Makalah Aneurisma Aorta

22
Aneurisma Aorta | 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kuliah dengan metode “Task Reading” yang difasilitasi oleh tutor kelompok kami yaitu dr. Iing, M. Erg. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Aneurisma Aorta” yang mencakup definisi, patofisiologi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis serta penatalaksanaan untuk penyakit aneurisma aorta. Sebagaimana kita ketahui, aneurisma adalah dilatasi patologik segmen pembuluh darah dan biasanya tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi, ketika aneurisma mengembang, akan menyebabkan nyeri. Kompresi atau erosi jaringan di dekatnya oleh aneurisma juga menimbulkan gejala. Pembentukan trombus mural dalam aneurisma cenderung menimbulkan embolisasi perifer. Terkadang aneurisma bocor, megakibatkan ekstravasasi darah ke dalam dinding pembuluh darah dan area periadventisial dan menyebabkan nyeri yang akut dan nyeri lokal. Hal ini biasanya pertanda ruptur dan menunjukkan kedaruratan medis. Ruptur akan lebih sering terjadi tanpa tanda peringatan sebelumnya, dan komplikasi ini selalu mengancam jiwa. B. Tujuan 1. Mengetahui anatomi dari aorta. 2. Mengetahui histologi dari aorta. 3. Mengetahui definisi dari aneurisma aorta. 4. Mengetahui patofisiologi dari aneurisma aorta. 5. Mengetahui etiologi dari aneurisma aorta. 6. Mengetahui klasifikasi untuk aneurisma aorta. 7. Mengetahui gambaran klinis dari penyakit aneurisma aorta. 8. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk aneurisma aorta. 9. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk aneurisma aorta.

description

TR Aneurisma Aorta by Silva Netta Oktari (UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM)

Transcript of Makalah Aneurisma Aorta

  • A n e u r i s m a A o r t a | 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kuliah dengan metode Task Reading

    yang difasilitasi oleh tutor kelompok kami yaitu dr. Iing, M. Erg.

    Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Aneurisma Aorta yang

    mencakup definisi, patofisiologi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis serta

    penatalaksanaan untuk penyakit aneurisma aorta.

    Sebagaimana kita ketahui, aneurisma adalah dilatasi patologik segmen pembuluh

    darah dan biasanya tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi, ketika aneurisma

    mengembang, akan menyebabkan nyeri. Kompresi atau erosi jaringan di dekatnya oleh

    aneurisma juga menimbulkan gejala. Pembentukan trombus mural dalam aneurisma

    cenderung menimbulkan embolisasi perifer. Terkadang aneurisma bocor, megakibatkan

    ekstravasasi darah ke dalam dinding pembuluh darah dan area periadventisial dan

    menyebabkan nyeri yang akut dan nyeri lokal. Hal ini biasanya pertanda ruptur dan

    menunjukkan kedaruratan medis. Ruptur akan lebih sering terjadi tanpa tanda peringatan

    sebelumnya, dan komplikasi ini selalu mengancam jiwa.

    B. Tujuan

    1. Mengetahui anatomi dari aorta.

    2. Mengetahui histologi dari aorta.

    3. Mengetahui definisi dari aneurisma aorta.

    4. Mengetahui patofisiologi dari aneurisma aorta.

    5. Mengetahui etiologi dari aneurisma aorta.

    6. Mengetahui klasifikasi untuk aneurisma aorta.

    7. Mengetahui gambaran klinis dari penyakit aneurisma aorta.

    8. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk aneurisma aorta.

    9. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk aneurisma aorta.

  • A n e u r i s m a A o r t a | 2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Anatomi Aorta

    Aorta merupakan arteri utama yang membawa darah yang kaya oksegin dari

    ventrikulus sinister jantung ke jaringan-jaringan di dalam tubuh. Aorta terbagi sebagai

    berikut:

    1. Aorta ascendens

    Aorta ascendens mulai dari basis ventrikulus sinister dan berjalan ke atas dan

    ke depan sehingga terletak di belakang pertengahan kanan sternum setinggi angulus

    sterni, tempat pembuluh nadi ini melanjutkan diri menjadi arcus aorta. Aorta

    ascendens terletak di dalam pericardium fibrosum dan terbungkus bersama dengan

    truncus pulmonalis di dalam sarung pericardium serosum. Pada pangkalnya terdapat

    tiga tonjolan, sinus aortae, yang masing-masing terletak di belakang cruspis valve

    aortae. Cabang-cabang aorta ascendens adalah:

    a. Arteria coronaria dextra yang berasal dari sinus anterior aortae.

    b. Arteria coronaria sinistra yang berasal dari sinus posterior sinistra aortae.

    2. Arcus aortae

    Arcus aortae merupakan lanjutan aorta ascendens. Pembuluh ini terletak di

    belakang manubrium sterni dan berjalan ke atas, belakang, dan kiri di depan trachea

    (arah utamanya adalah ke belakang). Kemudian pembuluh ini berjalan ke bawah di

    sebelah kiri trachea, dan setinggi angulus sterni melanjutkan diri sebagai aorta

    descendens. Cabang-cabangnya:

    a. Truncus brachiocephalicus berasal dari permukaan cembung arcus aorta.

    Pembuluh ini berjalan ke atas dan disebelah kanan trachea, dan bercabang dua

    menjadi arteria subclavia dextra dan arteria carotis communis dextra di belakang

    articulation sternoclavicularis dextra.

    b. Arteria carotis communis sinistra berasal dari permukaan cembung arcus aorta di

    sebelah kiri truncus brachiocephalicus. Pembuluh ini berjalan ke atas dan di

    sebelah kiri trachea dan masuk ke leher di belakang articulation sternoclavicularis

    sinistra.

  • A n e u r i s m a A o r t a | 3

    c. Arteria subclavia sinistra berasal dari arcus aorta di belakang arteri carotis

    communis sinistra. Berjalan ke atas sepanjang sisi kiri trachea dan oesophagus

    untuk masuk ke pangkal leher. Pembuluh ini melengkung di permukaan atas apex

    pulmo sinister.

    3. Aorta thoracica

    Aorta thoracica terletak di dalam mediastinum posterior dan mulai sebagai

    lanjutan arcus aortae di sebelah kiri pinggir bawah corpus vertebra thoracica IV

    (setinggi angulus sterni). Kemudian berjalan turun ke bawah di dalam mediastinum

    posterior, miring ke depan dan medial untuk mencapai permukaan anterior columna

    vertebralis. Setinggi vertebra thoracica XII pembuluh ini berjalan di belakang

    diaphragm (melalui hiatus aorticus) pada garis tengah dan melanjutkan diri sebagai

    aorta abdominalis. Cabang-cabangnya:

    a. Arteriae intercostales posterior dipercabangkan untuk sembilan spatium

    intercostale bagian bawah pada masing-masing sisi.

    b. Arteriae subcostales dipercabangkan pada masing-masing sisi dan berjalan

    sepanjang pinggir bawah costa XII untuk masuk ke dinding abdomen.

    c. Rami pericardiaci, oesophageales dan bronchiales merupakan cabang-cabang

    kecil yang menuju ke organ-organ tersebut.

    4. Aorta abdominalis

    Aorta memasuki abdomen melalui hiatus aorticus diaphragma yang terletak di

    depan vertebra thoracica XII. Aorta berjalan turun di belakang peritoneum pada facies

    anterior corpus vertebrae lumbales. Setinggi vertebra lumbalis IV, aorta bercabang

    menjadi dua arteri iliaca communis. Di sebelah kanannya terdapat vena cava inferior,

    cistern chili, dan pangkal vena azygos. Di sebelah kirinya terletak truncus

    symphaticus sinistra. Cabang-cabangnya:

    a. Tiga cabang visceral anterior

    Truncus coeliacus

    Arteria mesenterica superior

    Arteria mesenteric inferior

    b. Tiga cabang visceral lateralis

    Arteria suprarenalis

  • A n e u r i s m a A o r t a | 4

    Arteria renalis

    Arteria testicularis atau arteria ovarica

    c. Lima cabang lateral dinding abdomen

    Arteria phrenica inferior

    Empat buah arteria lumbales

    d. Tiga cabang terminal

    Dua arteria iliacea communis

    Arteria sacralis mediana

    (Snell, 2006)

    Gambar 1. Cabang-cabang utama aorta

  • A n e u r i s m a A o r t a | 5

    Gambar 2. Aorta dan vena cava inferior.

    Gambar 3. Ciri-ciri permukaan aorta beserta cabang-cabngnya dan vena cava inferior pada dinding anterior

    abdomen.

  • A n e u r i s m a A o r t a | 6

    Diagram 1. Cabang-cabang aorta abdominalis.

    B. Histologi Aorta

    Konsistensi dasar dinding pembuluh darah adalah sel, terutama sel endotel (SE)

    dan sel otot polos (SMC), serta matriks ekstrasel, termasuk elastin, kolagen, dan

    glikosaminoglikan. Tiga lapisan konsentrik yaitu intima, media, dan adventisia yang

    paling jelas terlihat di pembuluh darah besar seperti aorta. Dalam arteri normal, intima

    terdiri atas satu lapisan SE dengan jaringan ikat subendotel minimal di bawahnya dan

    dipisahkan dari media oleh suatu membrane elastic padat yang disebut lamina elastic

    interna. Lapisan sel otot polos tunika media di dekat lumen menerima oksigen dan

    nutrient melalui difusi langsung dari lumen pembuluh, yang dipermudah oleh adanya

    lubang (fenestrasi) di membrane elastic interna. Namun, untuk pembuluh berukuran

    sedang sampai besar difusi dari lumen kurang memadai bagi bagian luar tunika media,

    sehingga lapisan ini mendapat makanan dari arteriol kecil yang berasal bagian luar

  • A n e u r i s m a A o r t a | 7

    pembuluh (disebut vasa vasorum, secara harfiah pembuluhnya pembuluh) dan berjalan

    di setengah sampai dua pertiga luar tunika media. Batas luar tunika media disebagian

    besar arteri ditentukan oleh lamina elastik eksterna. Di sebelah luar media terdapat

    adventisia, yang terdiri atas jaringan ikat dengan serat saraf dan vasa vasorum. (Kumar,

    Cotran,& Robbins, 2007)

    Gambar 4. Gambaran diagramatik komponen utama dinding pembuluh darah, yang disini berasal dari sebuah

    arteri otot. (Digambar ulang, dengan izin dari Ross R, Glomset JA: The pathogenesis of atherosclerosis. N Engl J

    Med 295:389; 1976)

    Gambar 5. Gambaran histology aorta.

    C. Definisi Aneurisma Aorta

    Aneurisma adalah dilatasi dinding arteri yang terlokalisasi. Aneurisma sejati

    timbul akibat atrofi tunika media arteri. Dinding arteri berdilatasi tetapi tetap utuh

    walaupun mengalami distorsi, dan terutama terdiri dari jaringan fibrosa. Aneurisma sejati

  • A n e u r i s m a A o r t a | 8

    dapat membentuk fusiformis atau sakular. Aneurisma fusiformis arterosklerotik adalah

    bentuk dilatasi sirkumferensial uniformis yang lebih sering ditemukan, sedangkan

    Aneurisma sakular berbentuk seperti kantong yang menonjol keluar dan berhubungan

    dengan dinding arteri melalui suatu leher sempit. Aneurisma palsu atau pseudoaneurisma

    adalah akumulasi darah ekstravaskular disertai dsirupsi ketiga lapisan pembuluh darah;

    dinding Aneurisma palsu adalah thrombu dan jaringan yang berdekatan.

    Pseudoaneurisma paling sering disebabkan oleh cedera atau infeksi atau komplikasi dari

    prosedur vascular yang infasif, seperti angioplasty atau bedah arteri. Aneurisma dapat

    timbul dimana-mana dalam aorta atau pembuluh darah perifer. (Price & Wilson, 2005)

    D. Patofisiologi

    Pembentukan aneurisma timbul akibat degenerasi dan melemahnya tunika media

    arteri. Degenerasi media dapat terjadi karena keadaan-keadaan congenital atau didapat,

    seperti arterosklerosis, atau sindrom Marfan. Dilatasi vascular dapat pula terjadi akibat

    efek semprotan aliran darah melalui suatu plak vascular yang menyumbat, menimbulkan

    aliran turbulen di distal lesi; dilatasi pasca stenosis ini melemahkan dinding arteri.

    Selain sebab-sebab yang diketahui ini, interaksi dari banyak factor lain dapat

    menjadi predisposisi pembentukan aneurisma pada dinding arteri. Aliran turbulen pada

    daerah bifurkasio dapat ikut meningkatkan insiden aneurisma di tempat-tempat tertentu.

    Suplai darah ke pembuluh darah melalui vasa vasorum diduga dapat terganggu pada usia

    lanjut, memperlemah tunika media dan menjadi factor predisposisi terbentuknya

    aneurisma.

    Apapun penyebabnya, Aneurisma akan menjadi semakin besar menurut hukum

    Laplace. Tegangan atau tekanan pada dinding berkaitan langsung dengan radius

    pembuluh darah dan tekanan intraarteri. Dengan melebar dan bertambahnya radius

    pembuluh darah, tekanan dinding juga meningkat sehingga menyebabkan dilatasi dinding

    pembuluh darah. Sehingga angka kejadian rupture aneurisma juga meningkat seiring

    meningkatnya ukuran aneurisma. Selain itu, sebagian besar individu yang mengalami

    aneurisma juga menderita hipertensi sehingga menambah tekanan dinding dan

    pembesaran aneurisma.

    Kontribusi potensial dari ukuran arteri terhadap pembentukan aneurisma juga

    sudah dipikirkan. Individu dengan arteri-arteri utama yang besar, atau arteriomegali, dan

    permukaan tubuh yang luas cenderung memiliki insiden aneurisma yang lebih tinggi.

    Peningkatan aliran darah aorta dapat berpengaruh pada perkembangan aneurisma.

  • A n e u r i s m a A o r t a | 9

    Aneurisma biasanya membentuk lapisan bekuan darah sepanjang dinding akibat

    aliran yang lambat. Trombi mural merupakan sumber emboli dan thrombosis aneurisma

    spontan yang potensial. (Price & Wilson, 2005)

    E. Etiologi

    Tempat terbentuknya aneurisma yang paling sering adalah aorta abdominalis.

    Aneurisma aorta abdominalis biasanya mulai dari bawah arteria renalis dan meluas ke

    bifurkasio aorta, kadang-kadang melibatkan arteria iliaka. Aneurisma ini jarang meluas

    ke atas arteria renalis untuk melibatkan cabang-cabang visceral mayor aorta. Sebagian

    besar aneurisma abdominalis berasal dari proses arterosklerotik.

    Aneurisma torasika, dapat menyerang aorta torasika desendens diluar arteria

    subklavia kiri, aorta asendens di atas katup aorta, dan arkus aorta. Aorta desenden paling

    sering terserang. Aterosklerosis dan trauma adalah penyebab yang paling sering. Trauma

    dada, biasanya pada kecelakaan kendaraan bermotor, dapat menyebabkan rupture tunika

    intima dan media aorta desendens pada ligamentum arteriosus. Ligamentum arteriosus

    mengikat aorta pada suatu titik tertentu, sehingga pada saat laju kendaraan berhenti

    mendadak, struktur-struktur dalam toraks masih bergerak ke depan, sedangkan aorta yang

    diikat oleh ligamnetum arteriosus tetap pada tempatnya, hal ini dapat menyebabkan

    terjadinya robekan pada tunika-tunika pembuluh darah. Akibatnya, tipe cedera ini dikenal

    sebagai trauma karena perlambatan. Tunika adventisia dapat tetap utuh , walaupun dapat

    pula terjadi rupture atau berkembang Aneurisma palsu. Penyakit pada arkus biasanya

    disebabkan oleh aterosklerosis. Nekrosis media kistik seperti pada sindroma Marfan,

    paling berat pada aorta asendens dan seringkali menyebabkan pembentukan Aneurisma.

    Aneurisma majemuk sering terjadi dan dapat menyerang arteri-arteri perifer

    maupun visceral. Arteria poplitea merupakan arteri perifer yang paling sering terserang;

    namun jarang terjadi Aneurisma visceral. Kebanyakan Aneurisma perifer dan visceral

    berasal dari aterosklerosik; tetapi trauma dan infeksi juga merupakan faktor etiologi.

    (Price & Wilson, 2005)

    Dua penyebab terpenting aneurisma aorta adalah ATH dan degenerasi kistik tunika media

    arteri. Namun, semua pembuluh dapat terkena oleh berbagai penyakit yang memperlemah

    dinding, termasuk trauma (aneurisma traumatic atau aneurisma arteriovena), cacat

    kongenital seperti cacat yang menyebabkan berry aneurysm (dilatasi kecil sferis yang

    terutama terdapat di otak), infeksi (aneurisma mikotik), atau sifilis. Aneurisma arteri juga

  • A n e u r i s m a A o r t a | 10

    dapat disebabkan oleh penyakit sistemik, seperti pada sebagian vaskulitis. (Kumar,

    Cotran,& Robbins, 2007)

    F. Klasifikasi Aneurisma Aorta

    1. Berdasarkan lokasi aneurisma

    a. Aneurisma torakalis

    b. Aneurisma abdominalis

    c. Aneurisma torakoabdominalis

    2. Berdasarkan bentuk dan ukuran makroskopik

    a. Aneurisma sakular pada dasarnya berbentuk bulat (hanya mengenai sebagian dari

    dinding pembuluh) dan memiliki ukuran bervariasi dari 5 sampai 20 cm (garis

    tengah), sering terisi secara parsial atau total oleh thrombus.

    b. Aneurisma fusiformis (mengenai suatu segmen panjang). Aneurisma fusiformis

    memiliki panjang dan garis tengah bervariasi (sampai 20 cm); banyak yang

    mengenai seluruh pars asendens dan transversus arkus aorta, sementara yang lain

    mungkin mengenai segmen aorta abdominalis yang cukup panjang atau bahkan

    sampai arteria iliaka. (Kumar, Cotran,& Robbins, 2007)

    Gambar 6. Jenis Aneurisma. A. Aneurisma fusiformis sejati. B. Aneurisma sakular sejati. C. Aneurisma palsu

  • A n e u r i s m a A o r t a | 11

    3. Berdasarkan etiologi

    a. Aneurisma akibat aterosklerosis

    Aterosklerosis, etiologi tersering aneurisma, menyebabkan penipisan dinding

    arteri melalui destruksi tunika media akibat adanya plak yang berawal di intima.

    Aneurisma aterosklerotik sering terjadi di aorta abdominalis (aneurisma aorta

    abdominalis, sering disingkat AAA), tetapi arteria iliaka komunis, arkus aorta,

    dan pars desendens aorta torakalis juga dapat terkena. (Kumar, Cotran,&

    Robbins, 2007)

    Aneurisma abdominalis biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat

    dideteksi pada pemeriksaan rutin seperti massa yang tidak nyeri, dapat dipalpasi,

    pulsatil, atau kelainan yang ditemukan secara kebetulan selama sinar-X abdomen

    atau ultrasonografi yang dilakukan karena alas an lain. Beberapa pasien mengeluh

    adanya pulsasi yang kuat di dalam abdomen, pasien lain mengeluh nyeri

    punggung bagian bawah. Jarang terdapat kebocoran aneurisma dengan sakit yang

    hebat dan rasa nyeri. Nyeri akut dan hipertensi terjadi jika aneurisma mengalami

    ruptur, dan ini membutuhkan tindakan operasi darurat. (Harrison, 2000)

    Gambar 7. Foto makroskopik sebuah aneurisma aorta abdominalis yang mengalami rupture. A. Tampak

    eksternal dari aneurisma besar ini; letak ruptur ditunjukkan oleh tanda panah. B. Tampak setelah dibuka, dengan

    lokasi ruptur ditunjukkan oleh sonde. Dinding aneurisma sangat tipis, dan lumen tirisi oleh thrombus besar yang

    berlapis-lapis, tetapi umumnya tidak teratur.

    ATH adalah penyebab utama AAA, tetapi faktor lain ikut berperan. AAA

    jarang timbul pada usia kurang dari 50 tahun dan lebih sering pada laki-laki. AAA

  • A n e u r i s m a A o r t a | 12

    dibuktikan bersifat familial, dan keterkaitan ini bergantung pada predisposisi

    genetic/familial terjangkit ATH atau hipertensi. Sebagai contoh, sindrom Marfan,

    defek genetik pada komponen struktural aorta sendiri dapat menyebabkan

    aneurisma. Selain itu, dipostulasikan bahwa defek ringan pada komponen jaringan

    ikat yang berperan menentukan kekuatan pembuluh darah atau keseimbangan

    antara sintesis dan degenerasi kolagen mungkin mempermudah ATH atau

    hipertensi atau keduanya memperlemah dinding aorta.

    Akibat klinis AAA terutama bergantung pada lokasi dan ukuran, yaitu:

    Ruptur ke dalam rongga peritoneum atau jaringan retroperitoneum disertai

    perdarahan yang massif dan mungkin mematikan

    Obstruksi suatu pembuluh, terutama arteria iliaka, arteria renalis, arteria

    mesenterika, atau cabang vertebralis yang mendarahi medulla spinalis

    Embolisme dari ateroma atau thrombus mural

    Menekan struktur di dekatnya, seperti menekan ureter atau erosi vertebra

    Membentuk massa abdomen (sering teraba berdenyut) yang mirip suatu

    tumor

    Resiko ruptur berkaitan langsung dengan ukuran aneurisma, bervariasi dari

    sekitar 2% untuk AAA kecil (garis tengah kurang dari 4 cm) sampai 5% hingga

    10% untuk aneurisma yang garis tengahnya lebih dari 5 cm. Oleh karena itu,

    aneurisma besar biasanya diangkat secara bedah atau dipintas dengan tandur

    prostetik. Waktu pembedahan sangat penting; angka kematian operasional untuk

    aneurisma yang belum pecah adalah sekitar 5%, sedangkan pembedahan darurat

    setelah rupture memiliki angka kematian lebih dari 50%.

    Karena ATH (penyebab yang mendasari aneurisma aorta abdominalis) adalah

    suatu penyakit sistemik, pasien dengan AAA juga beresiko tinggi mengalami IHD

    dan stroke. (Kumar, Cotran,& Robbins, 2007)

    b. Aneurisma akibat nekrosis medial kistik

    Keadaan ini disebabkan oleh degenerasi serat kolagen dan elastic pada media

    aorta yang digantikan oleh beberapa celah material mukoid. Nekrosis medial

    kistik secara khas mempengaruhi aorta proksimal, mengakibatkan kelemahan dan

    dilatasi keliling aorta, dan menyebabkan timbulnya aneurisma fusiformis yang

    mengenai aorta asendens dan sinus valsava. Kondisi ini terutama sering pada

  • A n e u r i s m a A o r t a | 13

    pasien dengan sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos tipe IV. Manifestasi

    klinis meliputi aneurisma yang mengembang, rupture, dan regurgitasi aorta.

    Perbaikan operatif dianjurkan pada pasien dengan diameter pangkal aorta lebih

    dari 6 cm untuk mencegah rupture. Pengendalian tekanan arteri merupakan bagian

    penting pada penatalaksanaan jangka panjang dari kondisi ini. (Harrison, 2000)

    c. Aneurisma akibat infeksi sifilis (aneurisma sifilitika/leutika)

    Manifestasi lambat dari infeksi lues ini biasanya mengenai aorta asendens

    proksimal, khususnya pangkal aorta, mengakibatkan dilatasi aorta dan

    pembentukan aneurisma. Aortitis sifilis kadang-kadang mengenai arkus aorta atau

    aorta desendens. Bentuk aneurisma mungkin sakular atau fisiformis dan biasanya

    asimptomatik, tetapi kompresi dan erosi pada struktur didekatnya menimbulkan

    gejala dan rupture pun bisa terjadi. (Harrison, 2000)

    Endarteritis obliterans yang khas pada stadium tersier sifilis (lues) mungkin

    mengenai pembuluh kecil disemua bagian tubuh, tetapi paling berbahaya jika

    mengenai vasa vasorum aorta. Penyulit ini menyebabkan aortitis torakalis, yang

    akhirnya dapat menyebabkan dilatasi aneurismal yang mengenai aorta dan

    annulus aorta. Untungnya, pengendalian dan terapi sifilis pada stadium dini yang

    baik telah berhasil mengurangi frekuensi penyulit ini.

    Apapun etiologinya, aneurisme aorta torakalis dapat menimbulkan gejala dan

    tanda yang disebabkan oleh:

    Penekanan struktural mediastinum

    Kesulitan bernafas akibat penekanan paru dan saluran nafas

    Kesulitan menelan akibat penekanan esophagus

    Batuk menetap akibat iritasi atau tekanan di nervus laringeus rekurentis

    Nyeri akibat erosi tulang (yaitu iga dan korpus vertebra)

    Penyakit jantung karena aneurisma aorta menyebabkan dilatasi katup aorta

    dengan insufisiensi katup atau penyempitan ostium koroner yang

    menimbulkan iskemia miokardium

    Ruptur

    Sebagian besar pasien dengan aneurisma sifilitika meninggal akibat gagal

    jantung yang dipicu oleh inkompetensi katup aorta. (Kumar, Cotran, & Robbins,

    2007)

  • A n e u r i s m a A o r t a | 14

    d. Aneurisma akibat infeksi mikotik

    Infeksi pada arteri besar yang menyebabkan dinding pembuluh tersebut

    melemah disebut aneurisma mikotik. Dapat terjadi penyulit thrombosis dan

    ruptur. Aneurisme mikotik dapat:

    1. Berasal dari embolisasi dan tersangkutnya sebuah embolus septic disuatu titik

    di dalam pembuluh, biasanya sebagai penyulit indokarditis infektif

    2. Terjadi sebagai perluasan suatu proses supuratif di dekatnya

    3. Disebabkan oleh organisme yang secara langsung menginfeksi dinding arteri

    (Kumar, Cotran,& Robbins, 2007)

    Kondisi yang jarang ini timbul sebagai akibat infeksi stafilokokus,

    streptokokus, atau salmonella pada aorta, biasanya pada plak aterosklerosik. Kultur

    darah biasanya positif dan menunjukkan sifat agen infeksi. Aneurisma biasanya

    sakuler. Terapi memerlukan antibiotik paranteral dan bedah eksisi. (Harrison,

    2000)

    e. Aneurisma akibat aortitis reumatik

    Artritis rheumatoid, spondilitis ankilosa, arthritis psoriatic, sindrom Reiter,

    sindrom Bahcet, polikondritis relaps, dan penyakit radang usus mungkin

    seluruhnya disertai aortitis yang mengenai aorta asendens dan dapat meluas ke

    sinus valsava, daun katup mitral, dan miokardium di dekatnya. Manifestasi dari

    penyakit-penyakit ini berupa aneurisma, regurgitasi aorta, dan terkenanya system

    konduksi jantung. (Harrison, 2000)

    f. Aneurisma akibat trauma

    Trauma dada, biasanya pada kecelakaan kendaraan bermotor, dapat

    menyebabkan rupture tunika intima dan media aorta desendens pada ligamentum

    arteriosus. Ligamentum arteriosus mengikat aorta pada suatu titik tertentu,

    sehingga pada saat laju kendaraan berhenti mendadak, struktur-struktur dalam

    toraks masih bergerak ke depan, sedangkan aorta yang diikat oleh ligamnetum

    arteriosus tetap pada tempatnya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya robekan

    pada tunika-tunika pembuluh darah. Akibatnya, tipe cedera ini dikenal sebagai

    trauma karena perlambatan. (Price & Wilson, 2005)

  • A n e u r i s m a A o r t a | 15

    G. Gambaran Klinis

    Aneurisma sering kali asimtomatik. Tanda pertama penyakit ini dapat berupa

    komplikasi gawat yang mengancam jiwa, seperti rupture, thrombosis akut, atau

    embolisasi. Aneurisma abdominalis mungkin terdeteksi sewaktu pemeriksaan abdomen

    sebagai suatu massa yang biasanya berlokasi di region umbilikalis sebelah kiri dari garis

    tengah. Gejala-gejalanya yang terlihat biasnya buruk, menandakan adanya perluasan

    aneurisma, perdarahan retroperitoneal kronik, atau ancaman rupture. Dapat juga

    ditemukan nyeri punggung atau abdomen yang berat. Obstruksi duodenum akibat

    aneurisma yang besar dapat dirasakan sebagai rasa tidak nyaman di epigastrium atau

    kesulitan pencernaan makanan. Jika orifisium cabang-cabang visceral mayor juga

    terserang, impotensi dapat dilaporkan dan kadang-kadang ditemukan disfungsi viseral.

    Dapat pula terdengar bising tapi nilai diagnostiknya kecil. Pada beberapa pasien, denyut

    nadi arteri femoralis menghilang.

    Aneurisma torasikal harus cukup besar untuk dapat menimbulkan gejala;

    akibatnya, aneurisma mungkin baru ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan

    radiogram dada. Jika benar-benar timbul gejala, biasanya disebabkan oleh perluasan dan

    kompresi pada struktur-struktur yang berdekatan. Kompresi esophagus, walaupun jarang,

    menimbulkan disfagia; kompresi saraf laringus rekuren menyebabkan suara serak;

    distensi vena di leher dan edema kepala dan lengan dapat menunjukkan kompresi pada

    vena cava superior. Nyeri akibat aneurisma torasika timbul di dada. aneurisma dapat

    menyebabkan nyeri akibat erosi pada kolumna vertebralis dan kompresi pada saraf spina.

    Ruptur aneurisma sangat berbahaya dan memiliki prognosis buruk. Ruptur ke

    rongga pericardium menyebabkan perdarahan; tetapi biasanya rupture akan masuk ke

    dalam ruang retroperitoneal yang akan menimbulkan efek temponade pada struktur-

    struktur yang berdekatan. Secara khas ruptur akan disertai nyeri akut abdomen atau

    punggung yang timbulnya berkaitan dengan tanda-tanda renjatan karena perdarahan.

    Dapat teraba massa abdomen yang berpulsasi, walaupun setelah terjadi rupture mungkin

    tidak teraba lagi. Perlu segera dilakukan reseksi bedah.

    Aneurisma terbentuk secara perlahan selama beberapa tahun dan sering tanpa

    gejala. Jika aneurisma mengembang secara cepat, maka terjadi robekan (ruptur

    aneurisma), atau kebocoran darah disepanjang dinding pembuluh darah ( aortic

    dissection), gejala dapat muncul tiba-tiba.

    1. Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:

    Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi

  • A n e u r i s m a A o r t a | 16

    Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada

    lengan. Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan

    Nadi perifer lemah atau asimetris

    2. Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :

    Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)

    Nyeri punggung bawah atau abdomen

    Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma stetoskop

    3. Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa

    terhadap struktur intratorakal) :

    Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan

    pada posisi terlentang. Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana

    pemisah berlanjut

    Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan

    Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)

    Suara sesak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)

    Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus)

    (Price & Wilson, 2005)

    H. Pemeriksaan Penunjang

    1. Ultrasonografi adalah pemeriksaan yang bernilai untuk mengikuti perkembangan

    aneurisma pada pasien dengan aneurisma yang kecil (

  • A n e u r i s m a A o r t a | 17

    Gambar 8. USG abdomen dengan gambaran aneurisma aorta.

    Gambar 9. Aortography aorta abdominalis dengan gambaran aneurisma aorta.

  • A n e u r i s m a A o r t a | 18

    I. Penatalaksanaan

    Farmako terapi berupa Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik

    pada 120mmHg atau kurang. Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi

    dalam aorta dengan menurunkan kontraktilitas miokard.

    Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma atau

    pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan meliputi eksisi dan

    pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki

    kontinuitas vaskular.

    Anaeurisma abdominalis asimtomatik yang kecil mungkin tidak mengharuskan

    intervensi bedah segera. Ukuran Aneurisma dipantau secara cermat dan berkala dengan

    palpasi, radiograf abdomen, ultrasonografi, dan CT scan. Pembesaran Aneurisma sampai

    6 cm dianggap sebagai indikasi untuk reseksi aneurisma efektif. Jika Aneurisma menjadi

    simtomatik, pembedahan menjadi lebih mendesak.

    Gambar 10. Perbaikan Aneurisma abdominalis. A. Aneurisma aorta abdominalis (IVC, vena cava inferior); B.

    Mepertahankan tunika luar. C. Memasukkan tabung cangkok. D. Penanaman arteria mesenterika interna.

    (Dimodifikasi dari Gaspar M, Barker W: Peripheral arterial disease, Philadelphia, 1981, Saunders.)

    Teknik dan tipe cangkok yang dipakai untuk mengoreksi Aneurisma abdominalis

    bergantung pada luasnya pembuluh darah yang terserang. Jika Aneurisma hanya terbatas

    pada aorta di bawah arteria renalis dan di atas bifurkasio aorta, dipakai cangkok

    berbentuk tabung. Aneurisma direseksi (Gambar 10.A), tunika luar dipertahankan

    (Gambar 10.B); kemudian cangkok berbentuk tabung dianastomosis ke aorta (Gambar

    10.C). Jika aliran kolateral ke arteria mesenterika inferior, maka arteri tersebut

  • A n e u r i s m a A o r t a | 19

    ditanamkan pada bagian dari cangkok berbentuk tabung (Gambar 10.D). Kulit Aneurisma

    kemudian diselebungkan pada cangkok guna mengurangi kehilangan darah. Jika

    Aneurisma meluas sampai ke bawah bifurkasio atau jika arteri iliaka juga terserang,

    dipakai cangkok bifurkasio. Cangkok bifurkasio dari sebelah distal anggota gerak dapat

    dianastomosiskan ujung ke ujung atau ujung ke sisi dari pembuluh darah sebelah distal,

    seperti yang terlihat dalam Gambar 11. Endarteroktomi mungkin diperlukan.

    Perkembangan dan peningkatan teknik baru-baru ini, mempergunakan stent

    endovascular untuk mengoreksi aneurisma abdominalis dan aortoiliaka. Stent buatan

    dimasukkan ke dalam arteri femoralis melalui arteri iliaka yang menuju aorta dan

    menyangkutkan kaitannya ke permukaan proksimal dan distal daerah aneurisma

    (Kalman, 1999). Pengembangan balon stent pada tunika intima aorta normal mencegah

    masuknya Aneurisma ke dalam sirkulasi (Giesecke, 1999). Pendekatan intrvensi untuk

    mengoreksi Aneurisma ini mencegah resiko dan komplikasi bedah abdominal mayor, dan

    untuk mengembalikan dan menurunkan kehilangan darah. Namun, teknik tersebut

    dibatasi oleh keefektifan dan berliku-likunya arteria femoralis dan iliaka, serta efek

    jangka panjang yang sudah dipastikan. Komplikasi pendekatan ini adalah kegagalan

    cangkok, kebocoran disekitar stent, dan migrasi cangkok. Akhir-akhir ini dianjrkan

    pemeriksaan lanjutan yang teratur dengan CT scan setiap 6 bulan sekali.

    Aneurisma torasika memerlukan koreksi bedah. Jika Aneurisma besar dan

    menekan struktur-struktur sekitar, operasi dianggap darurat. Teknik cangkok serupa

    dengan perbaikan Aneurisma abdominalis, melibatkan reseksi Aneurisma dan

    penggantian dengan sebuah cangkok berupa tabung yang ditempatkan pada dinding

    Aneurisma. Terserangnya arkus memerlukan implantasi ulang dari pembuluh darah

    brakiosefalika ke cangkok atau memakai cangkok temple aorta. Aneurisma aorta

    asendens dapat dapat menyerang katup aorta, memerlukan penggantian atau resuspensi

    dari katup aorta. Perfusi perifer dipertahankan selama reseksi Aneurisma torakalis

    melalui pintas kardiopulmonar, pintas sisi kiri jantung, atau pirau vascular (Gambar 12).

    (Price & Wilson, 2005)

  • A n e u r i s m a A o r t a | 20

    Gambar 11. Cangkok aortobifemoral. A. Anastomosis ujung ke ujung. B. Anastomosis ujung ke sisi.

    (Dimodifikasi dari Gaspar M, Barker W: Peripheral arterial disease, Philadelphia, 1981, Saunders.)

    Gambar 12. Perbaikan diseksi aorta. Panel atas menggambarkan perbaikan dari reseksi aorta distal. A.

    Diseksinya telah diisolasi. Satu pirau dengan heparinisasi menghubungkan apeks ventrikel kiri langsung ke arteri

    femoralis untuk memintas segmen diseksi, dan untuk mendukung sirkulasi distal selama perbaikan. B. Setelah

    reseksi segmrn distal, ujung diseksi aorta dijahit dengan Teflon pada sisi dalam dan luar aorta, baik proksimal

    maupun distal. C. Sebuah cangkok Dacron prioritas-rendah dijahitkan pada aorta torasika desendens. Panel

    bawah menggambarkan perbaikan diseksi aorta proksimal. A. Pasien dengan pintas kardiopulmonal total. B.

    Menunjukkan diseksi dan robekan tunika intima. C. Katup aorta dieksisi dan ostium koronaria dipindahkan.

    Sebuah cangkok Dacron gabungan plus katup Bjork-Shiley dimasukkan karena penyakt proksimal. D. Cangkok

    dijahitkan ke annulus aorta pasien disebelah proksimal, dank e distal aorta. Arteria Koronaria ditempelkan ulang

    ke cangkok gabungan di atas katup palsu. (Dimodifikasi dari Eagel KA et al: The practice of cardiology, ed 2,

    Boston, 1989, Little, Brown.)

  • A n e u r i s m a A o r t a | 21

    Gambar 13. Endovaskular graft pada aorta abdominalis.

    Eksisi operatif dengan penggantian menggunakan tandur-alih (graft) dianjurkan

    untuk pasien dengan aneurisma abdominal yang diameternya lebih dari 6 cm, demikian

    juga pada pasien simptomatik dan pada pasien dengan aneurisma yang mengemabang

    dengan cepat tanpa perduli diameter absolutnya. Kekecualian untuk pasien dengan resiko

    operatif yang tinggi, operasi juga biasanya dianjurkan pada pasien dengan diameter 5

    sampai 6 cm. Rangkaian tindak lanjut non invasive dari aneurisma yang lebih kecil (

  • A n e u r i s m a A o r t a | 22

    KESIMPULAN

    Aneurisma aorta adalah dilatasi patologik segmen pembuluh darah aorta. Penyebab

    terpenting aneurisma aorta adalah aterosklerosis (ATH) dan degenerasi kistik tunika media

    arteri. Klasifikasi aneurisma aorta dibedakan berdasarjan bentuk (fusiformis dan sakular),

    lokasi (torakal, abdominal, dan torakoabdominal) dan etiologi (aterosklerosis, nekrosis medial

    kistik, infeksi sifilis, infeksi mikotik, aortitis reumatik, dan trauma) serta biasanya aneurisma

    bersifat asimptomatik. Aneurisma asimptomatik yang kecil mungkin tidak megharuskan

    intervensi bedah segera. Farmakoterapi pada aneurisma aorta adalah berupa Antihipertensif

    untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau kurang. Propanolol (inderal)

    untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan menurunkan kontraktilitas miokard.

    Ukuran aneurisma dipantau secara cermat dan berkala dengan palpasi, radiograf abdomen,

    ultrasonografi, dan CT scan. Pembesaran Aneurisma sampai 6 cm dianggap sebagai indikasi

    untuk reseksi aneurisma efektif. Jika Aneurisma menjadi simtomatik, pembedahan menjadi

    lebih mendesak.