pembuluh darah mana saja di tubuh kita. Apabila aneurisma terjadi pada

pembuluh darah di dada, beberapa gejalanya adalah rasa sakit di dada, batuk yang

menetap, dan kesulitan untuk menelan. Pada perokok sering terjadi aneurisma pada

pembuluh darah di lutut, yang menimbulkan gejala seperti tertusuk-tusuk di belakang

lutut. Apabila aneurisma ini terjadi pada pembuluh darah otak, gejalanya dapat berupa

sakit kepala yang hebat, bersifat berdenyut, dapat disertai atau tidak disertai dengan

muntah. Komplikasi dari aneurisma dapat menyebabkan terjadinya pecahnya pembuluh

darah di otak, yang juga dikenal dengan stroke. Sayangnya, kasus ini belum banyak

diketahui di Indonesia dan data tentang penyakit ini masih sangat sedikit.

Pelebaran ini dapat pula menekan dan mengikis jaringan di dekatnya. Bila

aneurisma itu berada dekat tulang, tulang tersebut akan menipis. Bila berdekatan dengan

tenggorokan, maka bagian akan tertekan dan saluran napas tersumbat. Di dalam rongga

aneurisma, mudah terbentuk gumpalan darah yang disebut trombus. Trombus ini sangat

rapuh dan mudah menyerpih. Serpihan ini menimbulkan sumbatan pembuluh darah di

berbagai tempat.

Prognosis pada aneurisma bergantung pada jenis aneurisma (rupture atau unruptur),

bentuk aneurisma, lokasi, waktu penanganan dan kondisi pasien saat dilakukan

pengobatan (usia, gejala klinis, kesadaran dan adanya penyakit lain). Prinsipnya semakin

cepat ditemukan aneurisma mempunyai kemungkinan kesembuhan yang baik, oleh

karena itu pemeriksaan medis rutin sangat dianjurkan.

4.2 SARAN

Aneurisma Otak = Bom Waktu di Kepala, yang sewaktu-waktu pasti akan pecah.

Dan apabila pecah akan menimbulkan berbagai macam tanda dan gejala yang sangat

mengancam jiwa. Anuerisma intra cranial sangat potensial untuk mendapatkan penyakit

stroke.

13

Page 14: askep aneurisma intrakranial

Maka dari itu jagalah kesehatan kita, Setiap kita pasti mempunyai risiko untuk

mendapatkan aneurisma intracranial, siapa tau??? Marilah kita hindari terlalu banyak

makanan yang berlemak, kolesterol tinggi, konsumsi berlebihan konsumsi garam

meja/dapur, hindari emosi, olah raga teratur dan pastinya pola hidup sehat.

Dan dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat

memahami bagaimana tentang penyakit aneurisama intracranial ini, dapat membuat

laporan kasus nantinya dan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang efektif dan

efisien bagi klien aneurisma intracranial.

14

Page 15: askep aneurisma intrakranial

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.

EGC: Jakarta

Chang, Ester. 2009. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. EGC: Jakarta

R. Sjamsuhidajat. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta

Soeparman & Sarwono waspadji. 1999 . Ilmu Penyakit dalam. Gaya Baru.

Jakarta .

15