Aneurisma Sereberal

39
Referat Aneurisma Serebral Pembimbing : Dr. Yesaya Yunus, SpBS Penulis : Exi Indriastuti / 07120110094 KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

description

aneurisma di otak

Transcript of Aneurisma Sereberal

Page 1: Aneurisma Sereberal

Referat

Aneurisma Serebral

Pembimbing :

Dr. Yesaya Yunus, SpBS

Penulis :

Exi Indriastuti / 07120110094

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UPH – SILOAM HOSPITAL LIPPO

VILLAGE

Page 2: Aneurisma Sereberal

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah

diberikanNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan referat mengenai “Aneurisma

Serebral” dalam pembuatannya. Penulis juga berterima kasih kepada dr. Yesaya Yunus,

SpBS yang telah bersabar membimbing penulis dalam penyusunan tugas referat ini di tengah

kesibukan beliau. Penulis juga berterima kasih kepada keluarga dan rekan – rekan yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungan dalam proses pembuatan

tugas referat ini.

Referat ini berisi hasil studi pustaka penulis mengenai aneurisma serebral , berbagai

komplikasi yang mungkin timbul dan cara mengatasinya. Penjelasan mengenai anatomi

pembuluh darah, definisi aneurisma serebral, epidemologi, etiologi, tipe-tipe aneurisma

serebral, diagnosis, tatalaksana, dan komplikasi aneurisma serebral dikupas secara runut

dalam referat ini.

Akhir kata, penulis memohon agar dapat dimaklumi apabila terdapat kekurangan

dalam referat ini. Penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna

menambah ilmu pengetahuan dalam ruang lingkup Ilmu Bedah khususnya sehubungan

dengan referat ini.

Semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Page 3: Aneurisma Sereberal

PENDAHULUAN

Aneurisma serebral merupakan kondisi abnormal dimana terjadi dilatasi lokal pembuluh

darah otak. Aneurisma ada dua macam yaitu unrupture aneurysm dimana aneurisma masih utuh

dan belum pecah, dan rupture aneurysm yaitu kondisi dimana aneurisma sudah pecah.

Sebagian besar penderita aneurisma tidak menimbulkan gejala, dan gejala biasanya

timbul apabila aneurisma tersebut sudah pecah, dan kondisi ini bisa sangat fatal. Gejala yang

ditimbulkan biasanya sangat mendadak dan bisa berujung pada kematian. Penanganan unrupture

aneurysma lebih mudah dan lebih tidak berisiko dibandingkan dengan rupture aneurysm. Namun

sebagian besar penderita aneurisma datang setelah terjadi rupture atau pecahnya aneurisma.

Pecahnya aneurisma dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berbahaya , oleh sebab itu

sangat penting dilakukannya penanganan awal pada aneurisma sebelum pecah.

Berdasarkan penelitian, angka kejadian unrupture aneurysm di United States yaitu sekitar

1 dari 50 orang, sedangkan angka terjadinya rupture aneurysm sehingga mengakibatkan

subarachnoid hemorrhage (SAH) yaitu sekitar 8-10 dari 100.000 orang per tahun, sehingga kira-

kira terdapat 30.000 penderita rupture aneurysm per tahun. Jadi terdapat banyak penderita

aneurisma yang berisiko mengalami komplikasi yang lebih berbahaya.

Oleh karena itu, tujuan dari pembuatan refrat ini adalah untuk mengetahui secara

keseluruhan dari gejala, faktor risiko, bahaya yang ditimbulkan akibat aneurisma dan cara

penanganan dari aneurisma. Sehingga sebagai dokter umum, dapat dengan segera mengetahui

tanda-tanda pecahnya aneurisma sehingga penanganannya tidak terlambat, dan dapat meberikan

saran kepada masyarakat akan pentingnya screening awal pada orang yang memiliki faktor risiko

tinggi untuk timbulnya aneurisma, sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih luas bahkan

kematian.

Page 4: Aneurisma Sereberal

PEMBAHASAN

Anatomi Pembuluh Darah

Manusia memiliki empat tipe pembuluh darah yaitu arteri, arteriole, kapiler, venule dan

vena. Arteri merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh,

kemudian darah melewati arteriole (cabang dari arteri) kemudian melewati percabangan dari

arteriole yaitu kapiler. Didalam kapiler terjadi pertukaran substansi dengan jaringan yang

diperdarahi. Kemudian darah yang sudah bercampur dengan substansi dari jaringan kembali ke

jantung dengan melewati venule (cabang dari vena), kemudian melewati vena dan menuju ke

jantung. Secara histologi dinding pembuluh darah terdiri atas tunika intima, tunika media dan

tunika adventitia, namun modifikasi dari tiga lapisan dasar tersebut berbeda, sesuai dengan

fungsi dari masing-masing pembuluh darah. 1

Pada referat ini, saya akan lebih fokus untuk membahas arteri, dimana arteri merupakan

pembuluh darah tersering untuk terjadi aneurisma. Secara histologis, dinding arteri terdiri dari 3

lapisan yaitu tunika interna (intima), tunika media, dan tunika eksterna (adventia). Arteri

memiliki tunika media yang tebal, dan kaya akan jaringan elastis sehingga membuat arteri

mudah mengikuti tekanan dari lumen. Apabila tekanan tinggi dari lumen, arteri tidak akan

mudah robek.

Lapisan dinding pembuluh darah arteri dari dalam ke luar meliputi:

• Tunika intima merupakan lapisan pembuluh darah yang paling dalam dimana

berhubungan langsung dengan darah, terdiri dari: Selapis endotel + subendotel dan

lamina elastika interna

• Tunika media merupakan lapisan yang berada ditengah yaitu diantara tunika intima dan

adventitia, terdiri dari: Pilinan otot polos dan lamina elastika eksterna. Otot polos pada

tunika media berfungsi untuk mengatur diameter pada pembuluh darah. Apabila stimulus

simpatetik meningkat, maka otot polos akan terstimulasi untuk vasokonstrik dan

Page 5: Aneurisma Sereberal

sebaliknya apabila stimulus parasimpatetik meningkat maka akan terjadi vasodilatasi.

Lamina elastika eksterna sebagai pembatas antara tunika media dengan adventia

• Tunika adventia merupakan lapisan terluar dari dinding pembuluh darah dimana terdiri

dari sel otot polos, fibroblast, berbagai ujung saraf otonom dan vasa vasorum. Vasa

vasorum merupakan pembuluh darah kecil yang mensuplay darah untuk jaringan pada

dinding pembuluh darah. Vasa vasorum biasa terlihat pada dinding pembuluh darah yang

besar seperti aorta.3

Nutrisi pada arteri

Pada pembuluh darah arteri, oksigen dan nutrisi diperoleh dari darah didalam

lumen (direct difusi) sedangkan dua pertiga dari dinding terluar mendapatkan oksigen

dan nutrisi dari vasa vasorum.

Secara histologi, dinding arteri dan vena sama-sama terdiri atas tunika intima, media dan

adventitia, namun memiliki modifikasi yang berbeda. Tidak seperti arteri, vena memiliki dinding

yang sangat tipis yaitu kurang lebih sepersepuluh dari total diameter vena. Tunika intima pada

vena lebih tipis, tunika media jauh lebih tipis dibanding arteri yaitu dengan sedikit otot polos dan

sedikit serat elastis, tunika adventitia vena merupakan lapisan yang paling tebal yaitu terdiri atas

Page 6: Aneurisma Sereberal

kolagen dan serat elastis. Pada vena, tidak memiliki lamina elastika interna dan eksterna seperti

pada arteri, karena vena tidak dirancang untuk menahan tekanan tinggi pada lumennya. 3

Perbedaan lapisan dinding arteri dengan vena

Vaskularisasi Otak

Suplay darah serebral berasal dari dua arteri carotid interna dan dua arteri vertebral, dimana

keempat arteri ini terletak didalam subarachnoid space. Hubungan keempat arteri ini disebut

dengan Sirkulus Arteriosus Willisi yang berfungsi sebagai pemasok darah di otak. Arteri karotis

interna bercabang menjadi Medial Cereberal Arteri dan Anterior Cereberal Arteri (sirkulasi

anterior), sedangkan arteri vertebralis kanan dan kiri bergabung menjadi arteri basilaris (sirkulasi

posterior). Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan yang lainnya melalui

Sirkulus Arteriosus Willisi.

Page 7: Aneurisma Sereberal

Regio otak yang diperdarahi oleh Anterior Cerebral Arteri, Middle cerebral Artery dan Posterior

Cerebral Artery:

Masing-masing arteri serebralis memiliki fungsi yaitu:

• Optalmic artery menyuplai isi orbita, sinus sfenoidalis, selulae etmoidales, mukosa

nasal, dura mater fosa kranialis anterior, kulit dahi, pangkal hidung, dan kelopak mata.

• Posterior Comunicating Arteri (PCA)

• Choroidal Artery menyuplai plexus khoroideus kornus temporale ventrikuli lateralis

dan traktus piramidalis

Page 8: Aneurisma Sereberal

• Anterior Cerebral Arteri (ACA) berjalan kearah rostromedial sampai tepi medial gyrus

rektus dan kemudian berlanjut ditepi korpus kalosum. ACA bercabang untuk

mempersarafi lobus frontalis medius dan lobus parietalis

• Medial Cerebral Arteri (MCA): memperdarahi korteks motoric, sensory primer (kecuali

bagian parasagittal dan medial), area Broca, Wernicke, korteks auditori primer, dan

korteks gustatorik primer

• Psterior Cerebral Artery (PCA) menyuplai visual cortex pada occipital lobe dan

inferomedial dari temporal lobe.

• Pontine artery memperdarahi pons

• Basilar artery ,e,perdarahi serebellum, brainstem dan lobus accipital.

Definisi Aneurisma

Kata Aneurisma berasal dari bahasa latin yaitu Aneurysma yang artinya dilatasi.

Aneurisma merupakan kondisi yang abnormal dimana terjadi dilatasi secara lokal pada dinding

pembuluh darah yaitu lebih dari 50% dari diameter semula. Apabila dilatasinya kurang dari 50%

maka disebut ectasia. Aneurisma lebih sering terjadi pada arteri, terutama arteri besar dan

percabangan arteri. Hal ini dapat terjadi karena kongenital maupun didapat. 1

Aneurisma serebral atau intrakranial adalah suatu kantong yang terbentuk akibat dilatasi

lokal pada dinding pembuluh darah di otak akibat melemahnya lapisan pembuluh darah.

Aneurisma intrakranial pertama kali diperkenalkan oleh Morgagni (1761) dan Biumi (1778) dan

dengan semakin berkembangnya metode radiodiagnostik, Egaz Moniz (1933) mampu

memperlihatkan aneurisma melalui angiografi serebral 11.

Terdapat dua jenis aneurisma sereberal yang paling sering terjadi yaitu saccular atau

sering disebut dengan “berry aneurysm”, dan fusiform, tergantung pada lokasi pembuluh darah

yang mengalami aneurisma. 2,4

Page 9: Aneurisma Sereberal

Epidemiologi

Meskipun belum ada pendataan yang jelas mengenai epidemiologi aneurisma di

Indonesia, menurut suatu studi diperkirakan 6 juta orang di Amerika Serikat memiliki aneurisma

tidak pecah (unrupture aneurysm) yaitu sekitar 1 dari 50 orang. Sedangkan tingkat kejadian

pecahnya aneurisma (rupture aneurysm) sehingga mengakibatkan subarachnoid hemorrhage

(SAH) yaitu sekitar 8-10 dari 100.000 orang per tahun, sehingga kira-kira terdapat 30.000

penderita rupture aneurysm per tahun. Terdapat rupture aneurisma setiap 18 menit, dan kurang

lebih 40% dari kasus rupture aneurisma bersifat fatal. Dari mereka yang bertahan hidup, sekitar

66% mengalami defisit neurologis permanen. Dan sekitar 15% pasien yang berkembang menjadi

SAH(Subarachnoud Haemorhage) meninggal sebelum mencapai rumah sakit. 5, 11

Sebagian besar aneurisma berukuran kecil, dan diperkirakan 50-80 persen dari semua

aneurisma tidak pecah selama seumur hidup seseorang. Namun pada aneurisma yang lebih dari 1

inci (giant aneurisma) dapat menimbulkan risiko yang berbahaya.

Aneurisma serebral dapat terjadi pada semua usia namun paling sering terjadi pada usia

35 - 60 tahun. Wanita berisiko lebih besar untuk terjadi pecahnya aneurisma dibandingkan laki-

laki dengan perbandingan 3: 2. 6

Etiologi

Penyebab dari terbentuknya aneurisma serebral masih kontroversial. Berbeda dengan

arteri ekstrakranial, arteri serebral memiliki tunika media yang terdiri atas sedikit serat elastis

dan sedikit otot polos, tunika adventitia yang tipis dan sedikit serat elastis, namun memiliki

lamina elastika interna yang lebih tebal. Dan fakta bahwa sebagian besar pembuluh darah

serebral terletak di ruang subarachnoid dengan sedikit jaringan penyokong merupakan

predisposisi dari perkembangan aneurisma. 7

Aneurisma cenderung muncul pada daerah dimana ada percabangan baik pada arteri

besar maupun cabang arteri. Etiologi aneurisma meliputi:

Kongenital yaitu adanya kecacatan pada lapisan dinding pembuluh darah

Page 10: Aneurisma Sereberal

Atherosclerosis dan hipertensi

Emboli, seperti pada atrial myxoma

Infeksi, yang disebut dengan "mycotic aneurysms"

Mycotic aneurysm merupakan aneurisma yang terjadi akibat adanya infeksi baik

bakteri maupun jamur. Sebagian besar, Mycotic aneurisma diawali dengan bekteri

yang menginfeksi tunika adventitia lalu menyebar ke bagian intima. Biasanya

terjadi pada orang dengan riwayat subacute bacterial endocarditis (SBE). Dan

prevalensi meningkat pada penderita immunocompromised.

Traumatik

Tipe-tipe Aneurisma

Secara garis besar, ada 2 tipe aneurisma 1,4,5

1) True aneurima

Merupakan aneurisma yang terjadi akibat melemahnya tiga lapisan dinding

pembuluh darah secara keseluruhan yaitu tunika intima, media dan adventitia. True

aneurisma juga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu saccular, dan fusiform.

Lokasi tersering dari aneurisma fusiform adalah aorta, arteri abdominalis, ateri carotid

dll, sedangkan aneurisma saccular lebih sering terjadi pada daerah intracranial.

Pathogenesis

Secara garis besar, aneurisma disebabkan karena degenerasi pada dinding arteri

sebagai akibat dari gangguan metabolism pada elastin dan kolagen. Enzim yang

berpengaruh dalam terjadinya aneurisma adalah matrix metalloproteinases (MMPs),

dimana mendegradasi enxtraselular matrix secara berlebih. Secara histopatologi,

aneurisma juga dapat disebabkan oleh adanya infiltrasi inflamasi kronik pada dinding

pembuluh darah.

Dengan adanya MMP yang mendegradasi protein pada arterial media, yang

mungkin dapat menghasilkan respon inflamasi, kemudian diperparah dengan adanya

Page 11: Aneurisma Sereberal

tekanan hemodinamik lokal yang meningkat maka dapat terbentuk aneurisma. Faktor

risiko yang dapat meperparah terjadinya aneurisma adalah merokok, hipertensi dan

hypercholesterolaemia.

2) False aneurisma adalah aneurisma yang terjadi akibat adanya hematoma ekstravaskuler

yang berhubungan dengan ruang intravaskuler. Aneurisma ini biasanya terjadi akibat

iatrogenik seperti : angiografi

Page 12: Aneurisma Sereberal

Tipe Aneurisma Berdasarkan Presentasinya:

Unrupture Aneurisma

Aneurisma tipe ini biasanya asimptomatik sehingga sering ditemukan secara

kebetulan atau tidak disengaja. Berdasarkan penelitian, pecahnya aneurisma sangat

berhubungan erat dengan besarnya ukuran. Semakin besar maka akan semakin mudah

pecah. Risiko pecahnya aneurisma dengan ukuran >7 mm lebih tinggi dibandingkan

Page 13: Aneurisma Sereberal

ukuran <5 mm. Oleh karena itu, aneurisma kecil (<5mm) biasanya jarang diobati

terutama pada pasien dengan usia dibawah 60 tahun. Pada aneurisma dengan ukuran >10

mm, akan langsung ditangani meskipun pada pasien usia <60 th. Pertumbuhan aneurisma

susah untuk dideteksi meskipun menggunakan CTA atau MRA.

Pada aneurisma yang tidak pecah, biasanya akan membesar sehingga dapat menekan

jaringan otak disekitarnya sehingga dapat timbul gejala seperti diplopia, sakit dibelakang

mata, gangguan saraf cranial. Seperti pada aneurisma posterior communicating artery

yang dapat menimbulkan gejala kelemahan pada saraf kranial 3 secara tiba-tiba. 8

Gejala yang dapat timbul karena efek massa unrupture aneurisma:

– Pada giant aneurisma, akan menekan jaringan sekitar aneurisma, sehingga dapat

menimbulkan sesuai dengan lokasi penekanan. Apabila penekanan terjadi di brain

stem, maka dapat menimbulkan hemiparesis dan cranial neuropathies.

Cranial neuropathies ( kira-kira muncul 110 hari setelah gejala SAH), meliputi:

(a) Oculomotor palsy: terjadi pada aneurisma p-comm: ptosis, extraocular muscle

palsy (eye deviates “down and out”, diplopia), dilatasi pupil.

(b) Kehilangan penglihatan karena: arteri ophthalmic menekan optic nerve

sehingga timbul gejala khas yaitu nasal quadrantanopsia.

(c) Chiasmal syndrome karena adanya aneurisma pada arteri ophthalmic, a-comm

dan apex basilar

– Facial pain syndrome pada saraf ophthalmic atau maxillary.

– Intra atau suprasellar aneurisma yang dapat mengganggu produksi endokrin,

karena adanya kompresi pada kelenjar pituitary atau stalk.

Rupture Aneurisma

Kondisi dimana aneurisma menjadi pecah dan darah dari aneurisma biasanya mengisi

ruangan di sekitarnya yaitu ruangan subarachnoid. Tipe perdarahan seperti ini biasa

dikenal dengan perdarahan subarachnoid. Dapat juga menyebabkan perdarahan

intraventrikular apabila arteri terletak di ventrikel. 7

IVH (intraventricular Haemorhage) sering terjadi pada 13-28% dari pecahnya

aneurisma.

Page 14: Aneurisma Sereberal

– Rupture aneurisma pada distal PICA, dapat menyebabkan perdarahan pada

ventrikel empat kemudian foramen Luschka

– Ruptur aneurisma pada a-comm dapat menyebabkan perdarahan pada

ventrikel tiga dan ventrikel lateral.

– Ruptur pada distal basilar arteri dapat menyebabkan perdarahan pada

ventrikel tiga (jarang terjadi)

Pecahnya aneurisma biasanya menyebabkan sakit kepala berat yang tiba-tiba, mual,

muntah, kekakuan pada leher dan bahkan kehilangan kesadaran. Perdarahan ini juga

dapat merusak sel-sel otak, menyebabkan peningkatan tekanan di otak dan menyebabkan

penyempitan pembuluh darah yang disebut dengan vasospasm. Vasospasm dapat

menyebabkan stroke apabila penyempitan arteri terjadi sampai darah tidak dapat

mencapai jaringan otak.

Apabila terdapat banyak darah bercampur dengan cairan serebrospinal, maka dapat

menghambat jalannya cairan serebrospinal sehingga tekanan di dalam otak meningkat,

kondisi ini disebut dengan hidrosefalus.

Aneurisma serebral dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran dan lokasi,

yaitu:

1) Berdasarkan bentuk

a) Aneurisma saccular (sac-like)

Aneurisma saccular sering dikenal dengan “berry aneurisma” karena bentuknya

seperti buah arbei yang menggelembung seperti balon, dan memiliki leher yang

menghubungkan antara aneurisma dengan pembuluh darah utama. Namun terdapat juga

aneurisma saccular yang tidak memiliki leher. Ini merupakan jenis aneurisma serebral

yang sering pecah atau mengalami perdarahan pada pasien dengan umur 20-50 tahun,

dan jarang terjadi pada usia anak-anak. Aneurisma saccular dapat terjadi akibat adanya

defek pada tunika muskularis pada arteri. Lamina elastika interna mengalami

kelemahan atau bahkan hilang sehingga membuat dinding arteri menjadi kurang tahan

menghadapi perubahan tekanan intralumen7.

Page 15: Aneurisma Sereberal

Aneurisma saccular pada umumnya terletak pada ujung dari percabangan arteri

besar, dimana dilalui tekanan intraluminal yang tinggi. Lokasi tersering:

85-95 % terletak di system Carotid:

– 30% pada ACoA dan ACA (lebih sering terjadi pada pria)

– 25% pada p-comm

– 20% pada MCA

5-15% terletak pada sirkulasi posterior yaitu vertebra-basilar

– 10% pada basilar arteri

– 5% pada vertebral arteri : paling sering terletak pada pertemuan

antara vertebral arteri dengan PICA

20-30% orang memiliki aneurisma multiple

b) Aneurisma Fusiform (giant aneurisma)

Berdasarkan definisi, ini merupakan jenis aneurisma dengan diameter >25mm. 5

% dari pasien aneurisma adalah pasien dengan jenis aneurisma fusiform. Terjadi akibat

adanya perubahan aterosclerotik yang sering terjadi pada arteri basilar dan bagian ujung

dari arteri carotid internal. Aneurisma fusiform sering disebut dengan atherosclerotic

aneurysm.

Lokasi tersering terbentuknya aneurisma fusiform adalah pada arteri

vertebrobasilar.

Page 16: Aneurisma Sereberal

c) Dissecting

Merupakan aneurisma yang disebabkan oleh adanya akumulasi darah yang

diakibatkan oleh trauma atau sobeknya tunika dan lamina elastika interna. Jika terjadi

robekan pada lamina elastika interna, maka akumulasi darah terdapat di subintima

sehingga akan mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah dan bahkan bisa

menjadi oklusi. Namun apabila robekan terjadi pada subadventitial, maka akan

terbentuk benjolan seperti kantong pada pembuluh darah (pseudoaneurism). Aneurisma

Dissecting lebih sering terjadi pada pasien dengan riwayat trauma, post operasi otak

atau pasien yang setelah melakukan pemeriksaan angiografi. Pengobatan yang

dilakukan bisa dengan antikoagulan dan apabila sudah pecah dan menjadi SAH maka

dapat dilakukan oprasi.

Page 17: Aneurisma Sereberal

2) Berdasarkan ukuran 9

Small aneurysms ukurannya kurang dari 5 mm (1/4 inch)

Medium aneurysms ukurannya 6–15 mm (1/4 to 3/4 inch).

Large aneurysms ukurannya 16–25 mm (3/4 to 1 1/4 inch).

Giant aneurysms ukurannya lebih dari 25 mm (1 1/4 inch).

3) Berdasarkan lokasi

Sebagian besar aneurisma sereberal terletak pada cabang utama arteri di otak, sedangkan

aneurisma yang terletak pada perifer pada umumnya disebabkan oleh infeksi atau trauma.

Terdapat 7 lokasi tersering terjadinya aneurisma serebral, meliputi 10:

Anterior Communicating Artery Aneurysms

Merupakan lokasi tersering terjadinya aneurisma dimana sering berkembang menjadi

SAH dan disertai tanda-tanda Diabetes Insipidus dan gangguan hypothalamus lainnya.

SAH merupakan kondisi yang paling sering timbul. Pada CT scan akan tampak

perdarahan pada interhemispheric anterior

Middle Cerebral Artery Aneurysms

Posterior Communicating Artery Aneurysms

Aneurisma jenis ini terjadi pada bagian terahir dari p-comm yaitu percabangan antara p-

comm dengan PCA atau lebih sering terjadi pada percabangannya dengan carotid.

Aneurisma ini sering menyebabkan gangguan pada saraf cranial 3(ptosis, mydriasis)

Ophthalmic Artery Aneurysms

Pericallosal Artery Aneurysms

Basilar Artery Bifurcation Aneurysms

Posterior Inferior Cerebellar Artery Aneurysms .

Page 18: Aneurisma Sereberal

Patofisiologi

Mekanisme terjadinya aneurisma dipengaruhi oleh beberapa faktor baik genetic maupun

didapat. Aneurisma dapat terjadi karena adanya lapisan pembuluh darah yang tidak normal

seperti menipisnya lapisan endotel, lapisan lamina elastika yang menipis atau menhilang

menyebabkan lapisan pembuluh darah menjadi tipis sehingga kurang kuat untuk menahan

perubahan tekanan pada intralumen sehingga terbentuklah aneurisma.

Selain itu aneurisma juga dapat disebabkan oleh perubahan aterosklerotik, stress

hemodinamik yang diperburuk dengan adanya riwayat hipertensi. Pada pasien hypertensi kronik,

aneurisma dapat terjadi akibat perubahan arteriosklerotik pembuluh darah terutama cabang-

cabang dari arteri serebri media yang mensuplai ke dalam bangsal ganglia dan kapsula interna.

Pembuluh darah ini menjadi lemah sehingga terjadi robekan dan reduplikasi pada lamina interna,

hialinisasi lapisan media dan ahirnya terbentuk aneurisma kecil yang biasa dikenal dengan

Charcot-Bouchard.

Page 19: Aneurisma Sereberal

Lokasi Aneurisma Serebral

Lokasi tersering aneurisma sereberal terjadi adalah pada circle of willis yaitu pada

percabangan dari pembuluh darah utama seperti percabangan arteri carotid interna, atau berasal

dari pembuluh darah kecil seperti posterior communicating arteri atau ophthalmic arteri.

Sekitar 85% aneurisma sereberal berasal dari sirkulasi anterior dari otak (carotid) dan

15% berasal dari sirkulasi posterior otak (vertebrobasilar). 2

Arteri yang sering mengalami aneurisma adalah terletak di ruang subarachnoid, dimana

didalam ruang subarachnoid terdapat cairan serebrospinal (CSF) sehingga apabila pecah maka

darah akan bercampur dengan CSF, kondisi ini disebut dengan Subarachnoid Haemorhage

(SAH). Terdapatnya darah pada CSF atau dipermukaan otak, akan mengenai parenchyme otak

sehingga membentuk gumpalan darah. Karena lapisan meningeal sangat sensitive, maka SAH

biasanya terjadi secara cepat, tiba-tiba, sakit kepala hebat “thunderclap headache”, dan pasien

dapat coma sampai meninggal tiba-tiba.

Prevalensi sereberal aneurisma berdasarkan lokasi 4:

Prevalensi Lokasi Aneurisma

Sirkulasi anterior (85%) 30% Anterior Communicating Artery (A-comm)

Page 20: Aneurisma Sereberal

25% Posterior Communicating Artery (P-comm)

20% Middle Cerebral Artery Bifurcation

10 % Other

Sirkulasi posterior (15%) 10% Basilar artery

5 % vertebral artery, biasanya pada Posterior Inferior

Cerebellara Artery

Tanda dan Gejala

Aneurisma sering tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik pada awalnya, biasanya

pada aneurisma yang berukuran kecil. Pada aneurisma yang berukuran besar, dapat menekan

jaringan otak sekitar sehingga muncul gejala-gejala neurologi. Beberapa gejala yang timbul tidak

spesifik, seperti sakit kepala, dilatasi pupil, penglihatan kabur atau ganda (diplopia), nyeri diatas

atau dibelakang mata, kelemahan pada anggota tubuh (parese).

Pada aneurisma serebral yang pecah, biasanya akan menyebabkan perdarahan

subarachnoid (SAH), yaitu darah memenuhi ruangan subarachnoid sehingga dapat menimbulkan

gejala yang tiba-tiba, seperti: 5

Sakit kepala hebat (thunderclap headache)

Penurunan kesadaran

Mual/ muntah

Kaku pada leher

Penglihatan kabur secara tiba-tiba

Nyeri tiba-tiba di atas atau dibelakang mata

Gangguan motoric

Photophobia

Karena gejala aneurisma asimptomatik dan apabila timbul gejala tidak spesifik maka diperlukan

alat untuk mendiagnosis aneurisma secara pasti.

Page 21: Aneurisma Sereberal

Diagnosis

Cara untuk mendiagnosis aneurisma ada beberapa cara 11:

CT (computerized tomography) scan kepala

Dilakukan apabila curiga terjadi pecahnya aneurisma. CT scan akan memperlihatkan

letak terjadinya perdarahan pada kepala.

CTA (computerized tomography angiography).

Merupakan tehnik dimana menyuntikkan contras kedalam pembuluh darah, sehingga

pembuluh darah di otak yang dilalui oleh contras akan terlihat lebih jelas didalam foto.

Tehnik ini bagus untuk mendiagnosis pecahnya aneurisma.

Angiogram (arteriogram)

Merupakan teknik dengan memasukkan contras melalui kateter yang dipasang pada

arteri femoralis atau brachialis, kemudian difoto dengan x-ray. Arteri yang berisi

contras akan terlihat lebih terang

Magnetic resonance imaging (MRI) dan magnetic resonance angiography (MRA)

Teknik ini biasa dipake untuk melihat aneurisma yang belum pecah. Teknik ini

memiliki kelebihan karena menggunakan magnetic sehingga pasien tidak berisiko

terkena radiasi.

Page 22: Aneurisma Sereberal

Tatalaksana

Penanganan aneurisma dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu observasi dengan

mengontrol faktor risiko, teknik endovascular dan teknik operasi terbuka. Untuk menentukan

metode mana yang akan dipakai, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan

tindakan yaitu5:

Usia pasien

Ukuran aneurisma

Lokasi aneurisma

Bentuk dan jenis aneurisma

Ada dan tidaknya kondisi defisit neurologis

Riwayat penyakit lain

Riwayat SAH dan aneurisma sebelumnya

Apabila aneurism belum pecah, ada pilihan untuk tetap observasi atau dapat juga melakukan

oprasi. Pada aneurisma yang sudah pecah, tatalaksana terbaik adalah dengan melakukan oprasi,

dengan tujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan berulang.

Beberapa cara atau metode yang dipakai sebagai pengobatan aneurisma

1. Observasi dengan mengontrol faktor risiko

Manajemen konservatif merupakan pilihan yang masuk akal untuk beberapa pasien

aneurisma - terutama pasien yang lanjut usia atau memiliki kondisi lemah (memiliki

banyak riwayat penyakit) dan pasien yang memiliki aneurisma kecil ( <7 mm). Hal-hal

yang dijaga pada manajemen konservatif meliputi:

Menghentikan atau menghindari merokok

Menjaga tekanan darah di bawah kontrol yang sangat baik

Menghindari alcohol.

Hal-hal tersebut cenderung mengurangi risiko perkembangan aneurisma atau pecahnya

aneurisma. Beberapa dokter juga merekomendasikan pencitraan otak yang berulang

melalui CT angiography (CTA), MR angiography (MRA), atau kateter angiography. Jika

Page 23: Aneurisma Sereberal

aneurisma berkembang menjadi besar maka dapat melakukan tidakan operasi dan

endovascular.

2. Teknik Endovaskular 7,11

– Thrombosing aneurisma dengan coiling dan Onyx HD 500

Coiling

Proses coiling ini dilakukan secara microsurgery dengan menggunakan teknik

radiografi yaitu menggunakan x-ray visualitation. Teknik ini dilakukan ketika

angiogram sedang dilakukan. Dengan memasukkan kateter melalui arteri

femoralis, kemudin dimasukkan hingga mencapai lokasi aneurisma.

Kemudian platinum coil dilepaskan pada lokasi aneurisma sampai mengisi

seluruh ruangan. Tiap kateter berisi satu platinum coil, sehingga mungkin

dibutuhkan beberapa coil untuk mengisi seluruh ruangan pada aneurisma.

Kemudian kontras disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk melihat secara

jelas kondisi aneurisma yang berisi platinum coil.

Terdapat beberapa jenis coil yang dipakai untuk proses ini, yang paling sering

digunakan adalah berasal dari platinum, namun beberapa ada yang terbuat dari

gel-like dan suture-like. Coil yang dipakai fleksibel, lembut, dan bentuknya

akan melingkar-lingkar sesuai dengan bentuk aneurisma.

Page 24: Aneurisma Sereberal

Onyx HD 500

Merupakan zat cair (ethylene vinyl alcholol copolymer yang dilarutkan

dalam dimethyl sulfoxide) yang dapat digunakan dalam tatalaksana

aneurisma. Onyx HD 500 adalah cairan yang akan membeku ketika kontak

dengan darah, dengan demikian, dalam pengobatan aneurisma otak, Onyx HD

500 disuntikkan melalui microcatheter di dalam kantung aneurisma, dan

membeku di dalam kantung aneurisma. Kemudian Sebuah balon ditempatkan

pada leher aneurisma kemudian dikembangkan untuk sementara dengan

tujuan mencegah Onyx HD 500 keluar dari kantung aneurisma.

Cara pemasangan:

Sebuah microcatheter dan kawat dimasukkan kedalam pembuluhdarah

(biasanya pada arteri femoralis di paha) dengan menggunakan visualisasi x-

ray, cateter dimasukkan hingga mencapai lokasi aneurisma. Kemudian balon

dikembangkan sehingga mencakup leher aneurisma sehingga memblokir

leher aneurisma. Kemudian dimetil sulfoksida disuntikkan untuk mengisi

bagian dalam microcatheter, diikuti oleh Onyx HD 500 yang mendorong

Page 25: Aneurisma Sereberal

campuran keluar ke kantung aneurisma. Setelah kontak dengan darah,

campuran ini membeku dan mengisi kantung aneurisma. Balon mengempis

berkala untuk memungkinkan pemulihan aliran darah di arteri induk. Setelah

aneurisma diisi dengan Onyx HD 500, prosedur ini selesai.

– Proximal Ligation

Digunakan untuk giant aneurisma, apabila dipakai pada aneurisma kecil dapat

menyebabkan tromboemboli.

3. Teknik Operasi terbuka (clipping)

Kliping

Kliping merupakan teknik yang sering dipakai dalam penanganan aneurisma

serebral. Tujuan dari kliping adalah menempatkan klip logam kecil pada leher

aneurisma, sehingga darah tidak dapat masuk kedalam kantung aneurisma

sehingga tidak dapat lagi menimbulkan risiko perdarahan. Setelah aneurism

dipasang klip, klip tersebut tetap dipasang seumur hidup. Aneurisma akan

menyusust dan bekas luka akan hilang setelah kliping.

Pemasangan kliping dapat dilakukan dengan membuka tulang cranium yang

berdekatan dengan lokasi aneurisma, kemudian memasang klip pada leher

aneurisma, biasanya pada aneurisma tipe saccular.

Page 26: Aneurisma Sereberal

Kapan kita harus memakai coiling dan kapan harus memakai klipping adalah tergantung

pada beberapa faktor.

Kliping lebih dipilih apabila:

– Aneurisma pada usia muda

– MCA bifurcatio aneurysm

– Giant aneurisma

– Terdapat gejala karena efek adanya massa (giant aneurisma) pada otak

– Aneurisma berukuran kecil (<1,5 – 2 mm).

– Aneurisma dengan leher luas (wide neck)

Coiling lebih dipilih apabila:

– Pasien berumur tua ( >75 tahun ).

– Aneurisma dengan luas leher < 5 mm

– Aneurisma yang terletak di sirkulasi posterior

– Pasien yang mengkonsumsi plavix (pengencer darah)

– Aneurisma yang letaknya susah dicapai dengan kliping .

KomplikasiPerdarahan Subaraknoid Nontraumatik Akut

Biasanya disebabkan oleh adanya rupture spontan aneurisma sakuler, dengan aliran

darah ke dalam ruang subarachnoid. 12

Page 27: Aneurisma Sereberal

Gejala:

- Sakit kepala tiba-tiba yang sangat hebat

- Iritasi meningeal oleh darah subarachnoid (kaku kuduk)

- Gangguan kesadaran

- Gangguan saraf kranial (tergantung pada lokasi)

Evaluasi:

- CT scan merupakan alat yang sensitive mendeteksi perdarahan subaraknoid

akut, namun semakin lama interval antara kejadian akut dengan CT scan,

semakin mungkin temuan CT scan menjadi negative

- Lumbal pungsi

- Digital substraction angiography

Perdarahan subarachnoid biasanya berhenti secara spontan, kemungkinan karena

terbendung oleh peningkatan tekanan intracranial. Hanya pasien dengan aneurisma yang

telah berhenti berdarah yang dapat selamat dirujuk ke rumah sakit, kematian pra-rumah

sakit sering terjadi (35%).

Setelah kejadian akut, pasien menghadapi tiga risiko komplikasi yang dapat berakibat

fatal:

- Hidrosefalus

Apabila terdapat banyak darah bercampur dengan cairan serebrospinal, maka

dapat menghambat jalannya cairan serebrospinal (gangguan resorbsi LCS)

sehingga tekanan di dalam otak meningkat, kondisi ini disebut dengan

hidrosefalus.

- Vasospasm7

Vasospasm terjadi setelah beberapa hari kemudian (6-8 hari post SAH)yaitu

melalui efek zat vasoaktif yang terkandung didalam darah subarachnoid,

menyebabkan kerusakan sel-sel otak, menyebabkan peningkatan tekanan di

otak dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang disebut dengan

vasospasm. Vasospasm dapat menyebabkan stroke apabila penyempitan arteri

terjadi sampai darah tidak dapat mencapai jaringan otak.

- Perdarahan berulang

Page 28: Aneurisma Sereberal

Risiko terjadinya perdarahan berulang sekitar 20% pada 14 hari pertama

setelah SAH, 50 % setelah 6 bulan pertama apabila aneurisma belum

ditangani. Tidak seperti SAH awal, perdarahan berulang sering menimbulkan

hematoma intraparenkimal yang besar, karena ruang subarachnoid disekitar

aneurisma sebagian tertutup oleh adhesi yang disebabkan oleh perdarahan

awal.